Chapter 34
Follow akun gue guys, biar enak gue kasih kabar dan ngobrol di wall wattpad gue!!
Semua murid kini berkumpul di lapangan sebelah utara yang tidak jauh dari posisi mereka ada istal atau kandang peristirahatan para kuda. Kuda-kuda inilah yang biasanya digunakan untuk pelatihan menunggangi kuda, ya, kelas hari ini adalah mempelajari cara menunggangi kuda. Bagi setiap manusia, menunggangi kuda adalah hal dasar yang harus bisa dilakukan, terutama mereka yang bersekolah di akademi Eidothea.
Mampu menunggangi dan mengendalikan kuda akan sangat bermanfaat karena dapat membantu dalam melakukan banyak aktivitas, terutama ketika menjalankan misi dan berada di ekspedisi militer. Bayangkan saja ketika melakukan perjalanan jauh, tetapi tidak mampu menunggangi kuda, mustahil terus-menerus menaiki sapu terbang karena hal itu tidak efektif apalagi menggunakan sapu terbang memerlukan neith, lagi pula siapa yang mau melakukan perjalanan ekspedisi militer dengan sapu terbang? Mustahil jugakan menempuh perjalanan ribuan kilometer dengan jalan kaki. Jangan pernah berpikir menaiki kereta kuda ketika ekspedisi militer, adanya kereta akan tersangkutnya ketika melewati jalan yang berbatu-batu atau berlumpur. Atas hal inilah, perlu adanya pelatihannya menunggangi kuda di akademi Eidothea.
Selain itu di zaman sekarang entah dari kalangan bawah atau bangsawan, sudah banyak yang diberi pelatihan ini karena sudah dianggap kewajiban sama halnya dengan memiliki cyubes dan invinirium.
"Maaf atas keterlambatannya, karena ada beberapa hal yang harus kuurus seperti ada Bobynolous yang sakit jadi harus dipanggil dokter dari luar akademi," jelas tuan Howard.
"Apa Anda tidak takut dengan binatang itu?" tanya seorang murid yang teringat kejadian tempo lalu ketika Bobynolous mengamuk dan hampir menghantam wajahnya.
"Dia binatang baik dan ramah, kalian tak perlu takut, nanti pelajaran tentang binatang magis akan kukenalkan secara langsung pada kalian." Tuan Howard merasa bangga bisa memperkenalkan binatang magis di akademi ini padahal para muridnya masih menyimpan trauma yang dalam.
"Ramah katanya," bisik Mylo pada Aalisha dan Anila, "padahal tembok dihancurkan dalam sekali pukul."
Anila tak menanggapi perkataan Mylo, tetapi menatap Aalisha yang berdiri di depan Mylo, wajah gadis itu sedikit pucat. "Kau tak apa? Harusnya izin saja, kau terlihat sakit," ujar Anila.
Aalisha menoleh sebentar. Inilah yang dia benci dari Anila. Sifat gadis itu terlalu mengkhawatirkan Aalisha padahal jika pun Aalisha tertusuk pedang tajam tepat di jantung, dia akan tetap hadir di kelas. "Aku tak apa."
"Baiklah jika kau bilang begitu." Sebenarnya setelah kejadian Delilah, lalu Aalisha selesai mengganti seragamnya, gadis itu sempat merasa pusing dan wajahnya pucat bahkan lebih pucat dari yang sekarang. Anila meminta Aalisha agar izin saja, pasti tuan Howard mengizinkan, tetapi Aalisha malah memaksa untuk tetap hadir di kelas karena dia tak mau bolong kelas satu kali pun. Atas keegoisan gadis itu, Anila mau tidak mau menyetujuinya. Maka berakhirlah mereka bertiga di kelas ini dan Aalisha berdiri dengan tegaknya padahal wajahnya masih pucat.
"Tenanglah, dia akan baik-baik saja," ujar Mylo tak bersuara.
"Ya semoga," sahut Anila tak yakin sama sekali dengan perkataan Mylo, tetapi ia berdoa agar kelas hari ini berjalan lancar.
****
Tuan Howard mulai menjelaskan secara singkat tentang cara menunggangi kuda. Sebenarnya dia tidak perlu memberikan materi panjang lebar karena yang paling penting dalam pelajaran ini adalah praktik langsung di lapangan. Namun, beberapa teori dan materi tetaplah harus dijelaskan secara singkat dan jelas, seperti apa saja yang boleh dan dilarang dilakukan pada para kuda, cara bersikap baik pada mereka karena tidak semua kuda mudah akrab dengan manusia. Beberapa kuda juga suka memilih yang artinya tidak semua kuda mau menurut pada manusia tertentu. Bisa saja pada manusia A kuda tersebut memperbolehkan dirinya ditunggangi, tetapi pada manusia B, kudanya menolak sehingga sering sekali orang-orang mencari kuda yang cocok untuk mereka tunggangi.
Selain itu ada jenis kuda liar dan jinak. Kuda liar biasanya terdapat di alam yang sama sekali tak suka diusik bahkan akan melawan jika mereka merasa terancam dengan kehadiran makhluk hidup lain. Sedangkan kuda jinak banyak sekali yang tinggalnya berdekatan dengan manusia, bahkan di pusat kota, beberapa masyarakat memiliki satu atau dua kuda di rumah masing-masing. Beberapa kuda juga dijual dengan harga yang bervariasi tergantung dengan jenisnya.
Kemudian ada banyak cara untuk membuat kuda tunduk seperti menggunakan pecut dan cemeti. Namun, cara ini dilarang oleh beberapa pihak termasuk pihak akademi karena menggunakan pecut dan alat lainnya dianggap menyakiti para kuda jadi pihak Akademi memiliki cara lain untuk membuat kuda tenang atau jinak. Biasanya dengan mendekati kuda tersebut layaknya teman bukan mencari musuh apalagi mangsa karena biasanya para kuda punya naluri yang dapat mengetahui apakah makhluk hidup di dekatnya membuatnya terancam atau tidak. Cara lain dengan memberikan makanan seperti buah apel atau menjinakkan mereka dengan sihir. Sihir yang digunakan pun bukan sihir asal-asalan karena para kuda bukanlah monster yang ditundukan untuk dibunuh, tetapi untuk dijadikan teman.
"Di dunia ini ada manusia tertentu yang mudah disukai para kuda, biasanya karena manusia itu tidak memancarkan aura yang membuat mereka terancam jadi para kuda mudah akrab dan bersikap jinak pada mereka. Lalu kalau ada kuda yang langsung bertindak agresif maka kita sebisa mungkin untuk tidak menunjukan perlawanan pada kuda tersebut, jika tidak, mereka akan semakin menganggap kita sebagai ancaman yang berakhir para kuda dapat menyakiti kita.
"Masih beruntung jika kuda tipe biasa yang mengamuk. Kalau kuda jenis binatang magis seperti kuda laut, kuda api, unicorn, atau pegasus akan menjadi masalah besar karena mereka mampu menggunakan sihir."
Beberapa murid menatap tuan Howard dengan mata berbinar-binar karena menyinggung tentang kuda jenis binatang magis. Mereka begitu penasaran dengan kuda jenis unicorn terutama pegasus yang dianggap sebagai makhluk suci.
"Master, apa Anda pernah bertemu dengan pegasus?" tanya Gilbert.
"Pernah saat aku masih muda, tapi hanya sekali. Aku ikut ekspedisi penelitian tentang binatang magis. Jadi ada kabar di wilayah lain yang di mana banyak sekali ditemukan para binatang dan kuda mati akibat eksploitasi dan pencemaran lingkungan, bahkan ditemukan unicorn dalam keadaan sekarat jadi pihak kekaisaran mengirim ekspedisi penelitian binatang magis dan perwakilan keluarga cabang Adrastus untuk menyelidiki masalah itu, maka kami pergi dan aku bertemu dengan pegasus bahkan kuda laut."
"Jadi spesies pegasus masih banyak? Mengapa tak digunakan?" tanya seorang murid lagi.
"Pegasus masih tersebar di dunia, tetapi mereka tidak tinggal berdekatan dengan manusia atau makhluk hidup lain. Mereka lebih senang tinggal di daerah rerumputan dan hutan yang tidak ada pemukiman penduduknya sehingga ada banyak koloni pegasus atau unicorn di sana. Kenapa mereka tidak digunakan layaknya kuda biasa? Tentu saja karena mereka adalah binatang magis yang dilindungi dan tidak boleh digunakan untuk kehidupan atau aktivitas manusia sehari-hari. Bahkan ada undang-undang yang mengatur untuk tidak menggunakan para binatang itu apalagi membunuh dan memperjual belikan mereka. Jika tidak, hukuman kematian yang menunggu para oknum jahat itu.
"Para Majestic Families, Adrastus dan De Lune, mereka dikenal sangat menyayangi binatang sehingga mereka tidak akan segan dan tak mengampuni para oknum yang menggunakan binatang magis untuk keuntungan pribadi apalagi pekerjaan kotor dan ilegal. Jika kalian tahu, ada wilayah yang dibawah kekuasaan keluarga Adrastus, wilayah itu tidak diizinkan dibuat peradaban karena mereka mendedikasikan wilayah itu sebagai tempat tinggal binatang magis terutama koloni pegasus. Wilayah itu juga tidak diketahui sembarang pihak, hal ini untuk mencegah para oknum jahat mencari wilayah tersebut. Atas itulah, kalian tidak perlu heran jika banyak wilayah milik Majestic Families yang masih terjaga alamnya bahkan tak diapa-apakan oleh mereka "
Para Majestic Families meskipun dianggap sebagai manusia yang paling cerdas serta memiliki pemikiran yang beradab dan modern, mereka tidak suka mengeksploitasi alam hanya untuk keuntungan pribadi atau hal-hal tak berguna bahkan demi membangun peradaban baru. Mereka lebih memilih agar pembangunan tidak dilakukan dari pada menghanguskan tempat tinggal para binatang serta tumbuhan. Namun, tetap saja masih banyak oknum terutama yang tidak di bawah kekuasaan kekaisaran yang suka melakukan eksploitasi dan kerusakan alam seenaknya.
Pernah tersebar di surat kabar Lè Ephraim. Di salah satu benua dan suatu wilayah yang tidak berada dibawah kekuasaan kekaisaran Ekreadel terjadi eksploitasi alam sebesar-besarnya dan parahnya terjadi genosida juga di wilayah tersebut.
Pihak kekaisaran yang tahu kabar tersebut sebenarnya tak mau ikut campur karena bukan wilayah kekuasaan Ekreadel, tetapi kabar menyedihkan akibat genosida terus terdengar hingga membuat beberapa kerajaan di bawah Ekreadel merasa bahwa mereka harus turun tangan maka mereka meminta Kekaisaran untuk memberikan perintah.
Awalnya pihak kekaisaran dan beberapa kerajaan melakukan perundingan terlebih dahulu. Namun, belum selesai mereka membuat keputusan, tidak lama terdengar kalau pihak Majestic Families Clemence akan turun tangan bahkan sudah mengirim perwakilan cabang mereka ke wilayah tersebut. Pihak kekaisaran maupun kerajaan tak bisa ikut campur lagi apalagi yang membuat keputusan jika Clemence turun tangan adalah Kepala Keluarga langsung jadi mereka tak mau mencari masalah.
Berselang dua hari setelah itu, dikabarkan jika perwakilan Clemence yang dikirim ke wilayah tersebut berhasil menyelesaikan permasalah di sana bahkan mereka menghanguskan dan membinasakan oknum yang merupakan pihak kerajaan tirani hanya dalam satu malam saja. Mereka juga berhasil menyelamatkan masyarakat di wilayah tersebut.
Kini wilayah itu menjadi kekuasaan keluarga Clemence. Ketika ada yang bertanya apa alasan pihak Clemence mau turun tangan pada masalah yang bisa dikatakan sebagai masalah sepele dan remeh-temeh yang sebenarnya Majestic Families tidak perlu sampai turun tangan, maka perwakilan itu menjawab dengan jawaban yang cukup terdengar konyol.
"Keturunan utama kami, pernah berkunjung ke wilayah itu dan menemukan kastil yang di dalamnya ada air terjun serta kolam air panas dan terdapat binatang magis langka di sana. Dia ingin kastil tersebut maka kami ambil kastil itu beserta wilayahnya. Sesungguhnya kami tak peduli penderitaan masyarakat di sana, kami hanya mengambil, apa yang kami inginkan."
Sudah menjadi hal yang tidak mengherankan jika seorang Majestic Families mengatakan semua itu dengan gamblang dan tak berperasaan. Mereka adalah keluarga yang jarang mau terlibat dengan hal-hal sepele dan sebenarnya bisa diselesaikan oleh pihak kerajaan atau kekaisaran. Namun, berbeda halnya jika ada tujuan tersembunyi yang hendak mereka capai. Maka mereka akan meraih tujuan itu meski harus melakukan cara paling kejam sekali pun.
Itulah yang menjadi perbedaan besar antara Majestic Families dengan makhluk hidup di luar lingkaran mereka. Alasan kenapa mereka begitu dipuja, dihormati, sekaligus ditakuti dunia.
Atas kedigdayaan, kemasyhuran, keagungan yang dimiliki para Majestic Families. Makhluk hidup lain menganggap jika para Majestic Families bukanlah manusia, melainkan entitas lain di luar dari makhluk hidup. Jika Majestic Families sendiri terutama keturunan utama, menganggap diri mereka sebagai tangan kanan Dewa atau inkarnasi dari Para Dewa. Sehingga tidak jarang, terdengar kalimat, "Para Majestic Families tidak bisa disamakan dengan manusia atau makhluk hidup lain."
Bahkan para keturunan Agung itu, sering menamakan manusia di luar Keturunan Majestic Families sebagai Manusia Biasa atau Manusia karena mereka tidak menganggap diri mereka sebagai manusia.
"Lalu bagaimana keadaan masyarakat di sana Master?" tanya Frisca.
"Syukurnya wilayah itu, menjadi wilayah yang damai dan tentram bahkan masyarakat di sana hidup nyaman karena dibawah kekuasaan Clemence, masyarakat itu juga tidak terkekang karena pihak Clemence hanya menyukai kastil yang mereka inginkan," ucap Howard. Aalisha mendengar dengan alis terangkat, lalu menopang dagu sambil menatap pada dua penjaga istal yang datang membawa dua kuda.
"Terima kasih sudah membantuku," ujar tuan Howard.
"Tentu saja Tuan," jawab penjaga tersebut lalu pergi.
Tuan Howard mengelus pelan kepala salah satu kuda lalu tersenyum lebar. Dia membawa kedua kuda tersebut mendekati para murid. Satu kuda berwarna hitam dengan ukuran cukup besar, rambut kuda dan ekornya berwarna kecokelatan sedangkan kuda satunya berwarna cokelat dan ukurannya lebih besar dibandingkan kuda hitam.
"Aku ingin memperkenalkan kalian pada kedua kuda kesayanganku ini, kedua kuda ini juga sering ditunggangi anak-anak untuk latihan. Lalu mereka berjenis kelamin jantan. Si Hitam ini, namanya Jason sedangkan satunya bernama Tinnezs."
Beberapa murid agak menjauh karena kuda itu terlihat begitu besar, mereka merasa terancam seolah bisa saja Jason dan Tinnezs menyerang tiba-tiba seperti kejadian tempo lalu. Meskipun beberapa dari murid di kelas itu sudah pernah bertemu dan menunggangi kuda dengan ayah mereka, tetap saja, mereka harus waspada dengan segala kemungkinan yang ada.
"Jangan takut. Bagaimana kalian bisa menunggangi kuda kalau takut begitu," ujar tuan Howard sambil menggelengkan kepala. "Payah sekali kalian, mereka ini hendak berteman bukan membunuh kalian, jangan pasang wajah takut itu."
"Aku tak takut Master, aku hanya waspada," sahut Killian benci sekali pada kedua kuda yang terlihat begitu buruk. Kemungkinannya mereka adalah kuda murahan, sangat berbeda dengan kuda kualitas tinggi yang dimiliki keluarga Cornelius.
"Benarkah? Dasar pembual kalian, aku tak percaya, kalau berani cepat kemari lalu sentuh kuda ini kalau bisa langsung tunggangi. Ayo cepat, jangan takut," sahut tuan Howard semakin mendekatkan salah satu kuda.
"Bagaimana jika kuda itu bertindak agresif," sahut gadis asrama Sylvester dengan rambut mencapai bahu.
"Oh Dewa, mereka ini jinak, takkan membunuh kalian! Bagaimana bisa kalian menunggangi mereka hari ini kalau ketakutan begitu?"
"Master, apa harus hari ini praktiknya?" ujar Mylo.
"Jadi kalian inginnya kapan? Ketika sudah lulus akademi atau kalian lebih memilih belajar menunggangi naga?"
"Maafkan kami Master," ujar salah seorang murid.
Tuan Howard mengangguk. Dia berpikir jika hari ini para murid setidaknya harus belajar menunggangi kuda dan membawa kuda ini berkeliling sebentar. Namun, sebelum itu, para murid haruslah memberanikan diri dahulu serta membuat para kuda menyukai mereka jika tidak, maka bisa saja kuda-kuda ini membuat para murid terlempar ketika sedang ditunggangi.
"Aku butuh relawan untuk mencoba mendekati kuda ini, jadi ...." Beberapa murid berusaha menghindar dengan menunduk agar wajah mereka tidak kelihatan, ada juga yang berdoa dalam hati agar tak terpilih oleh tuan Howard. "Oh kau saja, gadis dengan jubah Arevalous."
Semua langsung menatap pada gadis yang dimaksud oleh tuan Howard. "Ayo, cepat kemari Nona Andromeda, jangan takut."
Anila melirik ke teman-temannya sebelum berdiri dan membersihkan celananya. Dia sempat bersyukur bukanlah Aalisha yang dipanggil karena gadis itu masih terlihat kacau dan wajahnya pucat, tetapi di sisi lain, Anila agak takut berhadapan dengan kuda. Sebenarnya dia sering ikut ayahnya menunggangi kuda, tetapi pernah kejadian buruk menimpa yang membuatnya jatuh dari kuda dan sedikit membuatnya trauma.
Mylo menatap Anila lalu mengangkat tangannya yang dikepal sebagai tanda untuk menyemangati Anila, begitu juga dengan Frisca dan Gilbert yang juga sama halnya memberi semangat pada Anila. Gadis itu tersenyum simpul lalu menatap pada Aalisha.
"Kau akan baik-baik saja," ujar Aalisha tak begitu bersuara, tetapi satu kalimat itu berhasil membuat Anila tenang. Dia sangat bersyukur memiliki teman yang baik di akademi ini.
"Ayo ke mari," ujar tuan Howard berangsur di belakang Anila lalu perlahan menuntun gadis itu mendekati Jason si kuda hitam.
Jason awalnya sedang memakan rumput kini kepalanya mendongak lalu menatap Anila. Suara embusan napas kuda itu terdengar dengan kakinya yang dia entakan ke tanah.
"Jangan takut, kau hanya perlu pelan-pelan menyentuhnya, dia pasti akan menyukaimu."
Anila mengikuti instruksi tuan Howard jadi perlahan dia menjulurkan tangannya ke depan. Beberapa murid sedikit takut jadi memilih untuk menutup mata mereka. Saat itu Jason masih diam saja dan tak menunjukkan reaksi berlebihan atau terancam hingga tangan Anila menyentuh kulit kuda tersebut. Jason mengembuskan napas kemudian semakin mendekatkan wajahnya ke tangan Anila dan terlihat jika kuda itu begitu senang ketika Anila menyentuhnya. Anila sendiri jadi ikutan tersenyum dan terkekeh karena melihat Jason yang ternyata sama sekali tidak menyeramkan.
"Bagus sekali Andromeda, dia menyukaimu," ujar tuan Howard, "jadi silakan pegang tanganku, aku akan membantumu menaiki kuda ini."
"Sekarang?" tanya Anila.
"Ya, kau akan senang ketika Jason membawamu berkeliling akademi ini nantinya."
"Baiklah Master," ujar Anila meraih tangan tuan Howard lalu dia perlahan memijak stirrup atau sanggurdi yang merupakan pijakan tergantung di kanan dan kiri pelana kuda.
"Bagus sekali, kau berhasil, lihat tidak begitu menyeramkan bukan?" ujar tuan Howard setelah Anila duduk di kuda tersebut dengan tali kudanya yang digenggam erat oleh tuan Howard.
"Ya Master, tidak menakutkan," ujar Anila.
"Baiklah kau di sana saja," ujar Howard pada Anila, "jadi sekarang aku akan mencontohkan cara menunggangi kuda dan membawanya berjalan, setelah itu kalian akan praktik satu---"
"Master, kudanya!" teriak Frisca sontak berdiri dan keluar dari barisan. Seketika juga para murid yang lain ikutan panik dan menjauh dari Aalisha karena kuda cokelat yang kini tepat berada di depan gadis kecil itu padahal Aalisha sedang duduk bersila dan tenangnya memperhatikan penjelasan tuan Howard.
"Aalisha pergi dari sana!" ucap Mylo sudah jauh beberapa sentimeter dari gadis itu.
"Master Howard, Aalisha ...."
Tuan Howard maju dengan tangannya menjulur dan mengangkat satu jarinya sebagai tanda larangan. "Tinnezs jangan, dia itu teman. Jangan sakiti."
Sayangnya Tinnezs tidak menurut, malah semakin mendekati Aalisha hingga benar-benar di samping gadis tersebut. Melihat pemandangan ini, para murid jadi takut, lalu mengapa gadis itu tak segera menjauh dari sana dan hanya diam saja? Tidakkah dia tahu kalau nyawanya bisa terancam hanya dengan kuda itu mengangkat kakinya kemudian dientakan kuat ke wajah Aalisha?
Embusan napas kuda itu terdengar kemudian Tinnezs meringkik sangat keras. Membuat para murid semakin panik dan tuan Howard melepaskan genggamannya dari tali Jason lalu mendekat perlahan ke arah Tinnezs. Semua yang di sana begitu panik, terkecuali Aalisha yang masih duduk bersila di rerumputan seolah dia sama sekali tak takut ataukah sudah pasrah menyerahkan nyawanya kapan saja.
Aalisha yang paham reaksi para murid dan tuan Howard, dia jadi lelah, perlahan menatap tuan Howard kemudian berujar, "aku tak apa, jadi jangan panik."
Jangan panik dari mananya?!! Begitulah jerit setiap murid di dalam hati.
Sepersekian detik setelah kalimat itu. Semua terdiam membisu termasuk tuan Howard ketika melihat Tinnezs si kuda cokelat perlahan menundukkan kepalanya kemudian dia dekatkan ke Aalisha hingga jidat kuda itu menyentuh puncak kepala Aalisha. Gadis itu ikutan terkejut, tetapi dia menjadi tenang kembali dan mampu mengontrol ekspresi wajahnya. Tak lama, suara Tinnezs terdengar begitu senang bahkan senyuman terukir di wajah kuda itu.
"Hei kudanya ngapain? Kupikir akan menanduk Aalisha," ujar Gilbert.
"Oh tenanglah, Tinnezs sepertinya menyukaimu," ujar tuan Howard merasa bahagia sekali karena Tinnezs tidak melakukan hal yang membahayakan kemudian dia langsung akrab begitu saja. Para kuda terkadang langsung merasa nyaman atau tenang pada beberapa manusia sehingga mereka menunjukan keakraban dengan mendekati manusia itu terlebih dahulu.
"Kau lucu sekali," ujar Aalisha menyentuh puncak kepala Tinnezs lalu dielus, kemudian memunculkan invinirium-nya. "Mau buah apel," ujar Aalisha mengeluarkan apel merah dari sana, Tinnezs dengan senang hati memakannya.
"Kurasa itu alasan Tinnezs menyukai Aalisha," bisik Mylo pada yang lain.
"Ya pasti karena itu," balas Gilbert.
"Kurasa gadis itu membawa banyak makanan di dalam invinirium, waktu itu dia membawa roti keju," timpal Frisca.
"Dia juga sering membawa susu cokelat atau buah-buahan," sambung Gilbert.
Tuan Howard menepuk tangannya untuk membuat fokus murid teralih padanya. "Baiklah, para kuda sudah merasa nyaman dengan kalian jadi mari kucontohkan cara menunggangi mereka. Nona Andromeda kau bersama Jason dulu."
Tinnezs kemudian mendatangi Tuan Howard. Permulaan tuan Howard menjelaskan secara singkat bagian-bagian dari peralatan yang terpasang pada tubuh kuda, seperti bridle, stirrup, saddle, saddle pad, blanket, dan lainnya. Tuan Howard juga menjelaskan kalau pemasangan saddle atau pelana harus disesuaikan dengan tekstur atau bentuk tubuh kuda agar kuda tersebut merasa nyaman. Pemasangan pelana tidak boleh terlalu depan karena tulang punggung kuda bisa sakit, sedangkan kalau terlalu belakang maka tulang pinggang kuda akan sakit juga atas hal inilah pemasangan harus benar-benar sesuai dan pas. Pemasangan saddle dan lainnya juga berbeda tergantung dengan ukuran tubuh kuda.
Dikarenakan ini termasuk pengetahuan dasar, maka tuan Howard memberikan tugas untuk merangkum peralatan kuda serta apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada kuda, para murid yang mendapatkan tugas tersebut jadi merasa sedih serta bermuram durja.
Setelah semua penjelasan itu, tuan Howard segera menaiki Tinnezs. Penjelasan singkat lagi, dia meraih tali less atau tali pengendalian kuda, kemudian perlahan membawa kuda itu berjalan mengitari para murid yang kepala mereka ikutan berputar seiring berjalannya kuda tersebut. Tuan Howard kembali dengan penjelasan-penjelasannya selama di atas kuda dan untung saja para murid sudah mulai paham.
"Apakah kalian sudah paham dengan penjelasanku tadi atau masih ada yang hendak ditanyakan?" ujar tuan Howard menghentikan kudanya.
"Sudah Master!" jawab para murid dengan sangat antusias.
"Bagus kalau begitu kalian siap ya kita praktik langsung pada hari ini." Tuan Howard turun dari kudanya, lalu membawa kuda itu mendekati Gilbert.
"Aku Master?" tanya Gilbert.
"Ya kau akan mencobanya. Nona Andromeda, kau juga sudah siap?"
"Siap sekali Master," sahut Anila dengan percaya diri dan menggenggam erat tali less kudanya.
"Bagaimana denganmu Tuan Ronald, cepat naiki kudanya. Masa kau kalah dengan Nona Andromeda? Payah sekali!"
Gilbert menatap pada Anila yang mengejeknya dengan cara memeletkan lidahnya, hal ini membuat Gilbert geram dan menaiki kuda tersebut kemudian meraih tali lessnya. "Aku sudah sangat siap Master, bahkan aku bisa membawa kuda ini sampai ke perbatasan wilayah!"
"Bagus sekali semangatmu itu, tapi jika kau benar-benar keluar perbatasan, aku takkan mencarimu," balas tuan Howard yang membuat murid lain tertawa sedangkan Gilbert jadi kesal.
"Langsung mulai Master, sampai mana kami membawa kuda ini," ucal Gilbert.
"Benar juga, kalian semua lihat bendera yang di sana. Bawa kuda ini sampai ke bendera itu, lalu putar balik, setelah itu kalian bergantian dengan yang lainnya, siap?"
"SIAP MASTER!" sahut semua murid dengan antusias.
"Baiklah, kalian berdua bersiap dalam hitungan, tiga, dua, satu."
Maka Anila dan Gilbert membawa kuda tersebut dengan kecepatan yang sama. Mereka seperti menganggap latihan hari ini seolah-olah perlombaan karena tidak membawa kuda itu dengan jalan biasa, tetapi berlari sekencang mungkin. Tuan Howard menghela napas karena setiap kelas selalu penuh ambisi begini padahal baru percobaan pertama sudah merasa di dalam pertandingan. Beruntung sekali keduanya mahir dalam membawa kuda tersebut terutama Gilbert yang sepertinya punya keahlian sehingga dia lebih dulu sampai dibanding Anila. Sontak hal itu membuat Gilbert begitu bangga apalagi para murid juga ikutan berteriak bangga dan mengelilingi Gilbert.
"Alay," balas Anila kemudian turun dari kudanya.
"Gak usah ngejek, aku memang lebih berbakat darimu," sahut Gilbert juga turun dari kudanya.
"Kau benar, aku terima kekalahanku, tapi di kelas mantra jika ada pertarungan mantra, kau harus bersiap," balas Anila, Gilbert terdiam membisu karena tahu bahwa gadis itu cerdas dalam bidang mantra.
"Mana bisa begitu, ya ampun, mengapa kau sedendam itu!" teriak Gilbert pasrah, Mylo menghampiri, menepuk-nepuk pundaknya.
"Selamat menemui kematian," ujar Mylo.
"Kau sialan," balas Gilbert.
"Baiklah, ayo murid selanjutnya yang lain langsung buat dua barisan memanjang ke belakang!" teriak tuan Howard.
Para murid langsung mencoba satu per satu. Ada murid yang mampu membawa kuda seperti dilakukan Gilbert tadi, ada juga yang susah mengendalikan kudanya jadi hanya bisa membawa kuda itu dengan kecepatan pelan. Ada juga yang bukannya menuju bendera, tetapi berbelok ke arah lain sehingga tuan Howard harus mengejarnya.
Beberapa murid menatap sinis pada Killian karena lelaki itu sangat sombong terlebih mampu membawa kuda dengan cukup mahir. Di sisi lain, mereka terkekeh kecil karena Kennedy yang kesulitan mengendalikan kudanya dan hampir terjatuh dari kuda, beruntung sekali dia selamat dan berhasil kembali meskipun pakaiannya jadi berantakan.
"Jadi ada pertunjukan kuda di sini?"
Tanpa para murid sadari begitu juga tuan Howard. Ada tamu tak diundang di kelas ini sedang memperhatikan mereka sejak tadi. Tamu itu seorang gadis dengan pakaian berlatih serta senjata magis di pinggangnya, dia habis berlatih pedang dan hendak kembali ke asrama, tetapi dia urungkan karena melihat adik-adik tingkatnya sedang berlatih kuda.
Bersandar di pepohonan dengan tangan menyilang di depan dada memperhatikan para adik tingkatnya, sebenarnya gadis itu tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang rendahan dan tak menguntungkan, tetapi di antara murid baru itu, ada satu murid dengan rambut hitam panjang dan sedang menunggu gilirannya menunggangi kuda. Ya murid bernama Aalisha itu yang menjadi perhatiannya dan membuatnya mau berdiam di sini sambil menatap tikus kesayangannya itu.
"Finnicus," ujar Eloise Clemence memanggil salah satu Orly milik keluarga Clemence. "Kenapa kau di sini, kupikir kau sudah meninggalkan akademi tadi malam?"
"Maafkan Hamba ini Masterku, Hamba memang harusnya pergi, tapi merasa nyaman di akademi ini jadi memutuskan untuk kembali sore nanti," jelas Finnicus.
"Lalu mengapa kau mengikutiku di sini?"
Perlahan Finnicus berada di depan Eloise dengan posisi satu lututnya menyentuh tanah, tangan kanannya mengepal dan menyentuh tanah juga sedangkan kepalanya menunduk. "Hamba hanya merasa bosan jadi mengikuti Anda, lalu sepertinya kita berdua punya ketertarikan pada hal yang sama. Master aku ingin menyapa gadis kasta bawah itu, jika Anda mengizin---"
"Aku izinkan," sahut Eloise cepat, "tikus rendahan itu, seperti yang kau ceritakan, bermain lah dengannya."
"Benarkah, Anda mengizinkan?!" Finnicus langsung menatap Eloise dengan mata berbinar-binar.
Senyuman simpul Eloise terukir. "Tentu, kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik jadi kuizinkan kau bermain hari ini bahkan jika kau membawa gadis kasta bawah itu dengan kudanya hingga ke ujung dunia sekali pun, aku tak peduli."
"Terima kasih Master, terima kasih, Anda benar-benar Tuan Yang Maha Agung," ujar Finnicus langsung sujud kemudian bangkit kembali dengan perasaan begitu bahagia dan pergi mendekati para murid kelas tersebut.
Eloise tersenyum tipis lalu berujar, "kau suka menguping ya, Athreus."
"Yah ketahuan," sahut Athreus turun dari atas pohon. "Aku hanya penasaran apa yang membuatmu berada di sini, ternyata karena gadis bernama Aalisha itu ya?"
"Kenapa memangnya? Dia adalah tikus pertama yang berani menatap tajam padaku bahkan mengataiku bodoh."
Athreus ikutan bersandar di pohon. "Meski kau membunuh gadis itu, kau takkan dihukum oleh siapa pun, tapi tidakkah kau kasihan jika harus menghabisinya saat ini juga? Kau bahkan menyuruh Finnicus."
"Sebagai Master yang baik, aku hanya mengizinkan permintaan kecil Finnicus. Dia tak bodoh dan tahu harus apa untuk bersenang-senang. Lagi pula jika kau khawatir, mengapa tak selamatkan dia bagaikan seorang pangeran yang menyelamatkan putri yang terkurung di kastilnya?"
Perlahan Athreus menatap Eloise lalu tersenyum simpul. "Gadis itu belum mencapai kriteria sebagai manusia yang harus kuselamatkan dengan tanganku sendiri. Lagi pula, Aalisha tetaplah manusia kasta bawah, hidup atau matinya tidak berguna bagi dunia ini."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Sebenarnya chapter ini hampir 8.000 kata karena gue mikir ini kepanjangan kalau dipublish semua jadi gue mutuskan untuk dibagi jadi dua part, he he.
Kadang suka kebablasan nulis sampai lebih dari 4.000 kata, jadi kalau revisi dan mau update harus mikir panjang dulu. Ini trobos aja lebih dari 4.000 kata pas dipublish atau dibagi dua chapter. Karena takutnya kalian sebagai pembaca, kepanjangan gitu satu chapter-nya.
❗Chapter sampai 4.000 kata kayak chapter hari ini.
Atau malah gak masalah kalau satu chapter lebih dari 4.000 kata? Makanya gue pengen kalian follow akun gue jadi enak gue tanya pendapat kalian masalah gini kwkw [maksa].
Prins Llumière
Minggu, 30 Oktober 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top