Chapter 30

Bangunan atau kastil asrama Drystan Terletak tepat di Tenggara (southeast). Berada di asrama inilah para murid yang berasal dari Drystan beristirahat maupun melakukan aktivitas di luar pembelajaran. Jarak asrama ke gerbang bagian timur akademi sekitar 199+ meter, sedangkan jarak ke gerbang sebelah selatan sekitar 193+ meter.

"Oh wow, jadi ini satu-satunya asrama yang dikelilingi sungai?" ujar Gilbert terlihat beberapa murid baru juga berkunjung ke asrama ini.

"Bayangkan kalau ada yang tidur sambil berjalan terus tercebur ke sungai," ungkap Mylo yang kemudian Gilbert terkekeh.

Di sekeliling asrama ini mengalir sungai kecil sehingga satu-satunya asrama yang memiliki jembatan untuk melewati sungai kecil tersebut. Kemudian di bagian belakang terdapat patung besar berdiri megah, patung itu adalah patung Dewa dan Dewi yang sama-sama menopang cawan yang dari cawan itu mengalir air sehingga membentuk sungai kecil ini.

Anak-anak asrama mengatakan jika air di sungai ini hanya mengalir, berputar, kembali ke cawan dan terus seperti itu. Sedangkan bagian belakangnya ada space cukup besar yang membentuk kolam. Anak-anak asrama sering mandi di kolam tersebut. Ketika musim salju pun, sungai ini tetap mengalir dan tak membeku.

"Eh, coba ceritakan kehebatan lain di sungai ini," ujar Gilbert pada seorang anak dari asrama Drystan.

"Nanya terus, penasaran banget sama sungai kami!" sahutnya begitu angkuh. Apakah semua anak Drystan begitu menyebalkan dan angkuh? Mungkin syarat masuk asrama ini harus begitu. Pantas saja Killian begitu bajingan.

"Jawab saja pertanyaanku!" Gilbert menatap tajam.

"Baiklah-baiklah! Sungai asrama ini, mampu membaca cuaca! Jika air di sungai terasa dingin maka cuaca akan sangat panas. Sebaliknya, jika air terasa hangat maka cuaca akan turun hujan atau salju. Terus ketika hujan atau salju pun, air sungai itu tetap hangat dan ketika cuaca sangat terik bahkan kayak di gurun, air sungainya akan tetap dingin. Puas!"

"PUAS! YA SUDAH, SANA PERGI!" teriak Gilbert bahkan dia mendorong anak Drystan itu, untung saja tidak terjatuh.

"Ah biasa saja," gumam Frisca, "bagusan kita 'kan? Patung Undefeated Goddess, sekali titisan-Nya datang, hancur keempat asrama. Percayalah padaku."

"Kalau titisan-Nya beneran ada?" sahut Aalisha dengan nada mengejek.

"Kau dukung asrama sendiri atau tidak sih?!" sahut Frisca sedangkan Aalisha hanya mengedikkan bahunya.

"Baiklah selanjutnya asrama apa?" tanya Anila, "itu orang-orang mau ke mana, kok bergerombol?"

Mereka menatap ke arah murid-murid yang menuju kastil barat. Tidak hanya murid baru, tetapi kakak tingkat juga terlihat ke sana.

"Kastil barat, asrama Sylvester?" ujar Aalisha. Ia jadi penasaran karena begitu banyak yang menuju kastil barat tersebut. Apakah ada hal spesial di sana?

"Hei, Kennedy!" panggil Frisca lalu Kennedy mendekati mereka.

"Ada apa?"

"Ajak kami ke asramamu itu!"

"Ya, kita ke kastil asramanya saja!" balas Mylo, "kulihat banyak yang bergerombolan ke sana, kenapa?"

"Oh itu ... pasti karena ceritanya," ujar Kennedy menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Cerita apa?" tanya Aalisha.

****

Mereka akhirnya tahu asrama mana yang paling populer di akademi Eidothea, bukan karena asrama itu ada garis keturunan utama Majestic Families. Para garis keturunan utama, berada di asrama Gwenaelle dam Faelyn. Kepopuleran itu murni karena keunikan yang dimiliki asrama Sylvester.

Sejak tadi pagi dikarenakan rumor atau cerita yang terbesar pertama kali melalui mulut seorang Orly. Kini semua murid baru berbondong-bondong seolah pertandingan gladiator dilaksanakan hari ini juga, maka mereka tak mau ketinggalan dan segera menuju asrama Sylvester. Kastil asrama ini terletak tepat di Barat Daya (southwest). Jarak dari asrama ke gerbang bagian barat akademi sekitar 120+ meter, sedangkan jarak ke gerbang sebelah selatan sekitar 190+ meter.

"Katanya keinginanmu akan terwujud!"

"Cobalah datang ke sana dan percayalah jika kau mampu mendentangkannya maka apa pun yang kau inginkan akan terkabulkan!"

"Dewa sangat menyayangi anak-anak Sylvester, sehingga mereka diberi karunia."

"Buang patung-patung aneh tak berguna di asrama lain karena Sylvester punya rahasianya sendiri!"

"Mungkin saja kau adalah manusia yang terpilih oleh para Dewa!"

Begitulah potongan kisah yang diceritakan oleh para Orly ke murid-murid baru yang sukses membuat asrama Sylvester kini jadi banyak pengunjungnya—Orly memang ahli menyebarkan rumor maupun cerita.

Aalisha serta lainnya terdiam karena melihat lautan murid baru yang berkumpul di sekitaran asrama Sylvester—ralat para angkatan atas juga berkumpul di sini. Para kakak tingkat yang sudah tahu cerita turun-temurun ini, masih tetap berkunjung untuk melihat bagaimana antusiasnya para adik tingkatnya ini.

Di sebelah kanan Aalisha, ada sekitar delapan kakak tingkat yang terlihat bersedekap, ada juga yang lelah jadi duduk saja di rerumputan, beberapa tertawa ringan karena teringat kenangan ketika mereka berada di posisi murid-murid baru. Berkerumunan, menunggu, mengantre, bahkan hujan sekali pun tak menggoyahkan semangat mereka hanya demi membuktikan kehebatan yang diberikan pada Dewa pada asrama ini.

Sebenarnya apa yang membuat para murid berkumpul di asrama ini?

Menuju asrama Sylvester, tak jauh dari sana berdiri sebuah Menara Kuno yang struktur bangunannya sudah rapuh dan tua. Menara itu dibangun dari batu-batuan yang kini agak berlumut serta terkikis. Menara itu tingginya hampir setara dengan kastil asrama lalu hanya punya satu jalan masuk tanpa pintu.

Memasuki menara kuno tersebut terdapat tangga yang bentuknya melingkar serta terbuat dari bebatuan juga. Meskipun menara itu tinggi, tetapi diameter di dalamnya sangatlah kecil yang hanya bisa dimasuki maksimal tiga orang dewasa sehingga tidak bisa banyak sekaligus karena ditakutkan menaranya akan runtuh.

"Jadi ada apa di menara kuno itu?" tanya Anila pada Kennedy.

"Menara kuno itu sudah berdiri jauh sebelum dibangun asrama ini. Dikarenakan menara itu merupakan bangunan keramat jadi ketika asrama dibangun, menaranya dibiarkan tetap berdiri. Alasan kenapa keramat karena di puncak menara, setelah menaiki tangga, ada sebuah ruangan kecil.

"Dalam ruangan itu tepatnya di dinding menara, ada patung dan patung itu hanya separuh badan saja kemudian berbentuk malaikat kematian dengan tudung menutupi wajahnya jadi wajahnya tidak terlihat dengan jelas, patung malaikat itu juga punya sayap di belakang punggungnya. Lalu kedua tangan malaikat itu saling mengepal, saling menyatu seperti ketika kita sedang berdoa.

"Dari kepalan tangan itu, ada tali panjang dan besar yang menggantung sebuah lonceng besar, lonceng yang sangat besar. Lonceng itulah yang menjadi benda dikaruniai oleh Dewa."

"Kenapa dengan lonceng itu?" ujar Mylo.

"Jadi ada kisah yang diceritakan secara turun-temurun oleh anak-anak Sylvester bahwa siapa pun yang membuat lonceng di menara kuno itu berdentang sebanyak tiga kali dalam waktu itu juga, maka segala permohonan serta yang keinginannya akan dikabulkan bahkan permohonan paling mustahil sekali pun."

Cerita Kennedy sukses membuat Gilbert membelalak. "Kau serius? Segala permohonan? Bagaimana bisa benda sehebat ini berada di akademi ini?"

"Permohonan paling mustahil sekali pun? Pantas saja banyak yang kemari setelah mendengar kisahnya." Mylo menggelengkan kepalanya.

"Kalau gitu, kita coba juga, siapa tahu salah satu dari kita bisa membuat lonceng itu berdentang!" teriak Frisca hendak bergabung dengan antrean para murid yang sangat panjang.

"Itu kisah yang bisa dipercaya atau sekadar mitos saja?" tanya Anila.

"Anila, kenapa kau malah meragukannya?" sahut Frisca.

Anila menatap Frisca lalu beralih ke lainnya juga. "Hanya berpikir logis. Kisah ini sama seperti di asrama kita tentang Titisan Undefeated Goddess, bukankah sejak dahulu sekali kisah itu sudah ada. Namun, hingga kini sang titisan Dewi tak juga datang ke Arevalous. Lama-kelamaan kisah itu menjadi mitos atau sekadar kisah penghibur penuh misteri untuk kita semua. Jadi untuk tahu apakah lonceng itu bukan sekadar mitos, setidaknya dalam ratusan tahun sekali di akademi, ada yang pernah membuat loncengnya berdentang."

Aalisha bersedekap dan menatap Anila. Hal inilah yang membuat seorang Andromeda begitu dihargai Drazhan Veles, mereka sangat kritis. Meskipun dunia ini adalah dunia sihir, tetapi ada banyak juga kisah yang belum dipastikan kebenarannya. "Aku setuju dengan Anila, jadi Kennedy, benarkan? Apakah ada yang pernah membuat lonceng itu berdentang?"

Kennedy menggaruk belakang lehernya. "Sebenarnya ini juga yang diperdebatkan oleh anak-anak di asrama kami. Kisah ini seperti warisan jadi harus diceritakan kepada setiap angkatan Sylvester, terlepas dari mitos atau bukan. Kakak tingkatku berkata bahwa sejak dulu dan dulu, sudah banyak yang mencobanya lonceng itu, tetapi tak ada yang berhasil. Bahkan pernah tiga orang sekaligus mencobanya, juga gagal. Ada juga yang kesal, kemudian memukul lonceng itu dengan palu besar, tapi gagal juga, bahkan lonceng itu tidak berbunyi sedikit pun meski dipukul kuat.

"Ada juga salah satu anak Sylvester yang hendak benar-benar membuktikan lonceng itu maka dia meminta seluruh angkatan Sylvester mencoba dan hasilnya tak ada yang berhasil, ada juga yang meminta asrama lain mencoba dan tak ada yang berhasil juga. Bahkan lonceng itu tidak bergeser satu milimeter sekalipun.

"Meskipun terus gagal, kami tak menyerah. Kakak tingkat kami yang sudah lulus pernah bilang, jika harus tetap percaya karena sesuatu yang tidak pernah dipercaya lagi maka sesuatu itu akan benar-benar menjadi omong kosong dan terkubur. Maka dari itu, kami anak-anak Sylvester tetap percaya bahwa lonceng itu pasti akan berdentang untuk seseorang entah dari asrama kami sendiri atau asrama lain."

Mereka yang mendengar perkataan Kennedy jadi terdiam, Frisca, Mylo dan Gilbert merasa terharu dan hanyut akan perkataan Kennedy. Lelaki ini pandai merangkai kata-kata ternyata. Sedangkan Anila merasa puas dengan jawaban Kennedy. Lalu Aalisha bagaimana? Gadis itu benar abu-abu, dia tak memperlihatkan ekspresi begitu kentara.

"Tuhkan sudah kubilang untuk percaya!" teriak Frisca, "sama seperti kita, kalau gak ada yang percaya lagi, bagaimana titisan Undefeated Goddess hendak datang ke asra—"

"Kalau titisan-Nya beneran datang, apa yang akan dia lakukan? Membawa peperangan?" ujar suara yang begitu lembut dan sukses membuat Aalisha serta lainnya menatap terkejut pada pemilik suara itu. Mereka begitu kenal siapa gadis itu.

"Halo," sambungnya kembali, "Di sini banyak yang berkumpul ya?" Eloise tersenyum simpul.

Kehadiran Eloise seperti ancaman yang refleks membuat Anila menarik Aalisha ke belakangnya—bermaksud agar gadis itu bersembunyi—Mylo langsung maju selangkah seolah hendak melindungi Aalisha. Gilbert berangsur ke samping Aalisha juga sedangkan Frisca di samping lainnya serta tersenyum lalu menyapa Eloise untuk mengalihkan topik.

Bagaimana dengan Kennedy? Ia kebingungan, tetapi merasa yang lain berusaha melindungi Aalisha maka lelaki itu berdiri di belakang Aalisha.

"Senang bertemu denganmu, Nona Eloise Clemence." Frisca membungkuk sesaat.

Bukannya menjawab salam Frisca, Eloise malah terkekeh geli melihat murid-murid baru ini mengelilingi tikus kesayangannya. "Apa-apaan ini, kalian seperti anak ayam yang hendak saling menjaga? Oh atau para budak yang menjaga seorang penjahat?"

Aalisha menatap punggung Anila. Dia tahu benar jika teman-temannya merasa takut juga karena mustahil ada yang tak gemetar jika berada di hadapan seorang Majestic Families terlebih lagi Eloise merangkai kata-kata yang mengerikan—budak dan penjahat—bukankan orang lain juga akan merasa takut ketika mendengarkan kata-kata itu terucap dengan gamblangnya.

"Apa ada yang kau inginkan?" Mylo berujar walaupun tenggorokannya terasa serak.

"Kurasa kau tak punya urusan dengan kami, lagian tadi kami hanya membicarakan hal-hal yang terdengar pada hari ini, sepertinya lonceng asrama Sylvester." Anila ikutan berujar. Dia tak boleh memperlihatkan rasa takutnya.

"Kau cerdas, pasti seorang Andromeda, meskipun tidak secerdas diriku." Eloise menatap sinis pada Anila lalu tersenyum simpul. "Lagi pula mengapa kalian begitu melindungi gadis pendek di sana. Hei, Aalisha! Tidakkah kau lelah terus bersembunyi di belakang teman-temanmu ini, dasar gadis pengecut."

Gilbert dan Frisca tak berani sama sekali untuk menyahut karena begitu takut. Terutama jika Eloise marah lalu menghancurkan keluarga mereka dengan sangat mudah.

Pernah ada suatu berita—tersebar utamanya di Lè Ephraim —tentang Eloise Clemence sebelum masuk akademi ini yang berita itu berisi bahwa Eloise pernah membuat seluruh keluarga seorang bangsawan gelar Count hancur dan dicabut gelar bangsawannya kemudian diusir dari kekaisaran karena keluarga tersebut putra tertua mereka pernah menggoda Eloise. Gadis itu marah dan ia hancurkan seluruh keluarga tersebut.

Anila mengepalkan tangannya. "Nona Clemence—" Sekonyong-konyong perkataannya terhenti ketika Aalisha menarik Anila ke belakang.

Lalu gadis kecil itu melangkah dengan mantap, tak goyah, tak terasa berat padahal mereka yang menuju seorang Keturunan Agung akan merasa jika kedua kakinya dirantai besi, berada di depan Eloise. Aalisha mendongak, seperti seekor kancil yang tak gentar di hadapan singa terjerat jala pemburu. "Aku tak pernah meminta mereka melindungiku, jadi tarik kata-katamu itu."

"Aalisha," bisik Mylo, tetapi tak digubrisnya.

Aalisha melanjutkan perkataannya. "Selain itu aku harus berterima kasih kepadamu, Nona Eloise Clemence."

"Untuk apa?" sahut Eloise.

"Karena tak kubayangkan jika seorang terhormat sepertimu, mau menyapa dan memberi salam lebih dulu kepadaku. Kau benar-benar diajarkan etiket yang begitu sempurna." Aalisha tersenyum.

"Dasar tikus—" Baru hendak berujar, perkataan Eloise diinterupsi seseorang.

"Eloise, kau ke mana saja sih, kami mencarimu!" ujar gadis yang begitu cantik dengan jubah asrama Gwenaelle. "Tak kusangka kau masih tertarik dengan lonceng asrama ini."

"Hah! Kau tak tahu, Eloise mah masih suka berkhayal," timpal lelaki yang sama menggunakan jubah Gwenaelle. Siapa lagi, kalau bukan Athreus Kieran Zalana. "Dia masih suka berkhayal, kalau dia yang akan membuat lonceng itu berdentang."

Semua yang di sana menatap pada kedua sosok yang menjadi kebanggaan asrama Gwenaelle. Terutama Athreus. Lalu gadis dengan jubah asrama Gwenaelle itu adalah gadis penyelamat tempo hari ketika serangan Cozzurth Ammiat, si gadis yang menjadi keajaiban para Dewa. Tidak Aalisha sangka jika mereka akan bertemu lagi. Keajaiban juga kah atau malah bencana?

"Nathalia aku tak berniat untuk mencoba lonceng payah itu lagi. Lalu Athreus, apa-apaan perkataan bodohmu itu! Kaulah yang masih suka berkhayal!" sahut Eloise kesal. Langsung menuju ke kedua teman dekatnya itu.

"Oh God, Athreus Kieran Zalana, ini benar-benar hari yang mengagumkan," gumam Gilbert karena dia penggemar Athreus.

"Hei Anila, bukankah itu dia, Clodovea," ujar Frisca setengah berbisik.

"Sepertinya dia," sahut Anila.

"Apa, siapa?" ucap Aalisha.

"Kau ini benar-benar ya!!" Frisca bisa gila karena Aalisha.

Gadis yang di sebelah Athreus itu bernama Nathalia Quintessa Clodovea, putri sekaligus anak kedua dari Kepala Keluarga Clodovea yang seorang Marquess. Keluarga ini bukanlah Majestic Families, tetapi keluarga terpandang yang punya hubungan erat dengan beberapa Majestic Families.

Kepala Keluarga Clodovea sebelumnya memiliki gelar Count, lalu gelar tersebut diberikan pada anak pertama sedangkan anak keduanya—ayah Nathalia—harus meraih gelar bangsawan sendiri. Berkat kecerdasan, kekuatan, dan kegigihan yang dimiliki oleh ayah Nathalia, ia berhasil mendapatkan gelar Marquess yang diberikan salah satu Majestic Families. Akhirnya reputasi Clodovea semakin naik.

Nathalia sebagai anak kedua, putri pertama begitu dihormati karena kecantikan, kemampuan bertarung yang dia miliki. Atas hal inilah, dia begitu dekat dengan Athreus, Eloise, dan Nicaise juga. Namun, ada yang berkata jika Nathalia sudah berteman dengan mereka bahkan sebelum masuk ke akademi Eidothea.

Nathalia begitu cantik, dia menggulung rambut cokelat sepianya, poninya tak panjang jadi disisir ke samping memperlihatkan dahinya. Kulitnya lebih putih-bersih dibandingkan Aalisha; mulus, tanpa bercak merah, tanpa goresan luka, dan tak kasar. Manik matanya senada dengan rambutnya lalu begitu cerah. Bibirnya merah muda, tak terkelupas seolah habis dioleskan madu. Dia sedikit berdandan, cukup natural, tidak berlebihan, dan semakin menambah kesan cantiknya. Dari Nathalia, tercium aroma manis dan lembut seperti bunga geranium bercampur fuchsia. Selain paras eloknya, badannya tinggi semampai bak dipahat secara teliti dengan tangan yang ahli, pasti Dewa tersenyum ketika menciptakannya. Pantas saja gadis itu banyak disukai. Auranya seperti seorang putri kerajaan, dia mirip Eloise—menunjukkan sosok yang sangat dihormati.

Sesaat manik mata Aalisha bersinggungan dengan Nathalia, cukup lama mereka saling bertatapan, Nathalia lalu tersenyum simpul, tetapi tak mendapat balasan dari Aalisha karena gadis itu sibuk bergelut dengan pikirannya.

Aalisha hendak segera pergi karena merasa bahwa situasi ini sangat mengancam terutama kehadiran Athreus—lelaki gila yang Aalisha masukkan ke daftar manusia menyebalkan dan hendak dia bunuh.

"Halo Aalisha, kau mau pergi ke mana? Tak mau menyapaku? Jahat sekali," ujar Athreus tiba-tiba sudah berada di belakang Aalisha.

Semakin saja teman-teman Aalisha jadi terdiam membisu dan kini merasa hidup mereka sangat terintimidasi atau malah diambang kematian. Bagaimana ini, dua Majestic Families dan satu Clodovea berada di sini! Sangat buruk! Terutama bagi si gadis kecil.

"Maaf, tapi kami hendak kembali ke kelas," ujar Mylo yang membuat Athreus menatap padanya.

"Siapa kau?" tanyanya.

"Mylo Cressida."

Athreus sejenak berpikir hingga ia teringat sesuatu. "Cressida! Bolehkah aku meminjam temanmu ini?"

"Tidak!" sahut Anila cepat, "maaf Tuan Kieran Zalana, tapi kami tak bermaksud untuk lebih lama di sini apalagi kelas sebentar lagi akan dilanjutkan."

"Oh ayolah Athreus! Untuk apa berbicara pada mereka!" ujar Eloise yang mendapat tatapan sinis dari Nathalia. "Apa?"

"Jangan bicara begitu." Nathalia menghela napas panjang. Kelakuan Majestic Families memang suka membuat sakit kepala.

"Kenapa harus buru-buru, takkah kalian hendak mencoba loncengnya?" Athreus masih keras kepala, dia ingin sekali mendengar jawaban sombong dari gadis di depannya ini.

Eloise jadi ikut-ikutan. "Untuk apa dicoba? Lagi pula jangan berharap pada lonceng usang yang hanya mitos bodoh saja."

"Secara harfiah, lonceng itu masih bisa dipercayai kisahnya," sahut Kennedy.

"Diamlah Cymphonique! Jika memang bisa berdentang maka sudah ada yang membuatnya berdentang!" sahut Eloise cepat.

"Maafkan aku." Kennedy langsung ciut nyalinya.

"Sepertinya kita kembali saja, kelas akan dimulai lagi, aku juga harus mencari Nicaise yang hilang entah ke mana," ujar Nathalia hendak membawa pergi Athreus dan Eloise karena takut jika kedua manusia itu semakin mengintimidasi suasana di sini.

"Biarkan dia Nathalia, Nicaise takkan hilang ke mana-mana. Aku di sini hendak melihat, kira-kira apakah di antara kalian bisa membuat loncengnya berdentang?" Kembali lagi Athreus menatap Aalisha.

"Sudah kubilang lonceng itu takkan berdentang, pada kita saja tidak, apalagi gadis kasta bawah sepertinya," ujar Eloise.

Di situasi ini, Aalisha benar-benar lelah, dia lebih lelah dibandingkan kesal. Sudahlah, dia tak peduli sama sekali diejek kasta bawah atau semacamnya karena Aalisha hanya ingin pergi dari sini. Namun, lelaki berengsek di depannya ini, sungguh sangat membuat Aalisha hendak menghantam wajahnya. Sayangnya, Aalisha pasti akan kalah telak jika melawan Athreus.

"Serius? Kau padahal pernah diam-diam pergi ke menaranya, sebenarnya kau masih percaya, hanya saja malu-malu," ujar Athreus menatap Eloise.

Eloise langsung mengarahkan tangannya pada Athreus dengan telapak tangan terbuka serta jemari direnggangkan. Kumpulan neith berada di telapak tangannya, dia akan menggunakan sihir. "Kau benar-benar menyebalkan, Athreus!!"

Athreus tak takut sama sekali. "Coba serang aku," balasnya begitu santai.

"Eloise! Athreus!" ucap Nathalia. Mulai lagi perseteruan keduanya.

"Wow, wow, wow, jangan bertengkar di sini. Oh Ayolah, ini hanya lonceng, jangan meributkannya!" teriak Gilbert yang entah mendapat keberanian dari mana.

Hal ini menjadi kesempatan bagi Aalisha, Anila, Mylo, Frisca untuk segera pergi. Mereka juga harus menyeret Kennedy karena takut jika lelaki itu kembali terlibat pertengkaran tidak jelas Majestic Families. Namun, baru hendak kabur. Seorang pria tiba-tiba muncul tepat di samping Aalisha. Semerbak aroma harum menenangkan berasal dari pria itu yang membuat semua mata teralih padanya.

"Pantas saja ribut, sedang ada seleksi lonceng legendaris milik Sylvester."

"Master Arthur!" sapa Athreus dan mengabaikan ocehan Eloise.

"Halo Master," ujar Eloise kemudian beralih dengan tatapan menusuk pada Athreus.

"Salam Master Arthur," ujar Nathalia.

Master Arthur mengangguk. "Apa kalian hanya akan di sini? Tak mau mencoba, lihat di sana, mereka sampai membuat nomor antrean."

"Benar sekali Master, ayolah kalian, tak mau coba. Eloise, kau juga ke sana lah atau Nathalia, oh atau Aalisha." Athreus langsung berada di depan gadis itu, lagi. "Mau coba? Aku bisa membawamu ke sana tanpa harus mengantre panjang. Dengan kugendong tentunya."

Anila menarik Aalisha dan kini menatap tajam Athreus. "Kami takkan mencobanya, Master ... sudah banyak yang mencobanya jadi percuma juga jika kami mencoba juga karena lonceng itu takkan berdentang."

Athreus kesal, bermuram durja karena gadis Andromeda ini selalu melindungi Aalisha seolah tak memberikan celah sedikit pun agar Athreus bisa mendekati gadis kecil tersebut.

"Jadi kalian tak percaya akan kisah loncengnya?" ujar master Arthur.

Eloise bersedekap. "Tidak, aku tak lagi, untuk apa percaya. Sudah ribuan tahun sejak lonceng itu berada di akademi ini dan tak satu pun berhasil membuatnya berdentang."

Master Arthur lalu menatap pada Kennedy. "Tuan Cymphonique."

"Ya Master?" ujar Kennedy agak takut.

"Karena kau berasal dari asrama ini, maka kau pasti lebih paham. Berdasarkan cerita warisan kalian, kira-kira alasan apa sehingga lonceng itu dapat berdentang?"

"Uhm itu, karena, karena seseorang yang menyentuh lonceng itu adalah orang yang terpilih."

"Tepat sekali," sambung Arthur, "berdasarkan ceritanya, sudah banyak yang mencoba, tetapi mereka semua gagal. Namun, jika ada seseorang yang berhasil membuat lonceng itu berdentang maka seseorang itu dianggap Yang Terpilih oleh Lonceng Tersebut. Hanya saja kata Yang Terpilih punya makna yang banyak karena loceng itu yang memilih maka terserah Lonceng itu menggunakan alasan apa untuk memilih seseorang itu."

"Itu artinya punya konsep yang sama dengan senjata magis yang memilih masternya," ujar Athreus.

"Benar. Bisa saja yang terpilih ini punya permohonan menyembuhkan ibunya yang sakit keras. Kemudian yang tak terpilih karena dia punya permohonan hendak menguasai kekaisaran. Alasan dari permohonan itulah yang membuat Lonceng itu memilih atau tidak. Karena biasanya, siapa pun yang datang ke Lonceng itu pasti sebelumnya sudah punya alasan."

"Bagaimana jika yang datang ke sana tak punya alasan atau permohonan?" tanya Nathalia.

"Maka sudah jelas, lonceng itu takkan memilihnya. Kenapa harus dipusingkan?" sahut master Arthur tersenyum tipis.

Semua murid di sekitaran menara kuno terlihat perlahan bubar karena pembelajaran akan kembali dimulai. "Namun, ada yang perlu kalian ketahui. Ada beberapa kasus unik di mana benda-benda seperti senjata magis, lonceng kuno itu, memilih seseorang tanpa alasan."

"Apa maksudnya, Master?" sahut Frisca.

"Artinya, seseorang itu memang sangat terpilih yang bagi konsep Lonceng tersebut, seseorang itu bisa membuat permohonan apa pun bahkan jika itu permohonan menghancurkan dunia sekalipun." Master Arthur tersenyum pada Aalisha yang sejak tadi hanya diam saja. Aalisha sadar jika senyuman itu benar-benar membuatnya kesal.

Akhirnya gadis itu mengalihkan pandangannya ke atas, kastil akademi, dan dia melihat ruangan yang di sana, ada profesor Eugenius sedang mengobrol dengan seseorang, entah siapa itu. Oh, dari ruangan itu juga bisa melihat langsung ke menara lonceng.

"Terima kasih atas informasi berharganya Master," ujar Kennedy, "kalau begitu kami izin pamit ke kelas."

"Kami akan kembali ke kelas Master, terima kasih sudah mengobrol dengan kami," sahut Athreus.

"Oh satu hal lagi." Perkataan itu membuat mereka kembali menatap Arthur. "Apa kalian dengar kabar di Lè Ephraim? Di daerah pusat kota, ada yang menemukan kuil Dewi Aarthemisia D'Arcy, tetapi hanya menemukan saja, dia tak bisa membuka pintunya, sayang sekali. Lalu setelah kabar itu tersebar, pasti banyak yang penasaran dan dikatakan jika beberapa warga mencari kuil tersebut, tetapi tak kunjung mereka temukan."

"Aku sudah tahu kabar itu, katanya orang sebelumnya yang menemukan kuil tersebut, pas dia mencoba mencarinya lagi, malah tidak ditemukan, seperti menghilang," ujar Nathalia.

"Kalian sangat percaya akan kuil itu 'kan?" ucap Arthur.

"Tentu saja, itu adalah kuil Dewi, jadi pasti dipercayai," jawab Eloise.

"Lalu apa bedanya dengan Lonceng Kuno di asrama ini? Jika para Dewa menghendaki, maka pasti akan terjadi." Arthur tersenyum simpul.

"Baiklah terima kasih sudah berbagi kisah pada kami, Master Arthur," ujar Anila. Semuanya bermaksud pergi dari sana.

"Ayo kita kembali ke kelas," ucap Mylo.

Gilbert berujar, "habis ini kelas apa—"

"Dadah little girl!" ucap Athreus sambil melambaikan tangannya sedangkan Aalisha tak menggubrisnya sama sekali.

Athreus dan lainnya pergi ke arah lain, berlawanan dengan Aalisha, menjauh dari Arthur. Sedangkan Aalisha dan lainnya harus melewati Arthur. Pria itu menatap punggung Athreus, Eloise, dan Nathalia yang semakin menjauh. Ketika Aalisha berjalan melewati samping Arthur, pria itu mencungkupkan satu tangannya di samping bibir, lalu berujar keras. "Satu hal lagi!"

Mereka menghentikan langkah, sebagian berbalik menatap Arthur, sebagian hanya memalingkan wajah. "Percaya jugalah kalian kalau titisan Dewi Aarthemisia bukanlah sekadar mitos belaka, mungkin esok, tahun depan, seratus tahun lagi, titisan itu benar-benar ada di dunia!"

Tanpa ada yang menyahut perkataan Arthur, semua beranjak pergi, Aalisha mempercepat langkahnya agar sejajar dengan teman-temannya. Master Arthur, benar-benar menjadi manusia yang patut untuk diwaspadai di akademi ini. Terlebih isi pikirannya yang seperti labirin sehingga sulit dipahami.

Semakin lama Aalisha berada di Akademi ini, maka semakin dia pahami bahwa dunia ini dengan setiap makhluk hidupnya punya rahasia masing-masing. Maka Aalisha tak sabar ke mana takdir para Dewa menuntunnya.

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

Halo, Prins Llumière di sini^^

Berbicara mengenai Lonceng Kuno Sylvester, pasti bahagia jika menjadi sosok yang terpilih, siapa juga yang nggak mau keinginannya dikabulkan? Hmm~

Kalian suka baca ulang cerita ini nggak? Salam untuk para readers, jangan mati, sebelum cerita ini menemukan ending-nya, hehe

Prins Llumière

Senin, 10 Oktober 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top