Chapter 40 - Arc 3: Hide and Seek

|| Chapter ini cukup panjang

|| Vote dan komen juga

Malam ini bulan purnama jadi Aalisha sengaja membuka jendela kamarnya, tidak hanya mempersilakan cahaya rembulan masuk, tetapi juga semilir angin yang bertiup dingin. Dia sendiri berada di meja belajarnya, berkutat pada tugas-tugasnya. Kali ini, Aalisha membiarkan rambutnya terurai, dia mengenakan piyama cukup tebal dengan perpaduan warna ungu-hitam.

Selain menyelesaikan tugasnya, dia juga membaca beberapa materi di buku wajib untuk pelajaran esok. Aalisha menggaris bawahi beberapa kalimat penting di buku tersebut, lalu dia tulis sesuatu seperti penjelasan tambahan sehingga membuat bukunya cukup banyak coretan, tentu saja coretan yang berguna. Selain itu dia memberikan semacam penanda di beberapa halaman tertentu, penanda itu terbuat dari kertas atau plastik kecil yang ada lem di belakangnya sehingga dapat direkatkan di kertas—sticky notes. Dalam satu bab, bisa lebih dari 10 sticky notes yang Aalisha berikan dengan tak terhitung jumlah catatan atau kalimat yang Aalisha berikan komentar.

Aalisha melakukan hal ini tidak hanya pada buku pelajaran saja, tetapi semua buku yang dia baca terutama novel-novel. Aalisha suka sekali memberi tanda pada kalimat novel yang menjadi favoritnya atau berisi isu-isu tertentu, serta kalimat yang dianggap cukup asing serta perlu penafsiran lebih lanjut. Baginya membaca buku atau novel dengan cara ini membantunya untuk melupakan semua kejadian atau segala hal yang dia jalani. Atas hal inilah, Aalisha mampu menghabiskan waktunya berkutat pada buku-buku dibandingkan mengobrol atau bermain seperti anak-anak pada umumnya.

Ya, terlebih lagi sejak kecil, dia tak punya waktu untuk menikmati masa kecilnya, bermain, pergi ke pesta ulang tahun atau salon, menangis, bermanja-manja pada orang tua, dan masih banyak lagi karena semua itu tak pernah tercipta untuknya. Para Dewa pasti enggan memberikan kebahagiaan pada anak terkutuk sepertinya.

Andai pun dirinya diberi kebahagiaan, Aalisha yakin kebahagiaan itu hanya akan sementara. Tentu saja karena dirinya hanyalah boneka yang diciptakan para Dewa demi tujuan dan kesenangan mereka.

"Pantas saja, mereka memanggilku, Marionette," ujar Aalisha lalu dengan tangan kanan menopang dagunya. Dia menatap pada lentera yang berpendar. Sengaja ia mematikan lampu dan digantikan dengan lentera yang hampir mati apinya.

Derit kursi terdengar, Aalisha menutup semua bukunya, menumpuknya menjadi satu lalu ditaruh di pinggir meja. Menaruh kembali pena berbulunya di botol tinta, merapikan buku catatannya kemudian berdiri hingga berangsur ke jendela kamarnya yang terbuka serta memperlihatkan halaman belakang.

Dia menaruh kedua tangannya di jendela, awan berarak menutupi sinar rembulan. Di belakang Aalisha, lenteranya sudah mati dan kamar itu tak diterangi lentera sehingga menjadi gelap.

"Kurasa akhir yang mengenaskan sangat cocok untukku. Ya, sangat cocok untukku, benar bukan, Para Dewa?"

****

Cuaca yang cukup terik, menarik para murid ke kantin kedua Eidothea. Mereka yang belum ada kelas atau setelah kelas atau menunggu kelas selanjutnya, menghabiskan waktu di kantin kedua yang ternyata ada menu baru jadi wajib dicoba.

Aalisha dengan seragam Eidothea, jubah panjang agak tertiup sepoi angin, serta rambut diurai, melangkah menuju meja pemesanan, dia tak perlu berlama-lama di depan daftar menu karena hanya il tè priel saja yang hendak dia pesan. Oh, mungkin dengan kue keju yang selalu menjadi favoritnya.

Menurutnya, il priel menjadi minuman terenak selama dia hidup, mungkin ada yang lebih enak, tetapi Aalisha tidak tahu, ya dia jarang untuk berkunjung ke suatu wilayah untuk mengincar kuliner karena ketika dia berkunjung ke wilayah tertentu, pasti Owen akan menyeretnya menuju permasalahan di wilayah itu atau memaksanya berada di tengah hutan dan berhadapan dengan makhluk asing penghuni hutan hingga Aalisha berdarah-darah dan terluka atau koma, baru pamannya itu akan puas.

Terkadang Owen begitu kejam dengan memasang segel pada Aalisha sehingga gadis itu tidak mampu menggunakan sihir dengan artian sihirnya ditekan. Segel itu terkadang bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah tato kuning di tangan Aalisha ketika dia berada di Uvuislupia. Karena segel itulah ia tak mampu menggunakan sihir ketika berhadapan dengan Tagrax, beruntung makhluk seperti Tagrax dapat ia kalahkan, meski berakhir penuh luka.

"Sial kenapa aku malah memikirkan manusia itu, kenapa pula aku memanggilnya paman, padahal dia tak pernah menganggapku sebagai keponakan," gumam Aalisha sambil membawa minuman dan makanannya. Dia menuruni tangga pelan-pelan karena beberapa pengunjung menaiki tangga secara berdesakan dan terburu-buru.

Sepatunya menginjak rerumputan lalu ia menatap pada keramaian yang sama sekali tak dia temukan ketika menghabiskan waktunya di kediamannya. Suara penuh canda tawa dari arah kanan karena para kakak tingkat membicarakan adik tingkat mereka yang mendapat tugas menangkap Fleeyrix, tetapi berakhir dikeroyok para Fleeyrix sampai seragam mereka dipenuhi cairan buah busuk. Sialan mereka, pasti membicarakan Jasmine dan Bethany.

Tawa terdengar lagi yang kemungkinan dari murid tahun pertama karena membicarakan salah satu anak kelas yang ketakutan berhadapan dengan kuda sampai pipis di celana. Ada juga yang heboh sambil bermain monopoli sihir, lucu sekali karena bidak mereka berjalan sendiri serta ketika masuk ke penjara maka muncul penjara kecilnya. Ada pula kakak tingkat tahun kedua sedang bermain Dungeon and Warrior, permainan tentang Warrior yang masuk ke Dungeon dan harus menyelesaikan misi dari para musuhnya.

Aalisha memejamkan matanya sesaat karena masih tidak terbiasa berada di situasi ini. Ketika membuka matanya lagi, dia melihat Mylo melambaikan tangannya pada Aalisha serta senyuman lebar lelaki itu terukir. Begitu juga dengan Anila ikutan melambaikan tangan, serta menatap padanya, ya Anila selalu cantik dengan senyuman tipisnya.

Gilbert menghabiskan makanan di dalam mulutnya lalu menatap pada Aalisha juga sambil memanggil namanya agar gadis itu segera bergabung dengan mereka. Frisca juga sama menyebalkannya dengan memanggil nama Aalisha terus bahkan dia berkata, "cepat Dek, awas nabrak orang, nanti makanannya tumpah."

Bagi manusia, penting jika eksistensi dirinya disadari oleh manusia lain, terlebih dianggap berharga dan disayangi serta mendapatkan cinta yang tulus dari manusia lain. Namun, teruntuk Aalisha, semua itu hanyalah beban berangsur menjadi kutukan yang hanya akan menyakitinya. Setiap dia merasa bahagia, semua itu selalu direnggut, setiap ia menemukan alasan untuk bahagia, selalu saja dihancurkan, seolah tak diizinkan ia merasa bahagia bahkan sekadar dipeluk oleh seseorang yang ia sayangi. Jadi dia lelah berharap mendapatkan kebahagiaan, lebih baik sekalian saja dibinasakan dengan tangannya sendiri.

Kini Aalisha tersenyum tipis, melangkah menuju teman-temannya. Dia tersenyum bukan karena merasa bahagia, tetapi tak sabar melihat hasil akhir dari taruhannya dengan Arthur. Ya, Aalisha lah yang akan menang karena dirinya tidak pernah kalah.

Aalisha akan buktikan pada Arthur jika pada akhirnya, mereka akan membuang Aalisha, sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Lama sekali kau, kupikir kau tersesat atau diculik karena tak ditemani," sahut Gilbert.

Aalisha tidak menyahut dan menaruh makanan serta minumannya di atas meja. Dia hanya perlu mengabaikan Gilbert dengan semua perkataan tak bergunanya. Pantas saja keturunan baron Ronald itu takkan bisa menjadi bangsawan tingkat tinggi, tentu karena sifatnya yang sangat menyebalkan.

"Gilbert diamlah sebelum kusumpal mulutmu dengan roti ini," sahut Anila.

"Baiklah, baiklah, maafkan aku." Gilbert lalu beralih pada Mylo yang sedang fokus membaca komik yang ada di surat kabar. Komik itu berisi satire pada kaum bangsawan.

"Kuenya enak? Mau suapi aku?" ucap Anila dengan senyuman lembut pada Aalisha.

Aalisha melirik tajam sesaat. "Tidak." Dia mulai memakan kuenya, jawaban Aalisha membuat Anila sedih.

"Atau aku yang suapi kamu?" imbuh Anila.

"Tidak."

"Baiklah," ujar Anila sedikit memutar bola matanya lalu membulat lebar karena kesal melihat Frisca yang menertawakannya.

Sekitar kantin pohon ini sudah sangat ramai. Keramaian semakin melalang buana bersamaan kehebohan segerombolan murid asrama Gwenaelle yang berdatangan, mereka sangat aneh karena ada yang membawa drum lalu mereka tabuhkan, ada juga yang membawa bendera dengan lambang Gwenaelle di sana. Mereka juga mengenakan sweater dengan ciri khas asrama mereka. Suara mereka terdengar sangat keras dan saling menyahut seperti menyanyikan yel-yel.

Hingga mereka duduk di meja yang memang sudah mereka pesan khusus, suara penuh kebahagiaan itu masih bersenandung. Salah satu murid di sana, mengangkat tangannya lalu merapalkan mantra dan kertas kecil berwarna-warni—dominan silver—atau nama lainnya adalah confetti ditembakkan ke atas kemudian berhamburan di sekeliling anak-anak Gwenaelle yang tertawa penuh kebahagiaan.

Murid-murid di luar gerombolan Gwenaelle itu menatap dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang memperlihatkan ekspresi tak suka, jijik, menganggap jika anak-anak Gwenaelle itu caper dan alay sekali. Ada juga yang memendam rasa benci sehingga hendak menggunakan mantra air agar menyiram mereka semua. Ada pula yang acuh tak acuh, menganggap pemandangan ini sebagai tontonan belaka dan menunggu puncak konfliknya. Semakin banyak tatapan tidak suka ketika salah satu anak Gwenaelle naik ke atas meja kemudian bernyanyi, suaranya cukup hancur, tetapi anak-anak asrama itu tidak mempermasalahkannya, sebaliknya para murid di luar asrama merasa sangat tak senang.

"Hei hentikan suara jelekmu itu," sahut lelaki dengan jubah Faelyn. Dia bernama Rio, wajahnya terlihat sangar dengan rambut blondenya. Kini dia mendekati gerombolan asrama Gwenaelle.

Anak Gwenaelle yang bernyanyi itu turun dari meja, hendak melangkah ke depan, tetapi anak lain menghentikan lalu lelaki—namanya Gery yang kepalanya ditutupi kupluk dengan lambang asrama Gwenaelle di tengah, akhirnya maju menghadapi lelaki asrama Faelyn itu. "Kenapa kau tak suka? Apakah ada larangan untuk bernyanyi di akademi ini? Bukankah setiap manusia punya HAM serta kebebasan berpendapat?"

Rio berdecak dengan kepalanya mendongak. "Tak semua suka dengan suara cempreng temanmu itu. Bernyanyilah di asramamu jika ingin kebebasan bernyanyi tanpa menjadi bahan omongan murid lain."

"Wah, wah, sudah kuduga jika kau dan antek-antekmu memang suka membicarakan orang lain di belakang. Sungguh tak bermoral. Kurasa kau harus belajar etiket lagi." Gery langsung geleng-geleng kepala.

"Kaulah yang tak bermoral!" balas seorang perempuan dengan rambut hijau. "Tidak kau tahu jika kelakuan asramamu sangat mengganggu. Kau berpikir jika kantin ini milik kalian? Lihatlah, banyak yang tak suka ketika kalian datang bergerombol bak parade murahan."

Beberapa murid langsung menghentikan aktivitas mereka dan menonton perdebatan kedua asrama itu. Ada juga yang sengaja duduk santai sambil menikmati makanan. Murid yang agak jauh dari terjadinya perkelahian, mulai berbisik pada temannya. Ada yang membela asrama Gwenaelle, ada juga yang membela Faelyn karena setuju jika kehadiran asrama itu bak parade yang sangat berisik. Ada juga yang menatap sinis dan wajah mengejek karena memang tak menyukai kedua asrama, dia menganggap bahwa asramanya lah yang unggul.

Murid asal Gwenaelle yang tak mau kalah debat akhirnya berujar, "kurasa yang membuat kalian marah bukan karena kami ke sini dengan kebahagiaan. Oh ayolah, mengapa bisa kalian tak suka kami bahagia? Ups tentu saja karena kami berada di peringkat pertama dalam penilaian asrama. Mengalahkan siapa? Ya, mengalahkan kalian." Kalimat terakhir itu ditekan agar terdengar jelas di setiap gendang telinga murid-murid di kantin itu.

"Jangan sombong hanya karena berhasil di penilaian sementara, masih ada penilaian di akhir semester nanti dan kalian akan berada di posisi akhir," balas Rio penuh amarah, bisa saja saat ini dia menarik pedangnya atau mengucapkan mantra agar membuat anak-anak Gwenaelle itu diam. Sayangnya, ia tak mau berbuat kerusakan apalagi sampai menghancurkan fasilitas Akademi.

"Lihat saja nanti, bukankah penilaian dulu, kami di peringkat pertama maka kami akan tetap berada di peringkat pertama!" balas Gery sambil bersedekap.

"HEI!" teriak murid asrama Drystan. "Kalian pikir hanya kalian? Kami yang tahun ini akan berada di peringkat pertama!"

Salah satu murid asrama Sylvester menutup buku ilmiah yang dia baca, lalu membalas, "dalam mimpimu Drystan, kami yang akan berada di peringkat pertama nanti."

Aalisha dan lainnya hanya bisa menatap perdebatan ini yang semakin banyak penonton serta saling mendukung asrama masing-masing. Aalisha lalu beralih pada teman-temannya.

"Kenapa dengan manusia-manusia bodoh dan tak beradab itu?"

Mylo menyemburkan minuman lalu tersedak. Dia benar-benar tertawa karena perkataan spontan Aalisha. "Kau ini, kenapa lucu sekali sih."

"Aku sedang tidak melawak," balas Aalisha padahal dia sedang serius.

"Perkataanmu itu yang membuat orang tertawa!" balas Frisca.

"Bisa jawab perkataanku? Mengapa mereka bertengkar?"

"Penilaian sementara," sahut Anila, "kau pasti tahu kalau ada poin penilaian asrama yang diberikan para pengajar atau profesor. Nah, setiap akhir semester akan diberitahukan peringkat setiap asrama."

"Artinya mereka sedang bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama. Lalu pada penilaian sementara saat ini, Gwenaelle berada di peringkat pertama. Karena hal inilah, beberapa asrama jadi kesal, terasa panas, mudahnya dibakar api iri dengki." Gilbert menambahkan.

Sudah menjadi hal lumrah akan persaingan sengit di Eidothea terutama persaingan antara asrama. Persaingan selalu terjadi di setiap harinya, sehingga beberapa murid terkadang menunjukkan ketidaksukaan atau sifat saling bermusuhan ketika bertemu murid dari asrama lain. Persaingan akan semakin membara jika ada kegiatan atau suatu pertarungan atau event-event di Eidothea. Biasanya seperti pertarungan terbuka yaitu pertarungan antara murid tanpa memandang angkatan. Perlombaan bola dan peperangan. Serta kegiatan lain yang pihak Eidothea laksakanakan. Dari hal ini bisa terlihat potensi para murid di setiap asrama. Mana yang lebih unggul, punya kekuatan dan bakat, ahli dalam bidang sihir atau seni pedang atau seni bela diri.

Kehadiran kaum bangsawan, keturunan keluarga terpandang, serta murid cerdas dan berbakat di setiap asrama menjadi suatu poin tambahan bagi asrama mereka karena murid-murid itulah yang akan paling disorot serta menjadi kebanggaan masing-masing asrama. Alasan inilah kehadiran Majestic Families di setiap asrama menjadi kebanggaan terbesar karena biasanya yang menjadi pendongkrak kemenangan bagi asrama.

Perhatikan saja asrama Gwenaelle dan Faelyn yang terdapat Majestic Families dan keturunan bangsawan, mereka menjadi tokoh utama dalam asrama mereka; Gwenaelle dengan Athreus dan Nathalia Clodovea sedangkan Faelyn yaitu Eloise dan Nicaise.

Semuanya ketahui jika Athreus dan Nicaise, meskipun keduanya berteman, terlihat sering bekerjasama dalam suatu misi. Namun, kenyataannya mereka tetaplah rival, musuh bebuyutan, dan selalu bersaing dalam segala hal; seni bela diri, pertarungan senjata, teknik sihir, bahkan dalam bidang akademik juga, serta masih banyak lagi terutama jika menjadi perwakilan masing-masing asrama. Selain persaingan di Eidothea, mereka juga memperlihatkan persaingan di luar Eidothea apalagi jika keduanya membawa nama Majestic Families masing-masing, semakin saja persaingan sengit akan berkibar.

Sebenarnya Eloise juga menunjukkan persaingan pada keduanya, tetapi tidak sekental kedua lelaki itu. Namun, berbeda halnya jika Eloise bersaing dengan murid-murid lain terutama pada manusia yang Eloise benci maka gadis Clemence itu tidak akan main-main bahkan dia tak peduli jika lawannya akan menderita. Sedangkan Nathalia tidak terlalu suka bersaing. Meskipun dia berasal dari bangsawan tinggi, dia lebih kalem, tetapi ada beberapa situasi yang terkadang membuatnya menjadi sangat mengerikan.

"Alasan Gwenaelle saat ini berada di posisi pertama karena Athreus Kieran Zalana yang selalu mendapat nilai terbaik bahkan sempurna. Terus kudengar juga kalau Clodovea, maksudnya Nathalia sempat pergi karena ada urusan keluarga lalu desa yang dia kunjungi diserang bandit dan dia berhasil mengalahkan para bandit itu jadi Eidothea memberikan poin atas jasanya," jelas Frisca.

"Bisa gitu ya," ujar Aalisha. Tak ada yang sadar jika ekspresi gadis itu berubah sendu. Lekas Aalisha kembali mengontrolnya ekspresi karena tak mau seorang pun tahu. "Ribet sekali, aku enggan melakukan hal yang ribet seperti itu hanya untuk mendapatkan poin."

"Jelas sih kalau itu kau," balas Anila, "kau adanya buat poin asrama nurun."

"Memang itu tujuanku," sahut Aalisha, "lagian apa untungnya jadi peringkat pertama, kita tidak langsung lulus juga."

Keempatnya terdiam karena pernyataan Aalisha, dia tidak salah dan ada benarnya juga. "Yah mungkin benar, bagiku alasan ini tidak hanya karena ingin berada di peringkat pertama atau menang, tapi tentang kebersamaannya mungkin? Maksudku siapa yang tak mau asramanya berhasil di peringkat pertama."

"Aku setuju dengan Mylo. Aalisha, oh ayolah kau pasti paham, alasan asrama saling bersaing tidak hanya karena ingin peringkat pertama, tapi ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi setiap murid. Aku saja merasa bahagia jika Arevalous berhasil di posisi pertama, masa kau tidak?"

Aalisha tidak menjawab perkataan Gilbert. Jadi dia mengutarakan isi kepalanya lagi. "Baiklah aku paham jadi semua ini tentang salah satu hal yang memenuhi hasrat manusia, benar 'kan?"

Sesaat Gilbert dan Frisca terdiam dengan perkataan Aalisha seolah gadis itu seperti makhluk asing yang hendak memahami makhluk lain bernama manusia. Sialan, kini keduanya jadi bertanya-tanya apakah gadis kecil itu tidak pernah merasakan kesenangan atau keinginan seperti pada saat ini?

"Ya seperti itu, hasrat manusia," balas Mylo cepat.

"Kau benar," timpal Anila, "hasrat manusia lah yang juga membuat mereka semua termasuk kita hendak mencapai kemenangan atau kebahagiaan. Terlebih lagi kita dalam masa pertumbuhan, banyak belajar hal lain jadi jelas jika ada keinginan menang atau bersaing dan hal lainnya." Anila tersenyum tipis pada Aalisha.

Melihat interaksi antara Aalisha dengan Anila dan Mylo, pasti banyak yang berpikir jika gadis kecil itu beruntung karena memiliki teman yang mampu memahami dirinya. Namun, Aalisha tidak berpikir seperti itu, dia tidak menganggap hal ini keberuntungan, berkah, maupun kebaikan. Baginya ini hanyalah sebatas komunikasi dan timbal-balik antara makhluk hidup atau karena kedua manusia itu yang berlebihan pada Aalisha?

Frisca tersenyum kemudian. "Sudah kuduga, kalian bertiga memang aneh."

"Jadi, kira-kira asrama Gwenaelle akan memimpin hingga akhir?" ujar Mylo.

"Entahlah, bisa saja berubah apalagi kuyakin jika Nicaise dan Eloise takkan diam saja," sahut Gilbert.

"Aku penasaran, jika Athreus dan Nicaise bertarung, siapa yang akan menang?" ucap Frisca.

Sejujurnya telinga Aalisha terasa terbakar jika mereka membicarakan ketiga Majestic Families. "Akulah yang menang."

"Ngelawak tuh ada batasannya," sahut Mylo.

"Tapi aku serius," balas Aalisha.

"Kau memang suka berkhayal ya," timpal Gilbert, "kamu saja membuat kapas menjadi lembek dan memantul bukannya sekeras baja."

"Itu artinya aku menciptakan sihir baru." Aalisha menyahut dengan wajah ejekan ditambah kebanggaan lalu dia menyeruput minumannya. "Lagian kalian harus percaya jika aku mampu bersaing dengan mereka."

Keempatnya langsung memberikan tatapan tidak mengenakan atau lebih meremehkan karena berpikir jika perkataan Aalisha takkan tercapai meskipun seribu tahun ia berjuang.

"Ya teruskan imajinasimu itu sampai kauberhasil membuat novel," sahut Mylo.

"Meski seribu tahun pun, kau tak mampu," timpal Anila.

"Dasar tukang berkhayal," imbuh Frisca.

"Ya aku lebih percaya jika kau mampu bersaing, tetapi dalam hal kenekatan dan tentu saja kegilaan," ujar Gilbert.

"Biadab kalian," balas Aalisha.

Anila menggelengkan kepalanya. "Kalau menurutku, Kieran Zalana yang akan menang. Keluarga itu ahli dalam seni pedang dan juga mantra. Bahkan mereka mampu mengalahkan De Lune dalam teknik berpedang. Yah, meskipun kita tak tahu bagaimana kekuatan sepenuhnya Athreus dan Nicaise, jadi masih ada kemungkinan lain."

"Ya, tuan Kieran Zalana tidak hanya kuat, tetapi cerdas, hampir sempurna, yah sama seperti tuan Von Havardur. Terus poin tambahan mereka adalah ketampanan bak tokoh di dongeng fantasi." Frisca paling semangat jika sudah membicarakan ketampanan paripurna para lelaki terutama garis bangsawan.

Aalisha hendak muntah karena mendengar perkataan Frisca. "Mereka dari Majestic Families sangatlah kuat, tapi akhlak mereka jelek sekali."

Sontak Aalisha mendapatkan satu jitakan dari Anila. "Jangan sembarang berujar, kau mau mereka mendengarmu lalu mereka berbuat macam-macam!"

"Tidakkah kau butuh kaca? Akhlakmu juga minus," balas Gilbert terhadap perkataan Aalisha.

"Aku tak pernah bilang kalau akhlakku bagus," sahut Aalisha tersenyum tipis. "Namun, akhlak mereka jauuuuhh lebih minus dariku, terutama Kieran Zalana bajingan itu."

Majestic Families yang berada di tataran Secondary Majestic Families adalah Kieran Zalana. Berada di secondary ini, Kieran Zalana menempati peringkat di atas Von Havardur dan Clemence sehingga jika diurutkan berdasarkan Secondary Majestic Families maka urutannya adalah Kieran Zalana, Von Havardur, Clemence, Adrastus, dan terakhir Nerezza.

Keluarga ini menjadi keluarga yang aktif dalam bidang militer, tetapi jarang ikut campur dalam permasalahan pemerintahan terutama masalah yang terjadi di kerajaan maupun kekaisaran. Kieran Zalana dikenal sebagai ahli bela diri serta seni menggunakan senjata. Senjata Magis yang kini digunakan makhluk hidup di Athinelon adalah ciptaan serta perkembangan yang dilakukan oleh Kieran Zalana. Hal ini terinspirasi atau ide pembuatan senjata magis berasal dari kemampuan mistis mereka.

Keluarga ini memiliki kemampuan mistis berupa menciptakan berbagai macam senjata. Penciptaan senjata mereka semudah membalikkan telapak tangan. Hanya dengan mereka membayangkan atau memikirkan senjata tipe apa yang hendak mereka gunakan; pedang, tombak, dual-blade, claymore, samurai, panah, dan lainnya maka senjata itu akan tercipta melalui neith atau pentagram sihir. Kekuatan senjata ini tergantung seberapa kuat penciptanya. Meskipun terlihat sangat kuat, kenyataannya tetap ada batasan karena menggunakan kemampuan mistis juga memerlukan tenaga atau neith yang besar.

Sehingga penciptaan senjata mereka sebanding dengan neith yang mereka miliki dan kendalikan. Artinya, jika neith yang mereka kendalikan begitu besar maka senjata ciptaan mereka mampu dalam jumlah yang banyak serta kekuatan senjata juga sangat besar. Namun, jika neith atau kekuatan mereka sudah mencapai batasnya maka senjata ciptaan mereka akan perlahan-lahan menghilang.

Dari memahami konsep kekuatan Kieran Zalana. Maka pada zaman leluhur Majestic Families, mereka menciptakan senjata magis melalui peleburan material yang tersedia di alam serta neith yang dipadatkan.

Keluarga ini juga dikenal dengan sebutan Si Genius dalam Pertarungan. Hal ini karena keahlian lainnya adalah mereka mampu membaca gerakan musuh terutama dalam pertarungan jarak dekat. Atas hal inilah, mereka begitu berbakat dalam menggunakan senjata. Dahulu, beberapa Majestic Families pernah bertarung melawan Kieran Zalana. Kebanyakan hasilnya kalah jika pertarungan itu hanya menggunakan seni beladiri dan senjata tanpa adanya sihir.

Atas inilah, banyak makhluk hidup yang tidak heran jika garis keturunan Kieran Zalana memiliki lebih dari 10 senjata magis karena mereka memang dijuluki juga sebagai gudang senjata berjalan.

Majestic Family, Kieran Zalana menjadi keluarga yang wilayah kekuasaan mereka termasuk banyak dibandingkan Majestic Families lain. Selain itu, mereka merupakan pemilik militer paling banyak di antara Majestic Families sehingga banyaknya militer yang mereka miliki hingga tahun ini berada di peringkat pertama kemudian disusul Drazhan Veles. Kieran Zalan menjadi keluarga yang tergila-gila untuk terus meningkatkan jumlah militer mereka bahkan ada rumor juga, jika militer mereka lebih banyak dibanding militer milik Kekaisaran ini, Ekreadel.

Kemudian tersebar desas-desus juga kalau Keluarga ini tidak hanya menambah pasukannya dari pihak manusia, tetapi mereka hendak menciptakan entitas lain di luar manusia sehingga tidak bisa sakit, tidak memiliki perasaan, tidak bisa lapar, serta hanya memiliki tujuan untuk bertarung dan menuruti perintah pemimpin mereka.

"Keluarga yang gila. Pantas saja keturunannya begitu," gumam Aalisha.

"Pernah kudengar rumor, kalau Kemampuan Mistis Kieran Zalana ada lagi, tapi mereka sembunyikan dari khalayak umum," ujar Mylo.

"Tidak heran, para Majestic Families pasti menyembunyikan banyak hal. Salah satunya menyembunyikan kekuatan mereka yah karena bisa sebagai antisipasi. Bayangkan saja kalau mereka membeberkan semua kekuatan mereka, musuh-musuh terutama bangsa Iblis akan mencari cara untuk melawan." Anila agak kesal, suaranya sedikit teredam karena kehebohan di belakang sana yang masih memperdebatkan asrama mana yang paling unggul.

"Seperti Drazhan Veles, mereka mencari cara agar mata mereka tak berubah warna jika menggunakan kekuatan mata dewa mereka," sahut Frisca lalu matanya berbinar-binar ketika menangkap kakak tingkat yang sangat tampan dari asrama Sylvester.

"Sudah jelas," imbuh Anila, "keluarga sadis itu suka bereksperimen dan mencari segala cara agar bisa bersaing dengan keluarga lainnya."

Mylo langsung berujar, "bagaimana dengan Majestic Families Ache—"

"Oh ya!!" Aalisha menginterupsi, "baru aku ingat, asrama kita di peringkat berapa?"

Keempatnya kembali menatap pada Aalisha seolah perkataan gadis kecil itu adalah hal tabu. "Lima," ujar Anila.

"Peringkat terakhir," ucap Mylo.

"Paling bawah," sahut Frisca.

"Peringkat atas dipegang oleh Gwenaelle, lalu Faelyn, Drystan, Sylvester, dan terakhir Arevalous," tambah Gilbert.

Pantas saja manusia-manusia di depan Aalisha ini menunjukkan ekspresi kecewa jika membahas peringkat asrama. Ternyata Arevalous— "Ah ... begitu ya."

"Kau pasti mengatakan hal lain di dalam hatimu," sahut Mylo.

"Kok tahu?"

"Kelihatan dari raut wajahmu, jadi sebenarnya kau mau bilang apa?" ucap Mylo.

"Arevalous payah, tidak becus, sangat tidak berguna."

"Bajingan," kutuk Mylo.

"Sialan kau," balas Gilbert.

"Ingin jadinya balik nih meja terus kulempar ke wajahmu," sahut Frisca jadi ikutan darah tinggi mendengar perkataan Aalisha.

"Kau sebenarnya mendukung asrama sendiri atau tidak sih?" ucap Gilbert harus berpikir ulang akan sifat unik Aalisha yang bisa dia masukkan kategori sebagai spesies langka.

"Bercanda, bercanda. Lagian kenapa kita di bawah? Terlalu banyak pelanggaran?"

"Salah satunya karena kau," sahut Anila tiba-tiba.

"Ha ha, lucu sekali Nona Andromeda." Aalisha tidak menyangka jika Anila menyahutnya begitu.

"Arevalous sejak dulu memang tidak mau terlalu terlibat dengan perseteruan antar asrama, itulah yang kedua kakakku katakan. Ketika asrama lain saling bersaing sengit, asrama kita tenang dan adem-anyem. Namun, kita tetap bersaing, sayangnya tidak se-ambis asrama lain," jelas Mylo.

"Aku paham," balas Aalisha, "artinya ketika asrama lain jadi sangat gila, kita masih waras 'kan?"

Anila dan lainnya berusaha menahan tawa karena perkataan spontan Aalisha lagi. "Ya, mudahnya begitu."

Frisca menyahut setelah menatap Gilbert yang kini berfokus pada surat kabar Lè Ephraim. "Meskipun begitu Arevalous tidak bisa dianggap remeh, kita juga pernah berada di peringkat pertama berkat kerjasama antara semua murid."

"Alasannya?" sahut Aalisha.

"Kalau alasannya—"

"INI DIA!" teriak Gilbert, "OH JAGAD DEWA, INI YANG HENDAK KUCERITAKAN."

Frisca terkejut karena Gilbert tiba-tiba menggebrak mejanya lalu bergeser, semakin dekat dengan Mylo hingga bahunya mentok di bahu Mylo. Dibukanya surat kabar Lè Ephraim tersebut sambil berujar, "hei mendekatlah, aku hendak membicarakan ini sejak tadi, tapi lupa, ini berita baru yang tersebar di kalangan bangsawan bahkan masyarakat biasa."

Mereka pun perlahan berangsur mendekati Gilbert agar bisa melihat apa yang hendak lelaki itu tunjukkan di surat kabar, begitu juga Aalisha, sebenarnya dia terpaksa padahal dia ingin sekali pergi dari sini karena kehebohan kakak tingkat yang semakin menjadi.

"Judul beritanya, Apakah Anak Disembunyikan Oleh Kekaisaran akan Terungkap? Kalau kalian membaca surat kabar sebelumnya—uhm sekitar lima bulan lalu, intinya sebelum kita masuk Eidothea, kalian akan paham apa yang dimaksudkan berita ini. Jadi ini tentang anak dari Kaisar yang identitasnya disembunyikan." Gilbert meskipun sudah berujar lebih nyaring, tetap saja suaranya kalah dengan teriakan para massa di sana. Untung saja teman-temannya ini paham.

"Aku tahu, pihak keluargaku pernah membahas ini," balas Anila.

"Ahh, yang rumornya, si anak kedua itu perempuan 'kan?" imbuh Frisca.

"Ya," tambah Mylo, "tuan putri kekaisaran yang disembunyikan."

Kekaisaran Ekreadel dipimpin oleh Kaisar bernama Eldritch Zelroth Wilhelmina La Vortigern, Sang Kaisar memiliki dua anak. Anak pertama mereka sudah diketahui identitasnya sejak lama sebagai seorang laki-laki, serta menjadi Putra Mahkota Ekreadel. Sedangkan anak kedua yang tidak diketahui identitasnya, sama sekali, bahkan jenis kelaminnya saja tak ada yang tahu; rumornya adalah perempuan.

Parahnya juga, masyarakat kekaisaran tak tahu bahwa permaisuri hamil anak kedua. Hal ini karena permaisuri memang jarang keluar dan lebih memilih menghabiskan waktu di istana. Selama pesta-pesta bangsawan kerajaan atau kekaisaran, Kaisar hanya hadir bersama dengan putra mahkota, jikalau ditanya mengapa permaisuri tidak hadir, kaisar hanya menjawab jika istrinya sedang tidak enak badan sehingga tidak bisa menghadiri acara-acara bangsawan untuk saat ini. Maka masyarakat pun percaya.

Hingga kehebohan tersebar, melalang buana ketika ada desas-desus yang mengabarkan kalau Kaisar memiliki anak kedua. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang meminta kebenaran langsung dari sang Kaisar akan desas-desus ini karena mereka tak mau menghakimi tanpa tahu kepastiannya.

Akhirnya Kaisar pun memberi tahu kebenaran bahwa anak keduanya memang sudah lahir, dia sengaja tidak mengungkap identitas anak keduanya ini demi keselamatan dan melindunginya, setidaknya ketika ia masih anak-anak. Alasan paling utama disembunyikan identitas ini karena mencegah anaknya menjadi incaran dari bangsa iblis atau organisasi penjahat, terutama Phantom Vendettasius. Terlebih lagi, putra mahkota saat ini saja sudah tidak terhitung berapa kali diincar organisasi kriminal. Meskipun disembunyikan identitasnya, Kaisar berjanji akan mengungkapkan identitas anak keduanya, ketika sudah berumur lebih tua atau sebelum acara Pendewasaan yang biasanya di umur 17 tahun.

Maka masyarakat dan seluruh media massa heboh pada waktu itu, banyak yang membicarakan dari mulut ke mulut, gosip ada di mana-mana, topik yang banyak dibahas dalam acara salon atau pesta bangsawan adalah mengenai anak kedua kaisar. Itulah awal berita mengenai anak kedua kaisar, berita ini sekitar 12 tahun lalu.

Hingga perlahan, semua kehebohan itu mereda, menjadi tenang dan tidak ada yang mempermasalahkannya. Seolah mereka hendak menunggu kebenaran langsung diungkapkan kaisar. Akan tetapi, semakin tahun bertambah, hingga tepatnya 12 tahun berlalu, tak kunjung juga identitas sang anak kedua diungkapkan.

Kemudian sekitar lima bulan lalu, sebelum penerimaan para murid atau tahun ajaran baru. Masalah identitas anak kedua kembali terangkat ke permukaan karena tidak juga diungkapkan identitas anak kedua itu. Masyarakat mulai memberikan berbagai asumsi-asumsi dimulai dari asumsi positif hingga negatif bahkan mereka yang benci terhadap kekaisaran, tidak segan menyebarkan rumor tidak baik hingga jatuhnya penghinaan terhadap keluarga kekaisaran.

"Dia benar-benar disembunyikan oleh pihak Kekaisaran. Banyak media yang selalu berusaha mengungkapkan siapa identitas anak kedua kaisar, tetapi tak kunjung ditemukan jawabannya. Hal ini membuat beberapa kaum bangsawan maupun masyarakat merasa kesal karena Kaisar menyembunyikan anak keduanya bahkan lima bulan lalu sampai terdengar rumor jika anak kedua ini sebenarnya berasal dari hubungan gelap, Kaisar dengan wanita lain."

Gilbert membacakan setiap kalimat dari surat kabar tersebut, pembicaraan ini semakin intens. Mereka menjadi tegang. Lagi pula siapa yang takkan tertarik dengan gosip ini? Apalagi membahas Keluarga Kekaisaran yang telah menjadi penopang dari kekaisaran Ekreadel ini. Di luar sana, dari kalangan bangsawan hingga masyarakatnya proletar terus membicarakan anak kedua kaisar.

Hanya saja, di antara ribuan manusia di dunia, pasti ada yang tak memiliki ketertarikan membicarakan gosip atau sejak awal ia enggan untuk mendengarkannya? Ya, itulah Aalisha yang bahkan tak tersirat sedikit pun rasa penasaran di manik mata hitamnya. Ia malah berdiri dari kursinya kemudian bermaksud membeli minuman lagi dan teman-teman mengizinkannya lalu mereka kembali bercerita.

"Rumor hubungan gelap ini banyak dipercaya apalagi semua tahu jika permaisuri sering tidak hadir di acara besar bersama Kaisar, maka masyarakat berasumsi jika permaisuri sebenarnya tidak sakit, tapi patah hati akibat kaisar berselingkuh." Anila berujar, "dan permaisuri sengaja diam saja, menyembunyikan fakta bahwa kaisar berselingkuh karena hendak melindungi martabat dari keluarga kekaisaran."

Frisca menimpali, "lalu, masyarakat di wilayah Ekreadel, jadi membicarakan permaisuri yang dianggap tidak becus menjaga kaisar. Meskipun latar belakang permaisuri sebagai salah satu keturunan dari Majestic Families, tetapi ketidakbecusannya sebagai istri membuat kaisar berselingkuh. Bahkan para oknum ini, sempat menghina Majestic Families itu juga."

"Benar-benar gila, tetapi rumor itu langsung dibantah 'kan? Semua itu hanyalah berita palsu dari oknum membenci keluarga kekaisaran, terus yang menjadi penyebar gosip itu langsung ...." Suara Mylo jadi pelan.

"Iya, dua hari setelah rumor itu. Para penyebar gosip langsung ditiadakan dengan artian dibunuh, tetapi hal ini tidak dilakukan oleh pihak Kekaisaran. Melainkan pihak Majestic Families, Achelois." Anila menatap teman-temannya. "Meskipun Achelois termasuk netral dalam masalah politik atau apa pun yang berkaitan dengan Kekaisaran sama seperti Majestic Families lain, tetapi karena keluarga Achelois juga ikutan disinggung dengan rumor omong kosong yang membuat nama mereka terhina. Mereka akhirnya turun tangan bahkan berhasil menangkap semua penyebar gosip. Yah, kurasa mereka melakukan ini juga karena permaisuri punya darah Achelois meskipun dari keluarga cabang."

"Apalagi permaisuri dianggap adik kandung oleh kepala keluarga Achelois," timpal Mylo.

"Berbicara mengenai mereka, kurasa Achelois menjadi Majestic Families paling waras," sahut Gilbert dengan nada rendah.

Majestic Families yang berada di tingkatan First Majestic Families artinya bersama dengan De Lune dan Drazhan Veles adalah Achelois. Dalam tataran Majestic Families, Achelois berada di bawah De Lune dan di atas Drazhan Veles sehingga berada di peringkat kedua.

Di Athinelon, ada aturan istimewa bagi para Majestic Families bahwa mereka bisa naik ke tahta kekaisaran dengan cara menikahi garis keturunan kekaisaran, Wilhelmina La Vortigern.

Jika keturunan Majestic Families yang menikahi keluarga Kekaisaran adalah laki-laki, maka akan menyandang gelar Kaisar dan menggantikan kaisar sebelumnya. Sedangkan kalau perempuan menikahi kaisar akan menjadi permaisuri. Namun, seorang Majestic Families yang menjadi Keluarga kekaisaran atau La Vortigern haruslah rela membuang nama Majestic Families mereka yang dianggap suci.

Kaisar Ekreadel saat ini tetaplah keturunan utama Wilhelmina La Vortigern, tetapi istrinya atau sang permaisuri adalah keturunan cabang dari keluarga Achelois.

Kepala Keluarga Achelois saat ini tidak memiliki saudara. Namun, semasa kecilnya ketika dia bersekolah, dia begitu akrab dengan sepupunya yang berasal dari keluarga cabang Achelois yaitu seorang perempuan yang kini dikenal sebagai permaisuri kekaisaran Ekreadel—Laveena Wilhelmina La Vortigern.

Kepala Keluarga Achelois sangat menyayangi adik sepupunya itu yang bahkan dianggap sebagai saudari kandungan. Mereka menghabiskan waktu hingga beranjak dewasa. Ketika sudah mencapai umur yang cukup untuk menikah, Laveena tidak disangka-sangka dilamar oleh calon kaisar yaitu Eldritch. Akhirnya Laveena memutuskan untuk menikah dan melepaskan nama Achelois dan berganti menjadi La Vortigern.

Meskipun sudah bukan lagi bagian dari Majestic Families Achelois, Kepala Keluarga Achelois hingga saat ini masih menyayangi dan menganggap Laveena seperti adik kandungnya.

Awalnya pihak Achelois sama sekali tidak peduli ketika ada kabar jika anak kedua kaisar lahir tanpa ada yang tahu serta indentitasnya dirahasiakan, karena hal ini sebenarnya sudah lumrah. Lumrah jika keluarga bangsawan dan bagi Majestic Families merahasiakan identitas anak-anaknya demi melindungi keturunan mereka. Namun, rumor semakin menjadi-jadi hingga terdengar rumor kalau anak kedua berasal dari perselingkuhan Kaisar dengan wanita lain.

Parahnya, Laveena sempat dihina sebagai istri yang tidak becus menjaga keluarganya, lalu rumor semakin diperparah jika wanita yang menjadi selingkuhan kaisar ini dikabarkan berasal dari Majestic Families Achelois keluarga cabang juga. Dikarenakan hal ini, kepala keluarga Achelois yang sebenarnya tak mau peduli pada politik sepele kekaisaran akhirnya turun tangan dan membereskan rumor ini dengan mudahnya.

Setelah turun tangan pihak Achelois, tidak lagi ada desas-desus perselingkuhan kaisar serta anak kedua bukanlah anak haram hasil perselingkuhan.

Gilbert akhirnya berujar, "lalu akhir-akhir ini semakin gencar media surat kabar mencari kebenaran akan anak kedua kaisar. Hingga sekitar seminggu lalu, Kaisar kita, Yang Mulia Eldritch Zelroth mengungkapkan jika anak keduanya yang tidak diketahui identitasnya itu sedang menjalani kehidupan sekolahnya, artinya kita seumuran dengan anak kedua itu." Gilbert menjelaskan.

Frisca menyambung, "berarti anak kedua ini bersekolah tanpa ada yang tahu jika dia adalah anak kedua Kaisar. Lalu tak ada yang tahu di mana anak kedua itu bersekolah, hanya keluarga kekaisaran saja yang tahu."

"Terus banyak yang berasumsi jika anak kedua ini mendapat dukungan secara diam-diam dari keluarga Achelois jadi karenanya sulit sekali mengungkapkan identitas aslinya," sambung Anila.

"Hell!!" teriak Mylo, "anak kedua itu tak diketahui identitasnya 'kan? Berarti bisa laki-laki atau perempuan, lalu karena tak ada yang tahu dia bersekolah di mana artinya setiap sekolah di Athinelon punya peluang."

"Mylo benar. Entah peluang besar atau kecil, tetapi pastinya setiap sekolah di Kekaisaran ini, salah satunya ada yang ditempati oleh anak kedua kaisar. Terutama ...." Anila menggantung perkataannya. Dia hening, telah terlintas pemikiran gila di otaknya.

Frisca langsung berujar, "sekolah-sekolah ternama. Ya, sudah pasti sekolah atau Akademi terbaik di dunia ini! Meskipun identitasnya disembunyikan, mustahil jika Kaisar tidak menempatkan anaknya itu di sekolah terbaik dan punya fasilitas lengkap. Dan sekolah terbaik, ternama, termasyhur di Athinelon ini, salah satunya adalah Eidothea."

"Eidothea punya peluang paling besar untuk menjadi sekolah dari anak kedua kaisar. Bukankah di Eidothea paling banyak mencetak lulusan dari keturunan Majestic Families? Terutama beberapa Kepala Keluarga Majestic Families saat ini juga lulusan Eidothea. Jadi tidak menutup kemungkinan keturunan keluarga kaisar bersekolah di sini," sahut Gilbert.

"Aku tidak tahu Kepala Keluarga Majestic Families mana saja yang lulusan Eidothea, karena kabar ini katanya dirahasiakan jadi hanya asumsi-asumsi saja dari masyarakat, tetapi yang paling pasti hanyalah Kepala Keluarga De Lune. Terus hal ini semakin diperkuat ketika Aldrich De Lune masuk Eidothea. Kalau anak kedua di Eidothea, bukankah jarak dari Kekaisaran ke wilayah Eidothea sangat jauh? Bisa memakan waktu sampai sebulan lebih untuk melakukan perjalanan dari ke Eidothea," timpal Anila agak pesimis.

Kemudian Mylo menyambung pembicaraan. "Namun, itu tidak menutup kemungkinan jika Kaisar diam-diam menyekolahkan anaknya di sini. Banyak cara untuk bepergian dengan singkat, teleportasi atau distorsi ruang atau bahkan menggunakan kastil terapung. Lalu dari desas-desus juga, banyak yang percaya jika anak kedua itu adalah perempuan karenanya sangat dijaga dan dilindungi."

"Sialan, anak kedua itu selain punya darah bangsawan murni dan kekaisaran, punya darah Achelois juga meski tidak berasal dari keturunan utama. Berarti harusnya dia punya sifat seperti Majestic Families 'kan?" Gilbert menimpali.

"Itu artinya dia punya sifat sombong, sangat sombong," sambung Mylo.

"Nekat," sahut Frisca, "terus pemberani bahkan tidak punya rasa takut."

Anila berujar cepat. "Lalu paling penting karena anak kedua itu disembunyikan identitasnya berarti dia tidak mungkin menyebutkan nama keluarga atau nama marganya pada siapa pun ...." Gadis itu terdiam kemudian.

Mylo berujar dengan semua pemikiran gila di dalam kepalanya. "Dikarenakan hal itu, dia hanya punya dua pilihan, pertama pakai marga palsu, tapi kalau marga palsu pasti bisa dilacak. Zaman sekarang banyak marga bangsawan yang dicari asal-usul kebenarannya. Karena hal ini, maka harusnya dia menggunakan pilihan kedua yaitu tak menyebutkan nama marganya atau menyamar jadi rakyat biasa."

"Dan ...." Gilbert berujar, "di sekolah ini, di angkatan kita, satu-satunya murid yang tak ada nama marganya hanyalah ...." Gilbert lalu celingak-celinguk. Ternyata gadis kecil itu tidak ada di sini.

Mereka berempat terdiam dengan aura ketakutan serta ketidakpercayaan menyelubungi, meskipun perkataan Gilbert tidak dilanjutkan, tetapi yang lain paham apa yang hendak lelaki itu katakan. Jawaban siapa anak kedua itu tertanam di benak mereka masing-masing.

Tidak mungkin dia 'kan?

"Aku tahu diam kalian karena kita punya pemikiran yang sama," ujar Anila, "tapi ini sungguh gila, sejak awal identitasnya aneh. Dia punya banyak buku sastra, pakaiannya saja bagus, tidak seperti masyarakat proletar. Sejak awal dia tidak pernah takut pada bangsawan, bahkan Majestic Families sekali pun. Maksudku dari mana dia mendapatkan keberanian itu, padahal mudah bagi para bangsawan dan Majestic Families jika membunuh dia, tapi dia sama sekali tidak takut."

Mylo menyahut, "mungkin keberanian yang dia punya karena dia tidak takut diancam. Mudahnya, dia punya dukungan besar karenanya dia tidak takut, lalu dukungan itu bisa saja dari kekaisaran dan Majestic Families Achelois."

Mereka semua terdiam membisu, saling berusaha mengenyahkan pemikiran gila mereka, tetapi tidak bisa karena semua ini ibarat potongan puzzle yang saling menyambungkan.

Gilbert berujar, "gila, itu berarti---"

Sekonyong-konyong mereka berempat terkejut bukan main ketika satu gelas minuman yang penuh isinya sengaja dientakkan keras ke atas meja hingga sedikit isinya tumpah. Lalu suara yang sangat mereka kenal, terdengar begitu mengerikan.

"Wah, wah, kurasa kalian sudah menyambungkan setiap benang merahnya."

Perlahan mereka menatap pada gadis kecil dengan rambut hitam, ya itu adalah Aalisha yang kini menyeringai begitu jahat dan mengerikan. Seolah gadis itu benci sekali karena dirinya dibicarakan serta siap untuk memenggal kepala siapa pun yang menjadi penyebar rumor akan dirinya.

"Kalian pasti merasa senang karena membicarakan tentang diriku. Berani sekali kalian. Dasar makhluk-makhluk rendahan."

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

Tamat.

.

.

.

.

.

Enggak deh, bercanda:) Maksudnya hiatus selama seribu tahun.

Bercanda lagi, he he.

Gue gantung aja kali ya, kalian semua?

Prins Llumière

Sabtu, 10 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top