Chapter 10

"Namaku Aalisha, senang berkenalan dengan kalian berdua."

Kini ia menghitung mundur menuju wajah jijik keduanya karena tak menerima Aalisha. Mana mungkin keluarga hebat seperti Andromeda dan Cressida hendak berteman dengan gadis kasta bawah seperti Aalisha. Mereka juga pasti hendak melindungi dan menjaga martabat keluarga mereka. Hanya saja, pernahkah sekali saja dalam hidup Aalisha, ia berpikir bahwa takdir berkata lain?

"Senang berkenalan denganmu!" sahut Mylo sambil menyodorkan salah satu makanan yang ia bawa. "Kau mau, rasanya sangat enak, aku mendapatkan rasa cokelat."

"Aku tahu wafer ini, jadi wafer ini bisa berubah-ubah rasanya. Ada rasa cokelat, keju, nanas, bluberi, stroberi, dan masih banyak lagi. Aku paling suka dengan rasa bluberi, kau cobalah," ujar Anila memberikan bungkusan wafer tersebut pada Aalisha sedangkan dirinya juga mengambil satu wafer. 

"Aku tak menawarimu!" ucap Mylo kesal pada Anila. 

"Aku sudah mengambilnya." Kini ia memakan wafernya dan wajahnya terlihat aneh. "Huek! Aku mendapatkan rasa durian, aku benci rasa ini."

"Mampus!" Mylo tertawa puas. "Itulah jika kau seenaknya mengambil milik seseorang tanpa izin."

"Diamlah atau kau kubuang keluar!" Wajah Anila masih menunjukkan ketidaksukaan, tetapi ia tetap menghabiskan wafer tersebut karena sayang sekali jika dibuang, mubazir. "Cobalah, kuharap kau mendapatkan rasa yang kau suka."

Aalisha akhirnya menurut saja, jadi ia mengambil satu wafer kemudian langsung memakannya. Kedua orang di depannya ini menatap dengan intens dan penuh rasa penasaran.

"Rasa apa?" ujar Mylo. 

Terasa enak di mulut. Membuat senyuman kecil Aalisha terbentuk. "Cokelat, keju, kacang, susu? Itu yang kudapatkan."

"Curang!!" teriak Mylo penuh frustrasi. "Kau mendapatkan yang rasa spesial! Aku tak pernah dapat rasa itu sejak 2 tahun lalu, kupikir sudah tak ada lagi."

"Kau beruntung sekali, aku juga jarang mendapatkan rasa itu." Anila cepat-cepat menghabiskan air mineralnya karena masih merasa mual setelah makan wafer rasa durian tadi. 

"Kalau begitu, apa kalian mau? Aku bisa mematahnya terus kubagi?" Barusan apa yang Aalisha katakan! Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia berbagi makanan pada dua orang yang baru ia kenal? Tidak, ini pasti bukan dirinya! Pasti karena suatu refleks, ya, sama seperti refleks menarik pedang kalau merasa terancam.

"Terima kasih, tapi tak perlu. Habisnya jika kau berbagi, lalu aku makan, rasanya akan berubah lagi ketika sampai di lidahku." Mylo tahu karena ia pernah merasakannya.

"Oh, aku baru tahu." Karenanya Aalisha segera menghabiskan wafer tadi, lalu meminum air mineralnya. Syukurlah mereka tak mau, begitulah batin Aalisha lalu tiba-tiba dia berujar, "boleh aku memintanya lagi?" Sialan, Aalisha tak mengerti apa yang ia katakan, seolah-olah kalimat itu meluncur dengan sendirinya. 

"Tentu," ujar Mylo menyodorkan bungkusan wafer. 

"Habiskan saja, aku izinkan," sahut Anila. 

"Maaf, aku yang punya!"

"Karenanya aku izinkan," balasnya kemudian.

Aalisha memperhatikan kedua orang di depannya ini sembari meraup habis wafernya. "Kalian sudah saling mengenal? Terlihat akrab juga."

"Tidak juga." Anila menjawab setelah ia mengecek cyubes-nya. "Bisa dibilang aku mengenalnya sekitar satu atau dua bulan lalu. Kau tahu, sebelum masuk ke akademi ini. Aku sempat ada sekolah selama satu bulan semacam pelatihan singkat, kebetulan kami berada di pelatihan yang sama."

"Tak disangka ternyata kami di Akademi yang sama." Mylo menyahut. 

Anila memutar bola matanya malas. "Dia cukup menyebalkan lalu banyak oceh juga. Kuharap kau jangan terlalu dekat dengannya."

"Kedengaran ya." Mylo kembali menatap keluar. Sampai sekarang kereta ini juga belum berangkat, entah apa yang ditunggu. Kini tatapannya terfokus pada beberapa kereta kuda yang terkesan lebih mewah melintas dan terdapat emblem di pintu kereta. 

Hal ini membuat Anila maupun Aalisha juga ikutan melihat ke arah luar. Tepat di dekat mereka, ada kereta kuda yang lebih besar, ditarik sekitar empat kuda, tentunya mewah. 

"Oh, kereta kuda milik keluarga Cornelius." Anila berujar kemudian. "Kuketahui jika putra tunggal mereka masuk akademi tahun ini juga artinya di angkatan yang sama dengan kita. "

"Ya aku juga mendengar kabar itu," timpal Mylo kemudian. 

"Cornelius?" Aalisha menatap pada Anila yang dijawab dengan anggukan. 

"Salah satu keluarga terpandang, walaupun bukan Majestic Families, tapi mereka dihormati karena pemimpin keluarga mereka bekerja di kementerian militer. Seorang Marquess."

Ah, bukan itu yang Aalisha maksudkan. Ia tahu jika Cornelius termasuk keluarga apa dan alasan mereka dihormati. Maksud dari perkataan Aalisha tadi, ia hanya tak menyangka jika harus satu angkatan dengan anak tunggal Cornelius. 

"Cornelius punya ideologi yang hampir sama dengan Keluarga Clemence, salah satu dari Majestic Families. Mereka hanya menghormati orang-orang yang memiliki kasta tinggi. Di luar dari itu, mereka tak peduli bahkan parahnya selalu menghina." Anila kembali menjelaskan. Wah, benar-benar seorang Andromeda yang dikenal dengan kecerdasannya. 

"Ada banyak, kereta kuda khusus yang lewat lagi. Apa tahun ini, sama banyaknya dengan tahun lalu yang keluarga terpandang masuk Eidothea?" ujar Mylo.

"Mungkin saja."

"Mengapa kalian tidak gunakan kereta khusus seperti mereka?" tanya Aalisha. Bukankah keduanya mampu saja jika pergi menggunakan kereta kuda khusus? "Terutama kau, setahuku ayahmu bekerja di kementerian juga."

"Ya, kau benar, tapi ayahku bilang selagi sekolah menyediakan untuk apa bersusah payah menggunakan kereta khusus. Lagi pula menggunakan kereta ini atau kereta khusus, tujuannya tetap sama. Jadi aku menolak jika disuruh menggunakan kereta khusus."

Mylo setuju dengan Anila dan ia mengangguk cepat. "Aku juga. Lebih tepatnya, ibuku suka hal-hal sederhana. Selagi ada akses diberikan akademi, aku jadi tak perlu memikirkan hal lain agar sampai ke sana. Sejak kakakku dulu, kami selalu menggunakan kereta kuda yang dikirim pihak akademi."

Aalisha menyahuti, "ya benar juga, logis. Lagian kalau kita menaiki kereta api, apa harus mereka menggunakan kereta api pribadi?"

Mylo maupun Anila terkekeh. Entah mengapa, mereka merasa sangat cocok mengobrol dengan gadis kecil ini. Ya, walaupun tak yakin, apakah mereka akan berada di asrama dan kelas yang sama nantinya. 

"Kereta akan segera berangkat!!" teriak kusir kuda.

"Akhirnya, dari tadi apa sih yang mereka tunggu sehingga baru bisa berangkat sekarang," kesal Anila sembari mendengus. 

"Kalian bilang, kalau angkatan sebelum kita cukup banyak murid dari keluarga ternama?" tanya Aalisha kembali. Ia setidaknya harus mengumpulkan informasi sedikit demi sedikit agar bisa mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi di masa depan nanti. 

Anila menyahuti, sambil menatap ke kereta yang emblemnya dikenali oleh satu dunia. "Ya, angkatan kita sebelumnya, rata-rata berasal dari kalangan ternama."

"Benar, benar! Aku tahu juga dari kakakku, selain kalangan ternama, katanya, angkatan sebelum kita, terdapat 3 Majestic Families." Mylo tak kalah antusias membicarakan hal ini. "Garis keturunan utama, direct line!"

Hal itu sontak membuat Aalisha menatap pada Mylo dengan perasaan terkejut bahkan matanya jadi membelalak. Apa yang dia bilang? Tiga Majestic Families dan berasal dari garis keturunan utama? Garis keturunan langsung para pemimpin keluarga. Bukankah itu gila!

"Kau serius? Gila dong," ujar Aalisha. Masih membayangkan bagaimana sengitnya kehidupan di akademi itu.

"GILA 'KAN!" teriak Mylo kemudian, "aku saja yang mendengar dari kakakku merasa tak percaya karena hal ini termasuk momen langka. Keturunan utama berada di angkatan yang sama. Betapa berpengaruhnya mereka di akademi."

Anila menyilang kedua kakinya lalu bersedekap. "Sebenarnya hal biasa jika ada garis keturunan Majestic Families yang masuk ke Eidothea, tapi rata-rata mereka adalah garis keturunan cabang, seingatku paling banyak adalah keturunan cabang Adrastus

"Namun, beberapa tahun terakhir, keturunan cabang Clemence mulai banyak di Eidothea hingga satu tahun lalu, dikabarkan keturunan utama Clemence masuk Eidothea. Hal ini semakin heboh ketika dua keturunan utama Majestic Families lain juga masuk tahun itu. Sungguh, tahun lalu itu, surat kabar terus-menerus membicarakan mereka bertiga, terutama Ephraim. Ya, tentu saja karena hal ini dianggap seperti keajaiban. Habisnya mereka bertiga dikatakan, kelak akan menjadi calon pemimpin keluarga selanjutnya."

Aalisha sangat paham. Sudah bukan rahasia lagi jika para keturunan utama Majestic Families sangat dihormati karena mereka akan menjadi sosok pemimpin selanjutnya. Selain itu, garis keturunan setiap Majestic Families harus tetaplah ada demi keseimbangan dunia. Menjadi stabilitas Athinelon. Atas hal inilah, setiap keturunan mereka begitu dipuja-puja layaknya titisan para Dewa. 

Oh dan kini, di akademi yang sama, di angkatan yang sama juga. Ketiga keturunan utama? Bukankah begitu berat karena seolah seluruh akademi berpusat pada mereka bahkan dunia berpusat pada mereka? Karena seperti yang dunia ketahui, walaupun para Majestic Families menjadi penjaga stabilitas di Athinelon, tetap tak bisa dimungkiri jika ada perselisihan dan persaingan antara masing-masing keturunan Majestic Families, entah dari segi pengaruh di masyarakat, kekuatan, kecerdasan, serta lainnya bahkan parahnya pernah berujung saling membunuh.

"Itu artinya kekuatan dan cara bertarung mereka tidak main-main?" ujar Mylo kemudian, "aku pernah sekali melihat keturunan cabang Majestic Families bertarung dan … brutal sekali."

"Tak perlu dipertanyakan lagi. Mereka punya kapasitas kekuatan yang berbeda dengan makhluk hidup di luar Majestic Families. Aku dapat kabar jika, keturunan utama Clemence di tahun pertamanya, berhasil mengalahkan setiap lawannya bahkan kakak tingkat sekali pun. Paling-paling jika ada pemeringkatan akademi, mereka bertiga saling bersaing sedangkan yang lain hanya figuran saja." Anila menjelaskan.

Mylo kembali membuka mulutnya. "Bisa-bisa kita akan mati jika berurusan dengan salah satu dari—"

"Ya kau akan mati bahkan sebelum kau menatap mata mereka." Suara itu terdengar tepat di luar jendela kereta kuda yang sukses membuat Mylo terperanjat, kepalanya sampai membentur dinding di belakangnya.

"Sial, kenapa tiba-tiba muncul!" teriak Mylo pada makhluk terbang di sana, makhluk itu disebut Orly

"Maafkan aku, Tuan Cressida," sahutnya sedikit menundukkan kepala.

Mylo masih mengelus kepalanya yang berdenyut. "Bagaimana kau tahu?"

"Apa yang kau lakukan di sini?" Anila langsung menyahut.

"Wah, wah, bagaimana kabarmu, Nona Andromeda, menikmati perjalanan hari ini?"

Di dunia ini, Para Dewa menciptakan roh atau spirit yang terbentuk dari kumpulan neith lalu diberi nyawa oleh Para Dewa. Para roh itu disebut sebagai Orly atau dikenal juga sebagai roh pelayan (servant spirit). Sebagai roh, para Orly tidak hidup layaknya makhluk hidup lain, mudahnya Orly seperti hantu. Namun, mereka tak suka disetarakan dengan hantu yang dikatakan kedudukannya lebih rendah dari para Orly

Mereka ada di seluruh penjuru dunia terutama tempat-tempat atau daerah keramat. Sesuai dengan nama lainnya, para Orly hidup untuk menjadi pelayan dari tuan atau masternya. Meskipun dianggap roh pelayan, faktanya para Orly sangatlah angkuh, apalagi Orly Kuno yang memiliki kekuatan maha dahsyat. Untuk bisa memerintah para Orly, maka seseorang harus melakukan kontrak terlebih dahulu, tetapi tidak semudah itu karena tak semua Orly mau membuat kontrak begitu saja. 

Orly punya kriteria tersendiri akan master mereka, kasarnya diibaratkan jika beberapa Orly hanya mau membuat kontrak dengan manusia atau ras lain yang dianggap memiliki potensi atau kasta. Namun, di beberapa kasus, ada Orly yang tak mempedulikan kasta sang master, tetapi Orly itu memang hendak membuat kontrak atau bisa saja ada alasan lain dibalik itu. 

Para Master atau Tuan yang dilayani oleh Orly dapat memerintah para Orly sesuka hati mereka. Entah untuk melayani kehidupan mereka, menjadi pembantu dalam rumah, menjadi mata-mata, bahkan para Orly sering dibawa dalam pertarungan untuk mendukung Master mereka atau menjadi pasukan dalam peperangan.

Orly sebenarnya tidak terlalu butuh makanan, karena mereka menyerap neith dari alam atau menyerap neith milik masternya. Meskipun begitu, zaman sekarang, para Orly mulai mengikuti kebiasaan makhluk hidup lain terutama manusia jadi tidak heran jika melihat seorang Orly tengah berada di pesta minum teh bersama dengan tuan mereka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Anila kembali berujar sedangkan Orly itu tersenyum sembari membungkuk singkat. 

"Kenalkan aku Finnicus, aku diperintahkan oleh Masterku Yang Maha Agung untuk mengecek setiap gerbong kereta kuda apakah para muridnya lengkap atau tidak, karenanya aku tahu nama-nama kalian."

Sangat Aalisha sadari jika Finnicus baru saja tersenyum mengejek padanya. Lalu Finnicus kembali berujar, "tidakkah kalian merasa gerah di sini, harusnya lebih baik jika gerbong ini berisi dua orang saja, 'kan?"

Anila paham apa yang dimaksudkan makhluk ini, ia hendak menyahut, tetapi lebih dulu Aalisha berujar, "ya kau benar, ketika kau datang, keretanya terasa panas. Kurasa kau harus cepat pergi karena di gerbong ini, muridnya sudah lengkap. Kehadiranmu tak dibutuhkan lagi."

"Berani sekali kau menyahutiku dengan tatapan tajam itu juga!" Finnicus menjadi kesal melihat manusia tanpa nama keluarga ini, benar-benar makhluk kasta bawah. 

"Aku punya mata dan mulut jadi kugunakan, mengapa hal mudah itu saja tak kaupahami? Ah aku lupa …." Aalisha menggeleng pelan, lalu kembali berujar, "kau bahkan tak punya otak yang memadai."

Sesaat kereta ini berguncang membuat kusir kuda harus mengetuk dinding kereta agar mereka diam dan tenang. Finnicus semakin dongkol, ia lalu tersenyum. "Angkuh sekali kau, manusia kasta bawah, hina dan sangat kotor."

"Finnicus!! Hentikan!" Mylo menginterupsi. Ia tak suka bagaimana cara bicara Orly itu. 

"Maaf atas ketidaksopananku ini, Tuan Cressida, tapi apa yang kukatakan adalah kenyataannya. Gadis ini, uhm siapa namanya tadi? Aalisha! Lahir dari kasta bawah habisnya di datanya saja, tidak disebutkan nama keluarga maupun silsilahnya. Bukankah kau begitu kotor? Bagaimana bisa manusia sepertimu masuk ke Eidothea yang maha suci?"

"Finnicus!" Kini Anila yang berteriak dengan kedua tangannya mengepal kuat. 

Sayang sekali, Finnicus yang notabenenya melayani salah satu Tuan Agung di dunia ini menjadikannya begitu angkuh. "Ah, kurasa kepala sekolah sekarang ini terlalu menyayangi para anak yang lahir dari kasta bawah. Harusnya dia melakukan seleksi lagi agar hama sepertimu tidak masuk."

"Pergi dari sini atau aku akan mengusirmu secara paksa!!" Anila tak main-main, ia berani menggunakan mantra hanya untuk mengusir Finnicus yang angkuh itu. 

"Kau benar, aku juga mempertanyakan mengapa aku mendapat undangan resmi dari pihak akademi?" Aalisha berujar dengan menekan setiap perkataannya lalu bersandar serta bersedekap. "Lagi pula, kau perlu cermin untuk melihat siapa yang lebih rendah di sini. Aku benar 'kan, kau seorang roh pelayan maka ketahuilah di mana posisi pelayan berada." 

"Biadab kau kasta bawah!!!" teriak Finnicus membuat kereta kuda kembali terguncang. Suara gedoran dari kusir kuda terdengar, berkali-kali ia mengatakan untuk tenang jika tidak, keretanya akan kehilangan kendali. 

"Kau marah, artinya kau sadar." Aalisha berujar enteng. 

Suara tawa Finnicus terdengar, ia masih tak mau kalah dari gadis rendahan ini. "Kau tahu, aku Finnicus, Orly di bawah perintah keluarga Clemence. Aku bisa saja membunuhmu bahkan saat ini juga."

Anila dan Mylo terdiam sesaat. Pantas saja angkuh sekali, melayani Keluarga Clemence ternyata. Sedangkan Aalisha hanya tersenyum tipis sembari menopang dagunya. 

"Aku menunggu hal itu," sahut Aalisha sama sekali tak takut. Bagaimana bisa ya gadis itu begitu santai padahal sudah beberapa kali diancam nyawanya, benar yang Owen katakan, jika Aalisha gadis gila. 

"Aku suka keberanianmu, tapi jika membunuhmu sekarang, takkan asyik. Jadi aku ingin melihat kau hidup di Eidothea dan bagaimana rasanya ketika setiap murid menghancurkan dirimu. Kasta bawah dan kotor!" Lalu Orly itu pergi kemudian. 

Hening menyeruak kemudian. Jelas saja, Aalisha pasti akan dijauhi karena baru saja bersikap gila dengan dirinya yang bahkan tak punya kekuasaan. 

"Jika ada yang ingin kalian katakan, maka katakan saja. Jika tidak, aku ingin tidur," ujar Aalisha. 

Anila kemudian berujar dengan pelan. Awalnya Aalisha pikir, Anila akan menganggap Aalisha gila atau semacamnya. Ternyata ia salah. "Jangan terlalu dipikirkan perkataannya, lahir dari keluarga ternama atau tidak, itu bukanlah ukuran seseorang karena yang sesungguhnya adalah kemampuan yang kita miliki."

"Ya, lagi pula tadi itu, kau sangat hebat karena bisa menyahut perkataan Orly gila itu." Mylo menimpali.

Apa ini? Aalisha tak mengerti. Barusan mereka khawatir dan membela Aalisha. Sialan, ingin sekali Aalisha tertawa keras karena hal lucu ini. Sebenarnya apa yang hendak para Dewa tulis dalam takdirnya. 

"Jujur, tak kusangka jika Orly itu milik keluarga Clemence. Pantas saja sombong," ungkap Mylo. "Lagian kenapa bisa, keluarga itu mengirim Orly mereka untuk masalah akademi?"

Setiap Orly biasanya sama sombongnya dengan Master yang mereka layani jadi tak mengherankan jika mereka cukup angkuh walaupun posisi mereka sebagai pelayan. 

"Aku juga tak menyangka. Yah, mungkin karena akhir-akhir ini, sering terjadi penyerangan tak terduga, jadi untuk melindungi keturunan mereka. Pihak keluarga takkan segan-segan mengirimkan pasukan Orly," jelas Anila.

"Sungguh rumit kehidupan para Majestic Families ini." Mylo menyandarkan tubuhnya sembari meraup popcorn yang ia buka. 

"Aalisha, maaf sebagai orang yang baru kaukenal, aku berkata seperti ini." Anila berujar serius. 

"Kenapa?"

"Begini, kemungkinan kabar tentang kau yang lahir tanpa … ya begitulah, kabar tentangmu pasti tersebar ke setiap murid apalagi kau tahu 'kan kalau Orly ahli dalam menyebarkan berita serta bergosip. Jadi bisa saja, kehidupan akademimu takkan berjalan mudah … kau paham maksudku?"

Aalisha tersenyum simpul. Tanpa mendengar perkataan Anila, ia sudah paham jika sejak awal kehidupan akademinya memang akan terasa seperti  di neraka. "Aku tahu." Itulah jawaban singkat Aalisha. 

"Itu, jika kau membutuhkan sesuatu dari kami, kami akan membantumu sebisa mungkin, jadi jangan sungkan."

Anila mengangguk. "Mylo benar, jika kau butuh bantuan. Datanglah pada kami."

Perasaan aneh itu lagi yang mulai menyeruak ke dada Aalisha. Ia merasa bingung dan tak paham sama sekali. Mendengar perkataan keduanya, mungkin orang-orang akan merasa terharu, tapi bagi Aalisha, ia tak terlalu memerlukannya karena pada akhirnya … semua akan meninggalkannya suatu hari nanti. 

"Ya, akan kuingat."

"Baiklah! Aku jadi tak sabar untuk sampai ke akademi. Semoga saja kita berada di asrama dan kelas yang sama, aku merasa cukup akrab dengan kalian."

Anila menatap Mylo. "Males banget sama kamu, tapi tidak buruk juga jika kita di asrama yang sama."

"Asrama ya?" sahut Aalisha.

"Benar sekali! Setiap murid akan masuk ke asrama yang berbeda-beda nantinya, ada lima asrama di Eidothea dan setelah resmi masuk ke asrama, baru mendapatkan seragam sesuai dengan asrama tersebut. Kau tahu, kakak-kakakku selalu berada di asrama yang sama, kemungkinan aku juga seperti mereka."

"Kuharap aku di asrama yang sesuai dengan keinginanku," ujar Anila. 

Aalisha sesaat merasa ada yang aneh. Bukan karena lima asrama, itu pun ia tahu, tapi apa tadi Mylo bilang, resmi masuk asrama baru dapat seragam?

"Mylo kau bilang apa tadi? Seragam di dapat setelah masuk asrama?"

"Iya, kan nanti sampai di akademi, baru kita dikasih tahu masuk asrama apa oleh pihak akademi. Biasanya beberapa hari setelahnya baru dapat seragam, kau tahu, setiap asrama punya ciri khas warna masing-masing sebagai pembeda," jelas Mylo. 

"Ada apa?" tanya Anila bingung. 

Aalisha langsung menggeleng. "Tidak, aku hanya bertanya."

Jika seragam baru diberikan setelah ditetapkan masuk asrama apa? Mengapa Aalisha sudah dapat seragam duluan, bukankah artinya asramanya sudah ditetapkan sejak awal, sejak ia mendapat surat akademi.

Sudahlah, Aalisha merasa sangat pusing bahkan sebelum sampai ke Eidothea itu. Entah bagaimana buruknya  setiap detik kehidupan akademinya nanti.

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

Hola kembali dengan Prins Llumière^^

Akhirnya kita mengenal Orly atau Servant Spirit. Setiap Orly sebenarnya memerlukan master karena hidup mereka untuk melayani tuan mereka, tetapi ada beberapa Orly yang memilih untuk tidak melayani siapa pun.

Kebanyakan dari mereka adalah Orly kuno (Ancient Orly). Ada cukup banyak alasan bagi Orly untuk tak memiliki master. Hmm, kapan-kapan akan dibahas di dalam cerita^^

Lalu sudah diketahui nih dua dari Delapan Majestic Families. Gue sudah gak sabar untuk membahas lanjut Para Keluarga Maha Agung ini.

Menurut kalian, bagaimana sih karakter Aalisha ini? Silakan komen~

See you next hiding time!

Sabtu, 16 Juli 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top