Chapter 13

|| Mohon dibaca note (Afterword #2), nggak baca, gue sihir kalian jadi Sus scrofa (silakan searching artinya)

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian Veresimiod mengacau di Eidothea dan menyengat para murid hingga rumah sakit Eidothea jadi kewalahan menangani mereka semua. Pada malam ini, seluruh penghuni akademi berada di aula makan bersama, sebenarnya ada beberapa murid yang makan di kantin rumah pohon.

Malam ini, aula penuh dengan lentera serta lampu gantung yang menyinari ruangan sehingga penerangan di sini sangatlah cukup. Makanan dan minuman di atas meja panjang tertata dengan rapi serta begitu penuh yang hampir tidak menyisakan ruang untuk para murid menaruh siku mereka di atas meja. Menu masakan yang banyak dan berganti-ganti setiap harinya, tentu saja membuat para murid jadi tidak pusing dan mereka dapat memakan apa pun yang sesuai dengan selera lidah mereka. Terkadang ada beberapa pengajar yang meminta atau menyarankan beberapa masakan khas dari wilayah atau benua lain di Eidothea. Hal ini semakin memperkaya jenis masakan yang disuguhkan untuk para murid maupun para pengajar. Arthur adalah salah satu pengajar yang paling sering meminta masakan jenis tertentu untuk diperkenalkan citarasanya pada murid-muridnya. Lalu Arthur sangat menyukai dengan masakan asal Timur Tengah, ah pasti karena dia punya banyak yang tersebar di seluruh tanah Athinelon ini.

Suasana aula sangat riuh, makan malam yang penuh dengan canda tawa serta celotehan para murid. Mulai dari membicarakan kabar hangat yang terjadi di asrama mereka, bergosip akan musuh atau murid yang mereka benci, pamer kemampuan sihir, bercerita tentang seputar berita sedang memanas di kalangan bangsawan, pernikahan para keluarga kalangan atas, hingga cerita yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu dengan artian lingkaran persahabatan saja.

"Bagaimana denganmu Mylo, apa salah satu kenangan buruk yang kau miliki?" ujar Gilbert seraya menyantap makanannya yang ternyata bercampur keju sehingga lebih lezat.

"Aku pernah jatuh dari ketinggian ketika mengikuti kakak-kakakku yang bereksperimen dengan gerbang teleportasi abal-abal yang mereka buat," sahut Mylo yang teringat saat itu dia dijadikan kelinci percobaan. Dikarenakan umurnya masih lima tahun, jadi dia menurut saja, ternyata gerbang teleport itu bukan mengarah pada kediaman mereka melainkan muncul di langit yang menyebabkan Mylo jatuh dari ketinggian. Syukurnya, ia selamat karena ayahnya menolong Mylo pada waktu yang tepat sebelum ia menghantam tanah.

"Kalian saudara yang buruk," balas Anila menatap pada Easton dan Noah.

"Hey dia yang menerima menjadi kelinci percobaan," balas Noah.

"Karena aku masih kecil, tentu saja aku menurut permintaan kalian. Mana aku tahu kalau gerbangnya gagal," tukas Mylo.

"Setelah itu apa yang terjadi? Maksudnya setelah kau ditolong oleh ayahmu?" tanya Frisca.

"Dia demam seminggu dan kami berdua dihukum," ucap Easton meraih minuman yang dapat berubah warna dan rasa jadi kalau ingin rasa jeruk, maka tunggu sampai minumannya berwarna jingga.

"Kau bisa bertahan hidup memiliki saudara seperti mereka," bisik Gilbert, "jika aku diposisi kamu, aku akan mati muda."

"Sejujurnya aku lelah jadi adik mereka," balas Mylo.

Noah berucap, "aku bisa mendengar perkataanmu!"

"Baguslah, biar kalian sadar!" sahut Mylo yang tawa terdengar karena tingkah bersaudara itu.

"Bagaimana denganmu De Lune," ucap Easton, "apa pengalaman burukmu?"

Sontak Anila berhenti menyuap makanannya dan menatap sinis pada Easton. Tatapan Anila begitu kelam dan dingin seolah ia akan melemparkan garpu agar membuat Easton diam. "Easton, tutup mulutmu."

"Oh ayolah, aku hanya bertanya, maaf jika itu membuatmu tersinggung." Ia menatap pada Aalisha yang terlihat santai menikmati makanannya padahal gadis Andromeda di sebelah Aalisha terlihat seperti kucing yang akan mencakar lawannya dengan kuku tajam.

"Aku punya banyak pengalaman buruk sampai jari-jariku tidak bisa menghitungnya." Suara Aalisha tenang sekali, seperti danau tak berpenghuni serta dingin membuat yang mendengar perkataan Aalisha jadi merasakan hawa yang mencekam. "Meskipun aku disembunyikan, tapi tetap saja, aku seperti Majestic Families lainnya yang dididik keras. Jadi pertanyaan bodoh itu, tidak perlu kujawab."

Hendak sekali Anila menutup mulut Easton serta memutar waktu agar pembicaraan mengenai kenangan buruk ini tidak dimulai. Semua ini bermula dari Gilbert. Kini Anila berpikir jika ia harus membuat daftar apa saja yang boleh dan tidak boleh dibahas ketika berbicara dengan Aalisha.

"Bagaimana jika membicarakan hal lain?" ujar Mylo seraya menumpuk piringnya ke tumpukan piring kotor di depan Gilbert. "Seperti, kuil apa saja yang pernah kalian kunjungi atau kuil favorit kalian?"

Gilbert membuka mulutnya seraya berpikir. "Kuil favoritku---"

"Dewi Aarthemisia D'Arcy," sahut Aalisha dengan cepat.

"Aku juga," timpal Anila, "aku pernah mengunjungi salah satunya di pusat kota Kekaisaran Ekreadel."

"Kalau aku ...." Gilbert baru hendak berujar, tetapi diurungkan olehnya ketika ada puluhan burung hantu yang terbang di aula ini sembari membawa sesuatu yang terbungkus lalu dicengkeram kuat dengan kedua kaki tajamnya.

"Wah, aku dapat paket dari ibuku!" teriak murid dari barisan meja asrama Drystan.

Semakin banyak burung hantu yang berdatangan. Membawa barang-barang atau paket yang dikirimkan oleh pihak keluarga atau orang tua mereka. Ada pula burung jenis lain, seperti elang, rajawali, hingga burung bangau juga ada yang membawakan kiriman dari orang tua kepada anak-anaknya. Para murid takjub ketika melihat sepuluh ekor burung pipit bekerjasama untuk membawa hadiah yang dibungkus plastik hitam untuk salah seorang murid.

Jika paket atau hadiah mereka tidak dikirim lewat para binatang yang dapat mengudara seperti para burung. Paket itu akan tiba melalui darat jadi terlihat para Orly membagikan paket atau kiriman sesuai dengan murid yang dituju. Ada delapan Orly mendorong troli besi berisi tumpukan paket untuk murid-murid di aula itu. Kemudian selain paket, para murid juga mendapat surat dari orang tua mereka, dari sahabat mereka di kediaman, atau saudara jauh. Malam ini semua murid dipenuhi kebahagiaan.

Anila mendapatkan surat dari orang tuanya serta paket yang berisi buku baru serta novel dari salah satu pengarang favoritnya, ah bahkan ia mendapat tanda tangan dan namanya dituliskan oleh pengarang tersebut di halaman pertama. Frisca mendapat baju baru yang hasil sulaman dari ibunya sementara Gilbert mendapat stok teh celup yang diproduksi oleh ayahnya sendiri. Mylo mendapat surat pula dari ayahnya serta foto ketika ayahnya pergi ke salah satu benua untuk pekerjaannya. Semuanya mendapat kiriman atau surat yang bertanya kabar mereka ketika di Eidothea atau sekadar cerita tidak jelas yang menceritakan kejadian di kediaman mereka.

Di barisan meja Gwenaelle, Athreus mendapat surat dari ibunya, sementara Nicaise juga mendapat surat bahkan tiga surat karena ada dua surat dari temannya yang berasal dari keluarga cabang. Lihatlah betapa Eloise Clemence sangat bahagia karena mendapat surat dari kedua orang tuanya serta dua saudara laki-lakinya yang salah satunya sangat menyayangi Eloise jadi panjang sekali surat yang ditulis itu. Kalimat yang dirangkai pun sangat meluluhkan hati.

Sekali lagi, semua murid merasakan kebahagiaan karena meski berada di Eidothea, mereka masih bisa merasakan kehangatan dari orang-orang di rumah mereka. Cinta orang tua yang selalu membuat mereka semangat untuk menjadi yang terbaik di akademi termasyhur ini. Ya, seharusnya semua murid merasakan kebahagiaan, tetapi jika diperhatikan lebih jeli. Ada satu murid yang tak kunjung mendapat kiriman dari kediamannya bahkan tak ada surat untuknya juga.

Aalisha menghela napas seraya menghabiskan minumannya, ia mengedarkan pandangannya sesaat, menatap barisan meja Arevalous yang kini para murid berfokus pada surat maupun hadiah yang dikirimkan oleh orang tua atau keluarga mereka. Detik demi detik berlalu hingga tersisa sedikit para burung yang datang dan memberikan surat. Para Orly juga sudah pergi dengan membawa troli kosong. Ketika pintu aula utama ditutup, maka sudah tak ada lagi kiriman atau surat yang datang.

Hanya Aalisha yang tak mendapat apa pun bahkan sekadar surat yang bertanya bagaimana kabarnya, ya surat seperti itu takkan pernah ada. Menyedihkan sekali, tetapi ia sudah tahu kalau hal ini pasti terjadi. Ia sudah terbiasa juga tidak dipedulikan oleh orang-orang di kediamannya, jadi tak ada sedikit pun harapan dari lubuk hatinya bahwa ia ingin mendapat surat juga. Mustahil sekali jika ia tiba-tiba dikirimkan surat karena mereka terutama pria itu yang tidak pernah peduli akan kehadiran Aalisha.

Anila sadar jika hanya Aalisha yang tidak mendapat kiriman apa pun. Begitu pula Mylo yang jadi tak enak hati karena dia sudah membuka surat dari ayahnya, tepat di samping Aalisha. "Tunggulah sebentar lagi, siapa tahu terlambat kiriman untuk kamu."

Mendengar perkataan Anila, sukses membuat Aalisha terkekeh. "Tidak ada surat untukku, Anila. Lagi pula, De Lune punya ciri khas tertentu ketika mengirimkan surat. Jika langsung dari Kepala Keluarga, biasanya burung phoenix yang akan datang, lihatlah tak ada burung phoenix sama sekali. Jangan khawatirkan aku, aku sudah terbiasa."

Mylo jadi mengurungkan niat untuk menghibur Aalisha karena dia tak mau memperkeruh suasana. Jadi dia diam dan menyimpan suratnya ke dalam invinirium.

"Jangan khawatir De Lune." Suara itu terdengar dari Easton. "Kami juga tidak mendapat surat, kurasa ibu kami marah besar setelah kejadian minggu lalu."

"Ya, kami tak masalah tidak mendapat surat karena masih beruntung tidak diusir dari rumah," sahut Noah.

"Wah, kupikir kalian berdua mendapat surat sekaligus seperti Mylo?" ujar Anila.

"Tidak, ibu sepertinya marah besar pada kami jadi kami tak mendapat surat. Sial, kami harus mempersiapkan diri jika pulang nanti," balas Easton.

Aalisha merasa biasa saja, ia tidak bahagia maupun sedih pula. Bahkan tak ia pedulikan. Lalu tak lama kemudian ketika Easton dan Noah berceloteh akan diri mereka yang kemungkinan hendak diusir dari rumah jika melakukan keonaran lagi, burung hantu lain datang dengan terbang berkecepatan tinggi kemudian menjatuhkan dua surat di atas kepala Noah dan Easton, ah ternyata surat mereka hanya terlambat, bukan tidak mendapatkan surat.

"Dasar pengkhianat," ucap Aalisha.

"Bukan begitu, De Lune." Noah berujar dengan nada panik. Ah sialan, ia padahal hendak menghibur Aalisha jika mereka bernasib sama karena sama-sama tidak mendapatkan surat, ternyata surat mereka hanya terlambat! Kini Noah dan Easton merasa tak enak pada Aalisha. "Tolong jangan berkata begitu, kami merasa tidak enak padamu. Kuyakin surat ini berisi hinaan pada kami karena ibu kami sedang marah ...."

"Noah," ujar Easton dengan jantung berdegup kencang. "Ini surat, longa lectione."

"Hei, lihat. Dua bersaudara Cressida mendapat surat itu!" ucap Gilbert, "kira-kira ceramah panjang apa yang akan kalian dapatkan."

"Bersiaplah kalian mendapatkan amarah, jangan tutup telinga kalian ya atau ibu kalian akan semakin marah," balas Anila terkekeh kecil.

Longa Lectione dapat pula diartikan sebagai surat berisi ceramah panjang. Surat itu dapat berbicara dan menyampaikan apa pun yang dikatakan oleh pengirimnya serta memperdengarkan suaranya. Konsepnya seperti berbicara melalui cyubes, tetapi surat ini biasanya digunakan untuk sesuatu yang lebih resmi dan kalau terbatas jangkauan menggunakan cyubes.

"Kurasa ibu benar-benar akan membunuh kita," ungkap Noah seraya bersiap ketika Easton membuka suratnya.

Seketika surat dominan warna hitam tersebut tiba-tiba melayang sendiri, kemudian terbuka lebar, ada paragraf panjang di kertas bersenjata, kemudian bersinar kuning, lalu mulai terdengar suara ibu kedua lelaki Cressida itu. Suara ibu mereka sukses menggelegar ke seluruh aula makan hingga membuat para murid tertuju pada barisan murid asrama Arevalous. Surat itu berisi:

Noah dan Easton Cressida, beraninya kalian berbuat keonaran yang tidak bisa ditoleransi lagi! Kemana aku harus menyembunyikan wajahku karena perbuatan kalian yang benar-benar mempermalukanku! Apakah kalian tidak pernah jera meski dihukum berkali-kali dan diberi peringatan bahwa kalian akan dikeluarkan dari akademi jika terus berbuat kekacauan di sana! Ibu memperingatkan kalian untuk bersikap baik di sana, jika kalian langgar, ibu berjanji ketika kalian pulang nanti, ibu akan menghukum kalian berkali-kali lipat dibandingkan hukuman yang diberikan pihak akademi! Jadi camkan itu!!

Cahaya di surat itu meredup dan tak terdengar lagi suara nyonya Cressida, kini suratnya jatuh di atas piring emas. Sungguh semua yang di sana hening, lalu hendak kembali ke aktivitas masing-masing.

"Oh wow, ibu benar-benar marah besar," ujar Mylo tak menyangka jika ibunya akan semarah itu. "Bagaimana dengan surat kedua? Apa itu dari ayah yang akan marah juga?"

Noah meraih surat kedua yang berwarna putih. "Kurasa bukan dari ayah, biasanya ayah menulis nama yang dituju surat ini. Mungkin ibu lagi."

Setelah dibuka, surat tersebut melayang, lalu di badan surat, terukir perlahan sebuah nama yang dituju surat ini. Easton dan Noah membaca tulisan tersebut bersamaan dengan suara yang cukup keras. "Surat spesial ini dari Nyonya Cressida kepada Aalisha De Lune."

Langsung saja barisan meja asrama Arevalous hening. Aalisha menegakkan tubuhnya karena tidak percaya dengan perkataan Easton dan Noah. "Kalian bilang apa? Surat itu untukku---"

Perkataan Aalisha terpotong ketika surat putih itu melayang tepat ke hadapan Aalisha. Kemudian terdengar suara ibu Mylo dengan artian nyonya Cressida. Berbeda dengan surat sebelumnya yang terdengar penuh amarah. Surat kali ini begitu lemah lembut dan menenangkan.

Yang terhormat Nona Aalisha De Lune. Aku Viscountess Cressida, ibu dari Mylo, Easton, dan Noah. Aku senang sekali mengetahui akan dirimu dari anak-anakku. Tidak kusangka jika mereka bisa berteman denganmu, aku sangat bahagia ketika mengetahuinya. Terima kasih sudah mau berteman dengan mereka, semoga mereka tidak menyusahkanmu Nona De Lune, maaf karena mereka bukan berasal dari bangsawan kelas atas.

Lalu aku juga ingin bertanya, bagaimana kabarmu? Apa kau dan Mylo mengalami kesusahan beradaptasi di Eidothea? Ah, tapi kuyakin, kaulebih cerdas dan bijak dibandingkan Mylo jadi kaubisa pasti bisa melewati hari demi hari dengan sangat baik.

Maaf jika aku terlalu banyak bicara. Namun, ada hal yang hendak kusampaikan. Maukah suatu hari nanti, Nona De Lune mengunjungi kediamanku dan menikmati pesta minum teh kecil-kecilan dariku? Itu saja yang ingin kutanyakan. Semoga Nona De Lune selalu dilindungi dan diberi kesehatan oleh para Dewa.

Detik itu keheningan menguasai aula makan. Seluruh murid bahkan para pengajar terdiam dan hawa mencekam memenuhi ruangan itu. Tak satu pun dari para murid yang melanjutkan acara makannya bahkan dentingan antara sendok dan piring benar-benar tak terdengar. Mereka semua menatap ke barisan meja Arevalous karena suara dari surat itu terdengar sangat jelas hingga ke meja asrama lain

"Hei barusan, ibu Easton dan Noah memanggil nama lengkap Aalisha De Lune." Ada murid yang mulai berbisik.

"Bukankah kita dilarang menyebarkan identitas nona De Lune bahkan pada orang tua? Lalu mengapa nyonya Cressida bisa tahu?"

"Aku merasa anak-anak Cressida itu menceritakan tentang identitas nona Aalisha."

"Sialan, bukankah artinya mereka akan mendapatkan hukum penggal karena katanya kalau sampai tersebar maka pihak keluarga De Lune akan memberikan hukuman pada siapa pun yang menyebarkan identitasnya?"

"Bagaimana pula anak-anak Cressida itu menceritakan identitas De Lune pada orang tua mereka?"

"Kurasa Aalisha De Lune akan marah besar."

"Tamat sudah riwayat keluarga Cressida. Mereka akan dibinasakan Majestic Families De Lune." Kini para murid kembali menatap ke arah Aalisha yang masih diam tanpa memperlihatkan ekspresi atau gesture tertentu.

Easton dan Noah baru sadar akan kebodohan yang mereka perbuatan, kini nyawa mereka benar-benar di ujung tanduk. "Aalisha, ini adalah kesalahan kami berdua! Kami tidak bermaksud secara terang-terangan bercerita tentang dirimu pada ibu kami."

Noah setuju dengan perkataan Easton. "Ya, kami saat tiba di rumah, kami terlalu bahagia karena kau tahu, bukan? Jika ibu kami sangat ingin anak-anaknya berteman dengan keturunan De Lune dan doanya terkabul! Karena ini kami jadi tidak sengaja bercerita pada ibu kami akan dirimu, kumohon maafkan kami. Maafkan ibu kami juga karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Semua murid bisa mendengar permohonan dari kedua bersaudara Cressida itu. Namun, pastinya keputusan Aalisha sudah bulat dan besar kemungkinan, seseorang akan dihukum. Jadi perlahan Aalisha berdiri dari bangkunya yang semakin dia menjadi perhatian para murid.

Sudah ditebak jika Aalisha akan marah karena secara terang-terangan bahwa anak-anak Cressida sangatlah tidak bertanggung jawab. Mereka melanggar perintah dari profesor Eugenius dan pihak keluarga De Lune agar tidak menyebarkan identitas Aalisha.

Bukankah kedua Cressida atau keluarga Cressida itu pantas mendapatkan hukuman? Begitulah pikir seluruh murid di aula itu.

Ketegangan dan suasana mencekam semakin menguar ketika perlahan Aalisha berdiri dari bangkunya, ia tidak menyahut perkataan Easton dan Noah, tidak pula berkomentar. Namun, semua murid tahu pasti bahwa Aalisha akan marah besar maka habis sudah keluarga Cressida.

Benarkah akan hancur keluarga itu?

Kini semua terdiam ketika Aalisha tepat menghadap pada surat putih yang melayang, lalu dia meletakkan satu tangannya di dada kiri, perlahan ia melakukan penghormatan atau curtsy begitu anggun kemudian senyuman tulus terukir di wajahnya. "Suatu kehormatan aku mendapatkan surat dari Nyonya Cressida. Lalu aku dengan senang hati memenuhi undangan minum teh Anda. Salam untuk Nyonya Cressida dan juga Viscount Cressida. Terima kasih banyak."

Para murid mulai berbisik-bisik satu sama lain dengan jawaban Aalisha. Tak mereka sangka jika Aalisha De Lune tidak marah dan malah menerima undangan pesta minum teh? Dia menerima undangan dari keluarga bangsawan kelas menengah? Bagaimana bisa keturunan terhormat dan termasyhur menerima undangan seperti itu?

Aalisha duduk kembali seraya meraih surat putih yang jatuh ke atas meja. Ia lalu menatap pada Easton dan Noah yang kedua mata mereka membulat dan juga terkejut bukan main.

"Oh Dewa, terima kasih, aku terharu kau menerima undangan dari ibu kami," ujar Easton mulai menangis. Begitu pula Noah yang tak bisa menahan air matanya.

"Kau sangat baik, ibu kami pasti sangat senang! Anak-anaknya berteman dengan keturunan De Lune!!" Noah mulai bertingkah konyol sementara Aalisha tak menanggapi mereka.

Mylo perlahan berujar, "terima kasih sudah menerima undangan ibuku."

"Beritahukan nyonya Cressida lagi jika aku dengan senang hati menerima undangannya, meski belum tahu kapan aku ada waktu." Aalisha berujar.

"Tentu, ibu akan selalu menunggu kamu," balas Mylo yang merasa hatinya menghangat. Dia tak pernah menyesal dipertemukan dengan Aalisha.

"Kau benar-benar baik, aku semakin sayang padamu," ujar Anila kemudian tanpa izin merebahkan kepalanya di pundak Aalisha. Ah, untung saja dia pendek jadi benar-benar pas jika bersandar pada Aalisha.

"Kalian tetap menyebalkan."

Malam itu, semua merasakan kehangatan meski hanya sementara, tetapi mereka tetap bersyukur jika para Dewa memberikan kebahagiaan itu. Begitu pula untuk Aalisha yang tak disangka-sangka, dia mendapat surat dari seseorang yang tak pernah dia tebak sebelumnya.

Surat yang kini ia simpan di dalam salah satu buku favorit Aalisha, surat itu di antara surat-surat lainnya yang pernah dikirimkan oleh Aldrich De Lune. Mungkinkah surat putih dari nyonya Cressida itu menjadi surat spesial bagi Aalisha? Barangkali akan dia baca ulang di lain waktu. Sungguh tak terduga gadis kecil itu.

****

PUKUL sepuluh yang artinya dua atau tiga jam sebelum makan siang nanti adalah waktu yang tepat bersamaan tidak ada kelas pada jam sekarang---kelas setelah makan siang nanti yakni kelas Biologi dengan profesor Solana---sehingga Aalisha dan lainnya menuju gerbang luar sekolah sambil masing-masing membawa keranjang bunga dari anyaman bambu. Sebenarnya Aalisha enggan membawa keranjang ini dan berjalan di luar sehingga menjadi sorotan para murid terutama kakak tingkat, tetapi karena mereka harus segera mencari bahan-bahan untuk tugas ramuan mereka, maka mau tidak mau gadis De Lune itu mengabaikan bisikan yang masih saja mereka membicarakannya kejadian semalam.

Kata mereka, seorang Keturunan Agung menerima undangan dari bangsawan kelas menengah? Oh ayolah, Aalisha kesal sekali karena secara tersirat mereka menghina bahwa keluarga Cressida tidak setara dengannya sebagai Majestic Families, sebenarnya memang tidak setara bahkan kenyataannya di sekolah ini yang bisa setara dengannya hanyalah sesama keturunan Majestic Families saja bahkan seorang putra atau putri Duke saja tidak bisa bersanding dengan Aalisha, tetapi karena Aalisha tak suka dengan drama kasta sosial, jadi dia tak peduli dan malah muak dengan gosip ini.

"Haruskah aku membakar mereka agar diam," ujar Aalisha ketika mereka semakin melewati jalan setapak yang ada banyak murid berkumpul di sana.

"Tidak, kumohon jangan melakukan hal gila karena mereka membicarakan kejadian semalam," ucap Mylo merasa tak enak.

"Aku melakukannya tidak karenamu, tapi karena mereka menyebut namaku terus, mulut mereka yang pantas dibakar atau kurobek." Aalisha memberikan tatapan setajam pisau pada kumpulan kakak tingkat tahun ketiga yang membicarakan tentang dirinya, sontak mereka segera pergi karena sadar jika Aalisha berniat menerkam mereka.

"Abaikan saja oke?" ucap Anila mempercepat langkahnya, ia persis di samping Aalisha kemudian meraih jari-jari kecil gadis itu dan ia genggam. "Mereka akan diam kalau akal mereka kembali, tapi kalau masih bergosip, tinggal kau panggil Aramis dan bakar mereka."

"Ide yang bagus Nona Andromeda, tapi tolong jangan seenaknya menggenggam tanganku." Aalisha tersenyum.

"Tidak mau, ayo lebih cepat!" Anila mempercepat langkahnya yang membuat Aalisha hampir jatuh karena tersandung kakinya sendiri.

Di saat Anila dan Aalisha berjalan lebih dulu, di belakang mereka, Mylo, Frisca, Gilbert, dan Kennedy hanya memperhatikan mereka yang entah mengapa mereka sadar jika Anila semakin lengket pada gadis kecil itu. Padahal Aalisha sering memberikan penolakan. "Kau hanya jadi pengganggu pemandangan jika di antara Anila dan Aalisha." Gilbert berujar pada Mylo.

"Sialan! Anila yang terlalu serakah!" balas Mylo tak mau kalah jadi dia berlari kemudian memisahkan Anila dan Aalisha dengan cara muncul di tengah-tengah keduanya. "Apa?"

"Kau kenapa?" sahut Anila jadi kesal karena Mylo merusak jalan-jalannya dengan Aalisha.

"Jangan serakah, aku juga temannya," balas Mylo.

"Aku tak serakah!" tukas Anila.

Mulailah perdebatan di antara keduanya. Sementara Aalisha hanya ingin kedua pengganggu ini menghilang atau lenyap saja. Sesaat ketika mereka hampir keluar dari gerbang akademi dan menuju Prairie Lynx Woods untuk mencari bahan yang diperlukan. Manik mata hitam Aalisha menangkap seorang gadis berasal dari Garis Keturunan Utama Keluarga Clemence yang berjalan beriringan dengan Nathalia Clodovea. Eloise yang awalnya mengobrol dengan Nathalia kini sadar jika ia ditatap oleh Aalisha, jadi senyuman Eloise terukir sinis dan sangat congkak, lalu ia memeletkan lidahnya untuk mengejek Aalisha.

Aalisha mendidih, ia kesal melebihi kesalnya ketika dibicarakan para murid. Jadi dengan suara pelan, tetapi bisa dibaca Eloise melalui gerakan bibir, Aalisha berucap, "persetan kau."

"Kau sialan," balas Eloise.

Detik itu, hanya Nathalia Clodovea yang menjadi saksi bagaimana panasnya perseteruan antara kedua keturunan Majestic Families itu. Terkadang ia berpikir kalau akademi ini akan runtuh kalau mereka berdua saling bertarung dengan kekuatan penuh. Meskipun begitu, Nathalia lebih penasaran jika keduanya saling bekerja sama melawan musuh.

Mereka menuruni bukit dan sebelum sampai di Prairie Lynx Woods, mereka setuju untuk membagi kelompok agar lebih cepat mengumpulkan bahan-bahan untuk ramuan. Jadi Aalisha, Anila, dan Mylo, intinya tiga serangkai itu akan berada di kelompok yang sama sementara sisanya yakni Kennedy, Gilbert, dan Frisca berada di kelompok yang sama pula. Mereka menuju daerah lain yang agak jauh dari hutan karena mereka baru sadar jika beberapa bahan didapatkan di sana. Sedangkan kelompok Aalisha akan langsung menuju sisi hutan yang dekat dengan danau. Ada banyak bahan yang mereka perlukan, seperti jamur, akar pohon yang termasuk pohon magis, lalu tanaman di air, serta lainnya.

Menuruni jalan setapak yang kedua sisinya ada pagar pembatas berwarna putih. Mereka melihat beberapa murid berkeliaran entah mengerjakan tugas atau sekadar jalan-jalan. Suara jeritan terdengar, di kejauhan mereka mendapati seorang murid lelaki yang kemungkinan berasal dari tahun kedua tengah dirundung oleh dua kakak tingkat dari tahun ketiga. Kasihan sekali lelaki berkacamata dan rambut keriting itu yang diangkat dengan teknik sihir kemudian disangkutkan di dahan pohon. Lalu tawa kedua kakak tingkat itu menguar, mereka sangat puas mengerjai adik tingkat yang berasal dari rakyat jelata itu.

Ketiga murid yang hendak ke Prairie Lynx Woods menghentikan langkah mereka terutama Anila dan Mylo yang menatap sinis pada kedua kakak tingkat itu. Mereka jelas tak suka akan pemandangan ini terutama perundungan kepada murid kasta proletar. Maka tanpa menunggu, Anila menuruni jalan setapak dan berbelok menuju kedua kakak tingkat itu, kemudian disusul oleh Mylo.

Sementara Aalisha hanya menghela napas, ia sudah menebak jika Anila dan Mylo akan menolong anak lemah itu. Tidak bisakah mereka mengabaikan perundungan itu karena Aalisha ingin tugas mencari bahan ini cepat selesai! Namun, percuma, kedua manusia itu punya simpati dan empati, tidak seperti Aalisha yang sebenarnya tak menaruh sedikit pun iba pada murid yang dirundung. Lagi pula salah siapa menjadi lemah? Ada sihir di dunia ini maka gunakanlah untuk melawan bukan dibiarkan begitu saja. Baiklah kini Aalisha yang jadi antagonisnya.

Dikarenakan ia enggan menolong dan tidak bisa menghentikan Anila dan Mylo, jadi Aalisha biarkan kedua manusia itu melakukan peran heroiknya. Aalisha hanya akan menonton saja dari kejauhan.

"Hei apa yang kalian lakukan! Lepaskan anak itu!" teriak Anila yang membuat kedua kakak tingkat menoleh ke belakang. Bukannya mereka takut karena tertangkap basah sedang merundung, mereka malah senang karena ada murid bodoh lainnya yang mau jadi pahlawan kesiangan.

"Lihat tuan putrimu datang menyelamatkan, kau sangat lemah sampai diselamatkan oleh perempuan," ujar salah satu kakak tingkat yang terbalut jubah Drystan, ia berambut pirang. "Mari sambut tuan putri yang hendak menyelamatkan pangeran jelatanya."

Kawannya terkekeh, ia sama juga berasal dari asrama Drystan dengan rambut melebihi telinga dan berwarna hitam. "Wah putri penyelamat ini juga membawa pengawalnya." Kata pengawal diperuntukkan pada Mylo yang mengikuti Anila dari belakang.

"Tutup mulut kalian!" sahut Anila, "sepertinya kalian tak diajarkan etika bangsawan."

"Wah berani kaumenghina kami?" sahut si rambut pirang dengan tatapan nyalang. "Kau familier ya, oh aku tahu kau ... putri dari Count Andromeda. Artinya kita setara, tetapi kurasa ayahku jauh lebih baik dari ayahmu karena dia punya banyak relasi dari bangsawan Duke."

"Dan kau, aku tak kenal, kurasa kau tak penting," sahut si rambut hitam, "tapi sepertinya kau bangsawan juga, hanya saja kenapa pakaianmu agak kusam ya, apa kau dari bangsawan kelas bawah atau ayahmu baru saja naik gelar jadi bangsawan?" Tawa terdengar dan saling bersahutan sedangkan Anila dan Mylo hanya menatap penuh rasa kesal.

"Lepaskan anak itu," ujar Anila.

"Kenapa kau peduli pada rakyat jelata? Dia bahkan tak ada untungnya kau selamatkan," balas si rambut pirang lalu menampar wajah anak yang tersangkut di pohon itu hingga pipinya memerah. "Dia saja selemah ini, bukankah yang lemah tidak pantas hidup?"

"Sekali lagi kau tampar dia! Akan kubuat kaujera!" ancam Anila yang kini sudah tidak tahan untuk menggunakan sihirnya.

Bukannya takut, kedua kakak tingkat itu malah tertawa lebar. Si rambut hitam menyeka air matanya. Lalu berujar, "aku tertawa bukan karena menghina kau meski sesama bangsawan, tapi kau itu perempuan dan apa tadi kau bilang ... kau hendak membuatku jera?"

Anila paham maksud dari perkataan kakak tingkatnya itu. "Kau meremehkanku karena kau perempuan?"

"Tentu saja!" balas si rambut pirang, lalu tanpa aba-aba dia menggunakan sihir yang mengenai Mylo. Sukses kedua kaki Mylo ditarik akar tanaman kemudian dibawa melayang hingga terempas ke belakang dan tubuh Mylo menghantam jalan setapak. "Lihatlah pengawal kamu saja yang meski lelaki tidak bisa menghindari seranganku, apalagi perempuan sepertimu."

"Sialan kau." Anila mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan mengumpat," balas si rambut hitam, "tidak baik bagi perempuan suka mengumpat, kau juga harusnya jangan ikut campur dan pergilah untuk mengadakan pesta minum teh atau berdansa atau menyulam."

"Benar, jangan sok jadi pahlawan karena perempuan tugasnya hanya urusan memasak dan bergosip di pesta teh." Kakak tingkat berambut pirang itu menghentikan pergerakan Anila ketika ia hendak menggunakan sihir. "Tidakkah kau dengar, jangan sok jadi pahlawan karena perempuan ranahnya hanya memasak. Perempuan itu lebih lemah dari laki-laki, jadi enyahlah!"

Baru hendak tangannya diarahkan tepat ke dahi Anila dan kakak tingkat itu mau menggunakan sihir, ia terhenti ketika satu tangan kecil menggenggam tangannya yang menahan pergelangan tangan Anila. Kedua kakak tingkat itu terdiam, mereka tak sadar jika ada murid perempuan lain yang sudah sedekat ini dengan mereka. Sialan, kapan dia muncul?

"Ada satu etika paling dasar yang diajarkan pada kaum bangsawan." Suara Aalisha terdengar dan ia semakin kuat mencengkeram tangan kakak tingkat itu. "Jangan menyentuh seorang Lady sembarangan."

Jeritan terdengar ketika tangan kakak tingkat berambut pirang terasa terbakar, ia melepaskan pergelangan tangan Anila kemudian terjatuh ke belakang. Lekas Aalisha menarik Anila untuk mundur ke belakang punggungnya.

"Sialan kau! Apa yang kau lakukan!" teriak si rambut pirang sementara temannya membantunya berdiri.

"Bisakah kalian ulangi lagi perbuatan kalian sebelumnya dengan sangat jelas?" ujar Aalisha yang setiap ia melangkah kedua kakak tingkat itu merasakan aura mengerikan terpancar. Mereka harus memutar otak berkali-kali lipat baru mereka sadar jika gadis kecil di hadapan mereka adalah salah satu keturunan Majestic Families yang akhir-akhir ini paling gencar dibicarakan. "Kenapa diam, ulangi perkataan kalian karena aku ingin mendengarnya lebih jelas lagi!"

Ketika di dekat murid yang dirundung, Aalisha menggunakan sihir yang sukses membuat anak itu turun ke bawah. Sedangkan Aalisha masih menatap sinis pada kedua kakak tingkat. "Kenapa kalian tiba-tiba bisu? Tadi kalian berkata jika perempuan lebih lemah bukan? Apa kalian tahu istilah monstrositas perempuan, istilah itu dilekatkan pada perempuan karena menolak hidup dalam kekangan kaum patriarki. Jadi biarkan aku beritahu kalian bagaimana cara perempuan ini lebih kuat dari laki-laki!"

Tekanan dahsyat dirasakan kedua kakak tingkat itu yang seketika tubuh mereka terempas sangat jauh ke belakang, salah satunya menghantam pohon, belum selesai. Muncul pentagram sihir yang menarik kedua kaki mereka lalu membawa mereka menghantam dinding atau tebing batu hingga terdengar suara patah tulang, pasti tulang hidung mereka jadi bengkok. Dengan gerakan cepat, rantai besi yang melilit kaki mereka melempar mereka dan menghantam pagar kayu di pinggir jalan setapak.

"Sakit, tubuhku remuk ...." Si rambut pirang merasakan seluruh tubuhnya mati rasa. Sementara temannya tak bisa berucap saking tulang-tulangnya terasa bergeser dari posisi yang seharusnya.

Suara langkah kaki yang pelan terdengar mendekati mereka. Aalisha begitu tenang meski dia akan membuat dua kakak tingkat dilarikan ke rumah sakit. Lagi pula sekolah akn mendungkun dirinya sebagai keturunan De Lune, dia tidak takut terhadap hukuman apa pun. "Masih ingin bukti? Perlukah aku menjadi monster sesungguhnya kemudian menerkam serta mencabik tubuh kalian."

"Kumohon ampuni kami berdua, Nona De Lune. Kami tak bermaksud menghina lebih jauh pada teman Anda, kami juga minta maaf karena sudah melukai teman laki-laki Anda tadi. Kumohon ampuni kami," ujar si rambut pirang.

"Ya, maafkan kami, kami janji takkan merundung siapa pun lagi," timpal kawannya.

"Sayangnya aku bukan Dewa yang Maha Pengampun," balas Aalisha tanpa basa-basi, "jadi bicaralah pada para lebah itu." Maka dari arah belakang mereka, ada sekitar sepuluh lebah yang terbang dengan suara sayap mereka yang mengepak. "Selamat bermain kejar-kejaran, persetan kalian makhluk rendahan."

Kedua kakak tingkat itu pun berlari tunggang-langgang seperti babi yang hendak menyelamatkan diri dari kejaran pemburu ketika sepuluh ekor lebah hendak menyengat mereka. Perlahan Aalisha dengan santainya menyeka darah yang keluar dari hidungnya. "Ya, aku memang cocok jadi tokoh antagonis, jadi kalian harus terbiasa." Aalisha menatap pada Mylo dan Anila yang mendekatinya.

"Kau bukan antagonis, kau sangat hebat!" puji Mylo yang sudah tak terluka karena barusan disembuhkan Anila meski pakaiannya agak kotor.

"Kau sangat keren, Aalisha!" Anila langsung mendekap tubuh Aalisha yang lekas ia berikan penolakan dengan mendorong Anila.

"Tolong, jangan ada pelukan!" Sepertinya Aalisha harus membuat pelindung dari neith untuk mengantisipasi Anila yang suka memeluk seenaknya saja.

Di sisi lain, murid rambut keriting yang dirundung tadi mendekati Aalisha dengan malu-malu kemudian tersenyum dan berujar dengan tergagap, "terima kasih kalian sudah menolongku, terutama Anda, Nona De Lune."

"Sama-sama," balas Anila tersenyum tipis sementara Aalisha hanya menatap sinis. Ia bahkan lupa jika ia menyelamatkan lelaki itu.

"Sekali lagi terima kasih ... lalu biarkan aku menjabat tangan Anda sebagai ucapan terima kasihku yang tulus." Lelaki itu hendak meraih tangan Aalisha, tetapi terhenti karena cengkeraman tangan yang kuat menahannya, ia berasal dari Anila.

"Dia sudah mendengar kata terima kasihmu jadi tidak perlu sampai berjabat tangan," ujar Anila kemudian mendekatkan wajahnya dan berbisik pada si kacamata. "Dia tak suka disentuh kecuali orang-orang yang disayanginya, misalnya aku, jadi kau pergilah."

"Baiklah, maaf, aku pergi." Lekas si kacamata pergi karena merasakan hawa membunuh dari Anila.

"Apa yang kau katakan padanya?" tanya Mylo jadi heran.

"Kubilang kita sibuk jadi dia harus pergi," balas Anila kemudian meraih lengan Aalisha dan Mylo. "Jadi ayo, bahannya harus cepat didapatkan sebelum makan siang nanti."

Mereka pun berjalan bersama-sama, Aalisha hendak melepaskan tangannya, tetapi Anila tak mengizinkan. Sedangkan Mylo hanya pasrah juga dan merasa jika hari ini Anila terlihat begitu bahagia, entah apa sebabnya.

"Apa yang terjadi padanya?" Mylo berujar pada Aalisha tanpa suara, tetapi Aalisha paham maksud Mylo. Sayangnya Aalisha hanya membalas dengan mengedikkan bahunya.

****

Tiba di Prairie Lynx Woods dan berada di teritori aman, mereka mulai mencari tanaman yang diperlukan. Setiap tanaman yang didapatkan segera dimasukkan ke dalam keranjang bambu mereka. Beberapa tanaman yang sulit dicabut dengan artian jika salah cabut maka manfaat dari tanaman itu akan mati, hal ini diserahkan pada Aalisha karena dia lebih ahli. Waktu berjalan cepat hingga tak terasa sudah sejam berlalu.

Ketika Mylo hendak mengambil beberapa jamur lagi, ia terkejut karena sebuah apel yang sudah digigit sebagian jatuh ke kepalanya bersamaan suara seseorang terdengar. "Maaf kupikir tempat sampah yang ada di bawahku."

"Killian!" teriak Mylo ketika melihat Killian Cornelius tertawa, ia sedang duduk di dahan pohon dan menikmati beberapa apel.

"Ada apa Cressida? Aku benar-benar mengira kau tempat sampah jadi aku tidak salah jika membuang apel bekas gigitanku ke tempat sampah 'kan?" Killian turun ke bawah dan hampir menginjak keranjang bambu Mylo. "Kau cocok jadi petani, Cressida."

"Barusan kau bilang apa?!" Mylo mencengkeram kerah baju Killian kemudian dibalas Killian dengan hal yang sama, tetapi dia menggunakan neith sehingga berhasil mendorong Mylo hingga punggungnya membentur pohon. Ia gunakan sihir, lalu membuat buat apel berjatuhan ke kepala Mylo.

"Kenapa semalam kau dan kedua kakak bodohmu tidak dihukum ya, padahal aku menunggumu dihukum!" teriak Killian yang semakin menekan dada Mylo sehingga terasa sesak. Kini Mylo berpikir jika dia melawan Killian maka akan jadi masalah sedangkan ibunya sudah memperingatkan untuk tidak berbuat keonaran terutama setelah apa yang dilakukan kedua kakaknya. "Kenapa diam, kau takut dimarahi ibumu, Cressida, lihatlah betapa bodohnya kedua kakakmu itu."

"Jangan menghina mereka!" teriak Mylo.

"Aku merasa kasihan kau lahir dari keluarga---" Killian melompat mundur ketika serangan berupa kilatan api hampir saja mengenainya. "Jangan sombong kau De Lune!! Aku tetaplah bangsawan kelas tinggi!"

"Aku memang sombong." Aalisha keluar dari balik pohon. "Aku jauh lebih terhormat dibandingkan manusia sepertimu, eh maksudku binatang sepertimu, Llama pemakan buah apel!"

Killian memberanikan diri, amarahnya lebih besar dibandingkan kelogisan. Maka dia menerjang maju dan mulai melayangkan tinju serta serangan bertubi-tubi pada Aalisha. Gadis itu dengan mudahnya menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Killian, bahkan dia berusaha menyeimbangkan langkah agar tidak terjatuh dan keranjang bambunya tidak terlempar. Merasa Killian mulai menyerang dengan esensi Neith yang ditingkatkan, maka Aalisha menaruh keranjang bambunya dan mulai meladeni Killian dengan balas menyerang. Ia berhasil menghantam beberapa titik tubuh Killian hingga lelaki itu memuntahkan salivanya.

"Padahal aku menyerang tanpa tenaga, seperti mengelus anak bayi, tapi kau sudah kesakitan?" Aalisha berujar. Ia sama sekali tidak serius dalam menghadapi Killian yang kini semakin tercetak amarah keturunan Cornelius itu.

"Berengsek kau!" Killian menaikkan serangannya yang kini ia gunakan sihir juga, tetapi tak satu pun serangannya berhasil mengenai Aalisha. Namun, Killian pantang menyerah, benar sekali amarahnya menutupinya. Ia kesal sekaligus terhina ketika mengetahui jika gadis yang ia hina dan rundung ternyata keturunan Majestic Families. Dia merasa sangat direndahkan ketika melihat Aalisha dan mendengar berapa banyak murid memuji gadis itu!

"Aku teringat sesuatu, apa yang kau lakukan pada saat kekacauan yang diperbuat Noah dan Easton? Ruangan apa yang kaumasuki itu?"

Killian merasakan adanya bahaya setelah mendengar perkataan Aalisha. Hal ini membuat Killian jadi tidak fokus, ia semakin takut jika De Lune itu ikut campur dengan apa yang ia kerjakan. Aalisha tidak boleh tahu, maka Killian berusaha mencari alasan dan terus menyerang meski kini serangannya semakin berantakan akibat tidak fokus dan rasa takut menutupinya.

"Kau tak perlu tahu! Apa kini kau mau ikut campur dalam setiap urusan murid lain. Hanya karena kau keturunan Keluarga Agung?" Killian menyerang dengan kakinya, tetapi berhasil ditahan oleh Aalisha.

"Kau sembunyikan apa? Apa kau merencanakan hal jahat dan berniat menghancurkan Eidothea?" Aalisha bertanya asal. Ia bahkan masih dengan wajah tenang.

"Bukan urusanmu!" Killian berhasil memukul mundur Aalisha, tetapi gadis itu masih tetap tenang seolah ia tak terusik dan sangat meremehkan Killian. "Kaulah yang lebih berpotensi menghancurkan akademi ini! Karena kau pembawa sial!!"

"Pembawa sial katamu?" Aalisha tersenyum tipis. "Terima kasih atas pujiannya." Maka dengan satu rapalan mantra, Aalisha berhasil membuat tubuh Killian terempas kuat dan menghantam pohon hingga pohon itu tumbang. Killian muntah darah kemudian.

Merasa dirinya terluka dan kalah dari seorang gadis pendek. Killian mengerang atas ketidakterimaannya. Ia menyadari perbedaan kekuatan antara dirinya dengan Aalisha. "Sialan, sialan! Kau akan menyesal, ketika ayahku tahu kau melukaiku, kau akan hancur!"

Aalisha melangkah pelan sementara Mylo hanya menonton dengan bangga, ia sangat bangga melihat Aalisha memukuli Killian. "Beritahukan saja pada ayahmu itu. Dasar anak manja yang menggunakan kekuasaan ayahnya kalau kalah dari orang lain. Aku juga penasaran apakah ayahmu berani jika aku melaporkan hal ini pada pihak keluargaku?"

"Sialan ...." Killian mencengkeram rerumputan hingga kuku-kuku jarinya jadi kotor.

"Aku kasihan dengan Marquess Cornelius, dia punya putra yang sangat pengecut dan menyedihkan. Bahkan menurutku, Kennedy jauh lebih baik darimu meski kalian sama-sama putra seorang Marquess."

Killian terdiam, sepertinya perkataan Aalisha itu melukai ego Killian. Namun, dia tetap tidak mau kalah dan berujar dengan menatap kelam pada Aalisha. "Setidaknya takdir masih berbaik hati padaku dibandingkan kau, De Lune. Aku punya keluarga yang utuh, ayah dan ibuku sangat mencintaiku, tidak sepertimu, ayahmu yang rumornya sangat dingin pada keturunannya dan kau bahkan tidak memiliki ibu! Kasihan sekali kau ... tidak tahu bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu."

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

|| Afterword #2

Peace be upon you^^

Setidaknya satu chapter bagi gue selesai nulisnya sampai tiga hari bahkan lebih karena ada kesibukan di real-life juga. Namun, kebanyakan karena lebih menghabiskan waktu menulis ceritanya. Mengapa? Karena cerita ini kompleks dan per adegan cukup detail; jika membaca dengan jeli bisa tergambarkan adegannya yang begitu hidup, seperti bagaimana kehidupan akademi dan lain sebagainya. Jadi enggak hanya sekadar;

Aalisha jalan bersama Anila dan Mylo, tiba-tiba gubrak, Aalisha ditabrak Athreus.

atau?

Aalisha menghadapi seekor Minotaur yang badannya besar, Aalisha mengangkat pedangnya lalu menyerang, trang, trang, prang, krang, Minotaur mati.

Jujur, gue nggak bisa nulis narasi yang seperti itu. Kenapa? Karena memang nggak bisa atau karena kebiasaan gue baca novel terjemahan atau novel adiluhung jadi ngaruh ke tulisan gue, hehe~lagi pula gue juga anak Sastra yang diajarkan kalau nulis cerita yah tulislah cerita yang dapat hidup bagi pembaca. "SHOW DON'T TELL."

Jadi bukan sekadar; Aalisha marah! Namun, gue gambarkan bagaimana marahnya Aalisha, contoh Aalisha menggigit bibir bawahnya, tangannya terkepal kuat hingga kuku-kukunya memutih, rahangnya mengeras serta ia menatap sinis karena kini dia sangat marah! See, tahu perbedaannya bukan? Lebih suka mana? Atas hal inilah, jangan heran kalau narasi dam detail ceritanya banyak karena begitulah cerita ini dengan segala alurnya. Terlebih lagi tanda baca, EYD, dan lainnya juga gue perhatikan! JELAS, ya kali gue anak Sastra, tapi masih jelek EYD-nya, kena gampar dosen gue nanti, hehe^^

Haruskah webinar tips nulis dari gue?

Terus kalau kalian baca novel terjemahan atau novel Indonesia yang benar-benar novel karya Sastrawan Indonesia, banyak yang pakai narasi detail dan panjang jadi bukan sekadar TELL, tetapi SHOW juga! Gue sejujurnya jarang baca Wattpad karena nggak punya waktu, apalagi di perkuliahan dituntut baca novel Sastra jadi lebih sering baca novel sejenis itu terus buka Wattpad cuma untuk update cerita!

Kalau ada yang tanya ... "Kak Prins, masa baru pertama kali nulis? Kok bisa sebagus ini?" jawabannya adalah ENGGAK! Gue sudah nulis dari lama dan pernah masuk komunitas penulisan yang langsung dimentor sama salah satu penulis Wattpad yang Wattpad-nya sudah jadi novel dan film. Cuma yang gue tulis tuh novel teenfiction, remaja, romansa. Terus kok gue bilang baru pertama kali nulis? Maksudnya tuh nulis genre fantasi baru pertama kali dan gue baru sadar kalau passion utama gue cocoknya di genre fantasi terlebih gue suka baca Webtoon, manhwa, manga, manhua, dan segala jenis film/series fantasi atau sejarah!! Karena itu gue sengaja nda pakai identitas gue sebelumnya dan mau mulai dari awal!!

Sebagai penutup, gue mau sampaikan bahwa Gue nulis untuk diri gue sendiri dan para Arcaners jadi Haters jangan atur-atur gue! Kalau nggak suka cerita ini, bisa kalian skip!! Atau tulis cerita kalian sendiri!!

— Pesan di atas ditulis untuk para pembaca yang suka mengkritik dengan bahasa tidak sopan padahal tidak memberikan dukungan apa pun 🙏 bahkan sekedar like saja tidak ia berikan? Hello, go to the jahanam, bitch!

— Kalau minta update, silakan minta saja, gue nggak masalah. Karena gue juga bisa lihat kalau para Arcaners antusias nunggu cerita gue. Yang gue permasalahankan hanyalah segelintir manusia yang suka ngatur dan mengkritik dengan bahasa tak sopan!!

Prins Llumière

Selasa, 02 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top