Chapter 15
Kelas pertama berakhir dan kini mereka harus segera menuju kelas selanjutnya yang berada di lantai dua. Aalisha perhatikan jika Mylo kesal karena Killian yang sempat-sempatnya melayangkan hinaan pada Aalisha sebelum pergi meninggalkan kelas. Helaan napas terdengar, mengapa Mylo menjadi marah padahal Aalisha yang dihina di sini? Sulit sekali ia mengerti jalan pikiran manusia ini.
“Kurasa Lè Ephraim sudah berhenti membicarakan kabar keturunan utama De Lune,” ujar Mylo kemudian karena tak ada obrolan yang dilayangkan Aalisha maupun Anila.
“Mereka bukan berhenti membicarakan, tapi hanya jarang, apalagi tidak ada kabar hasil pencariannya lalu kalau terdengar gosip aneh-aneh, pihak keluarga De Lune takkan segan-segan untuk membunuh penyebar gosip jadi banyak yang memilih untuk diam sampai kabar asli terdengar,” jelas Anila.
De Lune, salah satu dari 8 Majestic Families. Garis Keturunan Utama dari Kepala Keluarga De Lune saat ini adalah Aldrich Galad De Lune. Aldrich merupakan satu-satunya keturunan utama sehingga tidak memiliki saudara. Ia juga murid akademi Eidothea yang dikatakan sangat berprestasi. Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu ketika Aldrich hampir menyelesaikan sekolahnya di sini. Ia mendapat surat resmi dari Kekaisaran yang memintanya untuk ikut dalam ekspedisi militer Zero Domain atau Domain Expansions dibawah kekuasaan bangsa iblis.
Maka Aldrich pun ikut yang dikatakan ekspedisi itu bisa mencapai satu bulan lamanya. Setelah berselang satu bulan, para pasukan berhasil kembali, tetapi mereka gagal total, parahnya pasukan dan beberapa pemimpin kembali dengan selamat sedangkan Aldrich tak ada di sana.
Akibat hal inilah pihak Kekaisaran marah besar. Diceritakan salah satu prajurit yang ikut bahwa mereka menghadapi iblis kuno yang sangat kuat dan mereka akan mati andai jika tidak ada Aldrich di sana jadi secara tidak langsung Aldrich menyelamatkan mereka semua agar para pasukan bisa kembali.
Pihak keluarga De Lune yang tahu hal ini langsung murka. Hal ini tentu saja karena harusnya pasukan melindungi Aldrich yang satu-satunya garis keturunan utama dan penerus kepala keluarga selanjutnya, tetapi mereka lebih memilih untuk kembali dalam keadaan gagal dan kehilangan Aldrich.
Keluarga De Lune menyatakan jika pasukan itu adalah para pengkhianat dan sengaja melakukan percobaan pembunuhan Aldrich Galad De Lune karena harusnya nyawa seorang Keturunan Utama Majestic Families lebih berharga dibandingkan 5000 nyawa manusia. Maka hukuman mati dijatuhkan pada 15 pasukan dengan lima pemimpin, hukuman itu langsung dilakukan oleh Kepala Keluarga De Lune yang terkenal sangat kejam dan bengis.
Sejak hari itu, banyak kabar yang beredar jika Aldrich sudah mati, tetapi para tetua dan cabang keluarga De Lune sangat yakin jika Aldrich tak mungkin mati semudah itu. Maka dikirimlah pasukan khusus di bawah pimpinan keluarga De Lune langsung ke Zero Domain yang menjadi wilayah hilangnya Aldrich, sesampainya di sana, para iblis diratakan dan tidak kunjung ditemukan jasad Aldrich. Hal ini membuat pihak De Lune yakin jika Aldrich masih hidup dan ditetapkan sebagai status menghilang.
Hingga detik ini proses pencarian Aldrich masih dilakukan walaupun tidak disebarluaskan ke seluruh penjuru kekaisaran karena dikatakan ada pasukan khusus untuk mencari Aldrich. Namun, kapan pencarian itu membuahkan hasil? Di manakah keberadaan Aldrich? Apakah ia mampu bertahan karena sudah dua bahkan hampir tiga tahun telah menghilang?
Ketakutan yang dihadapi dunia saat ini adalah benar-benar terjadinya kematian Aldrich Galad De Lune karena Kepala Keluarga hanya memiliki satu garis keturunan utama atau hanya punya satu anak sedangkan istri sang Kepala keluarga telah meninggal sejak 11 tahun lalu.
Kepala Keluarga De Lune dikabarkan tidak mau menikah lagi karena dia sangat mencintai istrinya jadi hal ini tentu saja menjadi masalah yang dapat mengancam stabilitas dunia jika Aldrich ditemukan dalam keadaan tiada.
“Bagaimana jika kemungkinan terburuk itu terjadi?” tanya Mylo kemudian. Mereka sudah berada di kelas pelajaran kedua dan menunggu pengajar selanjutnya datang.
“Mustahil, banyak yang berpikir jika Aldrich pasti ditemukan,” sahut Anila sembari membolak-balikan bukunya.
“Gimana kalau tidak? Apa dunia akan hancur dan kita kembali ke zaman kegelapan.”
“Aku tidak tahu Mylo, masih ada Majestic Families yang lain.” Anila merasa bingung juga. “Atau berdoa terus agar keajaiban datang ke dunia ini.”
“Keajaiban apa?” Kini Aalisha menyahut padahal sejak tadi dia hanya diam saja.
“Entahlah, Aldrich berhasil ditemukan dan masih hidup atau … entahlah ….”
“Ya semoga,” sahut Aalisha.
****
Semua murid kembali ke kursi mereka masing-masing ketika pengajar selanjutnya memasuki ruangan kelas. Kali ini seorang wanita yang cukup tinggi dengan badan langsing. Rambutnya panjang dibiarkan terurai dengan warna brown sepia dan manik mata pink rouge.
Aha! Manik mata pink, jarang sekali Aalisha melihat manik mata itu, begitu indah. Selain itu, menariknya lagi, profesor wanita itu membawa boneka dengan rambut dikepang, mengenakan gaun merah muda serta topi bundar. Kemudian tinggi boneka itu bisa mencapai 80 cm. Sungguh kenapa dia membawa boneka?
"Perkenalkan namaku, profesor Agrafina Briella Ambrosia, mulai hari ini, aku akan mengajar dalam bidang Neith dan Nereum."
Ia duduk di kursi dan meletakkan bonekanya di atas meja, membiarkan kakinya menjuntai ke bawah. Satu kelas merasa bingung akan boneka itu. Apakah hanya hiasan atau jangan-jangan itu boneka santet? Oh mustahil karena untuk apa boneka yang terlihat elegan itu menjadi boneka santet.
Profesor Ambrosia yang paham akan mimik wajah para muridnya, ia kembali berujar dengan tenang dan santai. "Namanya Lilura, dia sahabatku, dia akan belajar bersama kalian di sini."
Sungguh jawaban itu bukannya membuat para murid mengangguk sembari ber-oh ria, tetapi semakin dibuat bingung dan merinding karena wajah boneka itu agak seram.
"Kenapa belajar bersama kita," bisik Mylo pada Anila.
"Mana kutahu, bisa saja itu boneka hidup." Anila sebenarnya juga tidak fokus juga karena sangat jarang belajar bersama dengan boneka apalagi dia merasakan aura neith cukup kuat dari boneka tersebut.
“Apa semua profesor di sini agak gak waras,” gumam Aalisha memperhatikan boneka itu. "Sialan boneka itu seram."
Dia yakin jika itu adalah Living Doll. Athinelon selalu menyimpan hal-hal gila salah satunya seperti boneka hidup. Kalau tidak salah diciptakan oleh salah satu Majestic Families, tetapi Aalisha lupa siapa.
Sebenarnya, living doll memiliki banyak jenis, salah satunya adalah Belphoebe. Belphoebe adalah jenis boneka hidup yang diberi semacam arwah serta sedikit kekuatan dari pemilik sang boneka atas hal inilah boneka Belphoebe punya kesadaran dan terkadang bersikap seperti makhluk hidup. Boneka ini juga punya perasaan atau sisi humanitas karena mendapat sedikit kesadaran atau kekuatan dari pemiliknya. Hal inilah yang membuat boneka Belphoebe memiliki ukuran yang besar dan tidak seperti boneka ada umumnya. Sering sekali boneka ini didandani atau mengenakan pakaian atau gaun yang indah.
Biasanya boneka ini, beberapa manusia menjadikannya sebagai teman bermain, tetapi ada juga yang menggunakannya sebagai alat bertarung karena Belphoebe memiliki aliran neith serta mampu menggunakan sihir.
Ada kemungkinan boneka bernama Lilura itu selain dijadikan sahabat oleh profesor Ambrosia, tetapi dijadikan senjata juga atau membantunya dalam pertarungan.
"Baiklah semuanya tolong buka buku kalian di halaman tiga!" Profesor Ambrosia mulai menerangkan pelajaran hari ini. “Sebenarnya mata pelajaran ini hanyalah dasar dan kalian sejak kelahiran pun sudah diperkenalkan dengan neith, tetapi aku akan menjelaskan lagi karena memang sudah menjadi kurikulum di setiap jenjangnya.
“Neith adalah energi yang mengalir di setiap makhluk hidup ciptaan Dewa seperti manusia, binatang, tumbuhan, ras-ras lainnya bahkan monster maupun demon. Neith juga dianggap sebagai sumber kehidupan karena segala hal yang dilakukan di dunia ini memerlukan neith terutama dalam menggunakan instrumen sihir dan hal lainnya. Selain berada di dalam tubuh setiap makhluk hidup, neith juga tersebar di seluruh alam semesta artinya di seluruh Athinelon, di setiap wilayah, distrik, bahkan di ruangan ini karenanya nama lain neith adalah Energi Kehidupan Tidak Terbatas. Layaknya alam semesta yang tidak ketahui sampai mana batasannya. Bahkan beberapa Majestic Families mengatakan bahwa neith adalah dunia itu sendiri. Lalu neith di alam semesta, jika dikendalikan mampu dipadatkan sehingga menghasilkan semacam gumpalan. Neith itulah yang menjadi bahan utama pembuatan senjata magis.
“Jadi kita pahami bahwa ada dua tipe neith. Pertama, neith yang mengalir di dalam tubuh kita dan yang kedua neith yang tersebar di seluruh alam semesta. Lalu kenapa dibedakan? Kalian harus paham terlebih dahulu kapasitas neith dalam setiap individu makhluk hidup.”
Kini di depan kelas muncul proyeksi yang sama seperti di kelas sebelumnya. Proyeksi itu berisi beberapa makhluk hidup dengan kapasitas neith yang mereka miliki.
Setiap individu makhluk hidup di dunia ini memiliki kapasitas neith yang berbeda-beda. Tingkat kapasitas neith-nya tergantung individu tersebut, tetapi juga dari mana ras asal individu tersebut. Ada individu yang sejak lahir memiliki kapasitas neith yang banyak dan ada juga yang memiliki kapasitas normal. Berdasarkan kapasitas inilah, sebesar apa kekuatan individu tersebut dan batasan yang mampu dia capai.
Selanjutnya adalah nereum yang merupakan suatu cara mengendalikan atau mengontrol neith yang ada di dalam tubuh, nereum juga merupakan suatu praktik untuk menyerap dan mengolah neith dari alam semesta kemudian diatur serta dikontrol oleh individu pengguna sehingga menjadi energi baru untuk menggunakan instrumen sihir maupun menggunakan kekuatan dan hal lainnya. Sehingga suatu makhluk hidup bisa menggunakan neith yang ada di alam semesta.
Meskipun seseorang mampu melakukan nereum sebaik mungkin, tubuh mereka tetap memiliki batasan. Jika mereka melampaui batasan dalam menyerap neith, tubuh mereka akan merasakan sakit bahkan tidak jarang ada yang sampai menemui kematian. Atas inilah, setiap individu harus mengetahui kapasitas neith dan batasan mereka sendiri.
Praktik nereum sendiri tidaklah mudah karena selain membutuhkan konsentrasi yang tinggi, penggunanya juga harus mahir dan berbakat karena ada individu tertentu yang tidak bisa menyerap neith dari alam karenanya ia membutuhkan bantuan seperti obat-obatan khusus yang membantu meningkatkan neith atau menggunakan senjata sihir yang membantu mereka menyerap neith.
Selain itu, neith juga punya kelebihan lagi. Individu makhluk hidup yang mampu mengendalikan atau menguasai neith dengan mahir atau sempurna mampu membuat mereka menjadi awet muda dan punya umur panjang. Ada beberapa manusia yang mencapai umur 500 tahun karena menguasai neith dengan sempurna. Atas hal ini jugalah, alasan mengapa para Majestic Families punya wajah yang awet muda.
“Setiap wilayah di Athinelon memiliki densitas neith yang berbeda-beda. Sehingga ada beberapa wilayah yang mudah dilakukannya nereum, ada juga yang sulit. Biasanya wilayah yang sulit seperti wilayah kekuasaan iblis. Di dunia ini, ada tipe iblis yang mampu mengendalikan neith serta menurunkan densitas neith di wilayah kekuasaannya. Hal ini dilakukan untuk mempersulit mangsanya untuk menyerap neith.”
Selanjutnya profesor Ambrosia menjelaskan jika setiap ras memiliki kapasitas neith yang berbeda dan kapasitas terbanyak dipegang oleh bangsa Iblis karenanya mereka begitu serakah. Lalu ada juga ras-ras lain yang sejak lahir banyak memiliki kapasitas neith.
“Lalu bagaimana dengan manusia?” ujar profesor Ambrosia. “Bangsa manusia termasuk pemilik kapasitas neith berada di tengah-tengah, artinya tidak terlalu lemah. Namun, ada beberapa manusia yang kapasitasnya sangat rendah sehingga tidak mampu menggunakan instrumen sihir. Meskipun begitu, dari bangsa manusilah, lahir delapan anak yang diberkahi para Dewa, yang kita ketahui membebaskan seluruh ras dari penderitaan bangsa iblis. Kini mereka dikenal sebagai Majestic Families.
“Para Majestic Families, terutama garis keturunan utama memiliki kapasitas neith yang melebihi kapasitas normal dan begitu besar dibandingkan kapasitas manusia pada umumnya bahkan mampu melebihi bangsa iblis itu sendiri."
Kini giliran seorang lelaki dari asrama Faelyn yang bertanya. “Profesor aku mendengar jika ada beberapa individu yang katanya memiliki kapasitas neith yang tidak terbatas, apakah itu benar? Jika iya, bukankah itu sangat mengerikan?”
“Benar sekali. Beberapa manusia ada yang memiliki kapasitas neith tidak terbatas, tetapi sangatlah jarang. Seingatku di generasi terdahulu, ada seorang Majestic Families yang memiliki kapasitas neith yang tidak terbatas. Manusia atau makhluk hidup yang seperti itu disebut sebagai Manusia yang Diberkahi oleh Neith. Biasanya makhluk hidup atau manusia yang diberkahi neith ini, tidak dilihat asal mana mereka karena hal ini benar-benar langsung berupa berkah dari Para Dewa. Jika bertanya apakah mengerikan? Menurutku mungkin, karena bayangkan saja, sebanyak apa sihir yang mampu dia gunakan dan sebesar apa kekuatannya.”
“Profesor, manusia yang seperti itu bukankah bisa menjadi ancaman bagi dunia? Bagaimana jika dia malah mencoba menghancurkan dunia?” Frisca giliran bertanya.
Profesor Ambrosia tersenyum kecil. “Karena itulah peran Majestic Families sebagai stabilitas dunia, selain untuk mencegah kekuatan iblis kembali menguasai Athinelon maka peran mereka juga mencegah segala hal yang bisa mengancam dunia ini bahkan dari keluarga mereka sendiri. Atas hal inilah, jika ada Majestic Families yang dikatakan memiliki kapasitas neith tidak terbatas, mereka akan mencari cara untuk menekan kekuatan individu itu.”
“Tidak ada lagi pertanyaan?” ujar profesor Ambrosia mengambil semacam bola kristal lalu berjalan menuju tengah ruangan kelas itu. “Kini aku ingin kalian mengambil masing-masing bola kristal yang terdapat di rak belakang. Lakukan sekarang.”
Semua murid menuju rak belakang untuk mengambil bola kristal tersebut. Baru saja Aalisha hendak mengambil salah satunya, Killian lebih dulu merebut lalu menyenggol bahu gadis itu. Ia sempat memberikan tatapan mengejek sebelum kembali ke tempat duduknya. Harus sabar, itulah yang Aalisha gumamkan dan hanya tersisa satu bola kristal berada di rak paling atas. Sama sekali tak bisa ia raih.
Sialan, Aalisha benci pendek.
“Hei Gilbert, bisa tolong ambilkan bola kristalnya, aku tak sampai,” ujar Aalisha setengah malas.
Gilbert malah tercengang. “Oh astaga, akhirnya kau berbicara padaku juga!” Lalu ia segera mengambil bola kristal tersebut. “Ini dia Nona Aalisha.”
“Diam, kau membuatku jijik.”
“Apakah begitu caranya berterima kasih?”
Andai Aalisha mampu, ia ingin sekali menghantam wajah Gilbert dengan bola kristal ini. Sayangnya ia tidak mau terkena tindak pidana dan dikeluarkan dari akademi di hari pertama pembelajaran. “Terima kasih.” Lalu ia segera melangkah menuju kursinya.
“Gadis itu pemalu atau sifatnya memang begitu?” gumam Gilbert.
Kini semua murid tengah memegang masing-masing bola kristal mereka. Sedangkan profesor Ambrosia berada di depan mereka dengan bola kristalnya juga. “Bola kristal ini disebut orxium, orxium digunakan untuk mengetahui bagaimana keahlian kalian dalam mengontrol neith atau sebagai alat untuk melatih pengendaliannya neith kalian. Mudahnya seperti ini ….”
Profesor Ambrosia menunjukkan cara menggunakan orxium. Semua murid memperhatikan pada bola tersebut yang awalnya di dalam bola itu kosong, tetapi perlahan terisi semacam energi yang tidak lain adalah neith. Neith di dalam bola itu berputar seperti pusaran angin lalu perlahan berubah menjadi padat hingga membentuk bola lain, lebih kecil juga yang berwarna biru muda.
“Bisa kalian perhatikan, awalnya orxium ini kosong, tetapi kini terisi energi yang membentuk bola bulat di dalamnya dan berwarna biru, itu adalah neith yang dikontrol dengan sempurna. Sebaliknya, neith yang gagal kalian kontrol tidak akan membentuk bola bulat, tetapi bentuknya tidak beraturan atau bahkan abstrak. Selanjutnya, neith di dalam orxium akan perlahan lenyap atau berkurang jika kalian menggunakan sihir, maka kalian harus menambah neith itu lagi atau menyerap dari alam semesta. Tahap inilah yang disebut dengan nereum. Kalian harus mengeluarkan energi neith, mengontrol, menjadikannya sihir atau mantra, serta menyerap neith lagi di waktu yang bersamaan. Itulah konsep menggunakan mantra. Kalian akan mempelajari hal ini di kelas yang berbeda. Sekarang akan kucontohkan lagi, tolong perhatikan!”
Profesor Ambrosia memperlihatkan orxium-nya yang berisi energi neith, lalu ia merapalkan salah satu mantra yang membuat benda-benda di ruangan ini melayang. Jika diperhatikan dengan jeli, energi neith di dalam orxium terlihat perlahan berkurang, tetapi tetap bulat sempurna hingga akhirnya energi itu habis dan benda-benda yang melayang itu berhenti serta kembali ke tempatnya masing-masing.
“Kini kalian paham ‘kan, kalau neith di orxium ini akan terkuras ketika kalian menggunakan sihir. Lalu kalian harus menyerap energi lagi atau mengeluarkan energi neith dari dalam tubuh kalian.”
Maka orxium itu kembali terisi energi neith dan profesor Ambrosia kembali menggunakan mantra membuat benda-benda di sekitar melayang, tetapi kali ini neith di dalamnya tidak terkuras dan ketika profesor Ambrosia kembali berujar, barang-barang sekitar mereka masih senantiasa melayang. “Sekarang tahu perbedaan antara contoh pertamaku dengan yang sekarang?”
Anila cepat mengangkat tangannya. “Profesor pada contoh pertama Anda, ketika Anda menggunakan mantra, Anda tidak lagi menyerap neith dari alam atau melakukan nereum sehingga neith di dalam orxium jadi habis sedangkan pada contoh kedua ini. Anda menyerap neith agar tidak terkuras, sehingga neith di dalam orxium tetap utuh kemudian Anda menggunakan mantra secara bersamaan jadi mantra yang digunakan lebih lama dari contoh pertama tadi. ”
“Cerdas sekali, terima kasih atas jawabannya Nona Andromeda,” puji profesor Ambrosia lalu menyudahi mantranya.
“Aku juga tahu hal itu,” gumam Mylo.
“Mengapa tak kau jawab?” sahut Aalisha.
“Aku malas melakukannya.”
“Alasan, bilang saja kalau kau bodoh," ujar Aalisha.
"Kau sendiri, apa kau paham? Kenapa tak angkat tanganmu untuk menjawab?" balas Mylo.
"Jika ada Anila kenapa harus aku?"
"Sama saja, kau juga bodoh," ujar Mylo.
"Kau yang bodoh." Aalisha memutar bola matanya dan tak sengaja menatap Lilura sang boneka yang entah mengapa manik mata boneka itu bergerak kemudian menatap Aalisha jadi gadis itu segera mengalihkan pandangannya. Seram sumpah!
“Yang lainnya, apakah kalian paham akan penjelasanku?!” teriak profesor Ambrosia yang siap membuat kelas ini melayang jika para muridnya tak juga paham padahal sejak tadi dia sudah mengoceh panjang lebar.
“Sudah Profesor!!” teriak mereka serempak.
Profesor Ambrosia tersenyum kecil. “Kalau begitu, aku ingin kalian mencoba hari ini, karena masih ada sekitar 15 menit sebelum pembelajaran selesai. Cobalah pusatkan neith kalian di dalam orxium lalu kontrol sebaik mungkin. Ingat hanya sampai tahap mengontrol neith kalian, tidak perlu sampai menggunakan mantra.”
Satu kelas itu tercengang kecuali Anila yang antusias sekali, dia bahkan bertepuk tangan karena praktik dilakukan sekarang. Para murid hendak bilang tak usah melakukan praktik karena lelah, tetapi mereka tak punya nyali. Maka dimulailah praktik menggunakan orxium.
Beberapa murid di kelas ini terlihat ada yang mudah melakukannya, oh pantas saja karena berasal dari salah satu keluarga terpandang. Ada juga yang membutuhkan konsentrasi penuh, sehingga teman sebangkunya enggan untuk mengganggu, takut digampar. Profesor Ambrosia menggeleng ketika salah satu muridnya ada yang hampir membuat orxium-nya meledak.
“Dengarkan aku! Jangan paksakan untuk mengontrol neith kalian jika belum stabil karena kalau dipaksakan, neith itu akan terhambur dan orxium-nya akan retak lalu meledak. Hal inilah yang disebut dengan sihir yang tidak terkendali.”
Mylo dan Gilbert memperhatikan ke meja Killian di mana lelaki itu berhasil mengontrol neith miliknya walaupun belum menjadi bulat sempurna sedangkan Anila jangan ditanyakan lagi, ia tadi mendapat banyak pujian dari profesor Ambrosia karena pada percobaan pertama, gadis itu hampir membuat neith yang bulat sempurna.
“Tetap pertahankan,” ujar profesor Ambrosia lalu menuju meja Gilbert. “Bagaimana Tuan Ronald?”
“Tentu saja Profesor, aku hampir menyempurnakannya,” ujar Gilbert percaya diri padahal neith di dalam orxium-nya bukan membentuk bulat, tetapi tidak beraturan bahkan hampir seperti bulu landak.
Helaan napas terdengar. “Tak masalah, berusaha lagi, kau hampir meledakkan orxium-nya,” ujar profesor Ambrosia lalu terdengar beberapa tawa anak kelas.
“Jika ingin memelihara bulu landak jangan di dalam orxium,” sahut Killian di tengah-tengah tawanya yang hampir membuat amarah Gilbert keluar jika tidak ditahan oleh Frisca dan beberapa temannya.
“Jangan sombong hanya karena kau berasal dari keluarga Cornelius!!” sahutnya sedangkan Killian hanya menganggap kalimat itu angin lalu.
“Aku memang lahir di keluarga terpandang, jauh darimu.”
“Gilbert, jika kau tanggapi dia, kau hanya akan membuang waktu dan melakukan kebodohan.” Kini Anila yang berujar.
“Apa kau takut tersaingi olehku? Anila.” Killian tersenyum sinis. “Aku kecewa karena orang sepertimu malah bermain dengan mereka terutama gadis rendahan di sana.”
“Jika kau berani menghina Aalisha lagi kau akan—”
“Apa yang kau lihat darinya? Tidakkah kau dengar gosip tentangnya, gadis kasta bawah yang berani pada keluarga terpandang. Sungguh memalukan.” Beberapa murid yang duduk di dekat Killian jadi saling berbisik. Seolah setuju dengan kalimat Killian barusan.
“Lebih baik aku berteman dengannya dari pada dengan manusia bermulut hina sepertimu," balas Anila.
“Aku sungguh bingung, apa sih yang kau lihat dari gadis itu, setidaknya bertemanlah dengan mereka yang punya kasta yang setingkat dengan kita!”
“Aku berteman dengan seseorang yang kuanggap bisa menjadi temanku, tidak sepertimu yang berteman hanya dengan mereka yang memiliki kasta.”
“Kau pasti akan menyesal, mau dibuktikan?” Di ujung kalimat Killian, beberapa murid kini terfokus pada Mylo dan Aalisha.
Terlihat Mylo cukup baik mengontrol neith-nya. “Sudah cukup bagus Tuan Cressida, coba untuk lebih menstabilkan neith-nya jika sudah terkumpul.”
“Baik Profesor,” sahut Mylo sedangkan di sisi lain Killian merasa menang dari lelaki keturunan Cressida itu.
“Kau belum juga mencobanya?” ujar profesor Ambrosia memecah keheningan Aalisha yang tidak juga mengumpulkan neith ke dalam orxium-nya. Hal ini tentu saja membuat murid di kelas itu kembali berbisik ke teman sebangku mereka.
“Oh itu— aku … profesor, ini tidak wajib ‘kan?” Perkataan Aalisha semakin membuat anak-anak lain menjadi yakin jika gadis itu tak mampu mengeluarkan neith ataukah ia tak ada bakat sihir, lalu bagaimana bisa masuk ke akademi ini?
“Cobalah dulu, tidak masalah, ada beberapa murid yang kukenal di angkatan sebelumnya yang membutuhkan waktu untuk mengeluarkan neith dan mengontrolnya, tetapi kini ia sudah mahir. Semua butuh waktu, Nona … Aalisha.”
Di telapak tangan kecilnya itu menggenggam orxium, cukup lama Aalisha menatapnya. Sebenarnya ia sudah mengulur waktu sejak tadi, tetapi tak ia sangka jika profesor Ambrosia ingin melihat secara langsung. “Profesor, kurasa aku takkan mencobanya hari ini, itu … akan membutuhkan waktu yang lama. Aku kasihan dengan yang lainnya karena sebentar lagi kelas akan selesai.”
Sangat berharap jika profesor Ambrosia setuju dengan perkataan Aalisha dan mengakhiri kelas ini. Namun, takdir tak berpihak pada Aalisha. “Tidak masalah, kalian juga tidak ada kelas setelah ini 'kan? Yang lain tidak masalah kan kita mengambil beberapa waktu lagi sampai Nona Aalisha berhasil mencobanya?”
“Tidak masalah Profesor!” sahut Killian sangat keras. Ia merasa senang karena melihat betapa payahnya gadis kasta bawah itu. Kini ia akan menyebarkan ke seluruh penjuru akademi akan gadis payah yang tak mampu mengeluarkan neith dan mengontrolnya.
"Ya Profesor, tak masalah," sahut murid dari asrama Gwenaelle.
“Lihat, mereka tak masalah jadi lanjutkanlah,” ujar profesor Ambrosia sedangkan Aalisha sudah mengutuk Killian dan anak lainnya berulang-kali.
“Sebisaku saja ya Profesor, sampai neith-nya di dalam orxium,” tawar Aalisha.
“Baiklah tak masalah.”
Aalisha tak punya pilihan, maka ia mencoba untuk mengeluarkan neith di dalam orxium. Ia sangat berkonsentrasi hingga keringatnya menetes, tangan kirinya agak gemetar. Hingga tiga menit kemudian, terlihat energi neith mulai berkumpul di orxium. Kini terbentuk bola sangat kecil dan agak abstrak serta berwarna hijau. Hijau, ya hijau!!
“Sudah Profesor,” ujar Aalisha sangat senang sedangkan beberapa murid malah tertawa dikarenakan warna hijau artinya neith yang begitu lemah. Gadis itu benar-benar kasta bawah yang tak berbakat, bagaimana bisa dia merangkak ke Eidothea ini?
“Diam!” ujar profesor Ambrosia membuat tawa itu berhenti lalu beralih pada Aalisha dengan senyuman kecil. “Bagus sekali Nona Aalisha, percobaan pertama yang bagus. Teruslah berlatih.”
“Terima kasih Profesor,” sahut Aalisha sangat lega.
Profesor Ambrosia lalu kembali ke depan kelas hendak mengakhiri kelas hari ini. “Baiklah, itu adalah pelajaran hari ini, teruslah berlatih. Untuk minggu depan kita—”
“Tunggu Ambrosia.” Suara itu terdengar sangat lembut dan mencekam.
Suara yang berasal dari Lilura sang boneka yang awalnya duduk manis di meja kini ia berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. “Jangan tutup kelasnya dulu.”
Satu kelas itu dibuat sangat merinding bahkan ada yang hampir pingsan karena ketakutan. Meskipun bulu roma mereka berdiri, mereka masih penasaran dengan apa yang boneka itu inginkan.
“Ada apa Lilura?” tanya profesor Ambrosia terlihat tenang padahal jantung murid-muridnya sedang terguncang.
“Aku perhatikan.” Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, hingga jatuh pada seorang saja. “Ada seorang pembohong—”
Sontak Aalisha bangkit dari kursinya dan orxium-nya terguling ke lantai ketika tiba-tiba boneka itu langsung berada tepat di belakang lehernya sembari berujar kembali. “—di kelas ini. Ho ho ho, reaksi yang bagus, gadis kecil.”
“Lilura apa yang terjadi?” Profesor Ambrosia berujar yang kini ekspresinya sedikit berubah.
“Ambrosia, gadis ini.” Lilura menunjuk ke arah Aalisha. “Seorang pembohong!!”
Tanpa ada yang sadar, Aalisha sudah mengepalkan tangannya dengan kuat, lalu ia menenangkan dirinya dan berujar pada Lilura. “Maaf, tapi apa maksud Anda, kenapa Anda menyebutku pembohong?”
“Pandai sekali kau berbicara, Nak. Kenapa kau pembohong? Caramu menggunakan orxium, kau membohongi semua yang ada di sini.” Lilura menatap pada Ambrosia dan semua murid di sana lalu kembali pada Aalisha.
“Apa itu benar Aalisha?” tanya profesor Ambrosia kemudian mendekati meja Aalisha dan mengambil orxium-nya yang terjatuh di lantai.
“Berbohong dari mananya?” sahut Aalisha ingin sekali memenggal kepala boneka itu.
Suara tawa Lilura terdengar. Aalisha ingin sekali memutus kepala boneka itu dari tubuhnya. Mengapa juga kesialan sering menimpa dirinya? “Coba gunakan orxium-nya lagi tanpa kebohongan yang kau buat-buat.”
“Bukankah sudah kuperlihatkan, aku tak terlalu mahir. Mengapa Anda memaksaku untuk melakukannya lagi, Anda mau mempermalukanku?”
“Aku tak mempermalukanmu, aku hanya tak suka kebohongan.”
“Lucu sekali.”
“Hentikan perdebatan kalian.” Profesor Ambrosia menengahi. “Kita selesaikan ini dengan cepat, Aalisha, lakukan kontrol neith menggunakan orxium lagi dan buktikan pada Lilura apakah kau berbohong atau tidak.”
“Jika kau masih berbohong, akan kuambil pita suaramu dan kujadikan milikku,” ujar Lilura dengan nada rendahnya.
“Lilura!” Profesor Ambrosia menatap sinis.
“Baiklah jika itu maumu.” Aalisha memperlihatkan orxium-nya tepat di depan kepala boneka bajingan itu. “Apa yang akan terjadi nanti, kau harus tanggung jawab, Nona Lilura.”
“Apa?” sahut Lilura kebingungan.
Aalisha menutup matanya lalu mulai memusatkan neith di dalam orxium. Satu, dua, dan tiga menit berlalu hingga perlahan terbentuk neith di dalam orxium, berputar seperti pusaran angin, lalu menjadi biru pekat hingga menjadi sangat tua. Semua yang di sana semakin kaget ketika melihat darah keluar dari hidung Aalisha.
“Nona Aalisha hentikan, kau memaksakan dirimu untuk mengendalikan neith! Kau akan melukai dirimu!” ucap profesor Ambrosia, tetapi Aalisha tak menggubris, ia terus membuat orxium-nya penuh dengan neith yang perlahan menjadi hitam pekat dan mulai retak.
“Aalisha berhenti, sudah cukup!!”
Kini Anila berdiri dari kursinya. Sangat berbahaya jika seseorang terlalu memaksakan diri untuk mengendalikan neith atau melakukan nereum karena hal itu akan melukai diri sendiri. Perlahan wajah Aalisha juga sudah sangat pucat.
Sayangnya, berapa kali pun dipanggil, gadis itu tak peduli dan terus menyerap neith hingga retakan orxium semakin banyak.
Beberapa murid terlihat menjauh dan menuju pinggir kelas karena mereka tahu jika ledakan orxium yang tak stabil mampu membuat seseorang masuk ke rumah sakit dengan luka sangat parah.
“Aalisha hentikan!” teriak Mylo.
"Hei kumohon, Aalisha hentikan!" teriak Frisca.
"Aalisha sadarkan dirimu!" timpal Gilbert.
“Hei Nak, berhenti!!” teriak Lilura dan sebelum orxium itu meledak di dalam kelas, boneka itu dengan cepat menyentuh dahi Aalisha lalu mengambil orxium-nya dan langsung dilempar keluar jendela kelas.
Suara ledakan dahsyat terdengar membuat kepulan asap hitam membumbung ke langit. Beberapa kelas mendengar ledakan itu, lekas keluar kelas mereka dan melihat dari arah menara lain terdapat kepulan asap hitam.
Bersamaan itu juga, tubuh Aalisha ambruk ke lantai dengan darah keluar dari hidungnya semakin banyak. Ia pingsan serta tubuhnya agak kejang.
“Cepat panggil petugas medis!!” teriak profesor Ambrosia. Maka Mylo serta Gilbert segera keluar kelas.
Lilura terdiam menatap gadis tersebut. Ia salah besar, ia pikir gadis itu menyembunyikan kekuatannya karenanya ia menekan neith-nya sendiri agar tidak begitu keluar di orxium, tetapi kenyataannya dia salah, karena gadis itu sepertinya cacat.
Di Athinelon, ada beberapa individu yang tidak bisa menggunakan kekuatan atau mengontrol neith secara berlebih karena akan menyakiti tubuhnya sendiri dan salah satu tandanya adalah darah yang keluar melalui hidung. Biasanya individu tipe seperti ini hanya menggunakan neith jika mendesak saja. Kondisi ini juga dikenal sebagai niteleum atau neith cacat.
Kini Lilura benar-benar membuat seorang gadis terluka parah dan harus dilarikan ke rumah sakit akademi.
Profesor Ambrosia menatap sinis pada Lilura. “Kau melampaui batas.” Ia berujar setelah membubarkan kelas dan hanya tinggal berdua saja di ruangan itu.
“Aku tahu, ampuni aku.”
“Kau hampir membuat seorang anak terluka parah! Apa yang kau pikirkan?!” Ambrosia kini merasa bersalah sedangkan Lilura hanya terdiam dengan penuh penyesalan. "Dia bukan berasal dari keluarga hebat atau Majestic Families! Dia hanya anak biasa!!"
Perlahan Lilura menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."
Profesor Ambrosia memijat pangkal hidungnya. "Sudahlah, kita harus segera melaporkan kekacauan ini dan aku akan mengecek kembali—"
“Profesor Ambrosia! Dan Nona Lilura!!” teriak Tuan Goliat Howard dari luar kelas dengan keadaan kacau balau. “Maaf mengganggu waktu kalian, tapi bisakah tolong kami, beberapa hewan magis mengamuk karena panik tak terkendali!!”
Sialan, apakah karena ledakan orxium tadi? Hari ini menjadi hari yang sangat buruk dan melelahkan!
“Kau juga bantu aku!” ucap Ambrosia masih sinis pada Lilura.
****
Malam ini terasa dingin, jadi Aalisha harus menarik selimutnya sembari meminum air hangat. Hari ini, ia sangat beruntung karena kejadian tadi siang tidak terlalu parah dan cepat ditangani jadi setelah dari rumah sakit, Aalisha diperbolehkan beristirahat di asrama.
Ya meskipun ia sempat tidak sadarkan diri selama tiga jam. Sungguh Aalisha hampir tidak percaya jika Anila dan Mylo menunggunya sampai ia sadar.
Untuk apa mereka berdua melakukan hal tidak berguna seperti itu? Membuang waktu saja. Aalisha tidak perlu ditunggu atau dikasihani oleh manusia.
Aalisha menatap obat yang diberikan oleh dokter di atas nakas, harusnya ia minum, tetapi enggan sekali ia lakukan. Kini rasa sakit di kepalanya berdenyut, telinganya pun agak berdengung meskipun begitu ia malah tersenyum kecil lalu tertawa.
"Sangat mengesalkan, suatu hari nanti akan kubakar boneka gila itu."
Aalisha menghela napas panjang lalu menyandarkan punggungnya. "Jagad Dewa. Untung aku pandai berakting."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Gue kembali~
Kalian sudah belajar di dua kelas. Bagaimana dengan kelas neith dan nereum? Lebih seru mana dengan kelas sejarah?
Kira-kira kelas lainnya bakal seseru apa ya? Apakah ada hal menarik lagi di Akademi ini atau kalian malah penasaran dengan Aalisha?
Prins Llumière
Senin, 25 Juli 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top