Chapter 8 (2)
Hari ini kelas Biologi diadakan di kebun Akademi untuk mengambil pot berisi tanaman magis yang hendak dipelajari. Masing-masing murid membawa satu pot yang kemudian dibawa ke tanah lapang untuk mencegah hal tak terduga mencelakai para murid atau membuat kebun rusak. Para murid mengenakan sarung tangan tebal berwarna cokelat, meletakkan pot jamur berjajar, mereka lalu berbaris rapi selagi profesor Solana menerangkan jenis tanaman magis yang mereka bahas hari ini. Tanaman ini adalah salah satu jenis jamur magis yang bernama Mimomun Mushroom.
Jamur ini ukurannya ada yang kecil hingga sebesar kepalan tangan orang dewasa, masih setara dengan jamur biasa yang sering diolah jadi makanan. Mimomun Mushroom berarti Jamur Elemen lalu jamur ini dibagi lagi jenisnya dan setiap jenis memiliki warna yang berbeda. Dikarenakan namanya jamur elemen maka sesuai namanya, setiap jamur memiliki elemen yang berbeda. Perlu diketahui pula kalau jamur ini tidak bisa diolah menjadi makanan begitu saja, terlebih tumis jamur! Jangan berpikiran untuk membuat tumis jamur dari Mimomun Mushroom, jika tak mau keracunan! Sehingga tepatnya hanya diolah jadi material senjata berupa peluru atau potion.
"Setiap jenis Mimomun Mushroom memiliki warna yang berbeda dan efek yang dihasilkan. Jamur yang berwarna biru jika dimakan para binatang maka rasanya akan dingin, kemudian biasa dibuat ramuan untuk luka bakar. Jamur merah jika dimakan, para binatang akan kepedasan dan tidak jarang mereka jadi menyemburkan api, jamur ini adalah bahan untuk membuat ramuan untuk tubuh yang beku atau ketika seseorang terkena hipotermia. Warna hijau berfungsi untuk menetralisir racun, sebenarnya ada banyak tanaman yang berfungsi menetralisir racun termasuk jamur ini."
"Bagaimana dengan jamur berwarna ungu ini?" tanya murid yang menjadi teman Killian, dia memegangi jamur tersebut kemudian diperlihatkan pada profesor Solana.
"Bahaya, jamur itu beracun, racun mematikan jika diolah jadi ramuan, terutama untuk membunuh monster, biasa jadi bahan material peluru atau anak panah beracun," jelas profesor Solana. Sontak saja lelaki itu melempar jamurnya dan mengibaskan tangannya, takut racunnya menjalar. Tawa anak kelas terdengar terutama Killian yang melihat kebodohan temannya.
"Tenanglah, racunnya takkan menyebar begitu saja karena kalau dikonsumsi atau dibuat ramuan baru mematikan." Profesor Solana mengambil salah satu pot jamur. "Jamur kuning ini satu-satunya yang akan bercahaya di malam hari, jika dibuat ramuan, bisa menambah tenaga, tapi jangan terlalu banyak mengkonsumsi akan berbahaya juga."
Profesor Solana memperhatikan para muridnya, ada yang mencatat, ada yang tidak. Namun, jelasnya keturunan Andromeda yang paling rajin mencatat dari awal materi diberikan. "Selanjutnya, masing-masing ambil dua pot, satu pot yang ada jamurnya, satunya lagi yang hanya berisi tanah. Aku akan ajarkan kalian bagaimana cara mencabut jamurnya dengan benar dan cara menanam jamur agar tumbuh subur. Ayo, ayo, jangan lupa sarung tangan terutama yang memilih jamur ungu, jangan sembarangan disentuh apalagi dimakan!"
Selagi kelas Aalisha sedang diajarkan menanam serta mencabut jamur. Mari berkunjung ke kelas yang berbeda, tetapi tidak jauh lokasinya dari kelas biologi profesor Solana. Berada di kelas ini ternyata salah satu kelas di angkatan tahun kedua sedang mendapatkan kelas binatang magis. Mereka mempelajari tentang binatang Bobynolous---binatang sejenis Gorila. Para murid itu mempelajari sejarah binatang tersebut serta pernah dalam suatu perang para Bobynolous diajarkan berperang dan menjadi pasukan tambahan. Namun, perang ini bukan membantu pihak manusia, melainkan ras lain yakni ras Elf yang terkenal mencintai binatang serta memiliki kecerdasan yang luar biasa.
"Membosankan, kenapa aku di kelas ini ya?" ujar Eloise yang lelah menekuk kakinya jadi dia luruskan.
"Karena ini kelas wajib. Kalau peminatan, kau boleh tak ambil," ujar Nathalia.
Eloise memutar bola matanya. "Aku benci gorila itu, bisakah diganti binatangnya?"
"Kau mau binatang apa? Naga yang baru jadi peliharaan Eidothea," tukas Nicaise.
"Itu Wyvern," ucap Nathalia yang kemudian bersin karena rambut Eloise mengenai hidungnya. Ah, gadis Clemence itu bersandar pada Nathalia.
"Sama saja," timpal Eloise, "mereka sama-sama reptil dan bisa terbang."
"Kau keras kepala." Nathalia mendengus. Ia lalu beralih pada Nicaise. "Mana Athreus?"
"Entahlah, tak terlihat sejak tadi," sahut Nicaise.
"Serius, dia tidak masuk kelas ini? Apa ketiduran." Nathalia tahu jika lelaki itu cerdas, tetapi bukan berarti dia bisa seenaknya bolos kelas.
"Pagi tadi, katanya dia mendapatkan surat dari kediamannya. Aku sempat bertemu dengannya saat sarapan pagi." Nicaise menatap beberapa prajurit yang membawa sekitar enam Bobynolous yang dirantai tangannya serta membawa setandan pisang.
"Kau kan satu asrama," ucap Eloise, "apakah kau tidak tahu Athreus pergi ke mana?" Perlu diingat kembali jika Eloise dan Nicaise satu asrama di Faelyn sedangkan Athreus dan Nathalia di asrama Gwenaelle.
Nathalia mengingat-ingat lagi. "Seingatku setelah bertemu Orly yang memberinya surat, dia kembali ke asrama dengan keadaan lesu. Kurasa ada masalah dengan keluarganya."
"Sudahlah, biarkan saja dia!" Eloise berdiri karena guru mereka yang mengajar di kelas ini---ada guru lain selain master Howard yang mengajar binatang magis---meminta mereka membentuk kelompok dan memberi makan para Bobynolous, mencatat keunikan binatang tersebut kemudian dijadikan laporan bacaan yang dikumpulkan minggu depan.
Awalnya tugas mengamati binatang tersebut berjalan lancar. Meskipun Eloise terlihat paling enggan, dia benci ketika Bobynolous itu mengembuskan napasnya yang panas dan agak bau, lalu pisang yang ia makan sedikit tersembur, jorok sekali cara makan binatang itu! Lihatlah bagaimana sisa dari pisang itu berserakan ke tanah.
"Kalian memikirkan apa yang kupikirkan?" ujar Eloise pada Nathalia dan Nicaise.
"Eloise lebih baik fokus membuat catatan jadi mudah membuat laporan bacaan nanti," balas Nathalia, "jangan lakukan hal aneh."
Eloise membuat wajah mengejek pada Nathalia kemudian dia melirik Nicaise yang sepertinya punya pemikiran yang sama dengan Eloise. Senyuman kedua Majestic Families itu terukir. Kebetulan juga Nathalia dipanggil guru mereka jadilah rencana nakal keduanya dimulai.
"Nicaise tolong beri aku satu buah pisangnya," ujar Eloise.
"Tentu saja," balas Nicaise.
Mereka pernah membaca di buku kalau binatang Bobynolous memiliki kepekaan yang kuat, kemudian mereka punya sihir tersembunyi yang jika dipicu sesuatu, maka sihir itu akan aktif. Hal inilah yang membuat Nicaise dan Eloise penasaran. Atas kemampuan mistis Eloise, dia pun menanamkan api di dalam pisang tersebut yang jika dimakan maka mulut dan lidah akan terasa meletup-letup, tenang saja, ini takkan berakibat fatal karena Eloise pernah mencobanya sendiri.
Harusnya semua baik-baik saja atau hebatnya mereka berhasil mengetahui sihir tersembunyi gorila itu. Namun, kenyataannya tidak! Sungguh hal ini karena mereka melupakan satu sesuatu; bahwa Bobynolous sangat sensitif jika acara makannya diganggu terutama makanan favoritnya yakni pisang, mereka akan mengamuk.
Maka setelah pisang itu masuk mulut Sang Bobynolous, binatang magis itu berteriak sangat kencang ketika lidahnya terasa aneh. Ia mengamuk sambil menjulurkan lidahnya. Lalu atas sihir milik Sang Bobynolous yakni berbagi kepekaan atau rasa sakit dan emosi dengan rasnya atau sesama Bobynolous, maka para Bobynolous lain yang meski tak memakan pisang milik Eloise, mereka juga merasakan sakit yang sama, kini sukses lah keenam Bobynolous jadi marah.
"ELOISE! NICAISE! APA YANG KALIAN PERBUAT!" teriak Nathalia.
Kericuhan terjadi karena beberapa murid terkena hantaman tepat di perut mereka hingga terlempar dan menghantam tanah. Keadaan itu semakin diperparah karena keenam Bobynolous malah kabur dan berlari tak terkendali. Kemungkinan mereka akan berbuat kegaduhan.
"Karenamu bodoh! Apa kau beri racun di pisang itu!" cecar Nicaise.
"Tidak! Harusnya tidak sampai menyakiti binatang itu, pasti ada yang salah!
"Bodoh kalian berdua! Mereka itu jenis binatang yang tak bisa diusik ketika makan!" Kesabaran Nathalia sudah habis. "Lalu apa yang kalian tunggu?! CEPAT KEJAR MEREKA KARENA DI SEBELAH SANA ADA KELAS LAIN YANG SEDANG BELAJAR!"
Maka Eloise dan Nicaise berlari tunggang langgang karena takut akan amarah Nathalia serta berharap jika tak ada korban jiwa akibat amukan enam Bobynolous.
****
Para murid hampir selesai mencabut jamur-jamur, ternyata lebih sulit mencabut jamurnya terutama yang sudah cukup besar dan tua dibandingkan menanam jamur. Mereka juga harus berhati-hati ketika mencabut karena rapuh dan mudah patah, apalagi kepala jamurnya sementara jamur ungu harus berhati-hati, kalau-kalau racunnya menyebar.
"Hei, apa jamurnya bisa bergoyang atau bergetar," tanya Frisca.
"Sepertinya tidak," balas Gilbert bingung, tapi jamurnya juga terlihat bergetar dan bergoyang-goyang. "Hei jamurku juga sama!"
"Kurasa bukan jamurnya yang bergetar," sahut Mylo, "tapi ... tanah yang kita pijak!"
"APA YANG DATANG ITU!" teriak murid perempuan yang sukses menjatuhkan potnya hingga terhambur di tanah. Gerombolan monster? Bukan, itu binatang magis menyerupai gorila yang berlari tunggang langgang dengan suara mereka menggelegar.
"Profesor para binatang itu menuju kemari!" Murid lain berteriak.
"Oh Dewa, kurasa mereka mengamuk. Semuanya, lekas menjauh dari lapangan ini! Tuan Arlam! Jangan meronta dia semakin marah jadinya, aku akan menolongmu!" Lekas profesor Solana menolong salah satu muridnya yang tiba-tiba dicengkeram kakinya kemudian diangkat oleh salah satu Bobynolous.
Kegaduhan semakin terjadi, kekacauan begitu terasa ketika para Bobynolous itu mengambil jamur-jamur berwarna merah kemudian mereka maka yang ternyata mereka semakin mengamuk! Memukuli dadanya sendiri, kini api besar tersembur dari mulut para Bobynolous. Akibat hal ini, rerumputan terbakar api, lalu api menjalar ke pot jamur lainnya yang akhirnya jamur-jamur merah meledak hingga api semakin membesar.
"Sial, kita harus menolong mereka!" Anila berujar, "apinya juga harus dihentikan sebelum semakin menyebar!" Niatnya memang baik, tetapi terhalangi karena muncul tiba-tiba satu Bobynolous yang hampir menghantam Anila jika Mylo tidak menolongnya.
Di sisi lain, Killian tertawa karena melihat pemandangan yang lucu baginya. Hingga ia tak sadar jika Bobynolous lain berhasil meraih jubahnya, suara jeritannya terdengar saking dia takut akibat diangkat tinggi-tinggi oleh binatang itu. Teman-temannya berniat menyelamatkannya, tetapi berakhir dengan seragam gosong dan wajah menghitam serta rambut sedikit terbakar karena Bobynolous itu berteriak pada mereka dan menyemburkan api.
"Gawat," ujar Frisca, "mereka memakan jamur kuning. Bukankah artinya kekuatan mereka akan bertambah---"
"AWAS API!" teriak Gilbert lalu menarik Frisca, mereka terjatuh, tertelungkup ke tanah karena berusaha menghindari sambaran api yang berasal dari para Bobynolous.
"Anila kau tak apa?" ujar Mylo yang bersama dengan Anila sontak merunduk dan melindungi kepala mereka agar tidak gosong terbakar api.
"Iya, tapi Aalisha!" Anila bangun kembali kemudian menatap pada gadis kecil yang masih berdiri kokoh, tak terusik sedikit pun dengan pelindung dari selubung neith yang tepat di hadapannya.
"Aku baik-baik saja," ujar Aalisha.
"Bukankah kita harus menghentikan kekacauan ini, terutama dengan bantuanmu," ucap Mylo lekas berdiri, ia bantu pula Anila.
"Mylo kau terlalu baik, kita tak perlu melakukannya, terlebih lagi ...." Aalisha menatap pada dua manusia yang sangat ia kenal. "Penyebab dari kekacauan ini sudah datang."
Para murid yang masih di lapangan perlahan menatap pada dua Majestic Families yang tiba dengan napas memburu; Eloise dan Nicaise yang dihampiri oleh Aalisha. "Lihatlah yang kalian perbuat."
"Diamlah kau," sahut Eloise yang tak menyangka kekacauannya lebih dari yang ia duga. Bagaimana bisa para gorila itu memakan Mimomun Mushroom! Mana apinya semakin menjalar ke mana-mana dan bertambah besar bahkan asap hitam mulai membumbung. "Nicaise suruh mereka meninggalkan lapangan ini. Aku tak mau bertanggung-jawab jika mereka terluka karena ikut campur."
Selagi Eloise berfokus mengendalikan neith-nya untuk menggunakan mantra yang dapat menghentikan kebakaran ini. Maka Nicaise berbalik kemudian berteriak, "semua segera pergi dari sini! Bawa teman kalian yang terluka, jangan berani ikut campur karena kami akan menangani semua ini! Cepat pergi!"
Lekaslah para murid saling membantu dan menopang teman mereka yang tak bisa berjalan akibat terluka. Killian terlihat dibantu kedua temannya, ah bisa saja kakinya terkilir atau malah patah. Gilbert menarik jubah Frisca, mereka tahu diri untuk tidak ikut campur. Kini tersisa Anila dan Mylo yang menunggu Aalisha karena gadis itu terlihat mengobrol dengan Nicaise.
"Kau juga pergilah."
"Memang itu niatku," balas Aalisha. Pengertian sekali Nicaise karena tidak mau melibatkan Aalisha karena memang bukan urusannya. "Bentar, boleh kuberi saran. Hentikan dulu amukan para Bobynolous itu baru apinya."
"Terima kasih, sungguh saran yang bagus, Nona De Lune," sahut Nicaise.
"Aalisha ayo," ucap Anila lekas meraih pergelangan tangan gadis kecil itu.
Mylo menyahut, "kita harus pergi sebelum hal buruk---sialan!"
Suara berdebum terdengar ketika kedua kaki Bobynolous menginjak tanah dan tepat berada di hadapan Aalisha, Anila, dan Mylo yang ketiganya terkejut bukan main. Satu hantaman keras Sang Bobynolous hendak mengenai mereka, sebelum Aalisha merapalkan mantra, Anila lebih dulu menciptakan pelindung dari neith, tetapi tak sempurna sehingga pelindung itu hancur ibarat kaca pecah kemudian hantaman tersebut membuat ketiganya terlempar. Anila ke kiri, Mylo ke kanan, beruntung mereka tidak terempas jauh. Namun, tidak untuk Aalisha yang terempas cukup jauh karena posisinya di tengah dan tepat kepalan tangan besar binatang itu mengenai dadanya. Rasa sakit menyeruak ketika punggung Aalisha terkena api berkobar. Kini dia menyeimbangkan dirinya agar tidak menghantam tanah.
"Jangan ikut campur bodoh, tak dengar kau?" ujar Eloise.
"Aku memang tak mau, Bobynolous itu yang menghantamku!"
Eloise berdecak, terkejut pula dia karena muncul lagi Bobynolous yang hampir membuatnya jadi penyet jika tak ia hindari. Kini serangan ke samping dari tangan Sang Bobynolous hampir menghancurkan kepala Aalisha jika gadis itu tak menghindar pula.
"Lakukan sesuatu bodoh! Sejak tadi kau lama sekali memadamkan apinya!" teriak Aalisha yang langsung mendapatkan tatapan tajam.
"Sedang kulakukan, tak tahukah kau para binatang itu terus menyemburkan api!" Kini nada suara Eloise semakin tinggi.
"Kalian yang bodoh, kenapa para binatang itu sampai mengamuk, huh!" teriak Aalisha.
Eloise menurunkan tangannya padahal dia hendak menggunakan kekuatannya. "Semua makin kacau karena kelas kalian membahas jamur, siapa yang salah sampai-sampai gorila itu memakan jamurnya!"
"Sekarang aku menyalahkan jamurnya?!" balas Aalisha. Sialan, kapan terakhir kali dia berteriak saking kesalnya!
"Hey!" teriak Nicaise padahal sedang menghadapi tiga Bobynolous sekaligus. "Berhenti bertengkar! Sekali ini saja bekerjasama lah, jika tidak akan semakin parah---"
"Tolong! Tolong kami, apinya sulit padam. Kami terkepung, ada teman kami yang terluka!" jerit beberapa murid yang dikelilingi api dan seekor Bobynolous hendak menuju pada mereka.
Nicaise akhirnya tahu jika ini takkan selesai tanpa bantuan anak itu! "Eloise turunkan egomu dan fokus padamkan apinya, lalu Aalisha! Tolong tenangkan para binatang ini, aku akan menyelamatkan murid yang terluka!"
Serempak Aalisha dan Eloise menoleh pada Nicaise dan berujar secara bersamaan. "Siapa kau berani memerintahku?!"
"Cepat lakukan atau kalian mau dihukum profesor Rosemary!" teriak Nicaise yang sontak kedua perempuan itu jadi menurut. Tolonglah jangan melapor pada profesor Rosemary yang amarahnya hampir setara lava membanjiri sebuah desa.
"Jangan kau ganggu aku De Lune, lakukan dengan benar juga," balas Eloise mulai berfokus pada kemampuan mistisnya.
"Sialan, kalian masih meremehkanku ya?" balas Aalisha yang tiba-tiba seekor Bobynolous hendak menghantamnya, tetapi serangannya meleset karena berhasil Aalisha kendalikan.
"Aalisha!" teriak Anila dan Mylo yang masih mencari Aalisha di tengah kobaran api.
"Lihatlah, kau begitu disayang mereka," ujar Eloise.
Sekali lagi mereka melakukan kesia-siaan karena mengkhawatirkan Aalisha yang tak berharap dikhawatirkan apalagi dikasihani. "Pergilah kalian! Aku baik-baik saja!"
Aalisha tak tahu apakah Anila dan Mylo benar-benar pergi, tetapi berada di sini, dia harus fokus pada tujuannya. Maka ketika Eloise berusaha memadamkan apinya, Aalisha menenangkan para binatang magis itu. Beberapa kali serangan mereka hendak menghantam Eloise dan Aalisha, tetapi selalu gagal. Di sisi lain, Nicaise berhasil menyelamatkan murid-murid yang terjebak api. Dia lekas bergabung dengan Aalisha dan Eloise untuk menghentikan kekacauan ini. Ketika ada Bobynolous yang sudah tenang, Nicaise dekati seraya dipasang segel supaya lebih aman. Api yang berkobar-kobar perlahan padam berkat kemampuan Eloise.
"Kurasa perpaduan De Lune dan Clemence memang kekuatan yang mengerikan," gumam Nicaise yang sedang menggunakan sihir penyegelan. "Sayangnya mereka adalah dua keluarga yang takkan pernah akur."
Nicaise berbalik, menatap Eloise yang memadamkan sisa-sisa dari api serta asap hitam yang masih di sekitar mereka. Sementara Aalisha berdiri saja, ia terlihat mengusap hidungnya yang mengeluarkan darah. Mengapa gadis itu berdarah? Apakah dia terluka karena serangan Bobynolous.
Di posisi Aalisha, dia merasa malu karena mimisannya tak mau berhenti. Ia buru-buru seka dengan lengan seragamnya yang jadi memerah. Perlahan dia melirik pada Nicaise. Sial!! Apa lelaki itu tengah memperhatikan Aalisha? Kemudian seperti ada yang janggal. Dia pun menghitung para Bobynolous yang terikat segel di belakang Nicaise.
"Lima, apa totalnya benar lima," gumam Aalisha yang seketika kewaspadaannya meningkat, bulu romanya berdiri.
Tepat dari arah kepulan asap hitam, belakang Aalisha, seekor Bobynolous terakhir menerjang dengan kedua tangan terkepal sangat kuat hendak menghantam kepala Aalisha. Sudah pasti dia akan terluka pasalnya gadis kecil itu tak sempat membuat pelindung, segalanya berjalan tiba-tiba dan sangat cepat. Begitu pula dengan Nicaise yang sudah berada di samping Aalisha kemudian menyelamatkan gadis kecil itu sebelum hantaman Bobynolous mengenai kepala keduanya.
Akibat hal ini, mereka akan terjatuh ke tanah. Pasti menyakitkan, pikir Aalisha, terutama bagian kepala belakangnya sebentar lagi akan membentur tanah, tetapi Aalisha tak merasakan apa pun. Benar, ia tak merasa sakit karena tangan besar Nicaise berhasil melindungi kepala belakang Aalisha sebelum membentur tanah. Tubuh Nicaise menimpa tubuh kecil Aalisha, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter saja, mereka bisa merasakan deru napas masing-masing. Hanya saja marabahaya belum selesai karena Bobynolous tadi dengan cepat mengangkat kedua tangannya yang terkepal dan hendak menghantam tubuh Nicaise, tetapi gagal karena karena tangan kiri Aalisha terulur ke depan, dia menggunakan kemampuan mistisnya untuk menghentikan pergerakan dan serangan Bobynolous yang hendak menghantam mereka untuk kedua kalinya lagi.
Hening menguar, keduanya saling bertatapan, bisa Aalisha lihat bagaimana manik mata ungu yang sangat cantik dan selalu dia puji itu, sesaat Aalisha tertegun. Perlahan manik mata itu menjauh seraya Nicaise yang bangun dari posisinya. Lekas pula Aalisha mengubah posisinya jadi duduk dan memperhatikan Bobynolous yang ternyata pingsan. Apakah efek kemampuan mistis Aalisha?
"Gunakan ini, hidungmu berdarah lagi," ujar Nicaise memberikan kain berwarna biru dongker. "Jangan sungkan, dari pada kau seka dengan lengan bajumu."
Tanpa berujar, Aalisha lekas meraih kain tersebut kemudian menutupi hidungnya. Dia masih dalam posisi duduk dengan kedua lutut ditekuk. Ia terkejut lagi ketika Nicaise berjongkok seraya menggunakan mantra penyembuhan, lalu menempelkan plester luka di dahi Aalisha karena ada luka gores di sana. "Permisi ya, kau terluka jadi kusembuhkan. Kemudian ini ada plester lagi." Ia taruh di telapak tangan Aalisha.
"Beruntung kalian selamat," ujar Eloise, "kupikir akan berkurang keturunan utama karena digeprek gorila gila."
"Sopan sekali kau ya," sahut Nicaise, "sekarang bantu aku memindahkan para binatang ini."
"Tak perlu, master Howard sama beberapa prajurit akan ke sini. Tugas kita selesai, aku mau kembali," balas Eloise langsung melenggang pergi begitu saja.
"Aalisha! Syukurlah kau tidak terluka parah!" Aalisha yang masih terdiam. Dia terkejut lagi karena Anila tiba-tiba memeluknya. Lalu ada Mylo juga yang berdiri di belakang Anila. Ternyata mereka berdua tidak meninggalkan Aalisha.
"Kau harus ke rumah sakit meski sudah diobati Nicaise," ujar Mylo, "hei wajahmu merah, apa kau demam?"
"Tidak!" balas Aalisha cepat, "aku baik-baik saja. Aku baik! Cepatlah kembali ke asrama, tak perlu rumah sakit."
****
Malam harinya, Aalisha berada di jendela kamarnya, menatap keluar seraya merasakan sepoi angin malam. Mengingat kejadian tadi, dia tetap diseret ke rumah sakit oleh Anila dan Myko meskipun tak ada luka yang harus disembuhkan lagi jadi hanya diberi ramuan serta plester luka tambahan.
Setelah makan malam serta membasuh wajahnya, Aalisha menempelkan plester baru. Namun, sungguh bukan plester luka dari pihak akademi melainkan plester yang diberikan Nicaise meskipun plester itu berwarna biru dan ada ada gambar bintangnya. Ya, dia dengan senang hati menggunakan plester yang diberikan Nicaise.
Kemudian berbicara tentang lelaki itu, Aalisha mendengar jika Nicaise dan Eloise dihukum menanam jamur oleh Profesor Solana dan mendapat pengurangan point di kelas Binatang Magis. Kasihan, tapi percayalah mereka berdua akan meraih point mereka kembali dengan cepat.
Kini kejadian saat Nicaise menolong Aalisha terlintas kembali di pikirannya. Padahal tanpa perlu melakukan hal itu, Aalisha tetap akan hidup. Namun, ketika teringat bagaimana perlakuan lelaki itu lagi. Maka degup jantung Aalisha berpacu tak karuan. Ia bingung, kenapa bisa seperti ini? Apakah dia sakit lagi, padahal tadi diperiksa dia baik-baik saja. Kini dia merasa malu saat mengingat bagaimana wajah Nicaise begitu dekat dengan wajahnya serta betapa cemerlang dan bersinarnya manik mata lelaki itu. Namun, di sisi lain, ia merasa bahagia juga yang semakin saja degup jantungnya jadi tak karuan sementara wajahnya perlahan memerah serta senyumannya terukir lembut.
Oh Dewa, sebenarnya apa yang terjadi pada Aalisha? Dia sangat bingung, benar-benar bingung! Tolong beritahu apa yang terjadi padanya terlebih degup jantung tak karuan ini karena Aalisha sungguh tak bisa memahaminya. "Sialan. Apa yang terjadi padaku ...."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Kadang candaan Majestic Families nih suka bawa malapetaka. Dikarenakan Aalisha sudah tidak menyembunyikan identitasnya jadi dia bisa bersanding untuk bertarung dan bekerjasama dengan para Majestic Families yang lain.
Sebenarnya para Keturunan Majestic Families kalau kerjasama tuh bakal gege dan hebat banget pertarungan mereka, cuma yah mereka lebih sering bersaing karena sejak turun-temurun meski sesama Majestic Families, tetap persaingan tidak pernah lepas dari mereka bahkan beberapa ada yang berani saling membunuh, miris banget~
Btw ada yang bisa bantu jawab, apa yang terjadi pada Aalisha? Biar si bocil bisa paham.
Athreus atau Nicaise?
Prins Llumière
Minggu, 22 Oktober 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top