1. Open for Surprise
Taehyung menyadari jika sesuatu telah berubah dari saudarinya. Mungkin tidak begitu kentara, namun Taehyung tahu jelas ada yang berbeda. Taera yang dingin kini melunak. Mulai menunjukkan beberapa progress dalam berekspresi dan mengutarakan pendapat. Well, tentu saja itu hal yang bagus. Hanya saja, apakah alasan di balik perubahan sikap Taera juga sama bagusnya?
Jujur saja, ia sedikit banyak khawatir dengan Taera—mengingat bagaimana posisi saudarinya sangatlah rawan dan selalu menjadi sorotan.
Membuang pikiran buruk jauh dari awang-awang, Taehyung menertawakan diri sendiri. Bagaimana bisa berpikir seperti itu?
Taera itu sempurna. Tidak ada cela dan tidak mungkin melakukan perbuatan tercela. Apalagi, dengan pengawasan Papa dan keluarga Papa yang super ketat untuknya. Rasanya, seperti napasmu saja dihitung dan kadar oksigen yang kau ambil harus sesuai dengan kebutuhanmu. Jadi, mana bisa membelot atau berbuat seenaknya?
Melangkah turun dari Rovernya, pun Taehyung berjalan pelan menuju pintu masuk bandara Jeju. Langkahnya pasti dan mantap menuju ruang tunggu kedatangan internasional. Netranya menelusur sekitar mencari-cari di mana sosok wanita muda yang seharusnya sudah tiba setengah jam lalu.
Ah, itu dia!
Pun Taehyung berjalan mendekati si wanita yang terlihat asik mengobrol bersama seorang pria cilik di sampingnya. Pemandangan yang luar biasa yang baru pertama kali dilihatnya.
"Asik sekali," ucap Taehyung sembari menyentuh lengan saudarinya. Sepertinya Taera memang takkan menyadari keberadaannya jika Taehyung tidak menyentuhnya tadi. Gadis itu terlalu asik berbincang bersama si pria cilik.
"Oh, kau sudah tiba?"
Tak dielakkan, Taera Wang memang memiliki senyum paling menawan. Kau bisa tertular hanya dengan melihatnya. Dan sayangnya hal itu sangat jarang disaksikan. Kepada orang terdekat pun Taera lebih suka memasang wajah datar dengan senyum tipis seadanya. Sangat berbeda dengan gadis yang dilihat Taehyung sekarang.
"Noona harus pergi dulu, sampai jumpa!" pamitnya pada si pria kecil yang jelas membuat Taehyung terheran-heran. Sejak kapan Taera seakrab ini dengan orang asing?
Ah, atau semua ini memang sudah diatur sedemikian rupa untuk menciptakan citra baru bagi sang permata?
Well, kenapa dari kemarin tidak berpikir sampai ke sana, sih? Pasti begitu. Sang Nenek pasti menyuruh Taera membentuk citra baru di hadapan publik. Karena begitulah keluarga Wang bekerja.
"Sudah makan malam?" tanya Taera setelah Taehyung meletakkan koper besarnya ke bagasi.
"Sudah. Tapi aku tidak menolak jika kau mau mentraktirku."
Taera terkekeh pelan. Entahlah, terlihat seperti tidak dibuat-buat. Terlihat sangat natural. Apakah dia belajar berakting selama di luar negeri?
Tiba di areal parkir sebuah restoran daging, Taera segera beranjak kursinya. Masih terasa aneh bagaimana Taera yang biasanya bersikap royal bak ratu, kali ini malah cenderung bergerak bebas seperti merpati yang baru dilepas.
"Aku ingin ini, ini, dan ini. Bagaimana denganmu?"
Sang Nona muda menunjuk tiga menu sekaligus. Tiga daging dengan porsi besar yang Taehyung rasa merupakan porsi makan Taera selama seminggu. Dan biasanya, jika dalam kondisi seperti ini bersama Wang Miru—adik sepupunya, Taehyung akan menjadi tempat sampah untuk menaruh semua sisa makanan yang tak disentuh.
"Aku tidak bisa menghabiskan semuanya kalau kau hanya memakan sepotong saja, Taera!"
"Aku tidak memintamu memakan makananku. Untuk itu, pesanlah sendiri makananmu."
Okay. Yang ini juga sedikit mengejutkan. Wanita-wanita Wang tidak memiliki sikap bar-bar dalam menyantap makanan. Well, meski kadang Miru bertindak bar-bar dan suka melanggar aturan, namun masalah pola makan, gadis itu sangat menjaga.
Iya, ini aneh. Miru saja yang begitu saja, masih menjaga pola makan untuk penampilan. Bagaimana bisa Taera yang selalu memperhitungkan segalanya jadi bersikap seenaknya begini?
Tiga porsi daging benar-benar dihabiskan sendiri. Taehyung masih tak habis pikir. Apa yang membawa perubahan sebesar ini pada saudarinya? Ia sama sekali tak terlihat seperti bagian dari keluarga Wang. Seperti gadis lain yang sejujurnya jadi terlihat menyenangkan.
Tiba di rumah, Taera tidak mendapati siapapun. Rumah orang tua mereka terlihat legang. Hanya beberapa orang asisten rumah tangga yang bersliweran. Menatap saudaranya, Taera tak perlu bersuara untuk mengajukan pertanyaannya.
"Mama dan Papa sedang pergi ke Seoul untuk beberapa urusan. Besok mereka pulang."
Ah, sedikit kecewa rasanya. Padahal putri mereka sudah pulang, kenapa malah tak ada orang begini?
Maka, Taera Wang memilih naik ke kamar dan merilekskan tubuh dalam rendaman air hangat yang dicampur wewangian. Tak lupa, ponselnya dibawa untuk memberi kabar jika dirinya sudah sampai dengan selamat dan akan segera beristirahat.
***
Keluarga Wang memang tak pernah tanggung-tanggung dalam membuat acara—meski hanya mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Sebuah pesta kebun yang cukup meriah diselenggarakan di halaman belakang mansion aang nenek. Paman dan Bibi Wang Hansol, Seokjin, Joohyun, Miru, dan kedua orang tua mereka, semua berkumpul untuk menyambut kepulangan Taera.
Iya, sedikit berlebihan. Memang apa yang sudah dilakukan Taera? Ia hanya melakukan perjalanan bisnis dengan mendatangi launching beberapa produk—dan mungkin sedikit bersenang-senang.
Usai memainkan pianonya, pun Taera kembali ke kursi dengan penuh sambutan dan pujian. Tidak ada senyum lebar seperti kemarin. Hari, ini seolah Taera kembali menjadi dirinya, kembali menjadi anggota keluarga Wang yang terhormat.
"Bagaimana perjalanan kemarin, Eonnie?" tanya Miru yang duduk di samping Taehyung.
"Cukup menyenangkan, Mi. Lain kali kau harus ikut."
Miru jelas ingin sekali menikmati hal yang sama. Namun sayang sekali, tanggung jawab pendidikannya belum selesai. Ia masih seorang pegawai magang di perusahaan keluarga, sama seperti Taehyung. Kalau saja dianugerahi otak sejenius Taera, mungkin saat ini Miru bisa selalu pergi bersama sepupunya itu untuk melakukan perjalanan bisnis.
Para orang tua terlihat membicarakan sesuatu yang serius sementara anak-anak muda memilih untuk menikmati camilan dan sampanye. Membagikan cerita-cerita dan pengalaman mereka selama tidak bertemu. Khususnya Seokjin sih yang lebih banyak memamerkan keindahan tempat bulan madunya bersama Joohyun.
"Kalau kalian menikah nanti, pastikan pergi ke sana untuk berbulan madu. Pantainya cantik dan benar-benar tenang."
"Benarkah?" Taera terlihat antusias. Tempat-tempat penuh ketenangan seperti itu memang menarik perhatiannya. Hiruk-pikuk dan keramaian kota membuatnya menginginkan sesuatu yang berbeda.
"Benar sekali, Taera-ya. Terutama untukmu, aku akan merekomendasikannya pada calon suamimu," ujar Seokjin sebelum terkekeh. Pria itu mulai mabuk.
Well, di sana Taera justru berpikir keras. Calon suami? Seokjin tak mengimbuhkan 'nanti' di akhir kalimat. Itu berarti, cucu tertua keluarga Wang ini mengetahui sesuatu.
"Tidak harus datang untuk bulan madu 'kan Oppa? Aku bisa ke sana mengajak Taehyung dan Miru," ujar Taera sembari meletakkan gelas sampanye, kepalanya mulai terasa pening. Padahal biasanya toleransi alkoholnya yang paling tinggi di antara yang lain.
"Kenapa harus mengajak Taehyung dan Miru kalau kau bisa pergi bersama calon suamimu sebentar lagi?"
Ini jelas tidak lucu. Calon suami? Siapa?
Taera bahkan belum mendengar apapun tentang ini. Dan ia sama sekali tidak berniat untuk berhubungan dengan pria lain.
Lagipula, Taera juga ingin fokus pada bisnisnya yang sedang berkembang. Tidak mau kalau sampai harus mengorbankan anak pertamanya itu karena sibuk dengan kehidupan pernikahan dan segala drama ala keluarga Wang.
Meski lama menjadi seorang penurut, namun Taera banyak belajar dari seseorang jika hidupnya adalah miliknya sendiri. Katakan tidak jika kau merasa tidak mau. Untuk beberapa permintaan keluarga, Taera mungkin bisa mentolerir. Namun jika menyangkut kehidupannya dalam jangka panjang, ia tak mau begitu saja mengiyakan. Tidak bermaksud membelot atau membangkang, tapi Taera juga menginginkan kehidupannya. Selama ini ia sudah terlalu patuh.
Sampai mereka kembali ke rumah masing-masing, tidak ada sedikitpun pembicaraan mengenai calon suami Taera. Mama dan Papa cenderung membicarakan bagaimana pengalaman putri semata wayang mereka mengelola salah satu bisnis keluarga. Dan Taera tentu tak mau membuat keduanya khawatir dengan apa yang belum pasti. Semua itu masih di dalam benak saja.
***
"Berusaha memperbaiki pola asuh di keluarga ini?"
Suara baritone Taehyung sedikit mengejutkan. Tak biasanya Taera hilang fokus begini. Namun, apa yang disajikan di salah satu platform berbagi video cukup menarik perhatiannya. Mengenai pola asuh anak. Dan Taera sadar, baik dirinya, Taehyung, Miru, maupun Seokjin, tak pernah mendapatkan perlakuan yang seharusnya mereka dapatkan.
"Ya, kurasa jika aku memiliki anak nanti, aku takkan menerapkan sistem keluarga ini pada mereka."
Wow! Itu kalimat yang cukup membangkan untuk diucapkan seorang Wang Taera.
"Rasanya baru kemarin kau pulang. Dan kau harus pergi secepat ini?" ucap si pemuda, kemudian bergabung di ranjang saudarinya.
"Yah. Aku tidak bisa meninggalkan kursiku di Busan terlalu lama, Taehyung-ah. Sebaiknya cepat selesaikan pendidikanmu, kita bisa berada di tempat yang sama nanti." Taera tak mengalihkan pandang. Masih berfokus pada animasi dengan teks di layar ponsel.
Pun Taehyung terdiam. Bukannya tak ingin cepat-cepat selesai. Hanya saja, langkahnya memang tak sepanjang Taera. Kemampuannya juga tak sebanding dengan Taera. Jadi, mana bisa cepat-cepat?
Namun, menangkap maksud lain dari ucapan saudarinya, Taehyung sadar kalau Taera ingin bersama dengannya. Bagaimanapun, mereka menghabiskan seumur hidup bersama. Dari bayi hingga dewasa, Taehyung dan Taera hanya terpisah saat Taera memutuskan untuk mengambil sekolah lanjutan di Amerika. Itu pun hanya empat tahun sebelum Taera kembali dengan dua gelar.
"Mana koper yang akan kaubawa?" Taehyung mengedarkan pandang ke seluruh penjuru kamar saudarinya. Mencari-cari koper kesayangan Taera yang selalu dibawa saat melakukan perjalanan jauh.
"Aku sudah menaruhnya di bagasi. Jadi, aku hanya perlu membawa itu," si gadis menunjuk tas berukuran sedang yang tergeletak di sofa.
Seperti biasanya, Taera memang penuh persiapan.
Tepat pukul dua siang, Taera pergi, diantar Taehyung dan kedua orang tua mereka tentunya. Papa memang mengurus PARADISE pusat di Jeju bersama paman Hansol, dan Taera mendapat bagian untuk mengurus salah satu cabang perusahaan properti itu di Busan. Ini sudah tahun keduanya. Dan posisi Taera saat ini sudah sangat krusial. Ia tak boleh pergi lama-lama.
"Sampaikan salam Papa pada direktur Kim, Sayang," ujar Wang Hansung pada putri semata wayangnya.
"Ya, Pa. Aku akan menyampaikan salam Papa."
"Jaga dirimu baik-baik, Sayang," ucap sang Mama sebelum memeluk anak gadisnya. Rasanya baru sebentar mereka kembali bersama, belum puas melepas rindu, tapi harus kembali dipisahkan.
"Mama juga, ya!" Pun Taera melepas pelukan sang Mama, kemudian beralih pada Taehyung. Mendekapnya erat sambil membisikkan sesuatu yang membuatnya bergeming dengan kepala bergemuruh.
Taehyung masih diam. Bahkan saat Taera melambaikan tangan dan berjalan menuju pintu masuk keberangkatan, Taehyung masih mencoba mencerna apa yang dikatakan Taera. Percaya, tidak percaya. Setengah mati penasaran dengan apa yang dimaksud dengan 'menyelamatkan hidup Taera'.
Taehyung tidak mau berprasangka, namun cara Taera mengatakannya tadi benar-benar membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Tolong lenyapkan benda itu untuk menyelamatkanku. Memangnya apa yang disembunyikan Taera di laci kamarnya?
Tak ingin membuat kedua orang tuanya curiga, pun Taehyung diam-diam masuk ke kamar Taera saat tengah malam. Hanya berbekal sinar redup dari ponselnya karena tak mau menarik perhatian siapapun jika seberkas cahaya terlihat dari jendela.
Berjalan mengendap menuju laci yang dimaksud, tangannya merogoh-rogoh sesuatu di dalam sana. Tak ada benda lain selaian amplop. Tidak begitu jelas apa yang tertulis di sana, namun dari lambang yang terlihat, Taehyung tahu jika amplop itu berasal dari rumah sakit.
Apa yang sebenarnya disembunyikan di balik amplop ini?
Kenapa Taera memintanya untuk langsung memusnahkan benda ini?
Tak tahan dengan rasa penasaran yang bercampur kekhawatiran, Taehyung berjalan cepat ke kamarnya. Ia benar-benar takut dengan apa yang ada di balik amplop ini. Tes kesehatan? Lalu mengapa harus segera dilenyapkan? Apakah Taera menderita sakit parah dan tidak mau mengatakan hal ini pada keluarga?
Menyalakan lampu belajar untuk membantunya membaca apa yang tertulis di permukaan amplop, Taehyung menemukan nama 'Wang Taera' tertera di permukaan. Ini milik Taera.
Membaca tulisan dari kertas di dalam amplop, Taehyung harus mengerjapkan kedua netranya beberapa kali. Ia tidak buta huruf. Ia juga yakin tidak mengidap disleksia. Namun apa yang tertulis di atas kertas membuatnya harus membaca beberapa kali untuk memastikan kedua netranya masih jelas berfungsi.
Kertas itu diremat hingga menjadi sebuah buntalan. Kata-kata di dalamnya masih jelas bergaung di dalam kepala.
Taera Wang
Positif Hamil
Usia Kandungan : 6 minggu
Dan bisa dipastikan, Taehyung akan terjaga semalaman, berusaha menghubungi untuk meminta penjelasan saudarinya.
(*)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top