1

Awas banyak typo bertebaran.

Sinar mentari memaksa masuk melalui gorden kamar. Sehingga mengusik kenyamanan gadis yang sedang bergelut ria di dalam selimut.

Samar-samar mendengar suara alarm yang membangunkan setengah kesadarannya. Tangan menjulur ke samping untuk mematikan alarm yang sangat berisik.

[Name] lelah, lelah secara fisik dan juga batin.

Merenggangkan kedua tangannya yang sangat pegal lalu beranjak pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan ritualnya.

Setelah beberapa menit berada di kamar mandi, [name] keluar dengan setelan kaos berlengan panjang dengan motif garis-garis biru putih dan celana coklat selutut.

[Name] tinggal sendiri dirumah. Ayahnya meninggal karena penyakit yang mematikan. Dan ibunya pergi meninggalkan [name] sendiri, alasannya karena ibunya tidak mau mengurus [name] yang penyakitan.

Untuk mencukupi kebutuhannya [name] harus bekerja part time di salah satu cafe di Tokyo.

Kaki jenjangnya menuruni tangga membawanya ke dapur untuk memasak sarapan.

Membuka kulkas, yang ditemukannya hanya beberapa butir telur.

"Yosh sudah di putuskan menu sarapan hari ini adalah nasi goreng spesial." Ucapnya semangat sambil mengepalkan tangannya tinggi-tinggi.

"Pertama-tama kupas beberapa bawang." Gumam [name].

Setiap detik terlewati, akhirnya nasi goreng spesial ala [name] sudah jadi, sekarang tinggal menikmatinya.

Memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya, lalu mengunyahnya dengan nikmat.

"Hmm kalau ditambah beberapa potongan daging ayam pasti rasanya akan sempurna."

Saat sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba terlintas di pikirannya tentang orang yang ditolongnya kemarin siang.

"Apa dia baik-baik saja?"

Flashback on

Melihat ke cermin lagi, tapi fokusnya bukan kepada dirinya. Melainkan fokus ke arah belakangnya yang menampilkan seorang pria berpakaian formal sedang bersandar di pintu toilet dan salah satu tangannya menutupi perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

Wajah yang sudah di poles sedikit make up tiba-tiba kembali pucat. 'Apa salahku sampai sampai ada hantu di belakangku.' Batin [name] takut.

Tiba-tiba saja terdengar ringisan dari arah belakang [name], yang mana membuat [name] kaget dan menengok ke arah belakang.

"Tolong bawa aku ke rumah sakit dekat sini." Ucapnya dengan sesekali mengeluarkan ringisan sakit.

Butuh beberapa detik untuk [name] sadar kalau sosok dihadapannya bukanlah hantu. Langsung saja [name] membantu orang itu berdiri.

Beberapa kali ringisan terdengar dari mulut orang itu. 'Uh pasti lukanya sangat sakit sampai dia sering sekali mengumpat.' Batin [name].

Saat berada di taxi, keadaan hening di antara mereka berdua, tak ada yang mau membuka percakapan.

"Permisi, lokasi yang di tuju kemana?" Tanya pak supir.

"Ke rumah sakit xxx pak."

Pak supir hanya mengangguk sebagai jawaban, tak lama terdengar umpatan dari orang bermata sipit disebelahnya.

"Andai saja butler ku tak mengundurkan diri, aku tak akan jadi seperti ini cih."

'Butler? Orang disebelahku ini konglomerat? Aku harus bersikap lebih sopan lagi.' Batin [name] was-was.

Saat sudah sampai rumah sakit aku membantu orang bermata sipit itu berjalan. Karena orang itu sudah sangat lemas tak memungkinkan untuk berjalan tanpa pegangan.

Sebenarnya [name] sedikit risih dengan tangannya yang melingkar di pinggangnya. Tapi biarlah orang di sebelahnya sedang sekarat, [name] sedikit memakluminya.

"Suster, suster!" Panggil [name] dengan sedikit berteriak.

Salah satu suster berjalan mendekat ke arah [name]. Melihat orang yang sedang berpegangan dengan pinggang [name], langsung saja suster itu berteriak memanggil suster yang lain. Lalu dengan cepat membawa pergi orang bermata sipit tersebut untuk diberikan perawatan khusus.

'Dunia ini sedang bermain-main. Orang yang mempunyai derajat yang tinggi pasti selalu di utamakan. Tanpa melihat ada yang lebih tersiksa dari mereka.' Batin [name] tersenyum getir.

Flashback off

"Hell kenapa aku harus memperdulikannya?" Tanya [name] kepada diri sendiri.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk [name] menghabiskan nasi gorengnya. Lalu gadis dengan potongan rambut  pony tail itu beranjak dari meja makan dan berjalan ke dapur untuk mencuci piring yang kotor.

"Habis ini aku ngapain ya?" Gumam [name] sambil menaruh piring yang sudah di cucinya ke rak yang berisi banyak peralatan makan.

Menjetikkan jemari lentiknya, seolah-olah menemukan jalan keluar dari teka-teki yang sangat sulit. "Aah main play station pasti seru."

Langsung saja [name] pergi ke ruang tamu dengan wajah berseri-seri. Tapi wajah berserinya tak bertahan lama, karena [name] baru ingat dengan tugas merangkum.

"Aakkh aku lupa kalau ada tugas." Ucap [name] seraya mengacak-ngacak rambutnya kasar dan berjalan dengan malas ke kamarnya untuk mengerjakan tugas.

Sementara itu di tempat lain, seorang mafia-- ah ralat Boss mafia sedang berada di ruang rawat VVIP. Pendarahan yang di alaminya cukup parah membuat seorang Boss mafia pingsan selama beberapa jam.

Mengerjapkan mata beberapa kali untuk menetralkan cahaya yang masuk kedalam indra penglihatannya.

Mata melebar sempurna, tatkala baru menyadari barang pentingnya hilang setelah meraba kantong bajunya.

"Hah dimana flashdisk merah?!" Meraba lagi dengan kasar, tapi yang ditemukannya bukanlah flashdisk merah. Melainkan dirinya yang sedang memakai baju pasien bukan jas formal seperti sebelumnya.

Melepas infus yang ditusuk ke tangannya dengan kasar. Dengan segera berdiri dan berlari menuju tempat informasi. Baru saja sampai pintu kamar, terdengar ringisan dari orang bermata sipit itu. Dikarenakan luka di perutnya terbuka kembali.

Menggeram kesal, lalu memukul pintu rawatnya dengan kencang.

'BRAK'

Para body guard yang berjaga di depan kamar rawat bosnya tersentak kaget. Dengan cepat mereka membuka pintu untuk melihat keadaan bosnya.

"Dimana baju yang dipakai ku sebelumnya?!" Ucap Suna Rintarou dengan nada penekanan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Dengan serempak badan para body guard bergetar takut. Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan boss nya.

"Ada di tempat penitipan tuan." Ucapnya seraya menundukkan kepalanya takut.

"Antarkan aku ke tempat penitipan itu!"

Setelah mengucapkan itu mereka berjalan dengan cepat ke tempat penitipan. Suna meringis beberapa kali menahan sakit. Sempat para body guard nya menawarkan bantuan, tapi di tolak mentah-mentah oleh Suna.

"Aku hanya terluka sedikit di perut! Bukan tak bisa berjalan!"

Akhirnya sampai juga di tempat penitipan. Disana banyak suster yang sibuk dengan urusannya. Ada yang melayani pasien, merapikan barang-barang pasien, ada pula yang sedang bergosip ria.

"Pakaian formal atas nama Suna!"

Suster yang melihat kedatangan pemilik rumah sakit ini terkejut panik. Lalu dengan segera suster itu berlari untuk mengambil barang yang di bilang Suna.

"Baju atas nama Suna!" Ucap suster itu berusaha untuk profesional.

Dengan cepat Suna memeriksa setiap kantong yang berada dalam pakaian formalnya.

Frustasi dengan yang dilakukannya, Suna menjambak rambutnya kesal. Lalu sekelibat bayangan seseorang lewat di otak liciknya.

"Siapa yang mengantar ku kesini?" Tanyanya kepada suster yang tadi.

"Emh bukan saya tuan yang mengantar anda ke ruang operasi, tapi suster ana. Biar saya panggilkan sebentar."

Suster itu hilang dari balik tembok untuk mencari orang yang di katakannya tadi. Lalu dengan cepat suster tadi kembali dengan seseorang di belakangnya.

"Ini tuan suster Shimizu, saya permisi." Ucap suster itu dengan sopan.

"Kau tau siapa yang mengantar ku kesini?"

"Aku tak mengenalnya, tapi aku ingat ciri-cirinya. Rambut yang di ikat panjang, kulit yang pucat, dan dia menggunakan seragam SMA."

Setelah mengatakan itu suster Shimizu pergi meninggalkan Suna dengan para body guard nya.

"Seragam SMA? Memangnya aku bersembunyi dimana?" Gumamnya lalu berfikir serius.

"Museum geologi Tokyo."

TBC

————————————————————
Yahoo~

Maaf kalau kelanjutan dari prolognya gak terlalu menarik :(

Mungkin bab berikutnya lebih lama up, soalnya aku sibuk di rl :)

Terimakasih yang sudah menunggu cerita ini up

Jangan lupa voment yaw~

Salam manis dari ican.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top