[T.K.]: f ü n f

Setelah memasang raut wajah senang sewajarnya, menjabat tangan orang yang baru saja ditemui aku menghembus napas kasar. Kubawa map berisi proposal serta perjanjian yang telah kuselesaikan hari ini bersama klien, lalu keluar ruangan dan membenarkan kacamata yang melorot. Pekerjaan mudah, namun aku tidak terlalu suka jika terus-terusan bertemu dengan orang. Miyagi-sensei pernah berpesan padaku, ketika kau akan menjadi seorang pemimpin kau harus berlatih untuk berbicara dan bertemu dengan banyak orang. Semua itu sudah kulakukan, namun tetap saja melelahkan. Bagiku, menemui manusia benar-benar melelahkan.

Map yang kubawa diletakkan di atas meja wanita yang tengah memandang komputer di hadapannya lalu menyeringai, "Sepertinya sekretaris Miyagi sedang sibuk, nih kutambah kerjaan baru," ujarku. Ia melihat map yang kuletakkan di hadapannya, melihat kedua alisnya yang berkedut serta perempatan yang muncul di dahi membuatnya merampas map yang baru saja kuberikan membuat kekehan lolos dariku.

"Makasih," responnya, mulai membuka map dan membaca satu persatu isinya. Netranya membola, melihat ke arahku lalu beralih pada map di hadapannya. "Mereka juga mau berdonasi di perusahaan ini? Bagaimana bisa?" Ia bertanya dengan wajah terkejut, sekali lagi membuatku terkekeh-merasa sombong karena ia baru saja mengetahui kemampuanku.

"Sebagai orang jenius bukankah itu hal yang mudah untukku?"

[Name] terlihat kesal, ingin melempar map yang di pegangnya padaku namun diurungkan niat yang sekali lagi membuatku terkekeh, mengejeknya. Jujur saja mengejek seorang wanita yang dulunya adalah teman sekolahmu itu lucu. Apalagi wanita ini benar-benar bersumbu pendek, cepat tersulut emosi. Ia bahkan tak mengakui bahwa dirinya dulu bersekolah di Karasuno, ya iya sih mana ada yang mau mengaku kalau sebentar lagi dia akan menjadi bawahanku 'kan?

"Dengar ya, Tsukishima Kei." [Name] beranjak dari kursi dan menunjukku. "Ini baru awal, kau jangan mudah bangga hanya karena mampu menggaet klien!"

Aku mengendikkan bahu, lagi-lagi mengejeknya. Entah keberapa kali aku melakukan ini padanya. "Aku tahu ini baru awal, tapi aku memang pintar, [Last Name]-san. Bukankah wajar aku patut berbangga akan hal itu?"

"Oke," Ia menghela napas kasar, memangku tangannya di depan dada. "Kau tahu keuangan dan administrasi?"

"Tentu, apa kau akan memberiku pekerjaan mengenai keduanya?"

Wanita itu menutup buku yang berada di atas meja, lalu melemparkannya padaku yang membuatku mau tak mau menangkap sebuah buku tebal berlapis bahan kulit berwarna hitam tersebut. "Tolong cek pengeluaran dan pemasukan disitu, lalu sesuaikan dengan file disini." Ia mengambil flashdisk yang berada di mejanya, lalu memberikannya padaku. "Ah, karena kau jenius, aku boleh memintamu mengerjakannya dalam dua jam 'kan? Karena aku perlu melaporkannya ke Miyagi-san pukul empat sore," lanjutnya seraya menoleh ke jam dinding sekilas, lalu beralih padaku.

Mendengarnya saja sudah membuatku terkejut. Apa-apaan memastikan pemasukan dan pengeluaran perusahaan dalam dua jam? Setebal kamus bukunya, memangnya bisa selesai?

"Apa?" tanyanya. "Ya kerjakanlah, kenapa kau menatapku dengan tatapan terkejut?"

Kunaikkan kacamataku yang melorot lalu mendecih, aku seperti dipermainkan. Lantas langkahku menapak meninggalkan meja kerjanya lalu berjalan ke meja milikku yang berada di dekat pintu masuk, bersebelahan dengan milik Kuroo. Setidaknya aku bersyukur aku bisa menyelesaikan pekerjaanku tanpa adanya makhluk jejadian itu. Konsentrasiku benar-benar pecah jika dia ada di sisiku, benar-benar pengganggu.

Buku tersebut kuletakkan di atas meja, mencolokkan flashdisk di komputer dan duduk di kursi. Tenang, Kei. Kau itu pintar, hanya memastikan pengeluaran dan pemasukkan perusahaan itu mudah. Dalam dua jam akan selesai, kau harus percaya itu. Hembusan napas kasar lolos dari mulutku, kubuka buku yang kutinting sedari tadi dan menelisik setiap isinya dan memastikan semua yang tertulis disana sama dengan yang ada di dalam file.

-ooooo-

Aku melepas kacamataku dan memijit dahi, merasakan betapa berdenyutnya kepalaku dan masih ada 4 halaman di file yang harus kuselesaikan. Kulihat jam yang berada di komputer, 5 menit lagi waktuku akan habis namun pekerjaanku belum juga rampung. Aku menghela napas kasar, merenggangkan kedua tanganku sejenak dan menyandarkan diri di kursi. Kepalaku sedikit kudongakkan, memastikan apakah [Name] masih sibuk di mejanya tapi wanita itu tak ada di tempat.

"Bagaimana, tuan Tsukishima? Apakah pekerjaan anda sudah selesai?"

Aku terlonjak kaget ketika mendengar suara tersebut masuk ke indera pendengaranku. Kudapati wanita yang kumaksud telah duduk di sebelahku dengan menopang pipi kirinya, mengulas senyuman tipis padaku. Sial, kali ini aku yang akan diejeknya.

"Gimana~? Kau itu pintar 'kan? Seharusnya dalam dua jam pekerjaanmu sudah selesai."

"K-Kau memberi deadline yang mepet, aku tidak mungkin menyelesaikannya dengan cepat."

"Hee~ Mepet ya? Padahal itu pekerjaan seorang bos yang sesungguhnya loh~" [Name] berujar dengan nada menyebalkan, membuatku mendecih dan mengalihkan pandanganku. Tiba-tiba saja aku merasa terpojok disini. "Kalau kau tidak mampu menyelesaikannya dalam dua jam, apakah kau bisa disebut sebagai bos yang pintar dan jenius?"

Lagi-lagi ia menyindirku, membuatku menoleh padanya dan menaikkan kacamataku. "Maaf, aku memang pintar. Tapi orang yang memberi pekerjaan padaku tidak demikian karena tidak memikirkan efisiensi dalam mengerjakan 20 halaman dalam dua jam dengan 3 - 5 tabel di tiap satu halaman juga-"

"Ah, kau ini banyak alasan!" [Name] menukas, membuatku terkejut dan memasang wajah bingung. "Kau itu lalai tahu! Seharusnya kau tak perlu melakukan peregangan dan melepas kacamatamu setiap 5 menit sekali. Waktumu sudah banyak terbuang hanya karena melakukan yang sebenarnya bisa dilakukan ketika pekerjaanmu selesai!"

"Hah?" Adalah respon yang terlontar dariku ketika mendengarnya menjelaskan. Aku ini pengguna kacamata yang setiap saat selalu merasa sakit ketika terlalu lama menghadap komputer. Meski kacamataku telah dipakai lensa anti-radiasi juga, bukankah sebagai seorang manusia bisa saja merasakan kelelahan terutama pada mata yang telah dibingkai kacamata dan dihadapkan dengan layar komputer? Apa dia tidak berpikir begitu? "Kalau dipikir-pikir kau bodoh juga ya, [Last Name]-san."

"Haaaah?" Ia beranjak dari kursinya, lalu memangku tangan di depan dada dan menatapku dengan tatapan kesal. "Tsukishima Kei, kau barusan bilang apa?!"

"Kau bodoh. Apa perlu kuulangi lagi?"

Perempatan besar muncul di kepalanya dengan kedua tangan mengepal. Aku mendengus, melihat wanita itu tersulut emosi hanya karena satu kata yang mencerminkan dirinya sendiri. Bodoh.

"Dengar ya, aku bisa menyelesaikan pekerjaanmu dalam dua jam! Sementara kau masih menyisakan 4 halaman yang belum kau sentuh sama sekali. Siapa yang bodoh disini?!"

"Kau," ujarku. "Kau hanya besar di omongan saja. Kenapa tidak kau kerjakan saja pekerjaan ini?"

"Aku 'kan menyuruhmu! Kenapa kau malah melemparkannya padaku?!"

"Konteks 'suruh' dan 'tolong' adalah dua hal yang berbeda. Kau meminta tolong padaku, bukan menyuruhku."

Ia mendecih, membuatku terkekeh melihat betapa emosi dirinya karena kukatai habis-habisan. [Name] menghela napas kasar, mengusap tengkuk belakangnya dan berujar, "Ya sudah. Selesaikan saja. Lagipula real time mengerjakan benda itu sampai 5 jam."

"Apa?"

Bukankah percuma aku mengerjakannya sampai melewatkan hal yang tidak begitu aku pahami dan ternyata waktu pengerjaannya lebih lama dari yang ditetapkan? Aku bahkan banyak melewati beberapa halaman dan sebenarnya masih ada 9 halaman lagi yang belum aku kerjakan. Kulihat wanita itu menahan tawa, lalu menjulurkan lidahnya.

"Haha, bodoh!" ejeknya, lalu meninggalkanku. Spontan aku beranjak dari kursi dengan kedua tangan dikepal serta alis yang berkedut. Kurang ajar, aku dikerjai ternyata. Aku sampai begitu stres kalau pekerjaan ini tidak kuselesaikan tepat waktu, ternyata dia berbohong. Sialan kau, [Last Name]!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top