Chapter 75 - Arc 7: Your Majesty
|| Jangan lupa vote dan komen
Dua hari telah berlalu semenjak hari yang penuh dengan perjuangan menyelamatkan desa Shakaleta dan merebut Zephyr dari tangan organisasi Phantome Vendettasius. Kabar akan dicurinya Zephyr dan sempat digunakan organisasi kriminal tersebut untuk membantai desa-desa kecil yang jauh dari pengawasan pihak kerajaan dan kekaisaran hingga kini belum tersebar, tetapi pasti ada pihak-pihak yang diam-diam mengetahui masalah ini dan tak lama lagi akan disiarkan melalui surat kabar, terutama Lè Ephraim, entah esok atau lusa, sudah pasti media itu yang akan pertama kali mengangkat beritanya.
Meskipun begitu, di akademi Eidothea sendiri kebenaran sudah terungkap, ya kini suasana cukup heboh karena para murid mulai membicarakan jika ternyata salah satu Kepingan Zephyr disembunyikan di akademi ini---para murid juga lekas mencari informasi mengenai Zephyr, bagi yang belum tahu---kini sudah terjawab alasan mengapa pasukan minotaur menyerbu pada saat Chrùin Games berlangsung.
"Kumohon siapa pun tolong jelaskan apa itu Zephyr karena otakku dangkal!"
"Sialan, ayo cari informasi tentang Zephyr aku perlu tahu batu apa itu atau sama kayak batu bata?"
"Kan sudah kukatakan jika pasti ada sesuatu yang diincar para minotaur, makanya menyerang kemari. Ternyata Zephyr!"
"Benar, seperti kata pepatah; tak ada api kalau tak ada bensin."
"Pepatah dari mana itu bodoh! Yang benarnya, kalau ada asap pasti ada api!"
"Sudahlah kalian, intinya Zephyr, salah satu dari batu kekuatan yang diincar bangsa iblis itu!"
"Oh Dewa, sekolah mana lagi yang berani nyimpan batu kekuatan terus tahu kalau tuh batu bakal diincar orang-orang jahat!"
"Karena Zephyr membutuhkan tenaga berupa tumbal yang masih baru, jadi besar kemungkinan karena inilah para Phantomius membantai banyak desa kecil terus mengambil mayat-mayat para warganya. Namun, mereka gagal membantai desa terakhir, desa Shakaleta."
"Oh sial, mengerikan sekali!"
Mereka juga akhirnya tahu bawah Zephyr di akademi ini ternyata berhasil dicuri, serta mereka pun mengetahui jika para pencuri tersebut adalah pengkhianat akademi sekaligus Phantomius, ya profesor Dommi Erick Zahava dan Minna Hesperia.
"Jangan sebut mereka profesor, bangsat! Mereka tak pantas disebut begitu, dasar pengikut iblis gila!"
"Sial, ternyata selama di kelas, kita menghirup oksigen yang sama dengan kedua pengkhianat bangsa manusia itu, sangat menjijikan!"
"Oh Dewa, bukankah kita berutang maaf dan minta ampun pada profesor Ambrosia karena ternyata profesor dikendalikan si Hesperia tolol itu!"
"Aku merasa bersalah karena sudah menuduh profesor Ambrosia dan berpikir yang jahat-jahat, bahkan berharap dia mati!"
"Makanya punya mulut tuh dijaga tolol, jangan seenaknya nyolot terus ngehujat tanpa tahu kebenarannya. Untung profesor sabar, kalau nggak dah kena penggal kalian semua! Cepat minta maaf karena profesor Ambrosia kembali ke akademi ini!"
"Kalian tahu, ternyata Viscount Lugaldaba yang waktu itu berkunjung, dia juga Phantomius terus dikabarkan sudah mati. Mungkinkah mereka juga yang membunuhnya?"
"Ah, mereka benar hebat karena berhasil menyelamatkan desa Shakaleta. Apa jadinya dunia ini tanpa Majestic Families?"
"Aku bersyukur bisa di akademi ini karena merasa aman akan adanya para keturunan Keluarga Agung itu."
"Aman matamu!!! Eidothea ini gila!"
Maka tersiar juga kabar akan para tiga keturunan Majestic Families; Eloise, Athreus, dan Nicaise bahwa mereka tanpa izin akademi Eidothea, tanpa sepengetahuan para pengajar. Mereka ke hutan Kimari untuk melawan para Monster dan juga Phantomius serta mendapatkan batu kekuatan, Zephyr. Pantas saja pada hari itu, terjadi kehebohan akibat monster menyerang kemudian para Majestic Families hilang selama tiga hari yang ternyata mereka sedang menghadapi bahaya yang besar kemungkinan akan berakhir kematian jika murid penakut di posisi mereka. Dikarenakan para murid Eidothea keturunan utama Majestic Families yang turun tangan maka sudah dipastikan mereka berhasil.
"Oh ayolah, sudah pasti mereka berhasil, mereka 'kan Majestic Families. Pengalaman mereka jauh di atas kita bahkan kudengar-dengar mereka sudah pernah dibawa ke Zero Domain padahal kan umur ke sana kalau sudah mencapai 17 tahun."
"Gila sangat gila, mereka menghadapi pasukan monster hingga seratus lebih, tapi kembali tanpa kekurangan satu organ tubuh pun?"
"Pantesan nggak sih, pas hari itu suasananya jadi mencekam karena ternyata di Hutan Kimari terjadi pertarungan dahsyat."
"Hei, kalian tahu nggak. Selain para Majestic Families ternyata ada murid akademi ini juga yang terlibat ke dalam pertarungan di hutan Kimari."
"Iya kan, nona Clodovea?"
"Bukan, bukan dia, tapi murid lain lagi. Terus ada yang bilang dari angkatan tahun pertama, sayangnya tidak tahu siapa, karena profesor Madeleine menutupi hal ini. Kalian punya asumsi nggak?"
Sebelum berita akan Zephyr tersebar luas di akademi, bagaimana jika ditelusuri dua hari yang lalu, tepatnya ketika Aalisha dan lainnya tiba di Eidothea setelah melewati perjalanan yang cukup lama dari desa Shakaleta. Bukannya mereka mendapatkan sambutan atau tepuk tangan meriah seperti di desa Shakaleta. Aalisha, Anila, Mylo, Nathalia, dan tiga Majestic Families malah ditunggu profesor Maggie Madeleine---tepat sebelum mereka memasuki wilayah Eidothea---serta beberapa pengajar seperti tuan Howard, profesor Solana, profesor Godiva, serta beberapa profesor angkatan atas yang terlihat sangat marah terutama profesor Madeleine yang wajahnya jadi mengkerut, kini mereka yakin jika profesor mereka itu akan meledak seperti gunung merapi.
"Halo Profesor Madeleine," sapa Eloise dengan senyuman kecil. Meski ia adalah salah satu Majestic Families tetap saja ia punya batasan pada para pengajar di akademi ini, apalagi ia bangsawan yang diajarkan etika untuk sopan santun terhadap para tenaga pendidik di akademi.
"Kalian akan katakan halo dan selamat tinggal sekaligus pada esok hari ketika kukeluarkan kalian semua dari akademi ini!" Maka suara profesor Madeleine meninggi, sukses membuat para murid itu kicep dan ketakutan bukan main.
Kemudian wanita tua itu menatap pada Ambrosia, lekas raut wajahnya yang penuh amarah kini berubah lembut, ia lekas melangkah menuju profesor Ambrosia, sambil berucap, "oh Ambrosia, syukurlah kau baik-baik saja, begitu juga dirimu Lilura. Aku sangat senang kalian berdua selamat. Profesor Solana, tolong bawa Ambrosia dan Lilura ke ruangan untuk mereka beristirahat, beri makanan juga karena pasti melelahkan melewati perjalanan yang sangat jauh dan panjang.."
Profesor Solana pun segera menuruti perkataan profesor Madeleine kemudian menuntun Ambrosia perlahan menuju ke dalam kastil melewati pintu belakang agar tidak jadi perhatian para murid akademi.
"Profesor kami juga?" ucap Athreus.
"Tidak!" Profesor Madeleine menunjuk mereka dengan jemari telunjuk. "Kalian masih punya urusan yang panjang denganku."
"Profesor Ambrosia," ujar Nicaise, "tolong kami."
"Berjuanglah," sahut Ambrosia, "hadapi sekuat tenaga seperti menghadapi para Phantomius, semangat." Senyumannya terukir begitu cantik, tapi tidak meredakan takut para muridnya akan amarah wanita tua di samping mereka ini.
"Mati kita semua," ucap Aalisha.
"Aku setuju denganmu kali ini," timpal Eloise.
Maka sesuai perkataan profesor Madeleine, mereka bertujuh pun diseret menuju kantor profesor Madeleine tanpa sepengetahuan para murid akademi demi mencegah terjadinya kehebohan. Berada di dalam ruangan itu, mereka berbaris, tak diizinkan duduk, serta mendengar ceramah yang sangat, sangat, sangat panjang hampir memakan waktu hingga dua jam lamanya. Sungguh, kaki mereka bertujuh jadi kesemutan dan mereka sangat lelah, bukan bermaksud sombong, tapi berdiri dan mendengar ceramah lebih melelahkan dibandingkan mati-matian bertarung di hutan Kimari.
Setelah ceramah panjang tersebut, mereka diperbolehkan kembali ke asrama setelah melewati pengobatan intensif terutama yang terluka parah seperti Aalisha.
"Profesor apa kami benar akan dikeluarkan dari akademi?" tanya Mylo takut-takut.
"Harusnya begitu, tapi mari lihat bagaimana keputusan profesor Eugenius. Dia akan sampai di akademi malam nanti."
Kalau dipikir-pikir hidup Aalisha di akademi ini benar-benar tak terduga dan penuh kenekatan yang gila. Padahal baru di angkatan tahun pertama, Aalisha sudah melanggar lebih dari sepuluh peraturan Akademi ini. Benarkah? Coba saja ingat-ingat, dimulai dari menggunakan ramuan untuk menidurkan Orly penjaga demi menyelinap ke perpustakaan khusus, termasuk masuk ke perpustakaan tersebut tanpa izin. Kemudian sudah tak terhitung berapa banyak Aalisha melewati batas jam malam Eidothea, sering berbohong pada pengajar demi mengorek informasi mengenai Zephyr. Lalu mencuri kuda akademi, pergi melewati batas wilayah akademi Eidothea, hingga membahayakan diri melawan anggota Phantome Vendettasius.
Sungguh harusnya Aalisha serta lainnya akan dikeluarkan dari akademi Eidothea ini. Namun, hal itu tak terjadi melihat jika mereka sangat berjasa bagi desa Shakaleta, lalu bukankah perbuatan mereka ini termasuk menyelamatkan dunia? Karena mereka merebut Zephyr dari tangan bangsa iblis.
Semua ini juga berdasarkan rapat besar antara profesor Eugenius dan beberapa pengajar yang ada, mereka setuju untuk tidak mengeluarkan para muridnya yang berbuat keonaran tersebut. Ketahuilah jika profesor Eugenius sama sekali tak marah pada ketujuh muridnya bahkan ia tertawa di saat rapat tengah berlangsung karena kenekatan para muridnya yang rela mempertaruhkan nyawa kemudian dengan gamblangnya profesor Eugenius mendukung segala tindakan dari ketujuh muridnya.
Bukankah memang begitu? Apalagi mereka mampu melakukan pekerjaan yang tak bisa dilakukan pasukan kerajaan atau kekaisaran. Ya, meskipun mereka tidak dikeluarkan dari akademi ini, mereka tetap dipanggil satu per satu oleh profesor Eugenius untuk meminta kesaksian serta menjelaskan setiap kronologi yang mereka lalui. Selain itu, tiga Majestic Families juga menyerahkan batu kekuatan Zephyr---keenam kepingannya pada profesor Eugenius. Atas diserahkan Zephyr maka para Majestic Families sudah selesai tanggung jawab mereka dan sisanya diserahkan pada profesor Eugenius.
"Baiklah, kenapa hanya aku yang dipanggil lagi, apa profesor paling marah besar padaku?" gumam Aalisha sambil melangkah menyusuri koridor, gadis itu mengenakan pakaian biasa karena pembelajaran hari ini ditiadakan.
Ya, sudah terlewati sehari semenjak Aalisha dan lainnya dipanggil profesor Eugenius satu per satu. Lalu pada hari ini, para murid semakin membicarakan masalah Zephyr serta lainnya sementara itu Aalisha dipanggil ke ruangan profesor Eugenius, lagi. Padahal dia dan yang lainnya sudah dipanggil satu per satu. Entah apa yang hendak dibahas pria tua itu ataukah ada sesi ceramah tersendiri untuk Aalisha karena sepertinya dia yang paling berbuat keonaran? Terlebih lagi, profesor Eugenius yang mengirim pesan langsung pada Aalisha, lalu ada kata kumohon dan tolong di dalam pesan tersebut yang membuat Aalisha jadi takut sekali. Sungguh ia takkan dipenggal kan secara diam-diam oleh Kepala Akademi Eidothea ini 'kan?
Perlahan pintu ruangan profesor Eugenius terbuka yang ternyata tuan Tamerlaine lah yang membukakan pintu tersebut, maka Aalisha menyunggingkan senyuman tipis. "Terima kasih Tuan Tamerlaine."
"Ya silakan, profesor Eugenius dan master Arthur sudah menunggu." Oh wow, ternyata ada si Arthur Hugo Ellard juga di sini, Aalisha makin penasaran kira-kira apa yang hendak mereka bahas.
Perlahan gadis itu melangkah menuju meja profesor Eugenius, pria tua itu ada di sana sedang mengobrol dengan Arthur yang berdiri di samping Eugenius. Ketika Aalisha tiba, keduanya menghentikan obrolan mereka.
Aalisha memberikan penghormatan sesaat sambil berujar, "salam Profesor Eugenius dan Master Arthur."
"Ah kau datang juga, kupikir akan menolak," sahut Arthur yang membuat Aalisha jadi kesal. Pria itu tak punya sopan santun sama sekali.
"Dikarenakan profesor Eugenius yang memanggilku maka dengan senang hati aku penuhi, berbeda jika Anda yang memanggilku Master Arthur, aku pasti takkan datang," sahut Aalisha tanpa rasa takut. "Lagi pula apa gerangan kalian memanggilku lagi, apakah tidak cukup obrolan kemarin dan ceramah panjangnya?"
Profesor Eugenius perlahan tersenyum tipis, sangat ia pahami tingkah gadis kecil ini, karena bisa bersikap tanpa sandiwara di hadapan mereka. "Ada yang ingin kubahas khusus untukmu, Nona Aalisha."
Aalisha bersedekap sambil menatap profesor Eugenius. "Apa yang hendak kalian bahas secara privasi dengan seorang De Lune sepertiku? Oh kalian tak lupakan siapa aku 'kan? Dua orang yang tahu akan identitas asliku. Maksudku tiga karena ada tuan Tamerlaine di sini."
Perkataan Aalisha sukses membuat profesor Eugenius dan Arthur saling bertukar pandang, maka kembali lagi Aalisha berujar, "jangan saling bertatapan begitu. Sejujurnya hendak kukatakan sejak dulu jika Anda dan master Arthur terkadang seperti satu paket, ibarat pancake dan sirup maple. Buktinya saja kalian bisa berada di hadapanku saat ini."
Mendengar perkataan Aalisha yang melantur dan tak jelas itu akhirnya membuat Arthur berujar, "Aalisha De Lune, tolong diam karena ada yang hendak disampaikan profesor Eugenius. Dan jaga sopan santunmu."
Tanpa rasa takut, Aalisha benar-benar berani menatap master Arthur dengan sinis. "Harusnya Anda memanggilku dengan nama itu sejak dulu, sejak kelas pertama Anda."
"Sepertinya kalian berdua adalah murid dan guru pertama di akademi ini yang mampu membawa perang dingin," sahut profesor Eugenius memecah ketegangan antara keduanya.
Aalisha menghela napas, kenapa dia harus menanggapi Arthur? Baiklah anggap saja manusia itu tak ada di sini. "Jadi apa yang membuat Anda memanggilku kemari, Profesor."
"Sebenarnya tak banyak yang mau kubicarakan, aku juga tak berniat memarahimu. Hal yang hendak kubahas, pertama-tama aku mau berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan Ambrosia, Lilura, serta Desa Shakaleta." Profesor Eugenius tersenyum lembut pada Aalisha.
"Ya, lalu apalagi?" balas Aalisha.
"Sebentar Profesor," potong Arthur sebelum Eugenius berujar kembali. "Aku hendak tahu apa alasanmu menolong Ambrosia?"
Sialan, mengapa pria itu membuka mulutnya sih? Padahal Aalisha hendak pembicaraan ini selesai dengan cepat, tapi ada saja alasan Arthur mengajak Aalisha ribut. Maka demi kesejahteraan bersama serta secepatnya Aalisha keluar dari sini, ia menyahut, "karena dia pengajar di Eidothea, aku tidak ingin profesor Ambrosia digantikan oleh pengajar lain yang kemungkinan segalak dan se-menyebalkan seperti Anda, Master Arthur."
Ah di luar dugaan, Arthur tidak menanggapi perkataan Aalisha, padahal gadis kecil itu sudah menyiapkan seribu jawab menusuk. Sungguh paling sulit berdebat dengan Arthur.
Profesor Eugenius mengangguk, sayang sekali tidak ada debat padahal ia hendak meminta Tamerlaine menyiapkan teh jika ada debat antara Aalisha dan Arthur. "Baiklah, mari kita lanjutkan. Nona Aalisha, jadi aku hendak membahas mengenai profesor Ambrosia, kabarnya pihak kerajaan mencabut status buronannya, kemudian---"
"Bagaimana dengan pencemaran nama baiknya?" sahut Aalisha, "apa masalah ini sudah ditangani? Nama baik profesor Ambrosia pasti sudah rusak jika ada surat kabar yang memberitakan bahwa profesor adalah Phantomius padahal kenyataannya bukan. Lalu adakah kompensasi pada media surat kabar yang mengangkat berita profesor Ambrosia tanpa mereka cari tahu kebenarannya? Jangan sampai masyarakat termakan berita bohong. Lalu kuharap pihak akademi lekas turun tangan demi melindungi martabat profesor Ambrosia. Karena jika tidak, maka aku akan turun tangan, lagi."
"Biar aku yang jawab," sahut Arthur cepat. "Kami memang akan turun tangan, lalu perlu kauketahui jika nama profesor Ambrosia tidak tercemar sama sekali. Artinya nama baiknya berhasil diselamatkan, tidak ada satu pun media surat kabar yang mengangkat berita akan Phantomius dengan nama Ambrosia di dalamnya. Bahkan Lè Ephraim yang dikenal paling pertama tahu berita yang sedang menghangat pun, surat kabar itu tidak mengangkat nama Ambrosia."
"Benar yang dikatakan Arthur, Nona Aalisha." Profesor Eugenius menyambung perkataan Arthur setelah ia minum tehnya hingga tersisa setengah cangkir. "Kemudian perlu kauketahui juga bahwa jauh sebelum kami turun tangan untuk mencegah nama Ambrosia rusak, ada seseorang yang sebelumnya sudah melakukan semua ini."
"Apa?" sahut Aalisha yang sukses ia terkejut. "Tunggu Anda bilang apa? Ada orang lain yang tahu masalah ini dan dia duluan menyelamatkan nama profesor?"
"Benar sekali, ada orang lain yang lebih dulu dibandingkan kami yang berhasil melindungi nama Ambrosia. Orang ini pula yang pulalah yang kemungkinan mencegah para media surat kabar mencari tahu akan kabar Ambrosia yang dianggap Phantomius padahal kebenarannya jika Ambrosia dikendalikan oleh Hesperia menggunakan Zephyr." Profesor Eugenius menjelaskan, wajahnya berkerut karena ia cukup berpikir keras. Sementara itu, Aalisha masih dilanda rasa terkejut.
"Kami berusaha menelusuri siapa kira-kira yang melakukan semua ini, menelusuri siapa penolong Ambrosia sebelum kami turun tangan. Awalnya kami pikir mungkin saja keluarga Ambrosia yang melakukannya, tetapi cukup beresiko dan bisa menjadi skandal lebih jauh lagi jika keluarganya sendiri yang bertindak. Namun, hingga kini, kami tidak berhasil menemukan siapa orang itu," sambung Arthur.
Sungguh Aalisha hanya diam, ia jadi bingung setengah mati karena tidak menyangka jika ada orang lain yang tak ia ketahui siapa, tetapi terlibat menyelamatkan nama dan reputasi Ambrosia. "Oke, aku tidak tahu siapa, tapi bukankah ini baik?"
"Iya, kami juga berpikir begitu karena berkat orang misterius ini, Ambrosia selamat dari hinaan masyarakat sosialis dan nama keluarganya juga terselamatkan," imbuh profesor Eugenius.
"Baguslah." Aalisha rasa sudah cukup membicarakan masalah profesor Ambrosia karena hanya akan membuat kepalanya pusing. "Lalu apa yang hendak dibahas lagi?" Aalisha menatap master Arthur yang menginterupsi percakapannya dengan profesor Eugenius.
"Profesor, aku harus pergi karena ada urusan dengan profesor Astrophel, jadi aku pamit, salam." Maka sebelum Arthur benar-benar meninggalkan ruangan ini, ia berujar dulu pada Aalisha. "Jaga sikapmu."
"Iya, iya bawel," balas Aalisha, "jadi apa yang hendak Anda bahas lagi? Masalah profesor Ambrosia sudah selesai."
"Sebelum aku bahas, mungkinkah terlebih dahulu ada yang hendak Nona Aalisha katakan padaku? Sepertinya kau takkan menerima panggilanku jika tak ada tujuan tertentu."
Mendengar perkataan profesor Eugenius itu, sesaat senyuman kecil Aalisha terbentuk. "Ketebak ya."
"Lumayan."
"Baiklah, aku memang mau mengatakan sesuatu pada Anda." Perlahan Aalisha menarik napas kemudian ia embuskan secara perlahan. "Aku mau meminta maaf pada Anda. Ketika master Arthur mengetahui identitasku kemudian mengatakannya secara gamblang padaku, saat itu aku malah marah besar pada Anda karena aku berpikir jika Anda sudah ingkar janji dan meruntuhkan kepercayaanku. Namun, kenyataannya master Arthur mengetahui identitasku bukan dari Anda. Karena inilah aku merasa bersalah, jadi hendak meminta maaf, aku sudah berprasangka yang buruk pada Anda. Jadi tolong maafkan kesalahanku, Profesor Eugenius."
Bisa Eugenius lihat bagaimana ketulusan permintaan maaf dihaturkan gadis kecil itu yang lahir dengan darah keangkuhan dari Keluarga De Lune. "Aku memaafkanmu Nona Aalisha, semua orang pernah berbuat salah karenanya aku dengan tulus juga memaafkan dirimu."
Sesaat hati Aalisha terasa hangat. "Terima kasih, Profesor."
"Adakah yang hendak kau katakan lagi?"
Sesaat Aalisha berpikir ulang. Lalu teringat salah satu kejadian ketika di Hutan Kimari. "Amadeo," ujarnya, "burung Amadeo datang padaku dan menyelamatkanku serta Anila. Apakah Anda yang mengirim burung Amadeo itu?"
Senyuman profesor Eugenius terukir, membuat Aalisha berpikir jika sepertinya pria tua inilah yang membantunya, tetapi jawaban Eugenius sangat di luar ekspektasi. "Bukan aku."
Aalisha diam membisu, lalu berujar, "Anda bersungguh-sungguh?"
"Ya, aku bersumpah bukan aku yang mengirim Amadeo itu," sahut profesor Eugenius.
"Begitu ... baiklah, terima kasih atas jawabannya. Aku sudah selesai, jadi apa yang hendak Anda katakan lagi padaku?" sahut Aalisha tidak ingin membahas lebih lanjut mengenai burung Amadeo.
"Ya, tentu saja ada. Kau telah berjasa pada Eidothea maupun desa Shakaleta, jadi adakah hadiah yang hendak kaumau dariku? Aku dengan senang hati akan memberikan apa yang kaumau, tapi tentu saja dengan semampuku."
"Hadiah?" Tak disangka ternyata yang dibahas adalah hadiah atau penghargaan? Ah, benar juga, kan Aalisha sudah sangat berjasa, maka sudah selayaknya diberi hadiah. Kira-kira apa yang akan Aalisha pinta ya, haruskah ia meminta diberikan tambahan nilai, ujian dihapuskan, mendapat senjata magis baru, makanan yang enak, atau mendapatkan libur selama setahun lamanya? "Kurasa tak ada hadiah yang kumau, jadi silakan simpan saja hadiah Anda itu, tidak perlu repot-repot."
"Sudah kuduga kau akan menolak," sahut profesor Eugenius. "Kau yakin tak mau hadiah, minimal seragam baru atau baju musim dingin?"
Aalisha terkekeh. "Tidak ada Profesor, sejujurnya semua yang Anda tawarkan itu bisa kudapatkan tanpa bantuan Anda."
"Bagaimana jika bukan hadiah? Mungkinkah kau mau meminta sesuatu selain benda fisik, aku akan dengan senang hati memenuhinya."
Mendengar perkataan itu membuat Aalisha jadi terpikirkan sesuatu, maka ia pun berujar, "iya, sepertinya aku ada satu permintaan pada Anda."
****
MALAM ini sepertinya adalah malam yang spesial habisnya pada pukul delapan nanti, para murid diminta berkumpul di aula besar. Selain itu, para murid Eidothea mengenakan seragam masing-masing asrama dengan rapi, yaitu seragam pada hari Kamis---Sabtu yang berupa capelet cloak. Kini 15 menit sebelum jam delapan, masih banyak murid yang terlihat berada di halaman asrama mereka, nongkrong sambil bercerita banyak entah apa itu, ada pula yang sudah menuju kastil akademi, beberapa murid juga menunggu di sekitaran koridor serta ada yang sudah di dalam aula dan mengambil barisan masing-masing sesuai dengan asrama mereka dan tahun angkatan. Ketika pukul delapan, maka tuan Derry lekas memerintahkan para murid yang masih di luar untuk segera mengambil barisan karena acara hendak dimulai.
Memasuki aula tersebut yang begitu terang, banyak lentera di mana-mana kemudian langit-langit aula ini disihir sehingga menampakkan malam penuh dengan bintang-bintang serta bulan. Berada di bagian depan, para profesor ada di sana, hampir seluruh profesor di akademi ini hadir. Kemudian sebagian besar murid disuruh berbaris di lantai atas karena lantai bawah sudah tak muat.
"Wah sepertinya akan ada penghargaan pada para Majestic Families."
"Kau serius? Pantas saja ada karpet merah di sana."
Benar sekali, di aula ini dari pintu masuk kemudian mencapai tengah hingga dekat panggung para pengajar Eidothea berada, ternyata digelar karpet merah yang memanjang sehingga menyisakan space untuk seseorang melewatinya sedangkan para murid berbaris di samping dengan rapi, atas inilah mengapa lantai bawah tidak cukup makanya pada murid berbaris di lantai atas---maksudnya mereka bisa menengok dari lantai atas ke bawah.
Dikabarkan sebelumnya sekitar makan siang tadi jika ada acara penghargaan yang hendak diberikan profesor Eugenius pada murid-muridnya yang berjasa besar baru-baru ini. Atas inilah, malam ini begitu spesial dengan diadakannya acara dan para murid wajib hadir mengenakan seragam akademi yang lengkap dan rapi. Sudah bisa ditebak satu akademi sebenarnya karena acara penghargaan ini juga berkaitan dengan topik panas menyangkut pembahasan mengenai Zephyr, serangan Phantome Vendettasius, serta penyelamatan desa Shakaleta yang dilakukan oleh segelintir murid terutama Majestic Families.
Selain itu, alasan kenapa para murid Eidothea sangat antusias adalah mereka penasaran siapa saja yang terlibat selain Majestic Families, habisnya curi-curi dengar jika yang terlibat penyelamatan desa Shakaleta akan berhadapan dengan pasukan Monster yang mencapai puluhan bahkan ratusan jumlahnya jadi mana yang tak penasaran mengetahui sosok penyelamat lainnya? Kalau Majestic Families sudah tidak perlu diragukan lagi, tapi murid lainnya ini? Bagaimana bisa mereka berhasil melewati kematian, apakah benar karena keberuntungan semata atau nyatanya mereka memang berbakat? Jadi mari lihat nama-nama siapa saja yang akan dipanggil oleh profesor Eugenius pada malam ini.
"Kurasa orang-orang membicarakan kalian."
"Diamlah Gilbert," sahut Anila yang berada di barisan depan. Gadis itu terlihat gugup dengan degup jantung yang benar-benar tak karuan, ia keringat dingin karena tak pernah terbayangkan dalam hidupnya akan dipanggil seperti ini untuk menerima penghargaan.
"Ya, lebih baik kalian diam. Semua ini jauh lebih membuatku gugup dibandingkan pesta debutante." Mylo menimpali, perkataannya ini tidak dilebih-lebihkan karena benar adanya bahwa saat ini lebih mendebarkan dibandingkan pesta debutante-nya padahal sama-sama menghadapi orang banyak.
"Kok malah takut kalian, harusnya bangga dong," bisik Frisca, "pahlawan akademi."
"Frisca tolonglah, jangan bilang begitu, kami gugup banget." Anila berucap kembali.
Berbicara mengenai Frisca, Gilbert, dan Kennedy. Mereka selamat dan sehat sentosa setelah kejadian pertarungan ketika Aalisha dan lainnya hendak kabur dari akademi Eidothea. Beer Misvormwolfir memang sempat melukai mereka, tetapi tidak terlalu parah karena sebelum ajal menjemput, mereka sudah diselamatkan para Majestic Families terlebih dahulu. Ya, di luar dugaan jika mereka diselamatkan ketiga manusia keturunan keluarga agung itu, mungkin ini salah satu alasan kenapa mereka bisa terlambat sampai ke desa Shakaleta.
"Iya, iya, tapi ayolah bahagia sedikit kalian karena akan dipuji banyak orang," balas Gilbert, sesaat baru teringat sesuatu. Lalu berujar kembali. "Aalisha mana, belum datang juga?"
"Dia menemui master Arthur, entah apa yang dibicarakan," balas Anila. Sesuai dengan perkataan Anila, sebelumnya ke aula ini, ternyata Aalisha dipanggil oleh master Arthur sendirian. Hingga sekarang Aalisha Belum juga kembali, bahkan Anila cari-cari di barisan lain asrama Arevalous, tak juga terlihat anak itu yang kemungkinan masih berurusan dengan Arthur.
"Apa dia akan dipanggil seperti kalian atau tidak?" imbuh Frisca.
Anila menggeleng pelan. "Entahlah, aku tak tahu."
Gilbert kemudian berucap, "kutebak dia tak suka hal-hal seperti ini padahal dengan ini mampu meningkatkan derajatnya, setidaknya pandangan orang-orang padanya akan sedikit berubah."
Mendengar perkataan itu, Anila dan Mylo hanya diam. Sesungguhnya tak ada yang tahu jika sebenarnya Aalisha tak butuh kenaikan derajat di acara seperti ini. Ya, pasalnya dia Majestic Family De Lune yang derajatnya di atas semua murid terkecuali para Majestic Families yang lain.
Mylo kemudian mendekatkan kepalanya agar dia bisa berbisik pada Anila dan hanya bisa didengar gadis itu saja. "Kurasa Aalisha takkan dipanggil, dia mungkin minta agar namanya tak dipanggil karena dia berkata awalnya hendak menyembunyikan identitasnya hingga kelulusan."
"Aku juga berpikir begitu," balas Anila, berbisik pula. "Dia masih sembunyikan identitasnya jadi ada baiknya jika dia tak dipanggil untuk dapat penghargaan."
"Ya, tapi syukurlah, kita tahu siapa dia yang sebenarnya," ujar Mylo.
"Benar karena kita sahabatnya," balas Anila tersenyum simpul.
Pembicaraan dan obrolan para murid usai ketika profesor Eugenius selesai mengobrol dengan profesor Madeleine kemudian melangkah menuju podium yang ada di atas panggung. Pria itu penuh dengan senyuman karena ia merasa bahagia sekali pada hari ini. Maka profesor memulai dengan rasa terima kasih atas seluruh muridnya yang dengan senang hati dan antusias menghadiri acara pada malam ini.
"Hei itukan ada master Arthur," bisik Mylo, "kok Aalisha belum datang atau dia di barisan atas?"
Anila juga mempertanyakan hal yang sama. Ternyata master Arthur sudah berada di panggung bersama dengan para pengajar lainnya. "Aku tidak tahu, tapi mungkin saja."
"Mungkin juga, dia tak hadir di sini," sahut Mylo.
Kemudian profesor Eugenius juga membahas tentang segala cobaan yang menimpa akademi ini termasuk akan adanya pengkhianat yang cukup membuat hati para murid sakit akibat sosok yang mereka anggap profesor ternyata berkhianat pada bangsa manusia. Namun, Eugenius tahu jika seluruh penghuni akademi Eidothea sudah tak perlu merisaukan masalah ini, mereka sudah menerima dengan lapang dada, dan berfokus menyayangi orang-orang yang benar tulus pada akademi ini.
Selain itu, profesor Eugenius mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada profesor Ambrosia dan juga Lilura yang menjadi korban dalam kejadian ini akibat perbuatan Hesperia dan Zahava.
"Karena itu, aku hendak menyambut profesor Ambrosia dan juga nona Lilura karena telah kembali ke Akademi Eidothea ini!" Suara profesor Eugenius menggelegar kemudian disambut tepuk tangan yang tak kalah meriah dan tangis dari beberapa murid, mereka sangat bahagia karena profesor favorit mereka sebenarnya tak bersalah.
Ya, malam ini dan seterusnya, profesor Ambrosia akan berada di akademi karena dia telah diterima kembali, begitu pula nona Lilura. Wanita itu sangat bahagia karena para muridnya banyak juga menyayangi dirinya, lihatlah betapa cantiknya Ambrosia karena mengenakan gaun biru tua. Sekarang dia duduk di kursi yang hanya disediakan untuknya karena kondisi Ambrosia belum sehat total, ia masih bisa pusing kalau terlalu lama berdiri. Tepat di samping Ambrosia ada profesor Rosemary yang tengah berdiri sambil menggendong nona Lilura. Diperhatikan jika kedua wanita itu saling bersampingan maka terlihat begitu menyilaukan karena kecantikan mereka.
"Baiklah langsung saja ke inti acara!" ujar profesor Eugenius. "Seperti yang kalian semua ketahui, beberapa murid kita dengan keberanian serta kenekatan juga, mereka telah melakukan perbuatan yang sangat berjasa tidak hanya bagi Eidothea, tetapi juga para masyarakat. Mereka berani mempertaruhkan nyawa, melanggar aturan akademi, hanya untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran yang hendak dibawa Phantome Vendettasius menggunakan batu kekuatan Zephyr!
"Jadi mari langsung sambut saja! Ketiga murid ini berhasil merebut enam kepingan Zephyr dari tangan organisasi Phantome Vendettasius, serta mengalahkan pasukan monster. Mereka yang berasal dari Keturunan Utama Majestic Families! Ya, mereka adalah Athreus Kieran Zalana, Eloise Clemence, dan Nicaise von Havardur. Tolong maju ke depan dan berikanlah tepuk tangan meriah untuk para penyelamat kita ini!"
Maka Athreus, Eloise, dan Nicaise yang terbalut seragam asrama mereka masing-masing, perlahan maju ke tengah-tengah aula, tepatnya menginjak karpet merah. Suara sorakan dan tepuk tangan yang sangat kencang memenuhi aula ini, serta senyuman para Majestic Families yang terukir lebar.
"Kemudian salah satu murid kita yang berasal dari angkatan tahun yang sama dengan para Majestic Families, dia berjasa karena telah turun ke desa Shakaleta untuk memberikan pertolongan pada yang terluka, serta unjuk kehebatannya dalam bidang sihir penyembuhan, mari berikan tepuk tangan untuk Nathalia Clodovea!" Semua memberikan tepuk tangan juga meskipun Nathalia tidak maju ke depan. Dia sangat malu jadi tak mau maju ke depan aula.
Profesor Eugenius selesai bertepuk tangan. Maka ia kembali menyambung perkataannya. "Selanjutnya, ada pula dua murid lain yang berasal dari angkatan tahun pertama ...."
Maka langsung saja banyak murid yang berbisik-bisik karena rasa penasaran pada siapa yang akan maju ke depan lagi.
"Dengan keberanian mereka meskipun belum memiliki kemampuan yang begitu hebat melainkan dengan kegigihan, mereka tetap berjuang untuk menghadapi para pasukan monster serta berperan dalam melindungi desa Shakaleta serta menyelamatkan para warga desanya! Ya, mari kita sambut kedua murid tahun pertama yang hebat ini, kepada Anila Keara Andromeda dan Mylo Cressida silakan maju ke depan, serta berikan tepuk tangan untuk keduanya!!"
Sukses tepuk tangan untuk Anila dan Mylo jauh lebih meriah dan kencang dibandingkan para Majestic Families. Ya para murid itu akhirnya terpuaskan rasa penasaran mereka yang ternyata melebihi ekspektasi karena yang terlibat dalam melindungi desa Shakaleta serta berhadapan dengan pasukan Phantome Vendettasius adalah murid angkatan tahun pertama! Sekali lagi, murid angkatan tahun pertama! Bukankah ini gila, sangat gila! Maka terdengar pula sorakan dari para murid ketika Anila dan Mylo maju ke tengah-tengah aula kemudian berdiri di posisi berseberangan dengan para Majestic Families. Sorakan paling kencang diberikan oleh asrama Arevalous karena sangat bangga jika dua murid asrama mereka berhasil menjadi salah satu yang berjasa dalam penyelamatan desa Shakaleta!
"Woho!! Mylo adikku, kau hebat sekali!" teriak Noah.
"Gila! Kau akan dipuji oleh ibu dan ayah atau malah kena marah karena dia hampir mati??" Easton berpikir, "tapi kau hebat banget!! Adikku memang hebat!!" Sungguh Mylo merasa sangat malu karena kedua kakaknya itu.
Ketika profesor Eugenius mengangkat tangannya maka suara sorakan itu akhirnya mereda, tapi senyuman masih terukir jelas di wajah para muridnya saking mereka senang dan antusias akan malam ini, jujur para murid merasa ada banyak firasat baik yang akan datang.
Kini beberapa murid saling mengobrol dengan temannya karena berpikir jika hanya keenam murid saja yang terlibat san tidak ada lagi. Jadi kemungkinan acaranya sudah selesai.
"Apa sudah selesai?"
"Kurasa iya, kalau sudah dipanggil angkatan tahun pertama, jadi ya para penyelamatnya sudah dipanggil semua."
Sayangnya, semua pemikiran mereka terbantahkan ketika profesor Eugenius mulai merentangkan tangannya kembali setelah pria tua itu melihat Tamerlaine, Orly-nya masuk ke aula dan berdiri di dekat pintu masuk.
"Selanjutnya adalah sambutan terakhir yang paling ditunggu-tunggu! Salah satu murid yang berasal dari angkatan tahun pertama juga, murid kebanggaan Akademi Eidothea yang telah berjasa sangat besar. Dia telah menyelamatkan profesor Ambrosia dan juga nona Lilura dari serangan bangsa iblis, dia yang juga yang mengalahkan dua pengkhianat akademi yaitu Zahava dan Hesperia, dia jugalah yang berperan paling besar dalam menyelamatkan desa Shakaleta dari serangan bangsa iblis, dan dia berperan pula dalam menyelamatkan seorang anak bernama Hozier yang merupakan Armorum Clavis Copia serta berhasil melindungi Sanctus Graviel yang hendak direbut organisasi Phantome Vendettasius! Dia yang berasal dari salah satu Keturunan Utama Majestic Families!"
Aula yang menampung ratusan manusia itu seketika berubah sangat riuh, seperti kawanan lebah yang berkumpul dengan suara bising dari sayap-sayap mereka. Para murid kini saling melirik satu sama lain, suara para murid terdengar saling mempertanyakan siapa sebenarnya yang dimaksudkan profesor Eugenius terutama yang disebut tadi adalah Keturunan Utama Majestic Families? Bukankah di Eidothea, keturunan utama hanya ada tiga orang, siapa yang keempatnya? Sebenarnya apa yang terjadi di sini dan apa disembunyikan Eidothea?!!
Suara profesor Eugenius terdengar kembali. "Maka dengan ini, mari kita sambut, garis keturunan utama Majestic Family De Lune, Aalisha Galad De Lune!"
Sungguh seluruh yang ada di dalam aula tersebut terkejut bukan main, entah para murid bahkan seluruh staf akademi dan para profesor yang berada di atas panggung sama terkejutnya juga, terkecuali master Arthur dan profesor Eugenius.
Detik selanjutnya, keheningan terdengar ketika pintu aula terbuka sangat lebar kemudian terdengarlah suara Tamerlaine yang menggelegar ke seluruh aula ini.
"Perhatian!! Yang Mulia Aalisha Galad De Lune, Matahari Kebanggaan Athinelon memasuki aula! Mohon tundukkan kepala dan berikan penghormatan padanya!"
Sontak meskipun seluruh yang di dalam aula masih diselimuti kehebohan dan rasa terkejut bukan main, mereka segera memberikan penghormatan seperti berdasarkan instruksi Tamerlaine karena Aalisha mulai melangkah menginjak karpet merah yang digelar di aula tersebut.
Para murid dari Asrama Drystan sudah membungkuk memberikan penghormatan, kemudian disusul asrama Sylvester yang juga memberikan penghormatan, serta asrama lainnya hingga seluruh penghuni asrama Arevalous juga melakukan hal yang sama.
Para murid yang berasal dari kaum bangsawan atau Borjuis memberikan penghormatan dengan membungkukkan tubuh mereka beberapa derajat, begitu pula murid yang berasal dari kalangan proletar. Namun, ada beberapa murid yang memberikan penghormatan dengan berjongkok dengan satu kaki menyentuh lantai, penghormatan ala-ala kesatria. Para murid di lantai atas juga tak lupa memberikan penghormatan begitu pula beberapa Orly yang hadir di aula tersebut juga melakukan hal yang sama bahkan ada Orly yang sampai bersujud di lantai.
Di atas panggung, seluruh jajaran staf dan pengajar Eidothea juga memberikan penghormatan. Mereka yang para pengajar pria memberikan penghormatan dengan meletakkan tangan kanan di dada kiri, kemudian tangan kiri disampirkan di ke belakang lalu membungkuk beberapa derajat. Lihatlah master Arthur dan profesor Eugenius memberikan penghormatan itu pada Aalisha.
Kemudian ada pula tipe pengajar seperti master Aragon dan Reagan yang memberikan penghormatan ala-ala para kesatria. Sementara itu, para pengajar wanita yang mengenakan gaun panjang seperti profesor Ambrosia dan juga Rosemary. Mereka memberikan penghormatan dengan mencubit sedikit ujung gaun mereka kemudian membungkuk beberapa derajat.
Maka tidak hanya seluruh murid, para Orly, pengajar di Eidothea yang memberikan penghormatan pada Aalisha. Namun, Anila dan Mylo yang berada di tengah-tengah aula juga memberi penghormatan. Betapa bahagianya mereka karena Aalisha mau menampakkan dirinya.
Lalu bagaimana dengan tiga Majestic Families? Meskipun sama-sama berasal dari Majestic Families, tetapi mereka diajarkan etika sejak kecil yang mengharuskan untuk saling menghormati sesama Majestic Families terutama yang dari garis keturunan utama. Apalagi De Lune memiliki derajat paling tinggi di antara Majestic Families lainnya.
Maka walaupun hati mereka terasa enggan dan berat serta dipenuhi banyak pertanyaan. Athreus, Eloise, dan juga Nicaise, tetaplah menaruh satu tangan mereka di dada kiri, kemudian membungkuk beberapa derajat untuk memberikan penghormatan kepada Aalisha. Detik itu, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berputar di otak mereka karena kenyataan Aalisha sebagai keturunan De Lune akan menjadi berita paling heboh sepanjang sejarah dunia.
Melihat tiga Majestic Families membungkuk pada Aalisha, hal ini membuat senyuman gadis itu terukir sangat lebar ketika ia berjalan melewati Mylo, Anila, serta tiga Majestic Families. Ya, Aalisha bermaksud untuk ke atas panggung, berdiri di samping podium, karena itulah yang Eugenius katakan jika Aalisha akan berdiri di atas panggung.
"Yang Mulia De Lune," ujar profesor Eugenius sambil mengulurkan tangannya bermaksud sopan untuk membantu Aalisha menaiki tangga panggung tersebut.
"Terima kasih," sahut Aalisha meraih tangan profesor Eugenius kemudian menginjak empat anak tangga, kini ia berada di atas panggung. Lalu berbalik dan menatap seluruh manusia yang masih membungkuk dan memberikan penghormatan padanya.
"Bangkitlah kalian semua." Aalisha berucap yang membuat seluruh murid di hadapannya perlahan menyelesaikan penghormatan mereka kemudian berbaris rapi kembali. Begitu pula para pengajar yang menyudahi penghormatan mereka.
Sungguh pada detik ini, satu aula hening, tak ada yang berani mengobrol dengan teman mereka karena masih dilanda rasa terkejut yang bukan main. Mereka benar-benar hampir gila ketika mengetahui bahwa keluarga De Lune masih memiliki satu keturunan lagi selain Aldrich! Selain itu mereka benar-benar akan gila, ya mereka teringat pernah merundung, menghina, dan membicarakan gadis kecil itu karena asal-usulnya yang tak jelas serta dikatakan jika dia berasal dari rakyat jelata serta anak yang cacat. Namun, kenyataannya!! Dia adalah putri dari Kepala Keluarga De Lune, salah satu Majestic Families yang posisinya setara dengan kekaisaran Ekreadel bahkan lebih tinggi lagi! Maka takutlah mereka yang pernah bermasalah dengan Aalisha, mereka takut jika mendapatkan hukuman berupa dipenggal kepala atau dicambuk hingga mati!
Berada di barisan asrama Drystan. Killian Cornelius berkeringat dingin, bibirnya gemetar dan juga seluruh tubuhnya, degup jantung tak karuan karena dia sangat ketakutan ketika kebenaran terungkap bahwa Aalisha adalah keturunan utama De Lune. Rasa takut yang sama juga menyelubungi diri Jasmine dan Tiona Delilah begitu pula Bethany. Mereka bertiga sangat takut karena termasuk paling sering merundung Aalisha tanpa pikir panjang. Kini habis sudah hidup mereka karena nyatanya berurusan dengan putri dari salah satu Majestic Families. Di barisan asrama Arevalous; Gilbert, Frisca, maupun kedua kakak Mylo yakni Easton dan Noah hanya bisa terdiam membisu dengan mulut menganga lebar saking mereka terkejutnya. Hendak sekali Easton dan Noah berteriak, tetapi mereka tahan karena keheningan memenuhi aula ini. Kennedy yang berada di asrama Sylvester juga terkejut bukan main.
Sementara itu, Aalisha yang menjadi pusat perhatian dari semua penghuni akademi, dia sama sekali tak peduli dengan yang lainnya karena sedang berfokus dan menatap pada tiga Majestic Families yang entah mengapa mereka bertiga sedikit melangkah maju kemudian menatap balik Aalisha dengan tatapan campur aduk. Senyuman Aalisha terukir sempurna karena kini dia berhasil membungkam ketiga Majestic Families itu.
Profesor Eugenius kemudian berujar, "aku berterima kasih atas penghormatan yang begitu tulus dari kalian semua kepada Nona Aalisha. Meskipun kalian masih dilanda rasa terkejut dan kegundahan bahkan banyak sekali pertanyaan."
Kemudian pria itu menatap pada Aalisha. "Baiklah, Nona Aalisha adakah sepatah dua patah kata yang hendak kausampaikan?"
Maka Aalisha mengangguk kecil, ia berdiri tegak dan sangat kokoh, ibarat seorang pemimpin tertinggi yang takkan gentar meski dihadapkan dengan seribu pasukan musuh karena dia selalu tahu jika takdir akan berada di pihaknya. Maka dengan penuh rasa bangga, suaranya yang lantang terdengar ke seluruh aula.
"De Lune! Namaku Aalisha Galad De Lune, sungguh suatu kehormatan bagi kalian semua karena telah bertemu denganku."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Bagaimana dengan chapter ini?
Mari tunggu chapter terakhir dan juga epilog^^
Kemudian gue berterima kasih banyak atas para pembaca semua yang sudah bertahan membaca The Arcanum of Aalisha book 1~
Jangan kecewa ya karena bakal ada kelanjutannya! Meski belum tahu kapan akan dirilis, jadi tolong jangan tagih dulu ya NJIRRR, kalau ditagih gue sihir lo semua jadi monyet^^
Prins Llumière
Minggu, 19 Februari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top