Pergi Ke Kafetaria

Pergi ke kafetaria SMA Bhakti Timur tidak pernah semenyeramkan ini. Tepat seminggu insiden penembakan oleh salah satu siswa yang mencuri pistol api milik tetangganya telah mengubah jendela pandang pada kagetaria yang identik dengan keceriaan. Parahnya berita itu menyebar ke seluruh negara. lima siswa dikabarkan tewas di tempat dan dua siswa dilarikan ke rumah sakit, termasuk sang pelaku.

Jessica melihat adegan penembakan itu dengan matanya sendiri. Serupa adegan penembakan khas film-film barat. Dia mengenal baik siapa pelaku yang merupakan kekasihnya. Begitu pula 6 korban juga termasuk mantan kekasihnya. Kendatipun demikian dia tidak pernah menjenguk kekasihnya itu selama masa kritis berlangsung. Dia tidak ingin dilibatkan dengan kejadian ini. Dia bahkan tidak tahu kenapa kekasihnya melakukan itu.

Selama sepekan sekolah diliburkan. Kendatipun demikian Jessica tidak pernah menjenguk kekasihnya itu selama masa kritis berlangsung. Dia tidak ingin dilibatkan dengan kejadian ini. Dia bahkan tidak tahu kenapa kekasihnya melakukan itu. Namun polisi masih mengusut motif dibalik penembakkan itu dan melibatkan Jessica sebagai saksi. Yang dilihatnya sekarang kafetaria menjadi sangat sepi.

Jessica mendengar bahwa puluhan siswa memilih mengundurkan diri dan pindah ke sekolah lain. Sungguh insiden terburuk sepanjang sejarah bagi sekolah di manapun. Lengah hingga membuat kafetaria bah sebuah rumah berhantu.

Orang tua mereka yang masih mempertahakan anaknya sekolah di sana memutuskan untuk membawa bekal dari rumah dan melarang anak-anak mereka pergi ke kafetaria. Trauma pascakejadian itu membuat sekolah memutuskan untuk membangun kafetaria baru di dekat gerbang masuk sekolah. Namun bagi Jessica. Sejauh apapun dia berlari, kafetaria itu akan tetap sama menyeramkan, banyak siswa akan tetap menatapnya dengan tatapan menuduh.

- Aila Radit

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top