Chapter 20

|| Chapter ini berisi adegan penting!

|| Beri vote dan komentar dan jangan spam komentar yang sama. Tuliskan opini di paragraf yang mencuri perhatian kalian:)

Semalam seperti mimpi yang berkepanjangan, tanpa adanya akhir, meski tak jelas bagaimana mimpinya, tetapi sangat membuatnya sesak dan menyakitkan bahkan sesaat ia takut. Namun, sejak kecil ia sudah diperintahkan untuk tidak terlalu memikirkan semua perasaan itu dan harus hidup sebagai manusia yang tak bisa merasakan sakit agar tak seorang pun tahu kelemahan dan rapuhnya dia.

Maka seraya membuka mata, ia turun dari kasurnya dan lekas membersihkan diri jauh sebelum jarum jam menunjukkan pukul lima pagi hari. Mengenakan seragam pada hari Kamis, ia menyisakan jubahnya yang akan ia kenakan ketika hendak ke aula makan bersama nanti. Kini Aalisha menuju jendela kamarnya, ia buka dan membiarkan angin dan udara segar masuk ke kamarnya. Manik matanya menatap pada seekor kupu-kupu hitam yang sayapnya kelap-kelip warna biru, hinggap si kupu-kupu di jemari Aalisha kemudian poof, berubah menjadi amplop surat warna cokelat ketika dibuka segelnya maka terbentang lah koran yang cukup besar dan berlembar-lembar.

"Syukurlah tidak ada yang membicarakanku," ujar Aalisha. Sudah menjadi kesehariannya untuk mengecek koran entah dari media surat kabar mana pun terutama Lè Ephraim; mengenai berita jikalau ada yang membahas tentang keturunan De Lune terutama menyangkut identitas Aalisha! Jika semisal ada, maka gadis itu harus memerintahkan pihak keluarganya untuk membasmi siapa pun yang berusaha mengungkapkan identitasnya. "Oh wow, kabar terhangat."

Aalisha membaca berita yang bertajuk; Kematian Pasukan Ekreadel dan Pasukan Phantome Vendettasius secara mengenaskan dan hancurnya Desa Vinbagne. Manik mata gadis itu sedikit menyipit. "Ada kemungkinan peperangan keduanya yang menyebabkan Desa Vinbagne hancur, tetapi tidak ada pemenang dari pertempuran tersebut bahkan tak ada saksi mata dari kedua belah pihak yang hidup."

Baiklah sangat aneh. Baru kali ini Aalisha membaca berita yang dimana ada peperangan, kedua belah pihak mati, tanpa ada satu pun saksi yang hidup. Padahal selama hidupnya jika ada peperangan, setidaknya akan ada satu atau dua makhluk hidup yang berhasil selamat dan menjadi pemenang perang. Ia melanjutkan membaca kabar tersebut. "Ada asumsi jika peperangan diganggu oleh pihak ketiga."

Lekas Aalisha melipat korannya dan ia lempar ke dalam kotak yang berisi tumpukan surat kabar dan koran lainnya yang sudah ia baca. Aalisha sedang malas mau ikut campur atau lebih mendalami sebuah berita jika sudah ada pihak ketiga yang ikut campur karena biasanya pihak ketiga adalah pihak tergila jika berani ikut campur dalam perang dua belah pihak. Jadi lebih baik, ia menjaga kesehatan mentalnya dengan tidak ikut campur atau memikirkan urusan yang memusingkan dan tak seharusnya menjadi masalah hidupnya.

Melangkah keluar kamarnya, setelah mengenakan jubah, Aalisha berpikir jika orang-orang semakin tidak punya etika dan sopan santun dalam hidup mereka. Berani sekali mereka berlari dan melewati Aalisha begitu saja bahkan hampir menyenggol bahu gadis itu. Kini dia melihat murid-murid lain berlari tergesa-gesa seolah-olah dikejar-kejar oleh monster padahal mereka turun ke lantai bawah dan menuju dua murid yang terlihat pakaian mereka berantakan, wajah pucat pasi, dan rambut acak-acakan. Kedua murid itu terlihat sangat ketakutan dan terisak seraya berkata hantu, hantu, dan hantu.

"Kalian serius?" ujar Noah dengan mata membulat. "Kalian tidak membodohi kami 'kan?"

"Mereka bukan kalian berdua yang akan menipu dan mengerjai banyak orang!" sahut Evanora.

"Apakah kami sesering itu mengerjai kalian?" ujar Easton yang kini dirinya dan Noah menjadi sorotan para murid bahkan dua adik tingkat dari tahun kedua yang menangis kini menghentikan tangisannya dan menatap pada dua bersaudara Cressida tersebut.

"Haruskah kami menyebutkan tingkah laku kalian yang membuat kami dongkol dan alasan mengapa Arevalous sering mendapatkan pengurangan poin?" ujar Miguel Dalbert dari tahun keempat, teman sekelas Easton dan Noah.

"Ya, biar kusebutkan," sahut Evanora, "kalian pernah membakar dapur asrama, menghancurkan rumah kaca, merusak atap menara astronomi, mengubah warna sungai Drystan, membuat Veresimiod mengamuk, membuat toilet di Akademi banjir, dan masih banyak lagi!"

"Harusnya kalian sudah dikeluarkan, tapi profesor Eugenius tidak tega dan kenal dekat dengan Viscount Cressida, jadi nyawa kalian selamat," timpal Miguel.

"Jangan lupakan jika kalian suka membuat keturunan De Lune marah, syukurlah, dia masih membiarkan kepala kalian ada di tempatnya," sahut Luna.

Bukannya introspeksi diri, Easton dan Noah malah santai saja setelah mendengar keluh-kesah tersebut seraya menikmati berondong jagung yang dapat berubah rasa seperti rasa cokelat, keju, vanilla, pedas, asin, bahkan rasa kacang tanah dan lemon yang sangat masam. Keduanya bahkan menawarkan pada sekitar mereka termasuk pada Anila Andromeda dan Mylo yang hanya bisa menghela napas atas tingkah Easton dan Noah, terutama Mylo yang sesaat merasa malu karena punya hubungan saudara dengan kedua manusia tersebut.

"Jadi ceritakan pada kami," ujar Damien yang entah dari mana, tetapi ikut nimbrung. "Kronologi kalian melihat si hantu."

Nestria, gadis rambut cokelat dan panjang serta dikepang. Ia masih mengenakan piyama, perlahan menyeka air matanya. "Jadi aku dan Samuel menuju balkon untuk mengambil surat dari orang tua kami." Samuel adalah sepupu dari Nestria, mereka seumuran dan tentunya masih satu keluarga. "Lalu saat di balkon dan burung kami datang, kami melihat dari kejauhan, sosok seram dengan wajah mengerikan dan hancur, dia sangat jelek, wajahnya rusak seperti terkena cairan korosif seperti meleleh, dan sosok seram itu mengenakan gaun putih yang bawahnya kotor penuh darah!"

Samuel menyahut, "kami ketakutan, mau kabur, tapi tidak bisa ketika sosok hantu itu menunjuk ke arah kami. Jadi kami hanya diam di tempat sambil melihat si hantu berjalan!"

"Ke mana dia pergi?" sahut Anila seraya menatap Aalisha yang perlahan menuruni anak tangga.

Samuel dan Nestria saling memandang lalu menatap pada gerombolan murid yang mengelilinginya. "Kuil kuno di halaman belakang asrama."

Rasa penasaran adalah tabiat manusia yang terkadang membawa pengetahuan baru atau malapetaka. Seseorang mendapatkan pengetahuan baru karena rasa penasaran jika seseorang penasaran akan hal-hal baru dan berniat untuk belajar lebih banyak entah dengan membaca buku. Namun, rasa penasaran akan membawa malapetaka ketika menyeret seseorang pada hal-hal buruk dan berbahaya, sudah diketahui jika hal tersebut sangatlah berbahaya, tetapi masih dipaksakan untuk menjalaninya maka inilah yang disebut malapetaka.

Begitulah pada detik ini, rasa penasaran menyeret para murid di asrama Arevalous menuju kuil kuno dengan tiang pilar yang menopang atap kuil tersebut. Inilah malapetaka karena mereka semua sudah tahu jika berurusan dengan hantu wanita bergaun putih yang rumornya jika wanita tersebut melihat ke arah seseorang maka akan membuat orang itu memuntahkan ulat dan cacing busuk, seperti dikutuk. Meskipun begitu, rumor tersebut sepertinya tidak membuat sejumlah murid takut dan tetap memaksakan rasa penasarannya untuk menyelidiki si hantu wanita.

Kini saja beberapa murid terlihat mengelilingi area halaman belakang asrama Arevalous hingga ke kuil kuno yang terbengkalai di belakang halaman tersebut. Mereka mengecek semua titik secara cermat termasuk masuk ke kuil dan mengecek pilar bahkan patung di kuil tersebut. Beberapa murid yang masih punya kewarasan, memilih untuk memantau dari kejauhan saja, atau yang paling waras, memilih tidak ikut campur dan bersiap untuk sarapan pagi.

Sementara Aalisha, ia berdiri dari kejauhan, tangan bersilang di dada, rambut dan jubahnya sedikit beterbangan karena sepoi angin pagi yang sejuk, serta tatapannya terlihat tajam menilik para murid bahkan Anila, Mylo, Gilbert, dan Frisca juga bersama dengan para murid penasaran di sana. "Mereka semua selalu membuang waktu untuk hal-hal yang sepele."

"Kau terlalu kaku, Nona De Lune," ujar Evanora yang kini tepat di samping Aalisha seraya tersenyum.

"Aku tidak kaku, aku hanya tak mau membuang energi untuk hal-hal sepele dan menyedihkan seperti para makhluk rendahan itu lakukan," sahut Aalisha masih bertahan dengan sifat congkaknya, sedangkan Evanora menghela napas. Sesaat ia nostalgia saat pertama kali bertemu Damien yang juga sama kakunya seperti Aalisha kini. Sayangnya, Damien masih punya selera humor, jikalau Aalisha, sudah seperti gadis itu hidup dan datang dari dunia lain.

"Ayolah, Nona De Lune, akui saja jika kau sangat kaku," balas Evanora, "aku tahu, barangkali terdengar bodoh semua yang mereka lakukan. Namun, bukankah di sana letak serunya? Menghabiskan masa remaja kita dengan penasaran pada hal-hal aneh bahkan mengerikan? Terkadang hal ini, suatu hari nanti akan jadi kenangan yang tak terlupakan dan sangat kaurindukan."

Niatnya menghibur, tapi Evanora lupa jika manusia di sampingnya ini terkadang tidak bersikap seperti manusia pada umumnya. "Aku hidup dengan cara berorientasi pada masa depan bukan mengingat masa lalu apalagi menyimpan kenangan yang tidak berguna seperti sekarang ini. Sangat membuang waktu."

"Baiklah, baiklah, kau benar. Namun, tidak ada salahnya 'kan menyimpan satu atau dua kenangan untuk dijadikan hal berharga atau untuk diingat bahwa kau punya sesuatu yang membahagiakan?"

Aalisha diam, tak menyahut maupun menggubris.

Perlahan Evanora meraih tangan Aalisha. Lekas Aalisha berteriak, "hey, betapa tidak sopannya kau!"

"Nanti saja hukum penggalnya, sekarang ayo nikmati kehidupan remajamu dan lupakan sesaat mengenai kau adalah Majestic Families." Maka Evanora menarik Aalisha menuju gerombolan para murid yang masih saja berusaha mencari tanda-tanda akan si hantu wanita.

Kedatangan Aalisha langsung saja disambut Anila karena ia pikir Aalisha takkan mau ikut pencarian yang kemungkinan dianggapnya bodoh ini. Beberapa murid menatap Aalisha, mereka ikutan senang ketika ada gadis itu di sekitar mereka, barangkali si hantu wanita akan muncul karena ada Aalisha atau ada pintu rahasia di kuil kuno ini, dan mereka senang pula karena merasa aman apabila ada marabahaya muncul mengancam nyawa mereka meskipun kecil kemungkinan Aalisha mau melindungi mereka.

"Tadi kau bilang, siapa nama hantunya?" kata salah satu murid pada Luna.

"Sillavana Yinrieth dan julukannya adalah wanita berdarah bergaun putih," balas Luna.

Miguel menjelaskan. "Konon, salah satu murid yang bersekolah di sini jauh sebelum generasi kita, dia sedang sendirian di kuil ini kemudian si hantu wanita menghampirinya dan hampir membunuhnya, tetapi tidak jadi, dia selamat dan mengatakan namanya sebagai peringatan agar ketika ada yang melihat si hantu, haruslah kabur, bukan berani mencari tahu."

"Sudah diberi peringatan, kenapa masih kita cari?" balas Mylo sedikit merinding.

"Apakah kau takut, saudaraku?" balas Easton.

"Ya, jangan jadi pengecut, saudaraku," timpal Noah.

"Aku tidak takut, hanya bingung, sudah dikatakan jika murid itu hampir dibunuh, tapi kita malah dengan senang hati terjun ke jurang!" teriak Mylo.

"Lanjutkan penjelasanmu," ujar Aalisha seketika membuat sekelilingnya hening.

Luna berujar sedikit tergagap. "Alasan kenapa masih yang banyak penasaran karena hingga kini sebenarnya tidak benar-benar ada korban atau murid yang mati ketika sengaja atau tidak sengaja melihat Sillavana Yinrieth. Kebanyakan hanya berujung pingsan."

"Sebenarnya," ujar Evanora, "profesor Eugenius sudah sering memperingatkan jika kita jangan penasaran akan nona Sillavana Yinrieth. Namun, karena tak ada korban jiwa. Para murid jadi berpikir jika sebenarnya nona Sillavana Yinrieth bukan hantu, tapi Orly yang dipekerjakan Eidothea, hanya penampilannya saja yang seram."

"Pekerjaan apa?" ujar Frisca.

"Melindungi atau menjaga sesuatu, mungkin," sahut Miguel, "oh ayolah, terakhir kali, Akademi ini menyembunyikan Zephyr jadi tak mustahil ada hal lain yang disembunyikan akademi ini dan salah satunya dijaga dengan bantuan nona Sillavana."

Beberapa mata tertuju pada Aalisha saat disebut batu Zephyr. Mereka masih berterima kasih pada keturunan De Lune yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka masih bersekolah di Eidothea dan akademi ini tidak runtuh atas kejahatan bangsa iblis.

"Hey, lihat ini," ujar Noah, "ada tulisan kuno. Barangkali kita bisa membuka pintu rahasia di kuil ini!"

"Nona Andromeda, cepat kemari, bantu kami menerjemahkannya, barangkali kau tahu," teriak Easton.

Maka beberapa murid mendekati Easton dan Noah termasuk Anila yang disusul Mylo, Gilbert, dan Frisca. Kecuali Aalisha yang hanya bersedekap seraya memperhatikan mereka semua. Perlahan gadis itu menaiki tangga dan menuju patung di kuil tersebut. Manik matanya menyusuri setiap ukiran patung yang sangat detail, tetapi kusam dan kotor barangkali kuil ini tidak pernah dibersihkan atau sudah dibersihkan berkali-kali, tetapi lumutnya masih tersisa. Tangan kecilnya bergerak menyentuh sisi ujung patung tersebut yang berdebu, membuat kotorannya menempel di telapak tangan Aalisha.

"Kuil ini harus dibersihkan, meskipun terbengkalai, sayang sekali jika sangat kotor dan runtuh ...."

"Psst, psst, psst." Suara yang memanggilnya dengan cara berbisik itu terdengar tepat di samping Aalisha.

Sontak gadis itu menoleh ke arah kanan. Betapa terkejutnya dia ketika tepat di sampingnya. Sesosok makhluk kini tengah berjongkok di salah satu undakan batu terkikis yang menjadi salah satu penopang dinding kuil ini. Sosok itu mengenakan pakaian bangsawan berwarna putih dengan renda di ujung lengannya, celana selutut, tanpa alas kaki. Ia berjongkok dengan bertopang pada jari-jari kakinya. Rambut makhluk tersebut biru tua dan acak-acakan. Yang membuat makhluk itu mengerikan adalah wajahnya. Setengah wajahnya sebenarnya ditutupi topeng putih yang penuh goresan dengan manik mata bulat dan bercak darah. Sementara wajah yang tak tertutupi topeng, tidak bisa dikatakan buruk rupa, tetapi sangat mengerikan juga. Wajahnya terdapat jahitan panjang, ujung mulutnya juga ada jahitan dan perban kecil menempel serta ketika tersenyum seolah-olah hendak merobek mulutnya, kemudian matanya, skleranya tidak berwarna putih melainkan hitam, iris mata biru, dan pupilnya berbentuk bintang warna putih. Matanya yang belo itu menatap Aalisha sangat tajam seolah-olah akan keluar bola mata tersebut.

Ini pasti bahaya, terlebih Aalisha merasakan Neith tak nyaman terpancar dari makhluk tersebut. Maka berusaha mengontrol raut wajahnya, Aalisha yang sudah terlanjur menoleh perlahan ia berbalik kemudian menghindari kontak mata dengan makhluk tersebut dan menatap pada salah satu murid seraya berkata. "Hey, kau. Jam berapa ini?"

Murid yang tadi hanya diam memantau para murid lain yang sedang berusaha menerjemahkan bahasa kuno, jadi terkejut karena ditanya keturunan De Lune. Lekas ia memunculkan Cyubes dan mengecek jam. "Jam setengah tujuh, Nona De Lune."

Sialan, Aalisha meyakini jika hanya dirinya yang melihat sosok makhluk asing berwajah mengerikan ini karena murid di hadapannya tidak melihat sosok makhluk ini. "Baiklah, terima kasih."

"Sama-sama," ujar si murid lekas pergi.

"Kau bisa melihatku, benar bukan?!" Tiba-tiba saja sosok makhluk asing itu memunculkan wajahnya di hadapan Aalisha lagi. Kini ia berdiri dengan terbalik. Kaki di langit-langit sementara kepalanya di bawah dan kini menatap Aalisha dengan mata membulat. "Jangan berpura-pura tak melihatku."

Bisa Aalisha rasakan napas panas makhluk tersebut yang kemungkinan hantu atau Orly. Wajahnya membuat Aalisha muak, sangat mengganggu pandangan. Perlahan Aalisha memalingkan wajahnya hendak mengabaikan sosok makhluk asing tersebut.

"Jangan abaikan aku!" Suara makhluk asing tersebut sesaat berubah menjadi berat dan serak padahal sebelumnya terdengar lembut.

Sesaat Aalisha memperhatikan para murid terutama Anila yang sibuk menerjemahkan bahasa kuno. Mari jangan abaikan makhluk ini. "Apa maumu?" Aalisha berujar sangat pelan, hampir terdengar berbisik.

"Yang Mulia De Lune, berbicara padaku, khi khi khi, suatu kehormatan!" Maka makhluk tersebut bersembunyi di dekat patung, ia berjongkok di sana.

"Aku tak mengulangi pertanyaanku," ujar Aalisha.

"Maafkan atas keteledoranku, Yang Mulia, tetapi aku akan langsung ke intinya ... ah sebelumnya izinkan aku memperkenalkan diriku. Namaku adalah Loluet, aku penghuni akademi Eidothea, meski tak bisa kukatakan apa tugasku di akademi yang termasyhur ini."

"Aku tak peduli."

Loluet terkekeh. "Yang Mulia, apakah Anda mau memasuki kuil rahasia di sini---"

"Tidak," balas Aalisha dengan tegas dan cepat. Demi para Dewa yang bertahta di Athinelon. Ia tak mau terlibat dengan hal-hal yang mengancam nyawanya.

"Anda yakin?" tanya Loluet.

"Tidak," jawab Aalisha.

"Anda takkan menyesal saat kubuka pintu kuil ini pada Anda!" Kini Loluet muncul lagi tepat di depan wajah Aalisha dalam keadaan terbalik.

"Kubilang tidak," sahut Aalisha.

"Yang Mulia, Anda akan menyesal---" Perkataan Loluet terhenti saat Aalisha menggerakkan tangannya dan dengan mantranya, ia berhasil membuat mulut Loluet tak bisa terbuka sehingga makhluk tersebut tak bisa berucap sepatah kata pun.

"Aku tak mau mendengar perkataan makhluk rendahan," ujar Aalisha menyibak jubahnya seraya menuruni undakan anak tangga. Hal ini bersamaan suara Damien memanggil para murid agar berhenti menyelidiki kuil tersebut karena tak membawa hasil apa-apa dan sarapan pagi sebentar lagi. Damien tak mau jika asramanya dikurangi poin lagi karena para muridnya berbuat keonaran.

"Hey, De Lune, kau baik-baik saja?" ujar Damien ketika Aalisha melewatinya begitu saja.

"Ya," balas Aalisha segera melangkah angkuh tanpa menunggu siapa pun bahkan teman-temannya.

Di sisi lain, Loluet yang masih memantau para murid yang perlahan meninggalkan kuil terbengkalai ini. Kini manik matanya semakin membesar dan bercahaya biru sesaat ketika menatap kepergian keturunan De Lune. "Dia jauh lebih congkak dibandingkan Yang Mulia Aldrich De Lune, khi khi khi."

****

"Kau pasti dikutuk," ujar seorang murid perempuan dengan rambut dikepang dua, Peresheti, berasal dari Angkatan tahun kedua, asrama Arevalous.

"Kau serius masih percaya kutukan itu, barangkali hanya permainan kanak-kanak untuk menakuti para murid," balas Alpheus, teman Peresheti dan satu angkatan.

"Dasar bocah, Alpheus," teriak Easton, "baru injak tahun kedua di Akademi ini, tetapi sudah seenaknya mengatakan jika kutukan yang bertahun-tahun menimpa setiap asrama adalah palsu dan dianggap sekadar permainan menakut-nakuti!"

Noah yang membawa cookies warna-warni, rasa buah, tentu saja rasa cookies-nya akan berbeda sesuai warnanya, seperti hijau untuk apel, kuning untuk pisang, jingga untuk jeruk, dan lainnya. Ia berkeliling seraya membagikan cookies tersebut pada semua murid yang berada di salah satu taman dalam akademi Eidothea dan menghibur seorang lelaki yang tengah bersedih, dia bernama Levent Geiger. "Ya! Kutukan ini asli, bukan sekadar permainan! Kalian harus merasakannya lebih dulu seperti kawan kalian ini, baru paham!"

"Kudengar jika profesor Eugenius juga memperingatkan kita akan kutukan ini," ujar Frisca, tak ia ingat kapan profesor menyinggung masalah kutukan ini saat membawakan pidato atau ceramah panjang sebelum sarapan bersama. Namun, ia sangat ingat jika kepala Akademi Eidothea itu pernah menyinggung masalah kutukan ini. Entah niat serius atau barangkali hanya candaan saja? "Tapi jika benar begitu, artinya kita tak bisa menjalin hubungan cinta dengan murid dari asrama lain?"

"Aku tidak percaya kutukan bodoh ini," sahut Anila, tangannya terlihat memegang satu cookies warna jingga yang diberi Noah.

"Kau tak percaya, Nona Andromeda?" kata Easton tiba-tiba muncul di sampingnya. Disusul Noah setelah ia selesai membagikan cookies-nya.

"Padahal kutukan ini diakui oleh profesor Eugenius, lho," timpal Noah.

Anila memutar bola matanya seraya menjauh dari dua Cressida bersaudara itu. Kini ia mempertanyakan bagaimana Mylo bisa tahan menghadapi tingkah tidak jelas dari kedua kakaknya? Beruntunglah Anila lahir sebagai anak tunggal di keluarga bangsawan utama Andromeda. "Terkadang Beliau hanya suka bercanda untuk membuat para muridnya tidak melampaui batas. Namun, sejatinya kutukan itu sungguh sangat kekanak-kanakan dan aku tidak percaya."

Hening menguar saat Anila berucap. Beberapa dari mereka ada yang berusaha mempercayai perkataan Anila. Namun, lebih banyak yang percaya bahwa kutukan yang menimpa lima asrama adalah benar karena sudah banyak kejadiannya atau bukti nyatanya.

"Tapi sejak angkatan lalu bahkan para alumni Eidothea mengatakan jika kutukan ini benar-benar nyata lho," ujar Evanora yang sukses membuat para murid terkejut. Mereka siap terkejut jika Damien juga muncul, sayangnya keturunan cabang Narezza itu tidak bersama Evanora. "Bahkan sahabatku banyak yang mengalaminya."

Gadis itu seraya memberikan minuman dalam botol kaca kepada Levent, syukurnya diterima. Ah, lihatlah lelaki ini, matanya sembab, wajahnya sedikit pucat, dan masih terlihat tak bersemangat. Sangat cocok dengan tanda-tanda lelaki yang patah cinta. "Ayolah jangan bersedih, masih banyak gadis di akademi ini bahkan di luar sana." Setidaknya Evanora hendak menghibur, sayangnya penghiburan ini tak berguna bagi mereka yang patah hati sangat dalam.

"Tapi aku hanya mencintainya," ujar Levent dengan wajah tertekuk. Sementara para murid yang mengelilingi Levent jadi hening. Beberapa dari mereka sangat paham perasaan Levent, barangkali pernah berada di posisi lelaki tersebut. Sedangkan yang lain meski belum pernah merasakan patah hati atau putus cinta, tetapi mereka punya empati sehingga bisa merasakan sesak dalam diri lelaki itu.

Sayangnya tak semua ahli dalam menggunakan empati mereka atau karena ia baru terlahir ke dunia ini setelah diisolasi bertahun-tahun dari kehidupan.

"Sebenarnya, sejak tadi kalian membahas apa?" ujar Aalisha yang duduk di salah satu bangku panjang di taman tersebut seraya meraup cookies-nya. "Cinta, patah hati, kutukan asrama, huh? Apakah kalian membahas novel romansa-tragis?"

Awalnya hening menyambut mereka semua setelah perkataan polos Aalisha itu, kemudian mereka tertawa kencang bahkan Levent yang bersedih jadi terkekeh sampai ia meneteskan air mata. Noah terjungkal dari bangkunya, Easton tersedak cookies-nya, Evanora hampir menyemburkan minumannya, Anila dan Mylo tak bisa menahan tawa, terutama Frisca dan Gilbert yang sampai berguling-guling di rerumputan, terlalu berlebihan. Bahkan Kennedy yang sikapnya selalu pendiam, ia pun tertawa. Di sisi lain, Aalisha yang merasa jika pertanyaannya tidak mengandung lelucon jadi kesal karena mereka sangat tidak sopan menertawakan dirinya.

"Hey, kenapa kalian semua tertawa? Apa yang lucu!" Gadis kecil itu marah sampai berdiri dari bangkunya. "Berhenti tertawa! Aku sedang tidak membuat lelucon!"

"Oh Dewa," kata Evanora seraya mengusap pipinya. "Aku tahu Majestic Families memang banyak sifat uniknya, tapi gadis De Lune ini sangat polos."

Noah meminta bantuan Easton untuk berdiri. "Dia bukan polos, tapi bodoh!"

"Hey! Berani kau menghina Majestic Families!" teriak Aalisha, tetapi diabaikan. Bagaimana bisa mereka berani mengabaikan Aalisha?

"Kupikir semua tahu arah pembicaraan ini, tapi nyatanya, kau tidak paham," ujar Easton, "kenapa kau tidak bertanya bocah, kau terlihat sangat bodoh tadi."

Jentikan terdengar yang seketika tempat tersebut meledak, lebih tepatnya wajah Easton dan Noah terkena ledakan kecil yang membuat wajah mereka hitam dan gosong, tapi tidak terluka parah. Asap hitam kecil membumbung ke langit. Meskipun sudah diserang Aalisha, keduanya tidak jera malah tertawa lagi karena mereka punya keyakinan jika Aalisha takkan membunuh mereka.

"Bisakah kalian berhenti tertawa dan jelaskan sebenarnya apa yang kalian bahas? Atau kuseret kalian satu per satu ke kerangkeng besi?" Aalisha berucap, beruntungnya tak satu pun dari mereka takut, tetapi berusaha menahan tawa.

"Baiklah, aku saja yang jelaskan," ujar Anila seraya merangkul bahu Aalisha. Begitu juga Mylo yang mendekati keduanya.

"Kami akan jelaskan sedetail mungkin untukmu," ujar Mylo lalu terkekeh. "Oh ya, terima kasih sudah membuat wajah Easton dan Noah gosong, aku punya bahan untuk mengejek mereka."

Sebenarnya sudah hal lumrah dalam dunia Akademi Eidothea jika ada persaingan antara murid bahkan antara Asrama untuk memperebutkan gelar Asrama mana yang terbaik. Meskipun begitu tidak pernah ada larangan untuk bisa menjalin persahabatan dengan mereka yang berbeda Asrama hanya saja jika berpikir dalam sudut pandang persaingan, pasti persahabatan tersebut sesekali akan mengalami masalah atau pertengkaran entah secara internal maupun eksternal seperti perebutan peringkat di akademi Eidothea ini.

"Aku tahu jika murid-muridku akan selalu bersaing, tetapi aku juga sangat tahu jika tak jarang, di antara mereka akan menjalin persahabatan bahkan saling jatuh cinta, tetapi sayangnya, cinta itu tidak semudah dan seindah dunia dongeng." Itulah yang pernah dikatakan profesor Eugenius selama dia bekerja sebagai pengajar hingga diangkat menjadi Kepala Sekolah di Akademi Eidothea ini. Dia sudah banyak menyaksikan beragam kisah di akademi ini. Dimulai dari kisah sedih dan menyakitkan, hingga tak terhitung bahagianya.

Maka berdasarkan pernyataan profesor Eugenius tersebut telah dipahami bahwa di Eidothea pun takkan terlepas dari kenyataan bahwa para muridnya juga bisa jatuh cinta satu sama lain di balik persaingan memperebutkan peringkat individu atau asrama mereka. Jadi tidak mengherankan jika ada cinta entah di antara sesama murid satu asrama atau murid yang berbeda asrama. Lagi pula, cinta tidak kenal waktu, tempat, bahkan keadaan.

Barangkali terdengar indah jika melihat cinta di antara persaingan, seperti kisah dalam dongeng yang ditulis manusia dan berakhir dengan bahagia. Namun, di Athinelon, segalanya tidak semudah angan manusia dalam sebuah karya sastra bahkan terdengar menyayat hati padahal baru membaca lembar pertama.

"Orang-orang di akademi ini menyebutnya sebagai Kutukan Cinta Lima Pilar Eidothea."

Terdengar bodoh dan terkesan sebagai permainan anak-anak atau hanya digunakan untuk menakut-nakuti, pikir para murid yang baru menginjakkan kaki di Eidothea ini. Namun, kenyataannya setelah menjalani hidup di Eidothea dan merasakan cinta itu secara langsung serta patah hatinya, mereka baru akan mempercayai kutukan itu, maka secara perlahan akan diwariskan ke angkatan selanjutnya hingga semua percaya akan adanya kutukan tersebut.

Pernah dikatakan pula oleh alumni Eidothea bahwa, "jatuh cinta dengan teman sesama asrama adalah hal yang biasa. Namun, jatuh cinta pada mereka yang berbeda asrama adalah hal yang luar biasa. Ibaratkan saja seperti dongeng ketika seorang Pahlawan jatuh cinta pada Musuhnya, hanya ada dua akhir yang akan menanti; kehancuran atau kematian. Ya, selalu akhir yang tragis."

Maka begitulah konsep dari kutukan yang menimpa para murid di lima asrama ini. Jika mereka jatuh cinta dengan sesama teman mereka yang masih di lingkup satu asrama, maka cinta mereka bisa saja bertahan hingga akhir hayat. Namun, jika jatuh cinta dengan yang berbeda asrama, bersiaplah untuk patah hati karena kutukan ini, membuat cinta mereka takkan bertahan lama entah karena berbagai macam alasan, tetapi intinya cinta mereka takkan pernah ke jenjang yang lebih serius. Selalu berakhir dengan kehancuran.

"Hendak tidak dipercaya, tetapi sudah banyak murid yang mengalaminya," ujar Evanora ikut nimbrung pembicaraan Anila, Mylo, dan Aalisha. "Jika ada murid yang patah hati dan terlihat sangat menderita karena putus cinta tersebut, saat ditanya, ternyata dia menjalin hubungan dengan murid dari asrama lain."

Kini mereka menatap Levent yang sudah tak bersedih lagi karena dihibur oleh para murid terutama tingkah konyol Easton dan Noah. "Dia putus dengan pacarnya semalam. Pacarnya dari asrama Sylvester, entah alasan apa yang membuatnya putus, tapi sepertinya sangat membebaninya."

"Karena inilah, kedua kakakku bilang jika lebih baik mencari pasangan yang satu asrama?" kata Mylo.

Evanora mengangguk. "Sebenarnya kutukan ini tak bisa dijadikan patokan seperti Kutukan Cenobia yang menimpa para Majestic Families yang jelas-jelas nyata karena berasal dari bangsa iblis. Namun, sejak dulu, banyak murid yang kisah percintaannya gagal karena berpacaran atau mencintai murid yang berbeda asrama. Bahkan dulu, beberapa Majestic Families sebelum Aalisha dan lainnya, juga mengalami hal yang sama. Mereka pernah jatuh cinta pada murid yang berbeda asrama, tetapi berakhir tak bersama juga. Lucu ya bahkan cinta pun sering dikutuk."

Sesaat hening terdengar, beberapa murid terlihat bubar karena kelas mereka akan dimulai. Aalisha dan lainnya masih senantiasa diam, merasakan sepoi angin, tanpa berniat beranjak pergi. Sebenarnya setelah mendengar kutukan bodoh ini, Aalisha tidak peduli sama sekali, ia tak peduli soal kutukan cinta ini karena mencintai seseorang yang berbeda asrama, ia tak peduli dengan rasa sakit ketika cinta ditolak oleh kasta, keluarga, atau pun takdir. Karena selama ia hidup, ia tak pernah benar-benar memahami apa arti cinta yang sesungguhnya.

Apakah tatapan hangat yang diberikan seseorang pada anak-anaknya?

Apakah perlindungan yang dilakukan orang tua demi anak-anaknya?

Apakah senyuman dan pelukan yang diberikan seseorang ketika yang mereka cintai tengah terluka dan bersedih?

Ataukah setidaknya satu detik meluangkan waktu demi seorang Tuan Putri yang selalu berusaha mengejar cinta Ayahnya? Namun, tidak. Aalisha tak pernah mendapatkan satu detik tersebut. Sungguh menyedihkan.

Ia jadi teringat suatu kalimat. "Apakah kau tidak kunjung paham? Kau seorang putri De Lune yang cacat dan aku berharap kau tidak pernah lahir ke dunia ini."

Lalu untuk apa Aalisha susah payah memikirkan cinta dan kutukan yang menimpa murid-murid akademi ini padahal dirinya saja tidak pernah benar-benar mendapatkan cinta Sang Ayah?

"Namun, kuberi kalian nasehat," ujar Evanora seraya tersenyum lembut. "Meskipun banyak kisah cinta tragis, tapi tidak menutup kemungkinan jika beberapa murid ada yang berhasil mempertahankan cinta mereka meski berada di asrama yang berbeda bahkan hingga ke jenjang pernikahan, lho. Jadi intinya jangan putus asa dan teruslah berusaha meskipun kemungkinannya sangat kecil."

Ah, ternyata di Athinelon ini. Hanya takdir Aalisha yang berawal dari kejadian tragis, berjalan dengan tragis pula, bahkan kelak akan berakhir sangat tragis.

"Tidak masalah," gumam Aalisha, "aku yang menjalaninya, jadi tak masalah. Aku kuat dan aku bisa melewati ini sendirian tanpa bantuan siapa pun."

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Anila.

"Ayo ke kelas, aku tak mau terlambat," balas Aalisha yang lekas jemarinya digenggam kuat oleh Anila.

"Oke, ayo ke kelas semua!" teriak Anila terutama mengomando Mylo, Gilbert, Frisca, dan Kennedy.

"Sampai jumpa," ujar Mylo pada para kakak tingkatnya. "Hey tunggu aku!"

****

Mata pelajaran Sejarah sebenarnya adalah kelas yang terkadang membosankan, terkadang cukup menyenangkan terutama jika materinya membahas tentang Majestic Families, begitulah pikir para murid terutama yang berasal dari kaum proletar yang benar-benar baru banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan ketika di Eidothea karena selama mereka hidup, orang tua mereka yang berfokus mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tidak bisa mengajari mereka terutama para orang tua itu juga tak punya pendidikan tinggi.

Meskipun bagi murid lain membahas Majestic Families sangatlah menyenangkan, berbeda dengan para Majestic Families itu sendiri entah keturunan utama atau pun cabang yang merasa lelah membahas tentang keluarga mereka terutama jika menyinggung nama keluarga mereka. Kelas sejarah kali ini digabung jadi satu di kelas tribune sehingga ada sekitar 300 murid di dalam ruangan sementara profesor Reagan berada di depan dan menampilkan proyeksi tiga dimensi dari materi yang akan dibahas hari ini.

"Selamat siang semuanya," ujar profesor Reagan. Ia seperti biasa mengenakan pakaian serba hitam dan membawa tongkat panjang yang ia taruh di atas meja. "Hari ini kita akan membahas mengenai Pernikahan Politik dan Wajibnya bagi setiap keturunan Majestic Families tidak menodai nama keluarga mereka."

"Membosankan," ujar Aalisha, sengaja keras suaranya yang membuat beberapa pasang mata menoleh padanya bahkan Mylo menyenggol siku Aalisha.

Profesor Reagan bisa mendengar perkataan keturunan De Lune tersebut. Ia menghela napas. Masih tak menyangka akan kenyataan ini bahwa De Lune punya keturunan utama kedua dan seorang perempuan. "Apakah ada yang hendak kau sampaikan, Nona De Lune?"

"Tidak ada Profesor," balas Aalisha seraya tersenyum. "Lanjutkan kelas Anda. Saya dengan senang hati mendengarnya."

Harus sabar, begitulah nasehat yang diberikan profesor Eugenius pada para pengajar jika Majestic Families sedikit menyebalkan. Namun, jika sudah berlebihan, tentu saja harus dihukum! "Baiklah semua, buka buku kalian di halaman 549! Kita akan membahas pernikahan politik!"

Pernikahan politik adalah pernikahan yang dilakukan untuk tujuan politik, seperti menjalin aliansi dan kerjasama, memperluas teritorial, atau mempertahankan atau meningkatkan kekuasaan. Pernikahan politik sering terjadi di antara keluarga kekaisaran, kerajaan, dan kaum bangsawan atau borjuis. Kebanyakan pernikahan politik biasanya tidak didasarkan pada cinta atau pilihan pribadi, tetapi pada kepentingan politik, kekuasaan, bahkan keluarga.

"Sehingga pernikahan yang berdasarkan tujuan untuk memperkuat aliansi atau kekuasaan disebut sebagai pernikahan politik, jika di luar dari hal tersebut, tidak disebut sebagai pernikahan politik!" ujar profesor Reagan yang ketika ia membalik halaman selanjutnya maka proyeksi tiga dimensi di depan kelas juga berubah. "Ya, silakan bertanya!"

"Profesor jika pernikahan karena untuk membayar utang, berarti tidak bisa dikategorikan sebagai pernikahan politik?"

"Ya! Pernikahan seperti itu, biasanya dilakukan karena adanya tekanan ekonomi, sosial, atau budaya. Pernikahan ini biasanya terjadi di antara orang-orang yang berada dalam kondisi miskin, terlilit utang, atau terancam kekerasan. Pernikahan ini tidak ada hubungannya dengan tujuan politik, melainkan hanya untuk menghindari masalah atau konsekuensi yang lebih buruk. Jadi tidak bisa dikategorikan sebagai pernikahan politik. Kemudian pernikahan seperti ini sebenarnya dilarang oleh Kekaisaran Ekreadel. Hal ini sama pula, jika ada seseorang yang menikahi budak atau hamba sahaya hanya untuk tujuan tidak baik, maka dianggap sebagai eksploitasi manusia dan jika hal ini terjadi di bawah wilayah kekuasaan Kekaisaran Ekreadel maka para pelakunya akan dihukum."

"Profesor, para budak itu, asalnya dari mana? Apakah di zaman sekarang masih banyak para budak?" ujar salah seorang murid asal asrama Drystan.

"Kurasa sel otaknya sedikit," gumam Aalisha.

"Aalisha, jangan mengejek," bisik Anila.

Profesor Reagan berdeham lalu berujar, "sebenarnya para budak sangat banyak di zaman dahulu, terutama saat masih banyak peperangan antara bangsa dan ras. Seseorang menjadi budak dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kalah perang, utang, kemiskinan, penculikan, bahkan kesukarelaan. Namun, tidak semua yang kalah perang kemudian menjadi tawanan perang dianggap sebagai budak, ada juga yang dijadikan sandera, tahanan politik, atau pekerja paksa. Kemudian ada orang-orang yang secara sukarela menyerahkan diri kepada penguasa untuk jadi budak karena tidak mampu membayar mas kawin, kegagalan panen, atau malapetaka lain."

Para murid kembali mengangkat tangannya termasuk Kennedy. Dia terpilih untuk menyampaikan pertanyaannya. "Terima kasih Profesor. Aku izin bertanya, apakah ada hukum atau aturan untuk tidak menyakiti para budak?"

"Tentu saja ada. Di Kekaisaran Ekreadel sendiri, ada hukum tertulis untuk tidak menyakiti budak atau hamba sahaya. Hamba sahaya memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan fisik, penyalahgunaan, atau perlakuan yang tidak manusiawi. Pemilik mereka bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan mereka. Kekaisaran Ekreadel juga melarang masyarakat untuk melakukan pemukulan, pembunuhan, penghinaan, atau pelecehan terhadap mereka." Profesor Reagan menjelaskan seraya menatap para muridnya. "Sebenarnya praktik perbudakan sudah perlahan-lahan dihapuskan semenjak para Majestic Families berkuasa. Bahkan Kekaisaran Ekreadel tidak ingin ada praktik perbudakan di bawah kekuasaan Kekaisaran ini. Namun, masih ada beberapa wilayah di benua tertentu yang menggunakan praktik perbudakan bahkan ilegal dengan cara menyakiti budak-budak tersebut, terutama yang tak di bawah kekuasaan atau tidak berafiliasi dengan Ekreadel."

Sesaat Aalisha terdiam. Sewaktu ia masih belia entah di umur berapa, ia lupa. Dia pernah dibawa ke sebuah wilayah di luar benua Kekaisaran Ekreadel. Berada di sana, Aalisha kecil melihat secara langsung praktik perbudakan. Para budak yang kedua kakinya diborgol dengan rantai sihir, diberi pakaian kotor, makanan seadanya bahkan tak layak, mereka diperjual-belikan secara terang-terangan di sebuah pasar loak. Jadi para budak duduk berjejer dan akan dijual dengan berbagai harga tergantung dengan kondisi kesehatan dan kemampuan para budak tersebut. Melihat kondisi mereka, Aalisha kecil tidak terlalu berempati lagi pula ia hidup dalam mansion besar meski hampir sebagian dari hidupnya hanya dipenuhi ujian dari para Tetua dan Kepala Keluarga De Lune agar melatih Aalisha menjadi keturunan sempurna bagi Majestic Family De Lune.

Jika sekarang, apakah ia akan berempati? Kemungkinan besar tidak karena bagi Aalisha, itulah takdir mereka.

"Selanjutnya kita akan beralih ke materi mengenai Kewajiban Majestic Families menjunjung Tinggi Nama Keluarga Mereka." Profesor Reagan membalikan halaman bukunya lagi.

Para keturunan setiap Majestic Families sangat menjunjung tinggi nama Keluarga mereka masing-masing bahkan nama tersebut dianggap sangat suci dan tidak boleh dinodai, dihina, diejek, dan disalahgunakan. Di Kekaisaran Ekreadel, jika ada yang menghina atau mengejek nama Majestic Families maka akan mendapatkan hukuman gantung. Jika ada masyarakat yang menamai anak-anak mereka atau nama marganya menggunakan nama Majestic Family padahal mereka bukan keturunan Keluarga Agung tersebut, maka satu keluarga bisa dihukum mati. Sehingga nama delapan Majestic Families tidak boleh sembarangan digunakan. Kemudian para keturunan Majestic Families wajib menghormati dan menjunjung tinggi kesucian nama Keluarga tersebut. Tidak mengherankan pula jika sesama Majestic Families saling menyombongkan nama Keluarga mereka terutama terkadang ada pertengkaran atau permusuhan antara sesama Majestic Families.

Atas hal inilah seorang anak yang lahir dengan darah Majestic Families maka sampai akhir hayat pun harus membawa nama Majestic Families tersebut. Maka dari itu, seorang keturunan Majestic Families tidak boleh menggunakan nama marga lain selain nama Majestic Families.

"Dalam pernikahan jika seseorang menikah, maka nama marga akan berubah mengikuti marga pria. Namun, bagi keturunan Majestic Families, ada kekhususan dalam pernikahan, yakni siapa pun di luar Majestic Families kemudian menikah dengan garis keturunan Majestic Families, maka marga mereka dan keturunan selanjutnya akan menggunakan nama Majestic Families di akhir nama mereka. Hal ini berlaku pula untuk perempuan dari garis Majestic Families. Sehingga jika perempuan Majestic Families menikah, maka marga pria yang ia nikahi wajib mengikuti perempuan tersebut karena sang perempuan adalah Majestic Families yang derajatnya lebih tinggi dibandingkan pria yang ia nikahi! Jadi mudahnya, siapa pun yang menikah dengan keturunan Majestic Families maka marganya akan berubah mengikuti Majestic Families."

Terlihat para murid hening setelah mendengar penjelasan tersebut. Profesor Reagan kembali menjelaskan. "Kemudian kembali ke pernyataan awal bahwa Keturunan Majestic Families wajib menjunjung tinggi dan kesucian masing-masing nama Majestic Families mereka, terutama untuk keturunan utama! Sehingga jika ada keturunan Majestic Families yang berani membuang nama Keluarga Agung tersebut entah memisahkan diri dari Majestic Families atau menggunakan nama marga lain, dan alasan lain sebagainya yang tidak dapat diterima. Maka keturunan tersebut dianggap pengkhianat dan harus dihukum mati!"

Mulai terdengar bisik-bisik para murid. Mereka terlihat sangat tertarik dan bersemangat membahas materi ini. Ada beberapa murid yang sudah tahu tentang hal ini, ada pula yang baru tahu sehingga cukup terkejut.

"Memangnya ada pernikahan sesama Bangsawan Agung, Majestic Families?"

"Atas inilah, sulit atau bahkan mustahil akan adanya pernikahan antara delapan Majestic Families. Karena delapan Keluarga Agung saling menjunjung tinggi kesucian dan kemurnian nama mereka masing-masing."

"Pantas jarang ada keturunan yang lahir dari dua Majestic Families, ternyata memang seperti dilarang pernikahan antara sesama keturunan 8 Majestic Families."

"Mudahnya, jika seorang Majestic Families menikah dengan sesama Majestic Families kemudian mengubah nama marganya, maka ia dianggap pengkhianat dan akan dihukum mati. Sebenarnya tidak benar-benar dihukum, tapi yeah seolah-olah mati karena dicap pengkhianat satu keluarga. Bisa saja nanti jadi pemicu perang besar antara sesama Majestic Families."

"Mungkin karena hal ini, Majestic Families kebanyakan menikah dengan keturunan cabang mereka sendiri atau masyarakat borjuis yang menjadi relasi mereka."

Salah satu murid mengangkat tangannya. "Profesor, apakah ada kasus pernikahan, sesama Majestic Families yang berhasil?"

"Ya, tentu saja ada. Namun, yang menikah adalah sesama keturunan cabang, bukan keturunan utama. Bagi mereka yang berasal dari keluarga cabang, masih ada kemungkinan untuk menikah dengan sesama Majestic Families dikarenakan Keturunan Utama lah yang harus menjaga kemurnian garis keturunan keluarga. Karena hal ini, ada beberapa Keluarga Cabang Majestic Families yang menikah dengan Keluarga Cabang Majestic Families lain dan memiliki anak. Walaupun perbandingannya adalah 1 : 100.000 di setiap generasi."

Hening menguar di kelas tersebut. Para murid kini semakin memahami betapa beratnya lahir sebagai Majestic Families karena ada banyak aturan tertulis maupun tidak tertulis terlebih lagi dikutuk dengan kutukan Cenobia yang membuat Majestic Families sedikit memiliki keturunan utama jadi keturunan utama benar-benar harus menjaga kemurnian garis keturunan Majestic Families mereka.

Salah seorang murid berucap, "ah, aku merasa kasihan pada mereka yang sesama Majestic Families, tetapi saling jatuh cinta. Seolah-olah sejak lahir, cinta mereka sudah ditolak Athinelon."

Kelas kembali berjalan dengan lancar, para murid dengan antusias mencatat setiap penjelasan yang diberikan oleh profesor Reagan. Mereka juga saling berdiskusi dan mendengarkan kawan mereka yang mengajukan beberapa pertanyaan. Sesekali mereka tertawa meski sebenarnya profesor Reagan bukan menyatakan lelucon, tapi entah mengapa pemaparannya akan materi tertentu terdengar lucu. Di sisi lain, ada pula beberapa murid yang mendengar pemaparan materi dengan tenang tanpa banyak bertanya, seolah-olah beberapa dari mereka penuh dengan pikiran yang tak dapat disampaikan.

Hingga terdengar salah satu bisikan seorang murid. "Ternyata hidup sebagai Majestic Families tidak semudah yang kita bayangkan."

Detik itu, Aalisha hanya bisa menghela napas seraya meletakkan penanya, kemudian menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Perlahan Anila berhenti mencatat materi, menatap Aalisha, tangannya bergerak pelan lalu mengusap pelan puncak kepala gadis itu sedangkan Mylo hanya tersenyum simpul, menatap Aalisha kemudian kembali mencatat materi. Entah apa yang ada di pikiran ketiga manusia tersebut.

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

|| Afterword #9

Sillavana Yinrieth sebenarnya sudah pernah muncul di Book 1, kemudian di Eidothea sendiri, kisahnya diketahui banyak murid terutama peringatan untuk tidak menatapnya jika tak ingin muntah ulat atau cacing. Sosok Sillavana Yinrieth sendiri masih tak diketahui apakah benar hantu atau hanya Orly yang sengaja berwujud mengerikan, tetapi ke depannya akan perlahan-lahan dibahas.

Berbicara mengenai patah hati karena cinta sesama murid Eidothea sudah sering terjadi hingga secara turun-temurun di Angkatan Eidothea pun diceritakan mengenai kutukan yang menimpa kelima asrama bahwa mustahil saling mencintai bagi mereka yang berbeda asrama.

Sementara itu, pernikahan politik sudah sering terjadi di antara bangsawan bahkan para Majestic Families. Beberapa dari mereka sudah diatur pernikahannya bahkan tunangan mereka sudah ada, hal ini selain untuk menjaga kemurnian nama keluarga masing-masing, tetapi untuk mencegah dua Majestic Families terutama keturunan utama untuk bersatu. Atas inilah, banyak juga yang mengatakan jika mencintai seseorang yang berbeda Majestic Families dianggap sebagai kutukan.

Kutukan yang mustahil dihancurkan.

Prins Llumière

Senin, 26 Februari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top