Bonus - 13

Rezky (˘_˘") 

Hai semua kembali lagi dari sudut pandangku para pembaca budiman. Kemarin author-nya sengaja kasih jatah ke Muna karena perempuan bawel kecintaanku itu memaksa mau eksis katanya. Oke baiklah apa sih yang tidak untuk Muna-ku tersayang. Tapi ocehan Muna sebenarnya cukup aku saja yang tahu. Tidak untuk yang lain.

Bicara soal semalam kondisiku memang memburuk. Sudah lama aku tidak sakit dan semalam menjadi klimaks seorang Rezky lemah daya tahan tubuhnya. Aku menyesal karena hal itu disaksikan oleh Muna. Saat aku tidak berdaya kenapa harus ada Muna? Aku mau tampil kuat di matanya. Tapi semalam? Mungkin ini teguran untukku yang selalu menyepelekan pola makan.

Oh iya satu lagi yang sangat tidak kuterima. Perihal penyakit yang menimpaku. Yang kerenan dikit kek. Masa diare dan ujung-ujungnya urusan buang amonia pribadiku. Ah menyebalkan. Memalukan, seorang Rezky Abdi Negara dengan jam terbang digilai wanita masa dikasih konflik sakit mules-mules ala sebab pentol gila yang pedesnya nyari ribut. Ini semua ulah si burung Cendrawasih jadi-jadian. Awas kau adik ipar sialan.

Tapi tetap saja adegan itu sangat tidak perlu dijadikan konflik. Mana semalam kondisinya mendukung buat hangat menghangatkan. Ditambah lampu hijau dari Muna. Asal bercumbu aja kan boleh. Tapi dasar apes bukannya ada adegan mesra eh malah ditambah adegan buang gas sembarangan.

Kan ngeyel..

Seorang Rezky dikasih adegan itu?! Mark ama yang lainnya aja kagak pernah. Kenapa nggak ceritanya Kevin aja kemarin begitu? Kan lucu juga tuh adegan romantis ala Mr. Cowboy sama Kimi tersayang terganggu sama aroma tak sedap merebak di ruangan. Bisa-bisa trauma lagi si Kimi sama Kevin.

Kenapa harus aku? Ini namanya pembunuhan karakter. Aku bilang sama kalian kalo sebenarnya aku masih ngambek sama author-nya. Mau ditaro di mana muka gue diketawaain yang baca perihal adegan itu?

Hancur sudah harkat martabatku.

Tadinya maunya update lama aja tapi yah bagaimana lagi. Ini demi kalian dan demi Muna-ku tersayang. Baiklah segitu aja uneg-uneg ku buat author. Sekarang lebih baik aku menatap wajah Muna-ku yang masih terlelap.

Manis dan imut. Cara tidurnya seperti bayi. Terbungkus selimut dan meringkuk polos. Wajahnya sangat tenang saat tidur. Semalam Muna benar-benar menemaniku dalam keadaan paling lemah.

Terang aja lemah, cairan dan isi perut gue keluarin cuma-cuma.

Tapi pagi ini aku bangun dengan kondisi sehat, seperti manusia baru. Sebenarnya sudah sering pagi seperti ini kulalui. Dalam artian ada yang menemani di sampingku. Kalian tahu sendirikan? Bonus-bonus palsu yang selalu kudapat, tapi kali ini bukan bonus palsu seperti biasanya. Ini bonus paling istimewa, karena hanya pada wanita inilah aku memiliki perasaan paling khusus. Selain Muna tidak ada yang lain.

Lihat saja sekarang! Setelah aku mandi dan sudah mempersiapkan sarapan aku masih betah duduk di samping Muna yang terlelap. Aku mengusap kepalanya dengan lembut dan sesekali mengecup keningnya. Oh sungguh aku mau setiap pagi ada Muna di sampingku.

Rasanya ingin aku menyeret Muna ke KUA dan menikah.

"Munaaaa..." bisikku pelan di telinganya.

"Nnggg..." lenguhan yang sangat menggemaskan. Matanya menyipit beradaptasi dengan silau cahaya ruangan. Aku memang sudah membuka tirai agar cahaya matahari menerangi kami.

"Wake up honey." bisikanku membuat ia membuka lebar matanya. Muna langsung duduk tegap dan menoleh ke arahku. "Kamu masih sakit?" Muna meletakkan tangannya di keningku lalu menghembuskan nafas lega.

"Sudah normal. Bahkan segar." ada senyum tulus di bibirnya.

"Aku baru saja mandi Muna." senyumku terus menatap wajah bantalnya. Wajah khas orang bangun tidur.

Kalian tahu jika mau melihat keadaan paling alami seorang wanita itu yah sekarang ini. Wajah saat ia baru bangun tidur. Jujur yah itu wajah paling asli dari seorang wanita. Jangan harapkan kecantikan tapi lihatnya betapa alaminya Ciptahan Tuhan ini, dari wajah inilah timbul rasa tertarik yang tidak bisa dijelaskan.

Biasanya wanita yang ada di sampingku selalu bangun terlebih dahulu, mereka biasa merapikan kembali polesan palsunya atau bahkan membenahi mascara yang sudah acak-acakan di sekitar mata. Tapi Muna alami, dia jarang ber-makeup tebal sehingga tidak perlu pembenahan sana-sini. Dia asli tidak palsu.

Jika kamu sudah nyaman dengan wajah seperti ini, maka aku yakin rasa yang ada dihati itu benar. Karena ini merupakan tanda jika rasa tertarik kamu tulus. Akupun membenarkan, karena sekarang aku tidak masalah dengan penampilan Muna.

Kusutnya membuatku gemas. Bahkan aku tidak bosan menatapnya. Dia seperti habis menjadi korban angin puting beliung.

Oke Rezky lagi-lagi kau lebay bukan kepalang. Muka bantal saja kau puji-puji. Ayo jangan sampai kau terpuruk. Ingat semalam saat kau berkata i love you Muna hanya diam saja. Walaupun pelukannya semakin dipererat.

Nasib bro, playboy macam gue bisa juga di ambangin seorang gadis. Sabar Rezky! Tahan segala emosi yang kamu punya. Luapkan saat waktunya tiba.

"Mandi sana. Di kamar mandi sudah aku siapkan baju baru untuk kamu lengkap sampai pakaian dalam kamu juga tersedia. Bahkan shampo dan sabun kesukaan kamu sudah aku siapkan." aku mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan. Dia berdiri sedikit sempoyongan. Tampilannya menggugah selera, seolah kami baru saja menghabiskan malam panjang mesra. Hanya mengenakan kemejaku dia tertidur di sampingku.

"Rez apa kamu tidur nyenyak?" tanyanya sebelum masuk ke kamar mandi. Aku memang masih bersandar di tempat tidur. Menatap pergerakan Muna.

"Kamu sendiri bisa tidur nyenyak?" tanyaku balik. Dia mengangguk. "Awalnya aku khawatir karena kamu masih demam, tapi saat melihat kamu lebih dulu tertidur aku jadi mudah untuk memejamkan mata. Tidurku sangat nyaman di dalam pelukanmu." ucapnya sedikit malu lalu masuk ke kamar mandi.

"Maka menikahlah denganku agar setiap lelapmu kamu nyaman." bisikku yang mungkin tidak didengar Muna.

Muna kapan kamu membalas ucapan cintaku?

"Rezky kenapa leherku merah ke ungu-unguan begini?" teriaknya dari dalam kamar mandi. Aku terkikik geli.

"Maaf tadi aku sedikit susah mengendalikan diri. Tapi baju yang kupilihkan bisa menutupi itu." pasti kaget yah kalian? Masih brengsek kah aku?

Hei aku pria dengar batas pengendalian diri yang bisa saja melunak. Aku tidak munafik memang sempat terpancing. Hanya pria bodoh dan menyimpang yang tidak penasaran dengan sajian di depan mata. Tapi tenang tadi hanya kecupan di leher saja. Aku masih punya batasan jika menyangkut Muna. Nanti ada saatnya, jika ia sah milikku seutuhnya semua lini akan kuterjang dan kunamai dengan panggilan kepemilikan.

Apa yang kau bayangkan Rez? Ini masih pagi. Bajingan sialan kau!

Sebaiknya aku ruangan sebelah. Kakakku tadi sempat menghubungiku. Bisa kumaklumi karena semalam aku tidak memberi kabar. Walaupun dia pasti sudah bisa menebak di mana aku berada. Tapi aku tetap menjelaskan keadaanku semalam dan keberadaan Muna yang menjagaku.

Mbak Selina bahkan memaksa siang ini aku dan Muna makan siang di rumah. Baiklah nanti akan aku tanyakan dengan Muna. Mudah-mudahan saja dia mau.

Tunggu dulu! Sebenarnya aku harus memberikan pelajaran kepada Nizar. Tapi yah lihat nanti saja lah kemana arah angin membawa kami. Semua pasti ada hikmahnya. Kejadian semalam sedikit memberikan aku angin segar akan sikap Muna. Dia terlihat tulus menjagaku.

"Rez..." kepala Muna muncul di bagian pintu. Wajahnya cemberut menatapku. Emosi yang jarang ia perlihatkan.

"Kenapa?" aku menepuk sofa di sebelahku agar ia duduk sarapan bersama. Makananpun memang sudah tersaji di meja.

"Kamu curang. Mengelabui perawan macam aku. Mencuri kesempatan memberikan tanda tanpa sepengetahuan dan izinku. Untung hanya di sekitar leher saja, tidak di area terlarang yang sensitif dan rawan lenguhan kalau kata Dr.Oz. Kalau aku nggak mau gimana? Ini namanya tidak menghargai hak azasi manusia. Izin dari yang punya kamu sepelekan padahal aku kan...." dia berhenti dari kicauan di pagi hari.

"Padahal apa?" ledekku. Aku tahu dia wanita lugu yang juga penasaran. Wajahnya bersemu merah. Bisa juga dia malu.

"Makanya lebih baik kita halalkan saja hubungan kita." cara melamar yang aneh Rezky. Muna kaget nggak yah? Ekspresi wajahnya sedikit menegang.

"Muna sayang, baik aku maupun kamu pasti akan berkhianat sama janji. Terlebih aku seorang pria." Muna menunduk.

"Jadi hanya karena takut tak bisa menahan nafsu kita menikah?"

"Lebih tepatnya menahan rasa cinta." jelasku tenang.

"Kamu memang benar mencintaiku?" sekarang Muna menatapku, aku mengangguk.

"Kamu rela berkorban untuk aku?" aku mengangguk.

"Itu yang aku nggak mau. Aku takut nantinya kamu menderita."

Muna bicara apa sih? Kenapa kesannya aku yang rapuh.

"Memangnya kamu mau bertindak kekerasan dalam rumah tangga? Hei aku ini pria tangguh. Masa menaklukan istri tercinta saja tidak mampu. Tujuan menikah kan membahagiakan kamu."

"Yang aku tahu jatuh cinta itu menyakitkan dan penuh pengorbanan. Mama aku seperti itu tapi yang ia dapat adalah penderitaan."

Definisi cinta dari Muna yang seperti ini yang membuat dia takut jatuh cinta bahkan terkesan meremehkan cinta. Tidak bukan meremehkan cinta tapi meremehkan arti hidup berumah tangga. Muna tidak perduli dengan rasa yang ia miliki.

"Mama kamu itu sudah berada di level ikhlas dalam urusan cinta. Tanya saja dengan mama kamu! Mungkin dia tersiksa pernah jatuh cinta dengan papa kamu, tapi aku yakin dia tidak pernah menyesal justru mama kamu bersyukur."

"Kamu sok tahu Mas Rezky." sindir Muna.

"Aku nggak sok tahu. Karena bukti dari itu semua ada di depanku." dia menyelidik bingung. Aku semakin mendekati Muna dan menggenggam tangannya.

"Kamu dan Nizar hadiah dari rasa cinta itu. Sekarang aku tanya apa pernah mama kamu menyesali keberadaan kamu dan Nizar?" dia menggeleng.

"Mama sangat mencintai kami berdua apapun yang terjadi. Mama berjuang demi kebahagiaan kami." ada kilatan rasa sedih di mata Muna.

"Nah apa aku bilang kamu bukti anugerah cinta mama kamu. Dan aku yakin mama kamu tidak akan pernah menyesal mencintai papa kamu karena ada kalian berdua sebagai bonusnya." ku kecup kening Muna dengan sayang.

"Begitu juga aku atau para pecinta lainnya. Tidak ada kata menyesal karena dibalik setiap orang mencintai pasti terselip hadiah yang berhak kita miliki."

"Kalau bertepuk sebelah tangan?"

"Mudah saja, ikhlaskan dia dengan pilihannya." bisa aja kau Rezky.

"Tapi dia menderita karena ditolak."

"Asal yang dicintai bahagia tidak masalah." jawaban apapula ini. Sok puitis kau Rezky.

"Aneh." keluh Muna.

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, saat para pecinta sudah berada di level ikhlas mencintai, rasa itu akan sukarela dikerjakan." sedap Rezky kata-katamu.

"Mustahil." ejeknya lagi. "Rez di mana-mana cinta itu minta dibalas bukan diikhlaskan." benar juga sih.

"Lagipula mama bilang dia tidak cinta tapi takut dengan pria brengsek itu." sungutnya berapi. Ada emosi yang tidak bisa ditutupi saat Muna berkata pria brengsek. Sungguh aku tak menduga ada seorang ayah berbuat seperti ini. Papa mertua apa yang kau lakukan sampai putrimu seperti ini.

Muna jelas takut jatuh cinta.

"Tanyakan dari hati kamu. Apa benar mama kamu takut? Atau hanya alasan agar kamu tidak menutup diri dengan cinta. Mama kamu itu berusaha agar kamu tidak takut jatuh cinta." Muna berfikir sejenak.

"Iya aku juga merasa seperti itu." nah kan benar.

"Intinya kamu jangan takut sama suatu hubungan. Orang saling mencintai itu normal. Alami dan menyenangkan. Penasaran? Makanya dicoba!"

"Tapi mama menderita dan memendam itu. Aku tidak tega Rez."

"Makanya kamu balas rasa cinta aku! Kamu tega membuat aku bertepuk sebelah tangan?" jebakan ku berhasil. Nah sekarang dia bingung. Ingin rasanya ku kecup bibirnya. Muna tampak serba salah.

"Sebenarnya aku.. Aku belum siap." dari jawaban ini aku tidak sakit hati. Setidaknya membuatku semakin yakin jika Muna juga punya rasa sama aku. Aku tahu Muna sudah berusaha membalas cintaku.

"Selamanya tidak akan siap kalau belum mencoba." aku mengacak rambutnya. Baiklah pagi ini sampai di sini, jika aku paksa dengan tema ini terus Muna akan mengelak. Biar dia berfikir sendiri. Waktu masih panjang.

"Ayo sarapan, nanti aku antar kamu ke rumah." aku mengambil satu tumpuk roti bakar dengan selei srikaya.

Srikaya? Ah disaat seperti ini kenapa wajah tengil calon adik iparku yang muncul. Mataku menatap roti di tangan sambil berfikir. Lalu aku menatap Muna yang juga sedang tertawa menatapku.

"Hari ini bantu aku membalaskan dendam sama Nizar. Dia sudah membuatku gelisah sepanjang malam karena suguhan pedasnya untuk kamu kekasihku. Aku hampir mati lemas melihat keadaan kamu semalam. Nizar sialan. Kita harus bersatu Rez untuk membalas ulahnya." gerutunya lucu.

"Kita selamanya bersatu Princess Muna."

Bukankah ini yang namanya sehati? Dan sekali lagi aku mengucap syukur, perkataan Muna mengandung arti. Sabar Rezky perlahan tapi pasti Muna akan menerima cinta ini.

Setelah sarapan kami selesai aku mengantarkan Muna pulang. Selama perjalanan Muna diam saja tidak berbicara. Ia terlihat gelisah, jari-jarinya saling bertautan bergerak gelisah. Apa yang sedang Muna pikirkan yah? Aku kenapa mendadak gugup?

"Muna sudah sampai." dia masih melamun. Apa dia memikirkan cara balas dendam untuk adik tengil-nya itu. Berlebihan Muna, biar bagaimanapun Nizar bisa menjadi sekutuku nantinya. Tidak akan kubiarkan dia membenciku. Sedikit diberikan pelajaran tidak masalah.

"Jangan terlalu sadis nanti saat kita balas Nizar." aku mengacak rambutnya. Dia seperti kaget karena sentuhanku.

"Iya aku tahu." jelas Muna.

"Nanti aku jemput yah siang ini. Kakakku mau berkenalan dengan kamu." dia mengangguk lalu menatap wajahku serius. Kenapa aku jadi takut yah? Muna kenapa sih?

"Rez.."

"Iya Muna..."

"Rez. Kita menikah saja yuk!"

Apa....?

TBC..
Selasa, 02 Februari 2016
-mounalizza-

Part pendek yang bikin penasaran..
Tadinya mau panjang tapi khusus part ini cukup sampai di sini saja.
Hahahahah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top