[0.0] Tae to Tae
Kupikir, puncak dari drama kehidupan yang membalikkan keadaanku telah kulewati sepuluh tahun lalu. Saat usiaku lima belas. Saat aku tahu, aku dan Taera, tak pernah berada dalam rahim yang sama. Saat aku menyadari jika aku bukanlah anak kandung Mama.
Wang Taehyung hanyalah anak hasil perselingkuhan Papa dengan mantan sekertarisnya. Anak yang tidak diinginkan ibu kandungnya, ditinggalkan, dan dibuang begitu saja.
Kau tahu rasanya? Seperti duniamu dijungkirbalikkan, darahmu diperas hingga tak bersisa, dan jantungmu diremat habis. Sakit. Buae Sangat menyakitkan. Kehidupanku seakan dirampas bersama kenyataan yang selama ini kupercayai.
Jujur, sungguh aku bahkan tak pernah merasa dianaktirikan atau dibenci. Mama dan Papa memang selalu mengutamakan Taera. Namun bukan berarti aku diabaikan. Tak ada perbedaan kentara di antara kami. Hanya sedikit mengenai pola belajar yang harus kami lakukan, dan aku jelas tahu alasannya, Taera itu jenius. Benar-benar jenius.
Bagi Mama dan Papa, Taera adalah sebuah kesempurnaan. Bukti nyata dari hasil kerja keras semalam yang diselimuti peluh dan berakhir pada puncak kenikmatan dunia. Ah, tentu tidak hanya itu, pengorbanan Mama dan Papa membesarkan saudariku yang cerdas dan menawan itu juga tak bisa dibilang kecil. Mama dan Papa melakukan banyak hal untuknya—untukku juga sih.
Meski sibuk bekerja, Mama dan Papa tak menghentikan aktivitasnya mengurus Taera—dan aku. Menyekolahkan kami pada sekolah terbaik, memberikan tambahan pelajaran ini-itu, serta beberapa ekstrakurikuler yang hanya diikuti orang-orang cerdas berkemampuan diatas rata-rata. Yah, aku juga tak kalah pintar dari saudariku itu.
Sempat terpikir olehku kalau Taera yang kelewat lurus itu akan melakukan sedikit kenakalan saat menjalani studi lanjutnya di luar negeri. Kau tahu, gadis baik-baik hanyalah gadis nakal yang tidak pernah ketahuan. Namun tidak. Aku salah besar. Taera justru membawa semakin banyak penghargaan dan pujian. Membuatku semakin terperosok dan tidak terlihat di mata keluarga Wang yang terhormat.
Kami mirip. Sangat mirip malahan. Kecuali dengan mata sehijau zamrud miliknya dan kecerdasan di atas rata-rata yang sampai sekarang takkan kumiliki.
Dan pada usia yang sama di mana Taera mendapat gelar keduanya, aku bahkan masih bersusah-payah mengejar gelar sarjana. Duduk ruang tunggu, menanti pembimbing membuka jalan kelulusanku.
Aku tidak tahu bagaimana wanita itu bisa melakukannya. Mendapatkan gelar sarjana saja, sepertinya aku harus jungkir balik dan hampir mati tersedak materi. Bagaimana bisa dia—Ah, dia memang wanita luar biasa.
Well, jangan pikir kalau Papa dan Mama tidak memperlakukanku dan sama kerasnya seperti Taera. Bahkan setelah drama dan keonaran yang kulakukan, Mama dan Papa tetap bertindak seperti biasanya. Mereka selalu mengingatkan kalau aku dan Taera adalah sama. Anak Papa dan Mama. Tidak ada yang boleh mengutak-atik fakta—yang sedikit dipaksa—itu.
Meski bukan anak kandung Mama, tapi aku merasa sedikit beruntung mendapatkan kasih sayang darinya. Apalagi mengingat fakta jika aku terlahir sebagai lelaki. Papa dan Mama tidak menuntutku menjadi sesempurna Taera. Mereka yang terlahir sebagai wanita di kalangan kami haruslah memiliki pendidikan tinggi, cantik, dapat dibanggakan, dan terlihat sempurna. Kurasa tekanan lingkungan yang seperti itulah yang menyebabkan Papa dan Mama terlalu keras pada Taera.
Taera itu penurut. Benar-benar selalu menuruti perintah Papa ataupun Mama. Tidak mau mengecewakan mereka, meski kadang harus mengorbankan dirinya sendiri. Aku tahu itu. Jelas.
Sejujurnya, terkadang aku merasa kasihan pada saudari perempuanku itu. Kesannya, dia malah terlihat seperti boneka yang didesain untuk memenuhi segala keinginan Mama dan Papa. Dijaga dengan baik agar tidak cacat, namun juga diatur dengan ketat agar tidak melakukan kesalahan. Pokoknya harus sempurna.
Hingga suatu ketika aku menyadari satu hal. Tidak ada gadis baik-baik di dunia ini. Mereka hanya terlalu pintar menyembunyikan kenakalannya.
—Taehyung Wang
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top