Chapter 1
Nayla berlari cepat saat ia baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang perusahaannya bekerja.
Sahila baru saja menghubunginya. Ada kejutan yang Bosnya berikan untuknya.
Perasaan Nayla sedari tadi sudah tidak enak. Apa lagi sih kalau bukan kerjaan setumpuk yang bosnya kasih untuk para karyawannya. Kejutan yang amat sangat tidak di harapkan untuk siapa pun bagi bawahan Dimas Fatir.
Pria yang tahun ini menginjak usia tiga puluh tahun itu, hobinya menyiksa anak buahnya dengan tugas-tugas yang subhanallah lah pokoknya.
Setelah keluar dari lift, dan berjalan menuju kubikelnya. Nayla hanya bisa tercengang dengan mengurut dadanya.
Nayla memandang sendu berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
"Ini apa?" tanyanya lemas.
"Bos bilang, lo harus revisi ulang semuanya, soalnya kerjaan lo salah semua, dan di tunggu sampe jam dua siang nanti." ujar Sahila.
"Hah? Jam dua?!" seru Nayla. Sahila mengangguk singkat, lalu kembali ke kubikel-nya.
"Sialan tuh si bos kutub. Bisa-bisanya semua kesalahan di limpahin ke gue." umpat Nayla.
"Ada apa, Nayla?" Seketika tubuh Nayla menegang. Ia menoleh ke belakang perlahan. Deretan giginya seketika terlihat.
Boss dingin ada di belakangnya. Tapi kenapa udara terasa panas?
"Pagi, pak." sapa Nayla ramah.
"Cepat revisi semua itu, saya tunggu sebelum jam istirahat nanti." ujarnya sembari masuk ke dalam ruangannya.
"What?!" seru Nayla. "La, lo bilang jam dua. Kok ini sebelum istirahat?"
Sahila mengedikkan bahunya. "Lo sih, mengumpat si boss. Kenakan tuh hukuman."
"Arght.."
"Selamat berjuang Nayla." ujar Sahila.
Nayla duduk dengan lesu di bangku kerjanya. Dasar Dimas sialan.-- batinnya mengumpat.
***
Pintu ruangan Dimas terdengar terbuka. Semua karyawan yang sedari tadi mengobrol segera bubar secepat kilat kembali ke kubikelnya masing-masing.
"Nayla." panggil Dimas. suaranya itu loh, serak-serak berat, bikin kaum hawa meleleh seketika. Kecuali Nayla, Nayla bergidik ngeri yang ada. "Sudah selesai?" Nayla berjengkit kaget.
"Ya allah, mahkluk apa ini? Tiba-tiba ada di depan gue." tentu saja hanya bisa di katakan dalam hati.
"Kenapa sampai kaget kaya gitu?" tanya Dimas.
Iya lo udah kaya setan yang tiba-tiba muncul.
"Engga kaget kok, pak." sahut Nayla dengan senyum yang sangat ramah. Fomalitas, ingat itu.
"Sudah selesai kerjaan yang saya suruh revisi?" tanya Dimas lagi.
"Sudah, pak. Nanti biar saya yang antar ke meja bapak "
"Bagus, cepat juga kamu kerjain nya." puji Dimas. Entah tulus atau tidak.
Cepet mata lo juling! gara-gara lo gue gak makan siang.
"Iya, pak." jangan lupakan senyum Nayla, ya.
Setelah Dimas pergi, Nayla menghela nafas panjang. Sesak banget rasanya berhadapan sama bos dingin plus tampan kaya Dimas.
Seharusnya, Nayla membereskan kerjaannya sebelum jam istirahat, tapi Nayla memohon agar di beri waktu sedikit panjang, walau pun sulit, akhirnya Dimas bisa kasih waktu sedikit lebih panjang. Sampai setengah dua. Tanggung banget, kan??
Ah.. sudah biasa bagi Nayla dan kawan-kawannya.
Nayla berdiri dan membawa beberapa tumpuk berkas yang baru saja ia selesaikan, dan masuk ke dalam ruangana Dimas.
"Permisi, pak." Dimas hanya menatap sekilas. Lalu kembali fokus pada laptopnya. "Ini laporan keungan bulan kemarin yang bapak minta revisi. dan ini hasil penjualan bulan kemarin dan bulan ini, pak. Ini juga keuntungan sementara yang kita peroleh dari pemasukkan selama satu tahun kebelakang. semuanya sudah saya revisi, pak. Kali ini lebih TELITI." ada nada penekanan di akhir kalimat Nayla.
Dimas hanya menatap sekilas Nayla. "Simpan saja di situ, kamu boleh keluar." ujarnya.
"Engga mau di periksa sekarang aja, pak? Biar kalau ada yang salah, bisa saya langsung revisi."
Gue males lembur, ye.
Dimas menegakkan kepalanya. "Kalau kamu kerjakannya sudah teliti, buat apa harus di revisi lagi?"
Liat aja kalau lo bilang masih ada yang salah dan harus di revisi. gue bakal menjambak dan menggantung lo di monas? habis itu, bakal gue ceburin di sungai amazon, biar di rebutin buaya betina situ. -batin Nayla.
"Hm.. Baik, pak. Kalau begitu saya permisi." ujar Nayla. Senyum Nayla. Dan Nayla tidak pernah lupa akan senyumnya yang ia paksakan itu. Nayla keluar dengan hati dongkol.
Hanya sekilas info. Nayla sudah bekerja di perusahan Daimon yang bergerak pada bidang industri ini sudah hampir dua tahun. Nayla merupakan Finace Supervisor Sudah tahukan tugasnya apa? Bukan hanya Nayla, tapi ada Sahila dan juga Febri. Mereka semua merupakan kaki tangan dari Dimas selaku Finance & Accounting Manager. Nah segitu aja penjelasan tentang jabatan Nayla di tempatnya bekerja.
Ya, bisa di bilang Nayla menjadi jongosnya Dimas yang udah kaya manusia batu es itu.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Nayla, Sahila dan Febri sedang berbincang-bincang ringan. Mengobrolkan rencana kegiatan mereka setelah pulang ngantor.
"Gua mau makan di restoran seafood, gara-gara sering nonton Mukbang, gue jadi kegiyur gitu." oceh Febri.
"Engga ah... Gue gak suka seafood. Gimana kalau kita makan di mcd? Murah meriah gak bikin kantong jebol." cetus Sahila.
"Kalau lo mau murah meriah. Noh.. Makan di warteg samping kantor aja. 10 ribu udah dapet seabreg." celetuk Nayla.
Sahila memutar kedua bola matanya.
"Nayla." bukan, ini bukan suara Sahila, Febri, apa lagi Nayla. Tapi ini suara makhluk astral yang gantengnya setara sama pangeran William. Tahu kan siapa??
"Iya, pak?"
"Malam ini kerjakaan laporan keuangan penjualan produk dari bulan januari, ya!"
"Tapi pak-"
"Kerjakan sekarang, besok akan di meeting kan."
Seketika tubuh Nayla lemas. Dasar jin kutub.
***
*Bersambung*
Hisa kembali dengan cerita baru, gimana part pertama?
Disini akan banyak umpatan yang kalian baca dari Nayla untuk Dimas.
jalan cerita ini mungkin memang pasaran. Tapi hasil mikir sendiri. Jadi kalau ada yang bilang cerita aku mirip sama cerita orang lain atau lapak sebelah. Monggo.
Karena aku tau. mulut netizen lebih tajem dari pada pisau dapur.. betul tak?
Jangan lupa komen dan vote ya.. Mau liat cerita ini banyakkah pendukungnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top