Chapter 27
Absen, halo readers^^ say Hi!
****
Ruangan master Arthur terletak di menara lantai tiga. Ruangan yang besar dan tentu saja mewah. Warna di ruangan ini antara gradasi putih-biru. Ada dua lantai dalam satu ruangan. Berada di lantai pertama, terdapat meja, kursi, sofa, cermin besar, beberapa rak maupun tempat penyimpanan. Sedangkan lantai dua penuh dengan rak-rak berisi buku. Melalui jendela ruangan ini, seseorang bisa melihat langsung ke tanah lapang akademi. Mungkin karena inilah, Arthur bisa memantau kegiatan muridnya yang berada di lapangan tersebut.
Berada di meja bundar yang atasnya ada teko berisi teh, dua cangkir dan piring, makanan-makanan kecil seperti kue cokelat, kue keju, dan kue kering. Selain itu ada dua sapu tangan yang disulam dengan indah serta berwarna biru muda yang terdapat lambang Eidothea di sapu tangan tersebut.
"Kau menyukainya? Itu adalah teh terbaik yang kubeli dari pedagang di daerah selatan." Arthur berujar sambil meminum tehnya, ah, baru Aalisha sadari jika pria ini mengenakan sarung tangan.
"Aku menyukainya," sahut Aalisha setelah meletakkan cangkirnya di piring kecil berukiran bunga yang kemungkinan adalah bunga daffodil. "Kenapa Anda menyiapkan semua ini? Apakah ini termasuk acara bangsawan, oh ataukah ini acara salon dadakan?"
Salon atau sebutan lain yaitu salon bangsawan adalah suatu perkumpulan yang bisa terbilang informal maupun formal, tetapi lebih sering diadakan secara informal.
Salon yang diadakan secara informal, biasanya disuguhkan dengan canda tawa, interaksi dengan teman-teman, diskusi kecil, membicarakan hal-hal yang sedang naik daun atau menarik; musik, karya sastra baru; putra-putri yang baru debut, bahkan bergosip, serta masih banyak lagi. Mudahnya, salon dijadikan suatu tempat untuk bergaul.
Atas hal inilah, salon menjadi salah satu cara untuk mempererat hubungan dengan teman maupun acara kecil untuk mencari teman baru, biasanya adalah teman sebaya atau memiliki umur yang kurang lebih sama.
Acara salon bisa dikatakan sebagai acara kecil sehingga tidak sebesar dan semewah pesta bangsawan yang bisa mengundang seluruh bangsawan di kerajaan, tetapi salon hanya mengundang beberapa orang saja atau paling banyak 20 orang. Seseorang yang hendak melangsungkan acara salon, biasanya menyiapkan acara beberapa hari atau Minggu sebelumnya serta menulis surat undangan pada para bangsawan yang hendak diundang ke acara salon.
Di acara ini, dekorasi, makanan, serta tambahan lainnya adalah terserah dari tuan rumah yang mengadakan salon. Biasanya mereka hendak menyuguhkannya sesuatu yang menjadi ciri khas dari keluarganya. Semisal saja menyuguhkan teh buatan yang tidak dijual di mana pun atau makanan yang dimasak koki khusus kediaman mereka serta memberikan hadiah yang menjadi ciri khas keluarga mereka. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan citra keluarga mereka juga.
Sebenarnya salon hanya ada di kalangan bangsawan atau masyarakat borjuis, sehingga jarang atau tidak pernah sama sekali acara ini diadakan oleh kalangan proletar atau masyarakat kasta bawah atau masyarakat biasa.
Alasannya? Tidak ada alasan yang khusus, tetapi para anak-anak kaum bangsawan mengadakan acara salon selain untuk mencari teman, tetapi juga untuk melakukan debut di kalangan sosial. Mudahnya, mereka hendak memperlihatkan eksistensi, nama, kehebatan, keunggulan, kecerdasan, kecantikan, ketampanan dan masih banyak lagi di kalangan masyarakat. Terutama jika berasal dari bangsawan yang tingkat tinggi dan berpengaruh, melalui salon jugalah, mereka akan dikenal oleh masyarakat atau kalangan sosialis lalu perlahan-lahan menyebar dari mulut ke mulut.
Poin tambahan lain jika mereka berada di acara-acara besar, seperti ulang tahun, debutante putra-putri bangsawan atau kalangan kerajaan, acara penobatan, upacara kedewasaan, dan lainnya. Mereka sudah terbiasa menghadapi khalayak publik dan publik juga sudah mengenal mereka.
Jika salon informal diadakan sebagai tempat beramah-tamah dan bercengkerama, berbeda dengan salon formal yang biasanya dihadiri orang-orang yang sudah melakukan debutante, bersekolah, atau remaja yang melakukan peralihan ke fase dewasa. Topik yang dibicarakan lebih tinggi dan berat, bahkan menjadi bahan diskusi yang serius.
Terkadang topik yang dibahas bisa seputar politik, sastra, hingga filsafat. Melalui hal inilah, seseorang juga bisa mencari teman serta memperlihatkan eksistensi diri dengan pengetahuan dan pemikiran-pemikiran cerdas. Sehingga mereka yang hendak mengadakan salon atau diundang ke salon, tentu harus mempersiapkan diri. Bahkan ada yang berkata bahwa, "salon hanya dihadiri kaum bangsawan atau borjuis karena kalangan bawah tidak memiliki pemikiran secerdas kalangan bangsawan."
Terdengar sangat menyakitkan, tetapi begitulah cara pandang kalangan atas terhadap mereka yang berasal dari kalangan bawah terutama tanpa nama keluarga yang berada. Apalagi sudah menjadi fakta umum jika kaum bangsawan menjadi penyokong sekaligus tiang terbentuknya kerajaan dan kekaisaran, tanpa adanya kaum bangsawan tidak akan terbentuk kerajaan dan kekaisaran terlebih beberapa bangsawan kelas atas, memiliki militernya sendiri.
Berdasarkan sejarahnya, salon diadakan pertama kali oleh seorang wanita yang membahas tentang tentang permasalahan kaum perempuan di masyarakat. Namun, tiba-tiba, seorang tokoh pria menimbrung pembahasan tersebut dan mulai mengadakan salon yang dihadiri kaum pria saja dengan pembahasan awal mereka adalah masalah politik kerajaan.
Secara perlahan-lahan salon malah dianggap perkumpulan yang maskulin serta didominasi kaum laki-laki karena topik atau pembahasan yang dibicarakan begitu berat. Pada masa itu, kaum laki-laki beranggapan jika perempuan tidak bisa ikut dalam salon lagi-meskipun pelopor pertama adalah kaum perempuan-karena kaum perempuan tidak cukup memiliki pemikiran kritis, hanya mengandalkan ego dan perasaan, dianggap kurang mampu, terlalu lemah dan tak berdaya, serta lebih baik bekerja di dapur dibandingkan ikut perkumpulan dengan bahasa berat. Begitulah pemikiran kaum laki-laki yang superioritas yang menganggap posisi perempuan selalu di bawah kaum mereka.
Sejak dulu bahkan ketika zaman sebelum Majestic Families ada, permasalahan kaum perempuan adalah tertindasnya kaum mereka, serta selalu dianggap remeh oleh kaum laki-laki entah dari segi fisik maupun kecerdasan bahkan banyak kaum laki-laki yang tidak suka melihat kaum perempuan bekerja dan belajar.
Para perempuan yang hendak berlatih pedang atau sihir, selalu saja dilarang bahkan tak segan untuk dihukum jika terlihat kaum mereka punya keunggulan dibandingkan kaum laki-laki. Mereka dianggap lebih baik bekerja di rumah dibandingkan menjadi seorang kesatria atau pejuang.
Atas hal inilah, di masa perang melawan bangsa iblis. Banyak kaum perempuan yang mati karena mereka tidak terlalu mampu menggunakan pedang dan sihir. Bahkan kejamnya, kaum laki-laki yang gila dan tak punya kemanusiaan sengaja mengorbankan para wanita dan anak-anak demi melindungi diri mereka.
Setelah dunia terbebas dari zaman kegelapan berkat 8 Anak diberkahi para Dewa. Ketimpangan dan permasalahan kesetaraan gender masih ada dan tidak kunjung terselesaikan.
Bahkan ketika acara salon yang awalnya dipelopori wanita tiba-tiba diklaim menjadi acara yang dianggap maskulin dan didominasi serta dikuasai kaum pria, hal ini semakin membuat kaum wanita tertindas.
Akhirnya kaum wanita yang menyadari bahwa diri mereka tidak boleh terus-menerus dianggap remeh dan ditindas. Mereka pun semakin memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang bernaung pada Hak Asasi Manusia. Maka perlahan gerakan atau ideologi yang memperjuangkan kaum perempuan tercipta terutama di bangsa Manusia. Hal ini yang menciptakan gerakan feminisme di dunia Athinelon.
Feminisme serta keadilan bagi kaum perempuan semakin tumbuh, ketika seorang perempuan garis keturunan utama berdarah Majestic Families berhasil menjadi Kepala Keluarga yang membuat derajat kaum perempuan semakin meningkat.
Awalnya kaum perempuan yang tidak boleh menempuh pendidikan, belajar sihir, teknik berpedang, bekerja, menjadi ilmuwan, kesatria maupun profesi lainnya. Kemudian selalu dianggap lemah dan tak berdaya serta hanya boleh bekerja di dapur dan kebun saja. Kini semua itu tidak ada lagi dan kaum perempuan juga diberi hak yang sama dengan kaum laki-laki terutama dalam menempuh pendidikan, belajar sihir, serta teknik berpedang.
Akademi Eidothea adalah akademi pertama dibangun yang menerima setiap murid dari berbagai kalangan sosial dan tanpa memandang gender. Kekaisaran juga tidak akan segan menurunkan hukuman jika terjadi penindasan terhadap perempuan atau pun laki-laki. Atas inilah kaum perempuan tidak lagi dianggap remeh dan peran mereka di acara salon lebih besar dibandingkan kaum laki-laki. Para perempuan di salon, tidak hanya terlibat debat maupun diskusi, tetapi juga menjadi organiser atau pemimpin yang lebih baik dibandingkan kaum laki-laki.
Selain itu, di zaman sekarang ini, kesatria maupun pemimpin pasukan perang dan ekspedisi zero domain tidak memandang gender. Jadi tidak mengherankan jika perempuan menjadi pemimpin pasukan bahkan ada rumor beredar jika Kepala Keluarga Majestic Families dari kalangan perempuan jauh lebih mengerikan dibandingkan laki-laki.
****
Arthur tersenyum tipis. Itulah yang dia lihat dari sosok Aalisha. Gadis kecil yang sepertinya memegang prinsip feminisme yang takkan segan memenggal kepala orang lain, buktinya saja, Majestic Families ditantang olehnya.
"Kau tahu kisahnya?" ujar Arthur.
"Tentu saja, aku tak begitu ingat pada generasi ke berapa, tetapi masih peralihan ketika salon kembali dipegang kekuasaannya oleh kaum perempuan. Jadi di suatu wilayah, ada bangsawan perempuan mengadakan salon, pada saat itu, beberapa laki-laki merasa tak senang jadi mereka menghampiri salon tersebut dan hendak mengacaukannya. Tuan rumah berdebat dengan para lelaki itu jika tidak mau membubarkan acaranya, tetapi para lelaki masih ngeyel. Hingga puncaknya ketika salah satu lelaki bodoh hendak menampar si tuan rumah, tetapi digagalkan oleh tamu spesial di salon tersebut. Anda pasti tahu siapa dia ... salah satu keturunan utama Majestic Families. Dalam hitungan detik, dia membuat sekumpulan lelaki itu babak belur dam bersumpah akan menghancurkan siapa saja yang mengusik acara dihadirinya. Sejak saat itu pula, tak ada lagi yang meremehkan perempuan di acara salon."
"Tidak kusangka jika kau tahu akan salon, sejarahnya, cerita itu bahkan ideologi feminisme." Arthur menuang kembali teh ke dalam cangkirnya. "Aku jadi penasaran, bagaimana bisa kau sudah mendapatkan pengetahuan itu? Padahal sepertinya hanya kaum borjuis yang mempelajarinya."
Sontak Aalisha menatap tajam setelah menyilang kakinya lalu berujar, "tarik kata-kata Anda, Master Arthur. Apakah Anda berpikir hanya kalangan borjuis yang mampu mendapatkan pengetahuan? Di zaman sekarang, pendidikan adalah segalanya. Jika pun kaum proletar tidak menempuh pendidikan, mereka masih bisa belajar melalui buku. Jadi minta maaf atas kata-kata Anda karena aku membenci hal itu."
Arthur tersenyum simpul, senyuman yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya jadi terpesona. "Gadis yang cerdas."
"Apa?!!" Sayangnya tidak berpengaruh pada Aalisha.
"Aku meminta maaf, tetapi sepertinya kau salah memahami maksudku. Aku setuju jika setiap kalangan harus mendapatkan pendidikan serta punya pengetahuan---"
"Jadi apa?" Aalisha menginterupsi.
"Maksud dari pertanyaanku ...." Perlahan Arthur menopang dagunya dengan kedua tangan. "Bagaimana bisa gadis berumur 11 tahun sepertimu sudah mempelajari masalah ideologi atau pun filsafat, terkecuali jika kau seorang bangsawan atau anak yang dididik sangat keras sejak kecil. Sedangkan kau berasal dari kaum proletar. Benar 'kan Aalisha?"
Ke-pa-rat!! batin Aalisha mengumpat dan mengutuk Arthur berkali-kali di dalam hatinya. Namun, gadis itu tidak panik sama sekali karena dia benar-benar mampu mengontrol raut wajahnya.
"Tentu saja karena seperti yang Anda katakan sebelumnya jika aku adalah gadis yang cerdas."
Satu kalimat itu cukup membuat Arthur yakin jika dia mengangguk kecil. "Begitu. Oh ya, apa kau suka dengan salon dadakan ku ini?"
"Tidak buruk."
"Baguslah karena kau pasti takkan bisa hadir di acara salon yang sebenarnya."
Aalisha merasa ubun-ubunnya memanas karena secara tak langsung Arthur menghinanya. Maka Aalisha pun menaruh cangkirnya, lalu tangannya terbuka, seperti gesture mempersilakan, sehingga kelima ujung jarinya menunjuk ke arah Arthur seakan-akan satu jari saja tidak cukup mempertegas maksudnya.
"Kau bajingan sekali ya, Master Arthur."
Arthur malah terkekeh kecil. Sungguh di luar dugaan, Aalisha baru pertama kali bertemu manusia yang dihina berkali-kali bukannya marah, malah tertawa? Unik sekali masternya ini, semakin ingin Aalisha mengumpat secara langsung.
"Jika sikapmu Aalisha, kalau tidak, kau takkan bisa hadir di acara salon sungguhan?"
"Kau-Anda harus tahu jika aku takkan pernah hadir di acara seperti itu bahkan jika diundang resmi oleh putri mahkota sekali pun!"
"Kenapa? Apa karena kau berada di tempat yang berbeda?" Arthur tersenyum seolah dia adalah iblis yang menemukan cara licik untuk menghancurkan hidup musuhnya.
Melihat senyuman Arthur membuat Aalisha kesal seribu kali lipat. Jadi dari pada rasa kesal menguasainya, Aalisha kembali ke topik awal, yaitu alasan Arthur mengundangnya minum teh bersama.
"Abaikan salon, tak ada gunanya membicarakan hal itu. Jadi apa alasan Anda mengundangku minum teh?"
Arthur menuangkan teh lagi di cangkirnya dan cangkir Aalisha. "Aku hanya ingin bertanya kabar saja, bagaimana kehidupanmu di akademi ini? Kau menyukainya, tapi kutebak jika kau menyukai tempat ini?"
Suka? Dari sisi mananya Aalisha suka kehidupan akademi ini? Suka karena ketiga Majestic Families seolah mengancam nyawanya setiap saat atau suka ketika murid-murid lain membicarakan dirinya serta memandang rendah padanya?
"Tentu saja aku suka ketika orang-orang bergosip tentangku dan Tiona Delilah membanting tubuhku tanpa ampun pada latihan pertama!"
"Baguslah jika kau menyukainya terlebih ini pertama kalinya kau bersekolah."
Aalisha menggebrak meja dengan satu tangannya. "Anda memang bodoh atau hanya mempermainkanku sih? Aku dibicarakan satu akademi padahal belum satu bulan di sini."
"Bukankah itu semua karena ulahmu sendiri?"
Aalisha yang tadinya mengepalkan tangan kini dia lepaskan. Menghela napas panjang karena sadar jika sebagian hal yang terjadi karena perbuatannya sendiri.
Arthur melanjutkan perkataannya. "Meskipun begitu, bukankah tak semuanya buruk? Kau memiliki teman 'kan, mereka yang satu asrama denganmu itu?"
"Anila dan Mylo?" tanya Aalisha sedikit mengangkat kedua alisnya, lalu tawa gadis itu menguar. "Anda pikir mereka temanku? Lucu sekali, ha ha, harus Anda ketahui bahwa aku tak percaya pada mereka begitu saja. Teman, itu takkan pernah bertahan lama di dunia ini."
Arthur terdiam, jadi Aalisha kembali berujar, "pada akhirnya, suatu hari nanti, mereka hanya akan membuangku, begitulah dunia berjalan. Manusia hanya akan berpihak pada mereka yang punya kasta, harta, tahta, kekuatan, bakat, dan lainnya sedangkan yang bukan, pada akhirnya akan dibuang begitu saja."
"Dan kau berpikir jika mereka akan begitu?" tanya Arthur masih dengan wajah datarnya seolah tidak terkejut sama sekali dengan perkataan Aalisha.
"Ya, pasti. Mereka hanya terlalu baik Master, mereka belum sadar. Mereka iba padaku yang seorang gadis dari kasta bawah merangkak susah payah ke Eidothea. Ketika waktunya sudah tiba, mereka akan membuangku juga pada akhirnya."
"Apa sebelumnya kau pernah begitu?" Arthur bertanya, "kau pernah dibuang sebelumnya? Siapa yang melakukannya?"
Maka Aalisha langsung menatap dengan nyalang dan ruangan ini tiba-tiba terasa aura yang begitu pekat dan menyesakkan. "Anda tak punya hak untuk bertanya seperti itu padaku."
"Baiklah, tapi kuingin bertanya lagi. Aalisha, apa kau seyakin itu jika suatu hari mereka akan membuangmu?"
Suasana di ruangan itu kembali seperti semula. "Sebenarnya apa yang Anda inginkan Master?"
"Bagaimana jika kita melakukan taruhan?"
"Taruhan, apa?"
"Hanya taruhan kecil, tidak terlalu sulit dan sama sekali tidak merugikanmu."
Aalisha terkekeh kecil. "Jika taruhan bukankah ada hukuman atau sebagainya bagi yang kalah atau hadiah untuk yang menang?"
"Tentu. Jika kau menang, maka kau boleh meminta apa pun dariku," ujar Arthur.
"Dan jika Anda yang menang?"
"Jika aku yang menang, maka kau tetap boleh meminta apa pun dariku?" sahut Arthur cepat.
"Tunggu, apa? Gila, kalau begini tidak seimbang, bagaimana bisa aku yang menang atau kalah, maka Anda tetap dapat hukuman?"
Sudah Arthur duga jika gadis itu begitu cerdas dan sportif. "Tidak masalah untukku. Karena yang penting dari taruhan ini adalah hasil akhirnya, bukan keuntungan atau hukumannya. Bukankah taruhan ini sama sekali tidak merugikanmu?"
"Apa taruhannya? Aku harus membunuh naga."
"Taruhannya simpel. Kau tadi berkata bahwa teman-temanmu itu akan membuangmu 'kan, maka aku bertaruh jika mereka takkan melakukannya dan kau akan mengubah cara berpikirmu bahwa teman tidaklah buruk."
Hari itu Aalisha merasa perkataan Arthur sangat lucu, ia tertawa kembali yang seolah ruangan ini hanya dipenuhi tawa Aalisha saja. Taruhan bodoh apa ini? Aalisha mengubah cara berpikirnya bahwa teman adalah hal penting di hidupnya? Sungguh lawakan terlucu sepanjang hidupnya.
"Anda sangat lucu Master! Baiklah, baiklah jika itu taruhannya, aku setuju, tapi Master. Harus Anda ketahui bahwa pemenangnya sudah ditentukan dan itu adalah aku."
"Kenapa kau begitu yakin?" ujar master Arthur.
Aalisha lalu tersenyum simpul. "Karena aku, tidak pernah kalah."
"Belum tentu, Nona Aalisha. Jadi mari kita tunggu bagaimana hasil akhirnya."
Hasil? Apa yang ada dipikiran Arthur, jelas-jelas jika Aalisha akan menang karena dia begitu keras kepala dan tidak mudah berubah pandangan begitu saja. Sebenarnya kejadian apa yang akan terjadi sehingga Aalisha harus mengubah pandangannya tersebut? Mungkinkah kejadian dirinya diselamatkan teman-temannya lalu luluh pada mereka, kemudian berakhir dengan persahabatan serta happy ending?
Betapa klise sekali kisah seperti itu, Aalisha meyakini bahwa para Dewa bisa membuat skenario yang lebih baik lagi dibandingkan kisah klise tentang kekuatan persahabatan. Mungkin tragis? Ya Aalisha paling senang kisah yang berakhir tragis.
"Oh ada yang perlu kuperingatkan padamu. Bisakah untuk tidak mencari musuh lebih dari ketiga Majestic Families?" ujar Arthur.
"Ternyata Anda tahu jika aku berperang dengan mereka. Sungguh luar biasa Masterku ini, Anda sangat memperhatikan muridmu ini ya?" Aalisha menyahut dengan sangat santai sambil meminum teh hangatnya, oh dia juga memakan kue yang rasa keju.
Helaan napas Arthur terdengar lelah karena tingkah gadis ini. Pantas saja Owen sering sakit kepala. "Aalisha, kau ini benar-benar-"
Suara keras dan memekakkan telinga terdengar ketika seekor naga tidak terkendali menabrak dinding ruangan master Arthur, tabrakan naga tersebut menyebabkan ruangan di dalamnya bergetar, sebagian hancur, dan kaca-kacanya retak. Dari dalam ruangan, Aalisha dan Arthur bisa terlihat ekor naga tersebut yang kemudian terbang tak terkendalikan lagi hingga menabrak menara lain.
Arthur sontak menuju jendela kemudian terdengar suara teriakan para murid bersamaan kegaduhan terdengar di luar. Tidak hanya naga, tetapi beberapa binatang jenis biasa dan magis dari kandang akademi terlihat menyerang para murid. Beberapa kuda, begitu binatang-binatang lain berlari tidak tentu arah, tak terkendali, hingga membuat para murid terluka.
Arthur kembali menatap pada Aalisha yang tengah meminum tehnya. "Aalisha."
"Apa? Kenapa Master?" sahut gadis itu dengan santai kemudian meletakkan cangkirnya yang sudah kosong lalu memakan beberapa potong kue keju.
"Tidak, tidak ada, sial. Kenapa mereka mengamuk tak terkendali." Arthur segera berjalan keluar, tetapi sebelum itu, dia memberi pesan singkat pada Aalisha. "Jaga dirimu. Jangan lakukan kebodohan dan hindari serangan binatang atau tetaplah diam di sini sampai keadaan tenang kembali!"
Tidak menggubris perkataan Arthur. Aalisha masih tenang di kursinya, menatap pada Arthur yang sudah tak terlihat punggungnya lagi. Kini gadis itu mengambil teko hendak menuangkan teh lagi ke cangkirnya, tetapi sayang sekali karena teh itu sudah habis bahkan setetes pun tidak bersisa. Selain itu, kue keju juga sudah habis, tersisa hanya kue cokelat dan Aalisha tidak begitu menyukainya. Aalisha bingung hendak melakukan apa lagi.
"Aku ingin kue keju, bisakah aku memesan pada master untuk membelikanku kue ini?" ujarnya.
"Tidak? Kau yakin? Ah benar sih, dia pasti tak mau, sudah kuduga jika dia bukanlah master yang baik hati atau hanya padaku dia bersikap seperti antagonis," sahut Aalisha lagi.
Gadis itu menatap ke jendela, terlihat ada salah satu jenis binatang magis yang berbulu lebat, berwarna putih, dengan sayapnya seperti kelelawar, dan terbang ke sana-kemari karena bebas dari kandangnya.
Dia menghela napas, meraih sapu tangan di pinggiran meja, kemudian membersihkan sisa-sisa makanan yang dirasa menempel di bibirnya.
"Minggu yang buruk di Eidothea," ujarnya terlihat lelah. "Baiklah mari lihat, penyebab kekacauan di Akademi ini."
****
Sekitar malam lalu, tim penelitian binatang magis dari kerajaan setelah pulang dari ekspedisinya menitipkan seekor naga ke akademi karena ada suatu hambatan ketika hendak kembali ke kerajaan. Alasan Eidothea yang dipilih karena hanya di sini ada tempat atau kandang hewan, selain itu desa-desa di luar wilayah Elysian, ditakutkan terjadi keributan karena ada seekor naga maka pilihan paling tepat adalah menitipkan naga ini ke akademi.
Cozzurth Ammiat itulah jenis naga yang dibawa oleh para peneliti. Naga ini baru berumur beberapa tahun sehingga besarnya tidak seperti naga yang sudah sangat tua. Cozzurth Ammiat terlihat seperti naga pada biasa, tetapi kedua sayapnya begitu besar dan lebar, serta tipis seperti sayap kelelawar. Naga ini punya dua ekor. Ekor pertama berupa sayap juga yang seperti sayap kelelawar, sedangkan ekor kedua berbentuk pisau tajam seperti kaca. Naga ini memiliki bentuk mulut seperti burung elang dan tanduk yang menjulang ke belakang. Warna kulit naga adalah biru dan krem dengan ekor kedua berwarna biru laut.
Naga ini mampu menciptakan badai dengan kedua sayapnya yang jika sudah dewasa, mampu dengan mudahnya menghancurkan kastil hanya sekali kepakan sayap, lalu api yang menyembur dari mulutnya akan berwarna biru terang. Beruntungnya naga ini masih muda jadi tidak seagresif naga yang sudah tua, kemungkinan api yang disemburkan naga ini belum terlalu kuat.
Sejak semalam itu, semuanya baik-baik saja, kondisi naga yang baik, tidak luka dan sakit bahkan sang naga terlihat begitu damai. Hanya saja, para penjaga tidak sadar jika naga tersebut memperlihatkan gelagat aneh dan mulai risi karena tak mau terjadi keributan dan mengganggu para murid, maka mereka memaksa naga tersebut tunduk dengan sihir yang malah semakin membuat naga itu risi dan kesal.
Puncaknya terjadi ketika siang di Minggu hari, terdengar kericuhan di kandang binatang kuda yang biasanya dijadikan tunggangan atau latihan anak-anak akademi, lalu terdengar keributan di beberapa kandang hewan lainnya. Mereka semua panik dan tiba-tiba saja mendobrak paksa pintu kandang berakhir dengan semua binatang kabur. Keributan dan kepanikan ini semakin diperparah ketika naga Cozzurth Ammiat menghancurkan rantai yang mengekangnya dan menerobos barrier.
"Siapa pun yang mampu, tenangkan para binatang dan jangan sampai keluar dari gerbang Eidothea!" teriak lelaki berasal dari asrama Faelyn mulai mengomando.
"Sebagian murid, kembali ke asrama atau menjauh dari serangan binatang!" teriak perempuan kacamata berasal dari asrama Arevalous.
"Sialan, ini lebih parah dari kejadian orxium lalu!" timpal salah seorang yang berhasil menangkap salah satu binatang magis.
Lelaki berasal dari asrama Gwenaelle setuju dengan perkataan temannya. "Mereka terlihat lebih ketakutan dan panik, bahkan bersikap aneh karena menyerang yang lain."
"Benar!" sahut murid lain sembari menjinakkan seekor kuda lalu dibuatnya tertidur agar tidak memberontak lagi. "Padahal binatang di akademi ini sudah jinak semua, kenapa bisa mengamuk dan menyerang begini? Aneh, seolah-olah mereka sedang-"
"Dikendalikan atau ada sesuatu yang sengaja membuat mereka jadi tak terkendali begini."
"Ya! Sudah kubilang kalau ada yang aneh! Kayaknya kejadian orxium lalu juga sama kalau para-"
Perkataan mereka terhenti karena sangat terkejut dan wajah mereka pucat pasi ketika melihat tepat di menara depan, seekor naga bertengger di sana dan mulai berteriak yang suaranya sukses memekakkan telinga para murid. Naga itu dengan cepat mengepakkan kedua sayapnya membuat beberapa murid yang ada di sana terlempar hingga tubuh mereka membentur dinding akademi, beberapa juga berakhir pingsan.
"Sial kabur!!" teriak seorang gadis bersama dengan teman-temannya kabur menuju kastil akademi.
"Kenapa sekolah mau menerima naga gila itu sih!!" teriak salah seorang lagi.
"Cepat semua, masuk ke dalam kastil!" teriak seorang pria lagi. "Yang lain pasang barrier agar tidak masuk ke dalam kastil!"
Murid-murid yang ketakutan dan panik memilih untuk bersembunyi dan menjauh dari kegilaan para binatang terutama naga bersayap kelelawar sedangkan mereka yang dianggap mampu berusaha untuk menenangkan binatang lain karena kalau hanya bergantung pada para profesor, pasti akademi ini sudah hancur duluan. Apalagi sebagai profesor berada di luar akademi karena ada urusan penting di kota Scheorinweed. Sialan, kenapa kericuhan ini terjadi ketika para profesor pergi ke luar akademi.
Semua sibuk dengan urusan mereka, terlihat lebih banyak yang berusaha untuk membantu menenangkan masalah ini terutama ada naga yang juga mengamuk. Bahkan para murid angkatan baru saja berusaha semaksimal mungkin, paling tidak mereka harus mengevakuasi murid lain yang pingsan dan terluka.
Hal ini, berbeda dengan tiga orang yang dikatakan sebenarnya sangat mampu menyelesaikan masalah ini dengan mudah, bahkan hanya dengan jentikan jari mereka, tetapi malah memilih untuk tidak turun tangan karena kemalasan sedang menyelubungi terlebih ini hari Minggu. Ketiga orang itu, tidak lain dan tidak bukan adalah 3 Keturunan Utama Majestic Families.
"Tidak bisakah gunakan sihir pengendali! Langsung tundukan semua binatang ini! Sialan, Minggu ini buruk sekali!" Lelaki berkacamata asal Gwenaelle berujar pada temannya yang tengah duduk di atas salah satu binatang magis yang berhasil dia buat pingsan.
"Tidak bisa," sahutnya tenang, "mereka lepas kendali, jadi susah untuk melakukannya. Lagi pula menggunakan mantra pengendali akan membuat neith-mu terkuras habis, lalu jumlah yang mengamuk banyak, jadi merepotkan."
"Tidakkah ada cara lain? Oh ayolah Athreus! Kau kan kuat!" balas temannya kesal karena sikap Athreus yang menganggap kericuhan di akademi ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. "Atau kau hanya malas untuk membantu?"
"Aku bukan penjinak binatang jadi serahkan saja pada yang lain, tuh lihatlah, ada yang berusaha menangkap kuda." Athreus menunjuk pada dua murid yang berusaha menjinakkan kuda, tetapi berakhir dengan kuda itu mengentakkan kakinya ke wajah kedua murid tersebut.
"Kalau ada garis keturunan De Lune, maka dialah yang akan menyelesaikan masalah di sini. Sayangnya keturunan mereka begitu sedikit bahkan Keturunan Kepala Keluarga De Lune saja masih dikabarkan menghilang," sambung Athreus.
"Dasar kau! Aku akan pergi membantu yang lainnya," sahut teman Athreus sedangkan empunya sama sekali tak peduli. Kini Athreus bersenandung kecil.
"Bosan, sangat membosankan. Aku ingin mengganggu orang lain. Kira-kira mana yah little girl? Apa yang dia lakukan disaat seperti ini?" Senyuman terukir.
Di sisi yang berbeda, Nicaise terlihat duduk di salah satu bangunan menara sambil membaca buku dan sesekali meminum il tè priel-nya.
"Kau hanya akan diam saja?" sahut temannya yang kewalahan karena ada binatang magis jenis Poinoid yang beterbangan di sekitar menara.
Nicaise tersenyum kecil tanpa menoleh sedikit pun. "Ceritanya lagi masuk konflik, aku malas membuang waktu hanya untuk hal remeh-temeh begini. Bukankah membaca buku lebih penting ketimbang menjinakkan hewan-hewan?"
"Remeh-temeh kau bilang?" sahut temannya yang amarah naik ke ubun-ubun. "Kejadian ini bisa saja membuat Akademi hancur, tak kau lihat, ada naga jenis Cozzurth Ammiat! Bagaimana jika naga itu melukai yang lain?"
"Bukan urusanku. Mengapa kau tak tenang saja dan menikmati Minggu ini dari pada berkontribusi menjadi penjinak binatang. Biarkan yang lain yang menanganinya."
"Aku sama sekali tak mengerti cara berpikir seorang Majestic Families sepertimu!" sahutnya dan pergi meninggalkan Nicaise.
Nicaise menghela napas. Dia lalu mengedarkan pandangannya. "Tadi kulihat Aalisha, sepertinya luka di wajahnya sudah diobati. Baguslah ... oh sampai mana tadi kubaca ya." Lalu kembali fokus pada bukunya.
Berada di sekitar menara astronomi, di sanalah Eloise berada sambil menatap segala kericuhan yang ada. Sesekali ia tertawa karena melihat beberapa murid yang panik dan ketakutan karena dikejar binatang magis.
"Bodoh sekali, bagaimana bisa manusia seperti mereka masuk ke akademi ini?" Eloise menguap karena tadi dia bangun tidur sekitar pukul empat, lalu bersama Nicaise harus menginterogasi seseorang.
"Anda akan diam di sini saja?" tanya seorang Orly yaitu Lucha'rian yang perlahan menuangkan teh di cangkir Eloise.
"Pertanyaan bodoh macam apa itu?" sahut Eloise, "mustahil aku turun tangan hanya untuk masalah sepele ini."
"Jadi Anda hanya akan menonton kegaduhan hari ini?"
"Tentu saja, aku merasa lelah jadi kericuhan ini cukup membuatku terhibur. Apalagi kalau gadis bernama Aalisha itu, diinjak Cozzurth Ammiat hingga menjadi tikus geprek. Aku akan sangat senang." Maka Eloise pun terkekeh kecil.
Para keturunan Maha Agung di Akademi Eidothea sama sekali tidak tertarik untuk menyelesaikan masalah sepele seperti keributan hari ini. Bagi mereka semua itu adalah suatu kesenangan dan penghibur.
Lagi pula jika murid-murid lain bisa melakukannya, mengapa harus mereka?
"Sudah kuduga, jika hari ini sangat menghibur," ujar ketiganya di waktu yang bersamaan.
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Hola!! Terima kasih untuk pembaca yang bertahan dengan cerita ini^^
Jika ada yang bertanya, mengapa alurnya lambat? Karena cerita ini memang dibuat long-story, lalu karena masih book 1 jadi tentu saja harus penceritaan dan penjelasan akan world-building. Kalau tidak, kalian akan bingung dengan istilah khusus di cerita ini. Namun, gue sebisa mungkin kasih konflik atau kejutan biar nggak bosan.
Poinoid
Prins Llumière
Sabtu, 17 September 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top