Chapter 35

|| Before I take my shotgun dan kill you all, vote dan komen serta cari posisi ternyaman karena chapter ini totalnya 6.019 kata^^

|| Beri komentar agar gue tahu reaksi kalian akan chapter ini.

Pagi ini, Aalisha dan lainnya memutuskan untuk sarapan di kantin rumah pohon karena mereka hendak menghindari pertemuan dengan beberapa profesor terutama sudah tersebar tentang rusaknya perpustakaan khusus; rak-rak berjatuhan dan banyak yang hancur, buku-buku berserakan, hingga ada yang beberapa sobek. Tentu saja, hal ini menjadi topik utama para murid bahkan setelah melangkahkan kaki keluar dari asrama pun, mereka akan bergabung dengan geng mereka dan membahas perpustakaan tersebut serta banyaknya asumsi, kira-kira siapa pelakunya? Apakah karena rak yang sudah lapuk, atau gangguan makhluk asing, ataukah ada murid nakal yang mengacau?

"Kuharap kalian tak dicurigai," kata Gilbert sepelan mungkin. Ia sambil mengunyah roti isi daging dan selada. "Akademi ini bisa menuduh kalian."

"Padahal ada ribuan murid di sini, kenapa harus mereka," sahut Frisca.

"Oh ayolah, siapa yang terakhir kali kabur ke hutan Kimari jika bukan mereka," balas Gilbert lagi, "kalian pasti masih dicurigai jika hal-hal aneh terjadi di sini."

"Selalu," sahut Aalisha dengan nada mengejek. "Seharusnya mereka takut padaku, tapi ini seolah-olah hanya aku yang pembuat onar."

"Bagaimana tidak," kata Kennedy menikmati sup ayamnya. "Kau masih membuat orang-orang tak habis pikir karena identitasmu."

"Tolong jangan bahas perpustakaan, nanti kita benar-benar diinterogasi," kata Mylo, "Anila sudah panas-dingin tuh karena takut poinnya berkurang."

"Diamlah Mylo, lagi pula siapa yang tidak takut jika poin kita semakin kecil atau malah minus," balas Anila kesal. Ia sungguh aneh, takut poinnya berkurang, tapi tetap dengan senang hati mengikuti Aalisha terjun ke jurang---terlibat masalah, maksudnya.

"Lihatlah," kata Frisca, "gadis kecil di sebelahmu, dia tidak peduli soal nilainya."

Aalisha menatap sinis. "Karena jika nilaiku jelek atau tidak, aku tetap kaya dan tak perlu susah payah bekerja, sedangkan kalian memerlukan nilai dan keahlian untuk bekerja kelak, itu pun jika dapat pekerjaan layak dan gelar bangsawan."

Sontak Keempat murid Arevalous dan satu murid Sylvester di meja kayu tersebut menatap Aalisha dengan ekspresi kepahitan akan kenyataan bahwa Aalisha sudah takdirnya bergelimang harta bahkan jika gadis itu menghambur-hamburkan uangnya setiap detik, ya setiap detik. "Kenapa menatapku begitu, aku benar bukan?"

"Mau kubantah, tapi kenyataannya memang seperti itu." ujar Frisca dengan helaan napas. Beruntung mereka tak sakit hati karena sudah terbiasa dengan kalimat menohok dan penuh fakta dari Aalisha.

"Lebih baik ditampar kepahitan agar terus berusaha dan belajar," sambung Mylo, "dari pada selalu berpikir manis padahal kenyataannya menyakitkan."

"Tumbenan kaupintar," ejek Anila.

"Sialan," balas Mylo sementara yang lain tertawa.

Obrolan mereka usai, ketika salah satu murid asal Gwenaelle di kantin rumah pohon tersebut, naik ke atas meja kayu kemudian mengumumkan sebuah berita yang telah divalidasi oleh pihak Akademi Eidothea. "Pelaku yang merusak perpustakaan khusus Eidothea sudah diketahui! Hal ini dikonfirmasi langsung oleh profesor Madeleine!"

"Woah siapa pelakunya? Seorang murid ataukah ...."

"Galee Ginan," kata murid Gwenaelle itu, "ya Galee Ginan, Orly perusuh itu, tadi malam merusak perpustakaan jadi sekarang dia diberi hukuman dan selama beberapa minggu takkan mengusik kita di Akademi ini!"

"Sudah kuduga, Orly menyebalkan itu adalah dalangnya!" teriak murid asal Faelyn. "Syukurlah, dia akhirnya diberi hukuman!" Lekas para murid memberikan tepuk tangan yang sangat meriah, ada yang bersorak-sorai bahkan bersiul saking mereka bahagianya mendengar kabar ini. Dilihat dari reaksi kebanyakan, pasti mereka menyimpan dendam pada Galee Ginan.

Hanya saja meskipun suara tepuk tangan bergema di kantin tersebut, tampaknya enam murid di salah satu meja kayu, malah terdiam membisu dan tak bisa bereaksi apa-apa. Mereka seharusnya senang, tetapi malah dipenuhi rasa bingung. "Mengapa bisa Galee Ginan, bukankah harusnya kita---" Perkataan Mylo terhenti karena pukulan di kepala oleh Frisca.

"Diamlah, harusnya kalian bahagia karena tak dicurigai," kata Frisca.

"Kupikir akan ada interogasi berkepanjangan agar menemukan pelakunya, tapi mereka langsung menetapkan Galee Ginan?" kata Kennedy, "ini untung untuk kalian, hanya saja aneh. Mengapa bisa Galee pelakunya?"

"Mungkin karena Galee ada di lokasi juga," ujar Gilbert.

Anila yang berusaha menenangkan dirinya. "Seharusnya tidak semudah itu. Pihak Eidothea harus tetap melakukan penyelidikan." Anila sejenak memberi jeda perkataannya, melirik pada Aalisha yang diam saja. "Pelaku aslinya adalah sosok hitam aneh di perpustakaan itu, jadi setidaknya sosok itulah yang harus dicurigai, jadi seharusnya Galee tidak masuk opsi pelaku, apalagi dia tidak masuk ke perpustakaan, kecuali ...."

"Kecuali si sosok hitam itu cerdas dan menjebak Galee," kata Mylo.

"Ya, itu asumsi yang mungkin, tapi bukan itu maksudku, ada kemungkinan lainnya sehingga Galee ditetapkan sebagai pelaku," kata Anila.

"Apa itu?" kata Frisca, sedangkan Gilbert dan Kennedy menatap penasaran juga. Jikalau Aalisha hanya tenang dan fokus menikmati sarapannya.

"Kemungkinan lain adalah ada seseorang yang ikut campur masalah ini dan menjadikan Galee Ginan sebagai dalang utama," ujar Anila.

"Oh Jagad Dewa," kata Gilbert, "apakah ada orang lain yang diam-diam mengawasi kalian."

"Ini hanya asumsi saja," kata Anila, "tapi aku berdoa agar tak terjadi."

"Tapi siapa pun itu, bersyukurlah karena kalian jadi tak dicurigai sedikit pun," kata Frisca.

"Ya," sambung Gilbert lagi. "Atas Galee Ginan sebagai pelaku jadi kalian aman, terkadang kita harus berterima kasih karena Dewa selalu memberi solusi meski tidak kita ketahui dari siapa solusi itu berasal."

Di sisi lain, tampak Aalisha mengepalkan tangan kirinya hingga buku-buku jarinya memutih saking kuatnya. Ia memang tampak sangat tenang, tapi ia sembunyikan fasad aslinya jika ia telah diliputi amarah dan rasa kesal, andaikata benar ada seseorang yang ikut campur dalam masalah ini, maka satu-satunya yang Aalisha curigai hanya satu orang. "Demi Dewi Aarthemisia D'Arcy, jikalau benar dia ikut campur, aku tidak akan pernah berterima kasih padanya meski seribu tahun berlalu sekali pun!"

****

Barangkali sudah kebiasaan para pengajar di Eidothea ini tiba-tiba menggabungkan kelas yang tidak sesuai jadwal secara dadakan. Seperti sekarang ini, kelas Sejarah Profesor Reagan di jam sembilan harusnya hanya satu kelas saja, tapi malah digabung satu angkatan serta pindah kelas sehingga membuat para murid harus menyeret kaki mereka untuk ke kelas di lantai atas. Sungguh melelahkan sistem pindah-pindah kelas sesuai mata pelajaran ini, apalagi Eidothea terlalu luas dan arsitekturnya masih sering membingungkan bahkan bagi angkatan lama.

"Kalian sadar nggak sih," kata Frisca seraya menatap beberapa murid yang semakin banyak mengenakan kacamata entah lelaki atau perempuan, serta menguncir rambut mereka bagi perempuan yang rambutnya panjang. "Kalau banyak murid yang mengenakan kacamata sebagai aksesoris."

Mereka pun memperhatikan sekitar, kecuali Aalisha yang berjalan tak peduli dan fokus membaca novel detektif yang baru ia beli beberapa hari lalu.

"Ya, sudah sejak sebulan lalu 'kan?" balas Kennedy.

"Bagaimana tidak, dia yang memulai tren fashion ini, tapi tampak tak peduli pada sekitar," ujar Mylo seraya menunjuk pada Aalisha yang mengenakan kacamata frame bundar dengan gagangnya silver dari logam mahal.

Aalisha menoleh. "Tren fashion?" katanya, "aku hanya mengenakan ini karena aku mau, mereka saja yang terlalu berlebihan karena selalu meniru penampilan orang lain."

"Itu istilahnya trend setter," kata Frisca.

"Aku tak peduli."

"Ah lagi pula sudah hal lumrah jika ada bangsawan terkenal yang ditiru cara berpakaiannya terutama jika dianggap baru atau menarik," kata Anila, "dulu sangat ramai di kalangan bangsawan saat pemilik butik terkenal, Nona Eleanora menambahkan semacam kain brokat di pakaiannya. Dalam seminggu sudah banyak yang meniru, untung saja, dia sudah membuat beberapa gaun sendiri kemudian diberi hak cipta dan diperjual-belikan."

"Ya itu karena ada kebeharuan pada sebuah pakaian, sedangkan aku hanya mengenakan kacamata biasa, lalu semua orang meniru?" balas Aalisha.

Teman-temannya menatap kembali dengan satu pikiran yang sama, "bocah ini tidak paham apa? Jika orang-orang menirunya karena dia adalah Majestic Families."

"Beruntung orang-orang hanya meniru tren fashion-mu, bukan tren tinggi badan," ujar Gilbert tiba-tiba, membuat yang lain berhenti melangkah dan mulai menahan tawa. Sementara Aalisha berbalik dan mendekati Gilbert.

Maka suara renyah tendangan mengenai kaki Gilbert terdengar hingga Gilbert tersungkur di lantai, membuat beberapa orang menatap mereka. Aalisha berdecak sebal, lalu melangkah kembali ke kelas dan melanjutkan novelnya lagi.

"Kasihan," ejek Mylo dan Frisca secara bersamaan, lalu terkekeh, disusul Kennedy dan Anila.

"Sial, gadis itu meski pendek, tenaganya sangat kuat," rengek Gilbert, sungguh naas hari ini.

Mereka pun sampai di kelas yang sudah ramai, hanya tersisa bangku bagian depan, jadi mereka duduk di sana. Tampaknya para murid sudah paham jika sang De Lune selalu bersama lima orang, jadi mereka menyisakan tempat di sana, barangkali biar tidak tercampur duduk dengan Aalisha, entah mereka segan atau takut. Berada di kursinya, Aalisha menutup novel misteri yang ia baca, seraya membuka buku sejarah yang akan digunakan hari ini.

Keheningan terjadi ketika profesor Reagan memasuki kelas dengan suara ketukan di tongkatnya, ia menaruh tongkatnya di atas meja, memunculkan pentagram tiga dimensi yang menampilkan materi pada hari ini. Para murid siap untuk belajar, membuka catatan mereka, dan mengeluarkan pena tinta berbulu. Tampak akan ada yang menulis manual atau menggunakan sihir agar si pena berbulu mencatat setiap penyampaian materi dari profesor Reagan dengan sendirinya.

"Selamat pagi, semua," kata profesor Reagan, "cepat siapkan buku catatan kalian, aku takkan menerima jika ada keributan atau gosip di belakangku saat mengajar."

"Baik Profesor!" teriak para murid.

"Aku suka semangat kalian," ujar profesor Reagan lagi. "Hari ini kita akan melanjutkan materi sebelumnya yakni mengenai sejarah kerjasama Kekaisaran Ekreadel sehingga bisa menjadikan beberapa Kerajaan bergabung dengan Kekaisaran ini."

Pembelajaran hari ini pun dimulai, layaknya kelas-kelas pada umumnya, para murid ada yang rajin dan ada yang juga malas-malasan, terutama karena sejarah kebanyakan dianggap membosankan apalagi jika ada banyak informasi, tanggal peristiwa penting, nama-nama tokoh sejarah dan bangsawan, hingga beberapa yang membahas politik karena sejarah pasti ada hubungannya dengan ekonomi dan politik. Tidak heran jika murid-murid di sini lebih suka dengan kelas sihir atau teknik berpedang.

Waktu pun berlalu, memasuki sesi tanya-jawab dan seperti yang sudah diduga jika sedikit saja yang bertanya, untung saja profesor Reagan tidak terlalu mempermasalahkan. "Oke, karena kalian bosan, mungkin kelasnya akan cepat berakhir. Namun, sebelum benar-benar selesai, barangkali ada yang hendak bertanya di luar dari materi pada hari ini. Aku persilakan."

Lekas Anila Andromeda mengangkat tangan, bagus misi pun dimulai hari ini. "Aku izin bertanya, Profesor."

"Silakan, Nona Andromeda." Profesor Reagan sambil duduk dan menyeruput secangkir kopi hitam.

"Terima kasih Profesor, jadi yang hendak kutanyakan. Apakah bisa keluarga bangsawan tingkat tinggi yang memiliki sejarah panjang, kemudian dahulu masih tercatat dalam sejarah maupun buku-buku, tetapi tiba-tiba saat dicari kembali, nama keluarga bangsawan itu ternyata hilang dalam sejarah? Jika iya, apakah ada sebabnya, Profesor?"

Profesor Reagan menganggukan kepala. "Ini pertanyaan yang sangat genius, sebenarnya materi terkait hal ini akan dibahas di tahun kedua, tapi tidak masalah. Kita akan membahas dasarnya saja. Berdasarkan pernyataan Nona Andromeda tadi, apakah bisa nama bangsawan yang awalnya ada dalam buku-buku sejarah kemudian hilang atau dihapuskan dalam sejarah? Jawabannya adalah ya."

Profesor Reagan melangkah maju. "Mudahnya begini, para bangsawan terhormat dan memiliki prestasi maupun jasa yang besar, mereka pasti akan masuk dalam buku sejarah, khusus sejarah Kekaisaran Ekreadel atau pun sejarah dunia Athinelon. Sehingga siapa pun yang membaca buku sejarah tersebut, bisa menemukan nama-nama bangsawan itu atau bahkan ada buku khusus yang membahas satu bangsawan tertentu. Sehingga nama-nama bangsawan ini akan dikenal dan dipelajari dari generasi ke generasi."

Para murid tampak memperhatikan, profesor Reagan kembali melanjutkan. "Namun, ada kasus seperti yang ditanyakan tadi yakni apakah bisa jika nama bangsawan yang awalnya ada dalam sejarah kemudian dihapuskan? Ya, dan kasus ini memang ada."

"Jadi maksudnya, ada beberapa bangsawan yang kini nama mereka dihapuskan dalam sejarah," ujar murid lain.

"Benar sekali, baiklah kulanjutkan," kata profesor Reagan, "tujuan dari adanya buku sejarah kemudian ada nama bangsawan dalam sejarah tersebut adalah untuk menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Sehingga jika ada nama bangsawan yang dihapuskan, maka hal ini dilakukan untuk menghapuskan keberadaan mereka dari generasi selanjutnya. Penyebab sebenarnya cukup banyak, tetapi hanya ada dua yang paling sering terjadi."

Lekas para murid meraih pena berbulu mereka. "Pertama, bangsawan yang dihapuskan dalam sejarah karena mereka telah melakukan kejahatan yang besar sehingga memalukan nama Kekaisaran atau Kerajaan atau suatu ras. Kedua, alasannya adalah ketika bangsawan tersebut melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan maupun Kekaisaran atau ras mereka sendiri. Sehingga bangsawan-bangsawan ini dihapuskan agar keberadaan mereka tak diingat lagi oleh generasi selanjutnya."

Hening merebak, mereka jadi teringat seseorang dalam kasus ini. Lalu murid asal Sylvester berujar, "seperti profesor Zahava dan Hesperia?"

"Ah ya, kasus mereka, tapi sejauh ini setahuku, nama bangsawan mereka tidak dihapuskan melainkan ditambahkan sebagai pengkhianat Kekaisaran. Namun, buku sejarah baru ini belum sepenuhnya diedarkan."

"Profesor, jadi maksudnya, bangsawan yang berkhianat atau melakukan kejahatan ini, nama mereka punya dua pilihan dalam sejarah yakni dihapuskan secara total atau ditambahkan sejarah baru jika mereka adalah pengkhianat?" kata Anila.

"Benar sekali," kata profesor Reagan, "hanya saja kebanyakan dalam sejarah, Kekaisaran Ekreadel lebih memilih untuk menuliskan sejarah baru di buku akan bangsawan tersebut dibandingkan menghapusnya secara keseluruhan."

"KIra-kira mengapa?" kata Kennedy.

"Ah ya, karena menghapus nama bangsawan dari seluruh buku sejarah, tentu memerlukan waktu yang lama, tenaga, uang, dan lain sebagainya," ujar profesor Reagan, "terlebih jika bangsawan tersebut memiliki sejarah panjang dan dibahas hingga ke buku-buku sejarah yang tersebar di seluruh dunia. Entah berapa banyak hal yang harus dikeluarkan demi menghapus nama bangsawan tersebut, bayangkan saja, harus melakukan penarikan edaran buku, lalu mencetak buku baru lagi. Sehingga tentu saja, Kekaisaran Ekreadel lebih memilih untuk menambahkan sejarah baru jika bangsawan tersebut menjadi pengkhianat, dibandingkan menghapusnya."

Tampak seorang murid asal Drystan mengangkat tangan, ia adalah Alejandro yang duduk di samping Chloe. "Profesor, kira-kira apakah Anda tahu bangsawan mana yang namanya pernah dihapuskan secara permanen di Kekaisaran Ekreadel?"

Sesaat profesor Reagan terdiam. "Tentu, tapi aku tak bisa memberitahukan kalian karena generasi kalian tidak harus tahu sejarah bangsawan itu."

"Oh oke jadi ada kasus ini di Kekaisaran kita meski sedikit," kata Alejandro.

"Sebenarnya tidak hanya di Kekaisaran Ekreadel, melainkan juga di ras atau bangsa lain selain manusia, tentunya seperti yang sudah kujelaskan jika menghapuskan sejarah secara permanen memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang banyak bahkan orang-orang cerdas," ujar profesor Reagan seraya merapikan buku-bukunya dan meraih tongkatnya. "Terkecuali mereka ...."

"Mereka?" kata para murid.

"Ya, mereka, delapan Majestic Families." Ia mengetuk lantai dengan tongkatnya. "Di dunia ini, hanya mereka berdelapan lah yang mampu melakukan semua ini. Maka dengan campur tangan mereka. Mereka mampu menghapuskan nama seseorang dalam buku sejarah tanpa butuh waktu lama ...." Senyuman profesor Reagan terukir. "Apalagi menghapuskan kehidupan seseorang, sungguh sangat mudah untuk mereka."

Detik itu, seluruh murid terdiam membisu, lalu mereka melirik pada Aalisha yang sejak tadi hanya membaca novelnya, kini para murid menegak saliva dengan takut. "Tidak mau macam-macam dengan bocah itu", barangkali itu isi pikiran mereka semua.

"Kelas berakhir, kalian boleh pergi," ujar profesor Reagan sejenak melirik pada Aalisha yang meski tatapannya fokus pada buku novelnya, tapi tersungging senyuman bangga, menandakan jika gadis itu bahagia bisa menjadi bagian Keluarga yang paling dihormati seluruh dunia sekaligus ditakuti. "Entah bagaimana ke depannya takdir dunia ini, ketika gadis itu mengungkapkan dirinya di khalayak publik setelah bertahun-tahun disembunyikan." Setelahnya profesor Reagan pun pergi dari kelas dan para murid bubar.

****

Jeda ke kelas selanjutnya masih ada sekitar satu jam kurang, mereka pun memutuskan berkumpul di taman dalam Akademi Eidothea di dekat kuil untuk berdiskusi mengenai artefak serta dalang dari semua kejadian di masa lalu yang telah dihapuskan dalam sejarah. Kini Aalisha, Anila, Mylo, Gilbert, Frisca, dan Kennedy pun mengitari kedua artefak yang ditaruh di rerumputan, ah tidak lupa ada juga Elijah yang kini melayang-layang sambil memperhatikan mereka.

"Yang Mulia," kata Elijah merasa takut karena terpancar aura menyeramkan dari artefak tersebut. "Anda yakin akan menyimpan benda itu? Mengapa tidak serahkan saja masalah ini kepada pihak Eidothea?"

"Aku akan menyimpannya dan jangan berkata bodoh agar aku serahkan ke pihak sekolah, kami yang susah payah mendapatkan benda sialan ini lalu kami serahkan begitu saja? Dan kau pikir kami takkan dihukum atau diinterogasi nantinya," sahut Aalisha sukses membuat mulut Elijah terkatup rapat.

Anila menghela napas, ia setuju dengan Aalisha, apalagi kalau masalah artefak ini yang harusnya diselesaikan tuan Thompson atau organisasi terkemuka Alastair, tapi malah datang pada mereka. Terutama liontin sialan yang entah mengapa bisa ada pada Sillavana Yinrieth. Aalisha juga mengatakan jika ia menghubungi Tuan Thompson Harper beberapa minggu sebelumnya menggunakan surat, tapi hingga detik ini tidak kunjung ada balasan. Entah apa yang terjadi. "Elijah, kau sebagai Orly apakah tidak pernah dengar desas-desus tentang penyerangan di Eidothea?"

Elijah berpikir sejenak. "Kalau soal penyerangan di Eidothea tentu saja banyak kejadiannya, dari zaman dulu sampai sekarang pasti tak terhitung berapa banyaknya marabahaya yang datang seperti serangan bandit, monster, binatang magis, bangsa iblis terutama yang mengincar bangsawan kelas atas terutama Majestic Families, dan banyak lagi."

"Kalau penyerangan binatang pengerat seperti tikus, apakah pernah?" ujar Mylo.

Sesaat wajah Elijah bingung. "Sejujurnya aku hanya pernah dengar rumor saja, tapi tidak ada kejelasan dan peristiwa itu, bahkan jarang dan sama sekali tak ada yang membicarakannya sejak angkatan-angkatan sebelum kalian, jadi dianggap rumor palsu saja. Lagi pula kejadian lama sering terlupakan karena tergantikan dengan kejadian yang baru-baru terjadi."

"Aneh kok bisa yah, banyak yang nggak tahu soal kejadian wabah tikus ini," ujar Mylo lagi.

"Mungkin karena tidak diceritakan ke angkatan selanjutnya," ujar Kennedy, "berbeda dengan kutukan cinta lima asrama yang selalu diceritakan jadi orang-orang selalu ingat."

Mereka hening sesaat. Frisca lalu berujar, "aku setuju karena ini pertama kalinya juga aku dengar mengenai sihir terlarang wabah tikus yang mengubah manusia jadi semacam zombie. Selama aku ikut gosip para murid, dari membahas soal tren hingga kejadian tak lazim di sini, tidak pernah sedikit pun menyinggung wabah tikus."

"Barangkali karena kejadiannya sudah puluhan tahun lalu jadi dilupakan," kata Gilbert.

Anila menggeleng, ia menolak pemikiran itu. "Itu pernyataan yang tak relevan karena ada banyak kejadian ribuan tahun lalu yang masih diceritakan."

"Ah ya seperti pertandingan Oulixeus yang berlangsung selama berhari-hari karena tak kunjung kedua tim mengalah atau Orly nakal menyamar menjadi profesor kemudian memberi tugas para murid berkemah di Prairie Lynx Woods," kata Gilbert

"Anehnya," ujar Kennedy, "semua kejadian itu adalah kejadian yang sepele, tapi masih diceritakan sedangkan masalah besar malah dilupakan, padahal lebih penting menceritakan kejadian besar yang menimpa Eidothea agar dijadikan pembelajaran untuk angkatan selanjutnya."

"Exactly! Itulah yang kumaksudkan!" ujar Anila, "seolah-olah kejadian wabah tikus ini memang sengaja dihapuskan."

"Aku sudah menemukan benang merahnya." Aalisha akhirnya berujar, sejak tadi ia diam saja. "Potongan puzzle-nya satu per satu tersambung."

"Benarkah apa itu?" kata Mylo.

"Woaahh," ujar Elijah tampak antusias. "Tak kusangka, kalian seperti detektif, ternyata tim ini seru juga. Aku gabung juga deh sebentar karena kemarin aku sempat terlibat 'kan?"

Tatapan mereka penuh kesinisan pada Elijah, seolah-olah mereka tengah bermain di permainan petak-umpet? Sebenarnya tak salah soal detektif karena mereka memang memecahkan teka-teki. "Ayo fokus, jangan buat Aalisha marah," kata Anila.

Aalisha menghela napas. "Seperti yang kalian simpulkan jika kejadian wabah tikus tidak pernah terdengar atau diceritakan di kalangan murid, hal ini sama seperti keluarga Balforth yang tidak tercatat dalam sejarah. Lalu saat di kelas tadi, profesor Reagan mengatakan jika sebuah keluarga bangsawan jika melakukan kejahatan besar atau berkhianat, maka mereka bisa dihapuskan atau ditambahkan sejarah baru dalam buku sejarah. Meskipun masih hanya pradugaku saja, jika di memori artefak, ada yang memperlihatkan para bangsawan dihukum mati di depan masyarakat. Meski tidak kuketahui bangsawan apa saja, tapi karena memori terakhir yang kami lihat keluarga Balforth terlibat, maka besar kemungkinan keluarga ini adalah bangsawan yang dihukum mati dan namanya dihapuskan dalam sejarah agar tidak mempermalukan Kekaisaran Ekreadel serta generasi selanjutnya tak mengetahui mereka."

"Sedangkan wabah tikus, kemungkinan karena berkaitan dengan dihapusnya nama keluarga bangsawan yang terlibat, secara logika, kejadian wabah tikus ini pun harus dihapuskan juga agar tak seorang pun mengungkit-ungkit masalah ini," sambung Anila dan dibalas anggukan oleh Aalisha.

"Ya, atas inilah, pradugaku alasan mengapa wabah tikus tak diketahui warga Eidothea meski pernah menyerang Eidothea karena dari kekuasaan tertinggilah yang tidak menginginkan wabah tikus ini diungkit kembali terutama tentang para bangsawan yang terlibat." Aalisha berujar lagi. Benar sekali jika benang merahnya telah tampak dan saling menyambungkan diri, puzzle-nya perlahan terlihat gambarnya.

"Jadi Balforth ini salah satu dalangnya?" kata Elijah.

"Kemungkinan besar, ya," ujar Aalisha, "mustahil jika tidak karena artefak itu memperlihatkan Balforth pada kami."

"Baiklah kini semuanya masuk akal," kata Mylo, "tapi yang janggal adalah bukankah profesor Reagan berkata kalau Kekaisaran lebih sering menuliskan sejarah baru seperti menulis misalnya keluarga Balforth ditambahkan i sebagai pengkhianat karena menggunakan sihir wabah tikus, ketimbang menghapuskan nama keluarga itu dan wabah tikusnya."

"Kurasa bisa jadi Kekaisaran memang berniat menghapus sejarah mereka karena artefak ini kan sihir kuno dan terlarang," kata Frisca, "atau bisa jadi karena ...." Ia hening.

"Ada pihak lain yang terlibat untuk menangani masalah ini sehingga nama bangsawan dan wabah tikusnya dihapuskan dalam sejarah," timpal Kennedy.

"Majestic Families," sambung Gilbert.

Sesaat Anila dan Mylo melirik pada Aalisha yang diam kembali. Gadis itu memang menceritakan soal wabah tikus, artefak, dan juga keluarga Balforth, tapi ia tak menceritakan tentang profesor Chameleon yang keturunan terakhirnya memiliki garis darah Drazhan Veles yang kemungkinan mereka akan terlibat dengan Majestic Family yang menjadi salah satu pembenci keluarga De Lune. Entah apa alasan Aalisha tak menceritakan hal tersebut, tapi Anila dan Mylo akan mengikuti saja langkah yang ia ambil.

"Intinya dua artefak ada pada kita," ujar Mylo, "hanya sisa dua yakni yang di organisasi Alastair dan yang kedua ada pada Killian."

"Oh ya, soal bocah sialan itu, saat kelas tadi aku tidak melihatnya," ujar Gilbert, "jangan-jangan dia menyelinap pergi ke kastil sihir saat kita kelas tadi."

"Tidak, aku sudah memerintahkan beberapa serangga agar berjaga di gerbang masuknya," kata Aalisha, "dan Killian tidak pergi ke sana."

"Kalau kudengar tadi dari murid Drystan," balas Kennedy, "Killian sakit jadi seharian akan izin sekolah."

"Wah semakin saja mencurigakan, mungkin dia sakit karena melihat masa lalu atau pergi ke kastil sihir itu," timpal Frisca.

Mylo tampak lelah. "Ini benar-benar memusingkan karena yang terlibat lebih banyak ketimbang Zephyr, apa jangan-jangan Phantomius juga dalang di balik semua ini? Lalu tentang profesor yang terakhir kita curigai itu bagaimana? Aku lupa namanya."

"Profesor Prambudi ...." kata Anila, "dia mencurigakan juga, tapi Aalisha bilang jika akhir-akhir ini tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Hanya saja, kata Lilura, seseorang bisa menemukan gerbang teleportasi dengan membaca bintang."

"Aku ingat, beberapa hari lalu, profesor itu datang ke asramaku untuk menemui Kepala Asramaku," kata Kennedy, "tapi aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan."

"Dia tetap target kedua yang harus dicurigai," kata Aalisha, "terlebih masalah ini kebetulan terkait dengannya yang tiba-tiba membaca rasi bintang."

"Apakah dia yang kalian bicarakan," kata Elijah menunjuk pada profesor Prambudi yang tampak tergesa-gesa melewati koridor dan membawa banyak buku yang rata-rata soal astronomi.

"Kurasa Dewa berpihak pada kita," kata Mylo, lalu menatap teman-temannya.

"Aku punya ide," ujar Anila seraya melirik Aalisha yang langsung paham kode tatapan mata tersebut.

"Aku setuju," kata Aalisha.

"Apa? Kok kalian bisa komunikasi menggunakan mata," sahut Frisca.

"Intinya saat ini aku butuh bantuanmu Kennedy," ujar Anila.

"Aku?"

"Ya kau, karena jika Aalisha atau aku yang maju, profesor itu pasti akan curiga, jadi kau saja karena kebetulan profesor itu kan sering berkunjung ke asramamu," ujar Anila.

"Baiklah, tapi apa yang harus kulakukan?"

"Jadi yang harus kau lakukan adalah ...." Anila menjelaskan rencananya dan dapat dipahami Kennedy dengan mudah.

Rencana dadakan pun dimulai, lekas Kennedy dan lainnya diam-diam mengikuti profesor Prambudi, lalu Aalisha berniat untuk menggunakan sihir yang membuat buku-buku dibawa profesor itu berjatuhan kemudian Kennedy datang membantu. Namun, sebelum dilakukan rencananya, tiba-tiba profesor itu menjatuhkan bukunya karena terkejut akibat ada belalang melompat ke bahunya.

"Apakah dia memang konyol atau bodoh?" ujar Aalisha melihat profesor Prambudi berusaha menjangkau belalang yang berjalan ke punggungnya. "Aku bahkan belum menggunakan kekuatanku."

"Meski dia bodoh, dia tetaplah berbahaya jika memang berencana mencari gerbang kastil sihir," balas Anila, "Kennedy bersiaplah."

Kennedy pun mendekati profesor tersebut meski ia tampak agak gugup jika ketahuan atau rencana ini gagal, ia sesaat melirik pada teman-temannya yang memantau dari kejauhan. Maka berusaha percaya diri, ia lekas membantu profesor Prambudi. "Salam Profesor, apakah Anda baik-baik saja?"

"Ah ya, terima kasih, tadi aku terkejut karena ada serangga melompat padaku," ujar profesor Prambudi, "kau dari asrama Sylvester?"

"Iya Profesor, namaku Kennedy," kata Kennedy.

"Kebetulan aku mau ke asramamu menemui Kepala Asramamu," ujar profesor Prambudi.

Kennedy mengangguk. "Kebetulan aku juga mau balik ke asrama."

"Benarkah? Tidak ada kelas?"

"Ada, tapi setelah makan siang." Sialan, Kennedy terpaksa berbohong. "Profesor ada urusan apa menemui profesor Astrophel?"

"Ada beberapa urusan terkait penelitianku," kata profesor Prambudi.

Kennedy kini kebingungan, ia harus apa agar memicu profesor ini mengatakan soal kastil sihir atau pembacaan rasi bintang! "Um Profesor, bolehkah aku bertanya sesuatu pada Anda?"

"Ya tentu, tanyakan saja."

"Anda tampaknya membawa buku-buku astronomi," kata Kennedy, "akhir-akhir ini saya ikut ... klub astronomi, kemudian diberi tugas mencari ... errr ... semacam hal-hal menarik terkait ilmu perbintangan. Barangkali Profesor mau berbagi ilmu padaku."

"Tepat sekali kau bertanya padaku!" kata profesor Prambudi, "karena akhir-akhir ini aku banyak belajar soal astronomi dan teknik membaca bintang!"

"Jadi apakah ada yang dapat Anda bagi, jika bisa tentang sesuatu yang jarang diketahui orang lain karena semakin menarik soal perbintangan yang kudapatkan, maka semakin bagus juga nilaiku." Oh Dewa, Kennedy sepertinya harus bertobat karena ia sudah berbohong banyak hari ini.

Sesaat profesor Prambudi berpikir. "Aku tahu apa hal paling menarik. Keluarkan pena dan kertas, cepat catat agar kau tidak lupa."

"Oh okay," ujar Kennedy kemudian mengeluarkan kertas dan pena dari dalam Invinirium-nya. "Aku sudah siap."

"Jadi aku baru mempelajari satu teknik rahasia dalam perbintangan, yakni kita bisa menggunakan teknik ini untuk mencari gerbang teleportasi dari sebuah kastil sihir yang tersembunyi." Perkataan profesor Prambudi itu sesaat membuat manik mata Kennedy membulat, tetapi ia lekas mengendalikan ekspresinya. "Nah, kastil sihir biasanya tidak tampak jika hanya dilihat dengan mata telanjang. Jadi dengan teknik perbintangan dan beberapa alat khusus yang digunakan, kita bisa mengetahui lokasi gerbang tersebut meskipun gerbangnya masih tidak terlihat dengan mata kita."

Kennedy selesai menuliskan setiap penjelasan profesor Prambudi. "Aku sudah menulisnya."

"Bagus, bagus, kuyakin dengan ini, kau akan mendapatkan nilai yang tinggi," ujar profesor Prambudi.

"Ya, sekali lagi terima kasih Profesor," kata Kennedy, "lalu aku pamit pergi ke kelas, ternyata kelas profesor Solana dipercepat." Ia berpura-pura mengecek Cyubes-nya.

"Baiklah, jika ada yang hendak dipelajari soal perbintangan, katakan saja, mungkin aku bisa berbagi lagi," ujar profesor Prambudi.

"Siap Profesor! Terima kasih dan salam," ujar Kennedy segera berlari dari sana.

"Anak yang baik dan rajin belajar, pantas dia masuk ke asrama Sylvester," ujar profesor tersebut seraya melangkah ke asrama Sylvester karena ada beberapa hal yang harus dibahas terkait tim untuk misi dari Eidothea. Ia tidak mungkin membahas soal perbintangan pada profesor Astrophel karena ia mustahil bekerjasama dengan Majestic Families.

Akhirnya Kennedy kembali ke teman-temannya yang berada di koridor. "Aku sudah mengobrol dan kalian benar jika dia sedang meneliti perbintangan, bahkan menyebutkan soal kastil sihir."

"Tak kusangka jika dia akan menyebutkan hal itu dengan gamblang," ujar Mylo, "kupikir dia akan menyembunyikan informasi itu."

"Aneh juga ya," timpal Frisca, "kupikir orang-orang sepertinya akan menutupi hal ini terutama jika berkaitan dengan kejahatan."

"Aku bingung, dia memang bodoh atau naif," kata Aalisha mengejek. "Tak kusangka dia akan membeberkannya dengan begitu saja tanpa berbohong sedikit pun. Sialan, mengapa alurnya jadi semudah ini."

Mereka menatap Aalisha sedikit sinis sambil memicingkan mata. "Memangnya kau ingin yang ribet huh? Seperti novel-novel teka-teki yang selalu kaubaca itu!" kata Gilbert, "lagi pula bersyukurlah dia langsung mengatakannya dengan gamblang jadi kita tak perlu memata-matainya lagi."

"Gilbert benar," timpal Anila, "kita jadi lebih cepat mendapat kesimpulan jika profesor Prambudi jugalah mengincar kastil sihir, meski kita tidak yakin apakah dia punya kuncinya karena percuma jika menemukan gerbangnya, tapi tak ada kuncinya 'kan? Sejauh ini kuncinya ada pada kita, Killian, kemudian organisasi Alastair."

Aalisha tak menyahut ketika yang lain saling memberikan pendapat, gadis itu masih tampak bingung. "Tetap saja, para Dewa sepertinya sedang malas memikirkan alur cerita hidup kita sehingga membuat kita mencari informasi dari profesor sialan itu malah sangat mudah, padahal biasanya butuh berbab-bab agar mendapatkan kesimpulan apakah dia bersalah atau tidak."

Mereka pun menghela napas sesaat, lalu menatap iba. Apakah karena seorang De Lune selalu menghadapi masalah yang sulit, ribet, berlarut-larut, dan penuh teka-teki serta jebakan dan kematian jadi ketika dihadapkan pada masalah yang mudah diselesaikan, mereka akan kebingungan? Ah, benar-benar menyedihkan dan sakit ya menjalani hidup sebagai keturunan Keluarga Agung karena mereka selalu berada di situasi seperti berjalandi es tipis, artinya jika salah langkah, mereka bisa mati kapan saja.

"Aalisha," kata Anila dengan lembut. "Para Dewa berpihak pada kita karenanya jalan kita dipermudah. Jadi kau tak perlu khawatir lagi."

"Ah ya, baiklah, aku hanya tak yakin dengan sesuatu yang instans. Bisa saja kita malah diseret ke jurang kematian atau semacamnya ...." Gadis De Lune itu berujar dan yang lainnya hanya diam.

"Selanjutnya apa rencana kita? Meski dua artefak ada pada kita bukankah harus ada rencana selanjutnya?" ujar Mylo mengubah topik.

"Benar juga, Killian sialan itu tak bisa kita abaikan saja," kata Gilbert.

Anila hendak menjawab, tetapi lebih dulu Aalisha berujar, "baru-baru ini Damien berkata padaku jika Minggu nanti akan ada pertandingan Oulixeus antarasrama. Sehingga bisa dipastikan jika para murid akan sibuk berkumpul di arena pertandingan nanti, aku bisa menebak alur klisenya jika Killian akan menggunakan kesempatan ini entah untuk menyelinap ke kastil sihir, jadi kita sergap sebelum dia melakukannya."

"Inilah yang mau kukatakan, setahuku pertandingan pertama antara Arevalous melawan Faelyn," ucap Anila, "karena anggota tim asrama kita sudah lengkap jadi mereka bisa bertanding lagi setelah lama tidak pernah bertanding. Kuyakin Killian akan menggunakan kesempatan ini karena tidak ada yang di koridor selagi pertandingan dilaksanakan."

"Jagad Dewa! Jadi asrama kita yang bertanding?!" teriak Gilbert, "itu artinya debut pertamamu di tim, benar bukan?!" Ia melirik pada Aalisha yang hanya diam saja.

"Pantas akhir-akhir ini kausangat sibuk latihan," timpal Frisca, "oh Dewa, sepertinya kau akan masuk majalah utama Eidothea lagi dengan wajahmu ditaruh paling depan, bertajuk, Putri De Lu menjadi anggota Oulixeus dan akan membawa kemenangan. Aku benar bukan?"

Mylo menghela napas, ia yakin Aalisha tak suka hal ini. "Aku sudah bisa membayangkan seheboh apa orang-orang nanti."

"Diamlah, aku sebenarnya enggan bertanding langsung, tapi karena asrama sialan ini hanya punya satu Principes saja, aku terpaksa bertanding," kata Aalisha.

"Tidak apa Aalisha, berjuanglah agar nilai asrama kita meningkat," kata Anila.

Aalisha berdecak sebal. "Menjijikkan, asrama lemah dan payah ini seolah-olah hanya bergantung padaku."

Tampak mereka terkekeh, memang terdengar lucu, tapi menyakitkan juga karena Arevalous selalu jadi yang terbawah akibat dua asrama teratas---Gwenaelle dan Faelyn---selalu bersaing berdua saja. Sedangkan Asrama sisanya dianggap angin lalu. "Kau harus bersiap menghadap Majestic Families lain jika mereka ikut dalam pertandingan nanti," kata Mylo seraya berpikir, jika lawan Arevalous nanti adalah Faelyn, maka kemungkinan Aalisha akan menghadapi Nicaise atau Eloise.

"Hancur sudah arena pertandingan itu," timpal Frisca.

"Aku kepikiran sesuatu," kata Kennedy yang sejak tadi hanya mendengarkan. "Kalau Aalisha muncul di pertandingan nanti, bukankah akan menimbulkan banyak perdebatan karena resminya yang bergabung dengan tim Oulixeus harusnya di tahun kedua."

"Memang seperti itu," kata Anila, "tapi mereka pasti memaklumi, ah meski beberapa ada yang tak suka karena merasa tersaingi oleh Aalisha. Hanya saja, tiga Majestic Families lain juga termasuk cepat dalam bergabung di tim Oulixeus. Bahkan mereka dua bulan setelah masuk Eidothea sudah bergabung lho, sementara Aalisha baru bergabung di semester dua ini. Jadi pasti orang-orang takkan menghina karena Majestic Families juga begitu."

"Hey, kau lupa ya, jika Aalisha setahun lebih muda dari kita karena dia masuk kemari sebelum umurnya 12 tahun, jadi dia anggota termuda yang pernah bergabung ke tim Oulixeus Eidothea," kata Frisca, langsung saja hening. Sungguh yang lain lupa jika Aalisha melanggar aturan karena diperbolehkannya menjadi murid Eidothea haruslah berumur 12 tahun pas atau lebih.

"Jalur orang dalam selalu menang," kata Gilbert.

"Diamlah, sialan kalian semua," sahut Aalisha dan lainnya hanya terkekeh kecil.

"Baiklah, intinya kita harus siap di hari Minggu nanti," kata Anila, "kita harus memantau Killian maupun profesor Prambudi."

"Bagaimana jika mereka terutama Killian menyelinap saat Arevalous bertanding?" kata Kennedy.

"Mustahil," balas Mylo, "saat Aalisha muncul sebagai anggota nanti, dia pasti takkan pergi. Ego Killian sangat tinggi. Dia akan bertahan untuk melihat pertandingan Aalisha melawan Faelyn."

"Wow pintar juga kau," kata Anila, "tapi Mylo benar. Aku berani bertaruh jika Killian takkan pergi dan akan menyaksikan pertandingan itu karena egonya yang selalu ingin lebih unggul dari Aalisha."

"Lebih unggul dariku?" balas Aalisha, "manusia rendahan itu pandai berangan-angan karena seribu tahun berlalu pun, dia takkan pernah bisa melampaui diriku. Bahkan jikalau dia gunakan artefak wabah tikus menjijikkan itu, dia takkan berhasil karena sudah tertulis dalam takdir bahwa De Lune selalu berada di atas semua makhluk hidup." Gadis itu menyibak jubahnya seraya melenggang menuju kelas mereka selanjutnya.

Sesaat yang lain saling bersitatap, lalu mengangguk seolah-olah mereka memberi kode satu sama lain. Sungguh mereka sudah mulai terbiasa dengan kesombongan seorang Majestic Families. Lagi pula sangat munafik kalau tidak ada manusia yang akan bersikap arogan karena lahir sebagai keturunan Keluarga Agung yang hartanya berlimpah dan memiliki kekuatan di atas rata-rata makhluk hidup biasa.

Meskipun begitu, perlu tetap diingat bahwa kematian paling dekat dengan para Majestic Families, ibarat sabit malaikat kematian selalu berada di leher mereka dan siap dicabut kapan saja. Bahkan penderitaan pun tidak akan pernah lepas dari mereka. Sungguh mengenaskan.

Mungkinkah ini yang disebut sebagai keadilan oleh Para Dewa kepada makhluk-makhluk ciptaan Mereka? Sungguh sulit ditebak.

****

Malam pun tiba, suara berderit terdengar ketika seseorang melangkah ke jembatan kayu di danau Akademi Eidothea. Ia terlihat mengenakan jubah hitam dan tudung menutupi wajahnya. Sesampainya di ujung jembatan, ia mengedarkan pandangannya, menatap pada buih-buih air yang bersinar biru.

"Keluarlah." Suaranya memperjelas identitasnya sebagai seorang pria.

Seekor ikan koi yang terbang di udara mendekati sosok pria berjubah tersebut. "Salam, Yang Mulia."

Pria itu mengangguk sesaat, menerima penghormatan tersebut. "Mari lanjutkan pembahasan waktu itu, jadi kaumengatakan jika gadis itu pernah beberapa kali ke danau ini?"

Sang ikan koi mengangguk pelan. "Benar sekali, Yang Mulia. Tuan Putri De Lune, beberapa kali kemari, entah sendirian atau bersama dengan kedua temannya, kemudian mereka membawa semacam artefak yang sepertinya merupakan kunci gerbang ke sebuah tempat, bisa disimpulkan sebagai kastil sihir."

Hening merebak ketika ikan koi itu menjelaskan apa yang selama ini ia lihat. Sepertinya sang tuan putri De Lune, tidak sadar jika penghuni danau mengetahui gerak-geriknya dan tentu saja para Orly di danau terutama sang ikan koi tunduk pada pria di hadapannya ini. Ah, sungguh kesalahan fatal.

"Apakah mereka berhasil masuk?" kata pria berjubah.

"Setahuku, mereka tak berhasil membuka gerbang di dekat danau ini, hanya saja pernah dua kali, tuan Putri De Lune keluar dari gerbang di danau ini," kata sang ikan koi, "menandakan jika kemungkinan ada gerbang lain di Eidothea, tapi ketika keluar, tuan putri De Lune terlempar ke gerbang yang ada di sini bahkan baru-baru ini ia tenggelam. Syukurnya diselamatkan Elijah, Orly yang menjaga salah satu kuil di Eidothea."

"Tenggelam?" kata pria berjubah, ada kekhawatiran dalam nada bicaranya.

"Benar sekali, Yang Mulia, tapi tuan putri De Lune selamat," kata sang koi, "ia takkan mati mudah hanya dengan masalah sepele. Aku sangat yakin."

"Begitu ya ... apakah ada informasi dari mana dia mendapatkan kunci gerbangnya?"

Sang ikan koi menggelengkan kepalanya. "Maafkan Hamba, Yang Mulia. Sayangnya tidak kuketahui dari mana tuan Putri De Lune mendapatkan kunci tersebut. Namun, saat dia pertama kali keluar dari gerbang tersebut, dia bersama dengan mantan dari Inquisitor Alastair."

"Thompson Harper," ujar pria berjubah, "kuyakin dia ada kaitannya juga dengan semua kejadian ini."

"Hamba juga tidak tahu apakah kunci itu hanya kunci saja atau ada hal lainnya karena dari auranya, cukup mengerikan," kata sang ikan koi.

"Hmm, pasti bukan masalah sepele atau ecek-ecek jika seorang De Lune mau turun tangan. Ah, tidak kusangka jika dia sama pembuat onarnya dengan kami," ujar pria itu seraya terkekeh kecil.

Sang ikan koi bisa merasakan jika ada nada kebahagiaan ketimbang rasa kesal. "Apakah ada lagi yang hendak Anda tanyakan, Yang Mulia?"

"Kau sempat mengatakan soal Elijah, selain dia, apakah ada yang tahu tentang hal ini? Kemungkinan Elijah terlibat karena dia yang menyelamatkan putri De Lune di danau ini." Ia tampaknya berpikir sejenak. "Karena untuk apa juga seorang Orly berada di danau yang jauh dari kuil yang ia jaga?"

"Anda benar, dan ya. Ada yang tahu selain Elijah, Yang Mulia."

"Siapa?"

"Tuan Kieran Zalana," ujar sang koi.

Sejenak manik mata ungu bersinar di balik tudung jubah itu. Tatapannya menjadi tajam nan sinis. "Sudah kuduga, dia memang selalu curi-curi kesempatan untuk pamer wajahnya." Perlahan pria berjubah itu berbalik dan melangkah pergi. Ia terkekeh. "Lagi pula mustahil jika dia tak senang ikut campur terlebih jika ada yang menarik perhatiannya. Namun, aku juga takkan kalah. Jadi tetaplah awasi sekitar danau ini."

"Baiklah, Yang Mulia."

Tiba-tiba pria berjubah menghentikan langkahnya, seraya berujar, "satu hal lagi, andaikata putri De Lune tenggelam di danau ini untuk kesekian kalinya lagi, selamatkan dia. Ini perintah mutlak dariku."

Senyum kecil terukir di wajah sang ikan koi. "Tentu akan Hamba laksanakan perintah Anda, Yang Mulia Nicaise Von Havardur."

Tanpa balasan lanjut, lekas Nicaise melangkah pergi dari danau tersebut dengan senyuman kecil yang mengandung sejuta makna. Kepergiannya ke asrama, menandakan malam berakhir dan hari pun berganti, tetapi takdir akan terus berjalan dan lebih menegangkan.

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

|| Afterword #24

Tampaknya mereka semakin menyelesaikan potongan-potongan puzzle-nya dan berusaha agar utuh, benang-benang merah saling menyatu dan telah menemukan titik bahwa biasanya ada dua cara yang dilakukan Kekaisaran Ekreadel jika ada Keluarga Bangsawan yang berkhianat atau menggunakan kekuatan jahat/iblis yakni:
1. Keluarga Bangsawan tersebut akan ditulis/ditambahkan ke sejarah baru bahwa mereka adalah pengkhianat atau menggunakan kekuatan jahat;

2. Seluruh peredaran buku sejarah ditarik kembali kemudian nama Keluarga Bangsawan tersebut dihapuskan selama-lamanya dalam sejarah

Berbicara mengenai Profesor Prambudi, tampaknya ia pria yang ceroboh dan bodoh? Jadi meragukan jika dia termasuk dalang yang hendak membawa wabah tikus kembali^^

Lalu teruntuk Nicaise Von Havardur, dia sudah curiga dan dengan mudahnya mendapatkan informasi. Memang benar jika para keturunan Majestic Families tak bisa diremehkan. Kira-kira bagaimana ke depannya ya? Apakah Nicaise hanya akan menghambat Aalisha atau tidak? Patut dinantikan.

Prins Llumière

Sabtu, 26 Oktober 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top