Atuh. Jelek? Out!

Satu/One/Ichi

Jelek? Out! Sudah tidak ada harapan lagi

Ia hanya berpihak pada keadilan bagi seluruh wajah rupawan.


Matahari belum bersinar sepenuhnya, burung-burung masih berkicau di dahan-dahan pohon rindang saling bercengkrama. Betapa indahnya pagi ini. Tanpa keluhan pekerjaan, musik pada radio yang mendengarkan lagu-lagu kekinian. Terkadang suara penyiar yang saling beradu mulut dan membacakan pesan yang masuk dalam dm mereka.

Mesin fotocopy terdengar memainkan irama seraknya sendiri ketika dinyalakan untuk mengcopy kertas lalu keluarlah duplikatnya. Beberapa orang saling menyibukkan diri berlalu-lalang. Yang baru datang pun juga ada, namun bukan terlambat.

Sudah sewajarnya seperti kantor-kantor lain. Tetapi, batas kewajaran harus diselidiki lebih dalam lagi.

Sesungguhnya, ini masih wajar sebelum...

"Bosq ada lamaran pekerjaan!" teriak perempuan berseragam biru dengan kain lap yang menggantung di bahunya serta sebuah ember lengkap dengan pel berdiri di ambang pintu ruangan utama.

Kemudian, terdengar jawaban dari ruang pribadi yang terdapat dalam ruangan tersebut.

"Bawa kemari." Seseorang menjawab dari pintu yang mengarah pada pegawainya.

"Tapi dia jelek."

"SURUH PULANG!" teriak si Bos.

Perempuan tersebut berbalik, memberikan sebuah surat lengkap dengan map rapi berwarna coklat kepada lelaki yang berdiri di belakangnya. Ia tersinyum kikuk, memang sangat menyakitkan namun mau bagaimana lagi, Bos mereka aneh.

Suasana yang awalnya begitu ricuh dengan suara ketikan keyboard, arsiran pena dan pensil, dan langkah kaki menjadi sunyi seketika. Karena jawaban si Bos, hampir saja marshmallow yang dimakan cewek chubby ruang sebelah menyangkut di tenggorokannya akibat hal yang belum bisa ia terima dengan baik dikarenakan ia baru setahun bekerja di kantor tersebut. Beruntung hanya hampir, jika tak ada anak kecil yang menyodorkan minuman padanya. Batuknya hingga terdengar di ruangan direktur animasi. Ruang utama yang berada tepat satu ruangan dengan ruang pribadi Bos. Dua ruang tersebut hanya dibatasi oleh pintu kaca yang sangat bening.

Perempuan berdarah Jepang-Indonesia menghirup napas panjang dan berusaha tak menghiraukan kejadian beberapa menit lalu, namun seseorang terlihat berisik di kubikelnya. Salah satu orang yang mulutnya lemes seperti badut yang berisi angin, biasanya ditemukan di toko handphone atau cat. Ya, yang bergerak lincah itu, seperti itulah mulut lelaki bagian pemasaran serta ahli bedah computer, Jeje Taraka. Jeje menundik kubikel Stevi yang tepat berada di depannya. Ia berbisik, namun begitu nyaring terdengar bisikannya.

"Udah orang keberapa tuh," tanyanya. Sorot matanya antara meledek atau hanya ingin tahu saja.

Stevi memperbaiki letak kacamatanya. Sudut ekor mata tajamnya menatap Jeje, "Seratus empat puluh sembilan."

"Huahahahahaha!" gelak tawa Jeje begitu memuaskan. Benar, antara meledek atau hanya ingin tahu dan jawabannya adalah meledek. Sampai-sampai si animator, Geon yang kubikelnya di sebelah perempuan berdarah Jepang-Indonesia ikut tertawa walau ia paham betul lelaki sebelahnya tak tahu apa yang Jeje tawakan.

Geon memang selalu berusaha berbaur walau ia malah tampak seperti orang tolol. Beruntung wajahnya tampan dan diterima kerja di sini.

Suara nyaring tiba-tiba terdengar, tampaknya si Bos ingin mengumumkan sesuatu lewat pemancar suara pribadinya. Semua hening termasuk Jeje. Biasanya Bos tersebut mengumumkan hal yang tidak penting dan sangat tidak penting. Walau merasa tidak perlu, mereka tetap mendengarkan. Gaji taruhannya.

"Jeje, coba diam. Kamu jelek kalau ketawa. Kamu ... membuat saya mual."

Para pegawai kantor dari ruang utama ikut terkekeh, bahkan Stevi, perempuan paling serius dan kalem membuka mulutnya mengejek. Tak sampai di sana, ruangan sebelah juga ikut gaduh. Tertawa sebisa mereka dan bersyukur ruangannya tidak menghadap langsung pada si Bos. Bagi mereka, ruang utama yang isinya senior tersebut adalah perbatasan dunia paralel antara surga dan neraka. Apapun yang terjadi di ruang utama, dibawah kendali Bos utama.

Amee Carlina atau lebih akrab dipanggil Ami, seorang gadis cantik nan bego yang menjabat sebagai ilustrator senior di kantor animasi. Ia tak tahu harus bagaimana, senang dan bangga atau malah sedih menjadi pegawai di bawah tangan Bos yang mengidap penyakit Cacophobia.

Cacophobia?

Pernah dengar?

Tidak pernah dengar?

Percaya dengan orang yang memiliki phobia takut kepada orang jelek ataupun benda jelek yang tidak beraturan?

Kalian harus percaya, karena Bos mereka salah satu penderitanya.

Cacophobia adalah semacam phobia yang takut serta cemas terhadap orang-orang yang dianggap si penderita jelek secara fisik, lelaki perempuan sama saja. Pengidap phobia ini akan merasakan gatal, mual-mual, pusing hingga pingsan tergantung yang dilihatnya. Memang phobia yang begitu aneh. Awalnya tidak ada yang percaya, begitu beberapa hari bekerja akhirnya satu persatu mulai mengerti seiring waktu.

Penyakit yang di derita sang bos membuat pegawainya rata-rata manusia tampan dan cantik. Benda-benda yang ada di kantor semua dipilih berdasarkan kemauannya atau lebih tepatnya sesuatu yang menurutnya indah. Hingga office boy dan girlnya adalah orang yang sering merawat diri dan pergi ke salon.

Jadi, Ami harus bangga karena terpilih bekerja di sini membuatnya yakin memiliki kecantikan? Atau merasa aneh memiliki bos macam Randy atau biasa dipanggil BosQ? Entahlah, di kotanya hanya ada satu perusahaan yang menawarkan jenis pekerjaan semacam animator. Jika ia tak diterima, maka pupuslah harapan Ami untuk merealisasikan cita-citanya. Jauh-jauh pergi ke Jepang untuk belajar dan pulang ke Indonesia tanpa pekerjaan? Mati sajalah.

Mari kita perkenalkan satu persatu pegawainya. Dari bawah pengawasan BosQ atau senior di kantor tersebut, ada empat orang pekerja yaitu, Ami si illustrator, Stevi gadis jujur, kalem dan serius sebagai desainer grafis, Geon si 3d animator dan 3d artist -Terkenal playboy karena saking gantengnya- , terakhir Jeje si tukang ghibah yang bekerja pada pemasaran serta memperbaiki alat elektronik yang rusak.

Kantor ini memiliki dua direktur yang sebenarnya memiliki tugas sama-sama saja. Namun walau setara, kantor ini sepenuhnya milik Randy. Ruangan sebelah dibawah pengawasan lelaki dengan palu baja, tidak hanya bercanda, biasanya orang-orang mengejeknya begitu. Namanya Thora Suindro, lelaki gemuk yang sangat suka tidur. Masih menjadi misteri mengapa BosQ memperkerjakannya. Kenyataanya Bos Thora tidak tampan. Bahkan secara terang-terangan BosQ muntah dan pingsan di depan beliau. Sampai sekarang Thora tidak tahu, ia selalu asik tidur. Tidak berniat berpikiran negatif. Sebenarnya, lebih ketidak peduli.

Orang-orang bawahan Thora kelebihan perempuan. Totalnya ada tiga perempuan dan seorang lelaki. Ada si creator yang sering datang terlambat yaitu Kehlany. Perempuan yang selalu menjadikan ruangannya tempat anak-anaknya bermain, si multimedia specialist Talia. Orang gila namun ganteng, Baim si grapic artist. Terakhir Nada, si tukang nyemil, tidak bisa kerja kalau mulutnya tidak penuh dengan makanan, katanya tidak akan dapat ide. Nada bekerja sama seperti Geon, animator 3d.

Selain pekerja dibidang animasi, ada tiga orang office boy and girl. Dua diantaranya tidak berguna, Farah -tidak suka kotor- dan Beny -tidak suka bersih- yang benar-benar pekerja hanyalah Pipit. Gadis paling normal di kantor tersebut.

Begitulah kehidupan aneh antara pegawai dan bos-bosnya.

Ami? Dia sama anehnya. Gadis bego dan tidak peka. Padahal pekerjaannya hanyalah sebagai illustrator namun terkadang BosQ menjadikannya babu semisal sekretaris di waktu tertentu.

Gajinya? Sama saja.

Baka! Baka! Baka!

"Mi!" panggil seseorang. Ami menoleh ketika namanya disebut, ternyata Geon.

"Ngapa G?"

"Lo udah kerjain ilustrasinya belum?"

Ami mengangguk mengiyakan kembali menatap ke arah ipadnya, "Lagi tahap penyelesaian."

Jidat Geon berkerut, "Cepet loh, gue mau balik lebih awal. Pacar ke lima gue pengen janjian tapi pacar ke dua gue juga."

Ami mengacungkan jempol dengan wajah datarnya. Lelaki di sebelahnya belum mengenal yang namanya azab. Tidak apa, Ami hanya mengikuti alur.

Ah mengenai ilustrasi yang ia gambar, itu adalah permintaan dari salah seorang klien abadi kantor ini. Bahkan orangnya juga aneh, bisa membaca pikiran serta melihat hantu. Sebenarnya lebih ke seram sih. Lebih aneh lagi, ketika orang tersebut datang, Randy cuti sehari seperti tidak mau saling bertatap muka. Beruntung klien mereka orangnya sabar dan selalu berpositif thinking.

Suara langkah kaki membuyarkan lamunannya, Ami menoleh. Ada bola super besar yang ingin memasuki ruangan Randy. Ami menggeleng, mengusap matanya beberapa kali. Mungkin faktor kelelahan membuat matanya sedikit kabur. Itu bukan bola melainkan Bos ruang sebelah yang memang mirip bola sebenarnya. Dengan sigap, Ami menghentikan langkah Thora. Bisa gawat kalau bosnya mengomel sambil muntah-muntah. Ami tidak ingin membuat hari yang cerah ini menjadi muram karena bau menyengat. Sebenarnya ia turut prihatin pada orang yang akan membersihkannya.

"Anu ... ada yang bisa saya bantu, Pak?" Ami mencoba menawarkan diri. Ia berdiri di depan pintu masuk. Terlambat sedetik saja Ami kalah.

Thora menatap Ami dengan sudut malas, begitu lama. "Kamu ... si rangkap dua kan?"

Uhuk! Uhuk!

"nih kasih bos kalian, dia minta ke kreatif gue katanya," sambung Thora.

Ami menganggukkan kepalanya sopan dengan senyum simpul. Matanya berubah arah menatap gambar rancangan yang ada di tangannya kini.

"Dari mba Lany ya Pak." Niat Ami berbasa basi.

Thora yang sudah ingin beranjak pergi, menoleh pada gadis yang bahkan tidak ia ketahui namanya walau sudah berusaha untuk mengingatnya. Thora menggeleng, "Bukan, itu dari kreatif gue."

"Ya itu, mba Lany kan?"

"Bukan! Yang ngasih cewek yang sering telat itu yang alasanya nyenyenye."

Ami mengulum bibirnya. Merasa malas berdebat namun ingin membenarkan.

"Cewek itu namanya Lany Pak."

"Ohh masa? Saya ga peduli sih," ucap Thora lalu pergi.

Hampir saja rancangan ide yang Ami genggam melayang ke muka bos ruangan sebelah. Ami menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Ia mengetuk pintu kaca tersebut tiga kali lalu mendorongnya.

"Bosq mau bikin apalagi? Kenapa minta ke kreator sebelah?" tanya Ami pada si bos langsung pada intinya tanpa basa-basi lagi.

Randy menoleh, menatap sekre-

Dia bukan sekretaris!

-yang berdiri di hadapannya. Ia tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. Akhir-akhir ini ia menjadi pikun.

Mengapa ia menelpon Lany kemarin? Oh iya alasan itu.

Randy mengibaskan tangannya, "Biar kalian punya kerjaan." Randy bersuara lebih keras membuat orang di luar mendengarnya dan melotot. Mereka bersuara bersamaan, dalam hati.

Lo pikir kita ga ada kerjaan! Emang iya ga ada, apa lo, huh?!

070520ailavutu.

Bagian pertama, gimana kesan kalian? Aila harap ada yang nunggu lanjutannya. Seperti biasa, cek-cek typo ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top