Bonus - 10
Maaf yah lama update nya. Butuh mood yg bagus kalo kita mau melanjutkan dan kmrn moodku sdg tidak baik. Smoga kesehatan selalu menyertai kita. Maaf klo part ini garing.
Sorry for typo.
----
Rezky (งˆ▽ˆ)ง
Hari yang indah.
Indah karena hari ini aku akan pergi mengunjungi calon mertua.
Rezky apa yang kau pikirkan? Sudahlah tenang dalam menyikapi hubungan ini.
Sepertinya sikap cinta butaku memang harus segera diatasi. Jangan akhirnya penyesalan selalu datang belakangan. Jadikan penyesalan tidak akan pernah terjadi.
Ah apa yang aku bicarakan. Oke pagi ini aku memang sudah berangkat menuju Surabaya. Tadinya aku mengusulkan untuk pergi menggunakan jalur udara, tetapi Muna menolak. Ia mau pergi menggunakan jasa kereta api.
"Aku mau melihat hamparan sawah. Menyaksikan dari satu desa menuju kota dan pada akhirnya mereka yang menyatukan tiga propinsi. Aku selalu suka menikmati pemandangan Jawa di siang hari. Lama memang tapi kita bisa semakin mempererat hubungan. Membayangkan kita saling berkomunikasi dan bersenda gurau."
Baiklah ide Muna bagus juga. Akhirnya aku terima. Saat ini kami sudah berada di dalam kereta executive dengan fasilitas bagus. Ya tidak kalah dari pesawat terbang. Hanya saja memakan waktu dan sedikit bergoyang-goyang. Percaya tidak? Ini pengalaman pertamaku naik kereta api. Sebelumnya untuk berpergian di wilayah Pulau Jawa aku lebih menyukai jalur darat menggunakan kendaraan pribadi dan juga pesawat jika jaraknya cukup jauh.
Ini sangat berbeda, karena terhitung dari dua jam yang lalu saat baru menaiki kereta Muna sudah terlelap, bersandar di pundakku. Rupanya dari semalam karena terlalu bahagia akan bertemu dengan mama dan adiknya ia jadi bingung dan panik ingin memberikan oleh-oleh apa. Akhirnya semalam kami sempat mencari oleh-oleh seadanya.
Menyenangkan, sungguh karena aku merasa seperti mempunyai keluarga baru.
Sebelumnya aku sudah sering berkunjung ke Surabaya karena salah satu kakak perempuanku juga menetap di sana. Terlebih cabang RezkyBar juga ada di Surabaya.
Tapi kenapa kali ini berbeda yah?
Ah inikah rasanya menjenguk mertua? Aku membayangkan kami kembali lagi sambil membawa sesosok bayi mungil anak kami berdua.
Rezky lagi-lagi kau ber-alay ria.
"Nnggg.." Muna sedang menggeliat di dalam pelukanku. Aroma tubuhnya yang selalu kusuka menyeruak di sekitarku. "Munaku sayang." bisikku pelan.
"Ada permainan drumband di sekitar lambungku. Sepertinya mereka sedang berkerja sama dengan usus dua belas jariku dan juga team pencernanaan di dalam sini." jelasnya lucu sambil mengelus perutnya. Wajahnya masih mengantuk. Aku tahu maksud perkataannya.
Bukan Muna namanya jika tidak menjelaskan secaran rinci. "Kamu lapar?" ia mengangguk antusias. Posisi kami masih saling menatap dan ia tetap memelukku.
"Mau pesan apa? Biar aku cari waitress bagian restoran kereta api." aku mengecup keningnya.
"Bagaimana kalau nasi goreng spesial untuk Princess Muna yang sangat istimewa?" ah memang berdekatan dengan Muna bisa membuat jiwaku ceria.
"Apapun yang Tuan Putri minta siap dilaksanakan." aku pun mencari pelayan restoran kereta yang memang sering kali keluar masuk di gerbong kami. Kami menikmati makanan kami dengan tenang. Ternyata baik aku dan Muna sama-sama kelaparan. Setelah selesai makan dan minum Muna kembali bersandar di dadaku. Aku memeluknya erat. Sebenarnya ada yang berbeda sedikit dari Muna saat ini.
Kosakata dan intensitas dia berbicara agak berkurang. Antara lelah dan memendam sesuatu aku masih bingung. Apa aku tanyakan saja yah?
"Muna.." panggilku pelan. Ia masih menyandarkan kepalanya di dadaku. "Hmm.."
"Kenapa tidak berceloteh ria?"
"Kenapa memangnya?"
"Aku merindukannya."
"Aku sedang mengisi tenaga karena dipastikan setelah aku bertemu dengan mama dan Nizar aku harus punya kekuatan untuk berbicara. Makanya aku mau membuat tenang bibirku ini. Sebisa mungkin diminimalisir pergerakan naik turunnya. Di samping itu aku juga mengantuk. Mataku seolah ingin terpejam terus. Apa daya jika keinginan membuka mata sedikit? Salahkah aku?"
Tanpa sadar aku tertawa. Aku sudah tersihir dengan ucapan lebay ala dirinya dan ini semacam candu. Bayangkan jika itu anak buahku yang berbicara? Bisa kupecat tanpa pesangon jika menghadap aku menggunakan bahasa lebay dan berbeli-belit. Tapi Muna?
Ah sudahlah jangan dibahas.
"Tidurlah kembali nanti kalau sudah dekat akan aku bangunkan." aku kembali membawanya ke dalam pelukan. Sekilas ku kecup kepalanya.
"Rez.." tanyanya sambil memelukku.
"Nanti di sana kamu mau tidur di rumahku? Tapi aku nggak tahu keadaan di rumah itu kaya apa. Secara aku belum pernah berkunjung ke sana. Lagipula nih yah kalo kamu ikut aku menginap di rumah mama kamu pasti akan ditemani tidur sama adik aku Nizar. Bayangkan betapa tengilnya adik laki-laki ku itu. Ah aku yakin kamu tidak akan betah. Alangkah baiknya kamu mencari tempat tidur yang layak secara uang kamu juga banyak dan mampu, sampai mobil hilang aja kamu nggak terlalu marah sama aku. Orang kaya mah gitu otakknya." ia terkikik di dadaku.
"Iya kamu tenang saja. Aku akan tidur di rumah kakakku saja." mendengar aku berkata itu ia langsung mendongakkan kepalanya.
"Kakak?"
"Mba Selina. Kakak pertamaku. Usianya sudah tiga puluh tujuh tahun. Dia menikah dengan dokter berasal dari Surabaya. Kak Selina juga seorang dokter."
"Kamu nggak bilang punya kakak?"
"Emangnya kamu pernah tanya kehidupan aku?"
"Kamu juga nggak bilang dia menetap di Surabaya?"
Sekali lagi aku membela diri. "Kamu nggak tanya masa aku jelasin. Makanya gali dong kehidupan pacar kamu sendiri!" aku menjitak kepalanya pelan.
"Aku nggak mau terlalu jauh mengenal kamu." jelasnya singkat dan langsung kembali merebahkan kepalanya di dada. Sedangkan aku terdiam mendengar ungkapan singkat penuh makna ini.
Tidak mau terlalu jauh mengenal aku?
Harus bagaimana lagi Muna aku mampu mengambil hati kamu? Ini semua ulah berang-berang sialan. Awas saja jika kita bertemu di kebun binatang, akan aku timpuk tuh binatang sialan.
Nah kan kau kembali lebay.
Sabar Rezky, ingat tujuan awal kamu ke Surabaya meminta restu keluarga. Yakinlah jika Muna bisa mencintai kamu apa adanya dan yang terpenting ia mau merasakan cinta.
Dan yang terpenting menghargai dirinya.
•••
"Surabayaaaa..." teriak Muna di dalam taxi menuju rumahnya. Langit sudah terlihat gelap dan kami menikmati jalanan kota Surabaya di malam hari. Tidak banyak yang berbeda dengan Jakarta, macet di beberapa titik tetap terjadi. Hanya saja banyak sekali jalur satu arah di jalanan utama. Aku memang menyukai tata kota Surabaya.
"Rez nanti saat bertemu mama kamu bilangnya boss aku yah. Kita ada seminar di Surabaya. Aku belum berkata yang sebenarnya tentang jalinan kasih kita. Terakhir aku berpacaran mama selalu meminta untuk ke jenjang serius. Aku takut kalau kamu panik nantinya. Pokoknya kita berlagak layaknya boss dan bawahan yah. Ah ini seru sekali. Pengalaman pertama aku diam-diam berpacaran. Akhirnya aku merasakan emosi seperti ini. Backstreet ceritanya." terangnya panjang lebar.
"Nanti kamu biasa aja yah. Kalo perlu angkuh, tegas, disiplin, otoriter dan sangar." aku mengangguk, sebenarnya aku hanya suka ia berceloteh ria karena selama di kereta Muna lebih banyak tidur.
"Terus kalo bicara jangan panjang-panjang." aku fokus ke wajahnya, mengamati tiap suara yang keluar. Ingin rasanya aku mengecup bibir itu. Hei seharia ini aku tidak menciumnya.
"Kan kamu boss galak aku, masa banyak omong kaya tukang obat. Kaya di cerita-cerita gitu kamu manusia kaku dan menikmati kekakuannya dengan tegas. Seolah hidup kamu hanya untuk kerja. Eh tapi tunggu kita belum membicarakan jenis pekerjaan yang kamu geluti. Kemarin sih aku bilangnya kamu juragan kasur yang punya tokoh puluhan di berbagai kota Indonesia. Tapi seminar apa yang harus mewajibkan kamu datang? Emangnya ada seminar urusan kasur?"
Apa? Tunggu? Juragan kasur?
"Munaaaaaa.....!" panggilku menahan kesal. Sabar Rezky! Tarik nafas dan cari alasan masuk akal. Bisa-bisanya dia berbohong aku juragan kasur. Oh Muna apa nggak ada yang lebih masuk akal sedikit?
"Maaf aku keceplosan bilang kamu juragan kasur dan aku berkerja sebagai kasirnya." aku menutup mulutnya dengan satu tanganku.
"Tapi aku tidak mau berbohong lagi tentang hubungan kita. Aku serius Muna." tegasku. Dia berfikir sejenak lalu mengangguk sendiri.
"Baiklah jika kamu memaksa, hatiku juga akan mencoba percaya. Kita akan bilang awal aku ketemu kamu itu dipameran furniture di mana aku jadi spg-nya. Dari situ mulailah kita berkenalan dan kamu memperkerjakan aku menjadi pegawai kamu, lalu kejadian terjadi saat kebakaran menimpa ruko kamu dan aku sebagai penyebab semuanya. Seluruh kasur hangus terbakar tak berbekas, pokoknya kacau balau deh. Aku pada akhirnya membayar dengan menjadi asisten pribadi kamu. Dari situlah timbul perjuangan cinta kita, walaupun aku bersikukuh menolak tapi kamu dengan gigihnya memaksa aku untuk menjalin kasih. Bagaimana?"
Muna bicara apa sih? Kenapa dia malah mendramatisir cerita. Kasur, kebakaran, perjuangan?
"Tidak mau. Aku akan berkata jika aku jatuh cinta sama kamu apa adanya. Diterima syukur nggak diterima berarti aku harus meyakinkan lagi." kataku tepat menatap matanya. Sejenak ia terdiam mendengarnya akupun juga tidak sadar kenapa berkata yakin seperti itu.
Rezky tidak ingatkah kamu beberapa waktu yang lalu ia berkata tidak mau mengenalmu terlalu jauh.
"Kenapa kamu lebih senang dengan drama karangan lebay itu?" tanyaku penasaran.
"Kenapa kamu tidak mau mengakui dari awal pertemuan kita rasa ini alami. Kamu sadar nggak sih kalau ketertarikan kita sudah timbul dari awal? Kamu bahkan rela melepas harta berharga untukku. Jangan bilang itu tidak kamu pikirkan secara matang?" aku memegang tangannya. Pak supir di depan hanya sesekali melirik pembicaraan kami. Aku tahu dia kepo, ah biarkan sajalah.
"Mama pernah berkata saat papa menyatakan cintanya dulu seperti itu. Mereka tidak punya kisah yang berarti. Kisah mereka mengalir begitu saja dan pada akhirnya rasa berjuang papa seakan rekayasa menutupi kelainan pada dirinya. Papaku seorang pria kasar yang menganggap cinta itu sebagai alasan klasik. Sedangkan selama ini mama tau sifat aku yang menginginkan pejuang untuk menaklukan hati. Dia tidak akan mudah percaya."
Jadi ini masalahnya. Muna tidak percaya arti perjuangan sederhana. Haruskah aku melompat dari Monas agar ia percaya?
"Muna kamu pikir perjuangan aku mengakui rasa cintaku ke kamu itu mudah?"
"Mana aku tahu." jawabnya bimbang.
"Jangankan dengan kamu, dengan wanita bersifat standar saja aku sulit mengakui. Dengan wanita memenuhi syarat menggoda apalagi. Semua pernah kuyakini bahwa aku tidak tertarik. Lalu datang dirimu dikehidupanku, uniknya kamu mampu dengan tiba-tiba menetap di hati. Aku kalah oleh pesona unikmu. Dan sampai pada tahap ini tidaklah mudah Muna." aku menggeleng meyakinkan hatiku juga. Ini memang tidak mudah.
"Tidak mudah bagi pria brengsek macam aku menyerah dalam dunia yang dulu kunikmati. Dan sampai sekarang aku berusaha bertahan di kondisi ini. Aku sadar mungkin aku ditolak sama kamu tapi aku menutup mata. Aku membutakan diriku sendiri. Aku masih berharap kalau aku mampu membuka rasa cinta kamu." Muna diam mendengar penjelasanku. Mungkin memang sudah saatnya aku semakin aktif meyakinkan dirinya.
"Lagipula mendengar semua celotehan kamu itu butuh perjuangan keras mencerna setiap maksud kata-katanya. Kamu kira semua pria akan suka atau bahkan tertarik? Hei kamu itu skala berbeda di kategori wanita idaman. Butuh perjuangan extra bagi seorang pria mengakui jatuh cinta sama wanita limited macam kamu." aku menoel kepalanya. Dia mengerucutkan bibirnya lucu.
"Lama-lama kamu kalo bicara panjang kali lebar yah" aku tertawa dari sepanjang itu aku berkata dan dia menjawabnya dengan candaan.
"Dan kamu juga berubah sedikit jarang berbicara ala kereta." aku mencubit pipinya. Serius ocehan Muna sungguh candu buatku.
"Rez.. Aku nyaman dengan hubungan kita sekarang. Aku nggak mau berubah." aku hanya mengangguk. Memaksa bukan solusi, mari kita ikuti alur yang Muna mainkan.
"Maaf kalo tadi ada kata-kata yang menyakiti hati kamu Rez."
Apakah ini bisa dikatakan sebuah peningkatan? Biarkanlah Muna sadar sendiri.
Kami hanya berpegangan tangan selama perjalanan hingga akhirnya kami sampai di alamat yang disebutkan Muna. Perumahan sederhana dan sangat jauh dari kata mewah. Rumah milik keluarga Muna berada di blok d, Muna sempat menghubungi sang adik yang kalau tidak salah bernama Nizar. Muna meminta adiknya menunggu di depan, agar lebih mudah mengenali.
"Ah mana yah? Nggak tau apa mataku sudah sangat lelah." Muna melirik kanan kiri jalan. Keadaan memang sudah mulai sepi.
"Pak benar nggak ini jalan yang aku kasih tahu?"
"Benar ko mbak."
"Ah itu dia penampakan sikat jeding." tunjuk Muna ke arah kiri jalan. Aku melirik seoarang remaja yang sedang berdiri berkacak pinggang. Pertama kali yang terlihat dengan jelas adalah penampakan kepalanya yang sangat bersinar dan menjadi titik pusat semua mata melihat terlebih saat malam begini.
Gaya rambut macam apa itu?
"Itu Nizar adikku. Hahaha aku kangen sama dia." setelah mobil kami berhenti dia langsung keluar dari mobil tanpa membawa tas dan perlengkapan milik dirinya. Muna mungkin sangat rindu keluarga.
"Nizaaaaar.." teriaknya dapat kudengar. Muna langsung memeluk remaja dengan rambut mirip puding roti srikaya. Gaya rambut yang sangat aneh.
"Pak tunggu di sini yah!" akupun segera turun dari mobil.
"Zaar rambut kamu kenapa seperti ini? Aneh tau nggak? Emangnya sekolah kamu nggak protes? Terus mama gimana? Kakak tadi naik kereta tadinya mau naik pesawat tapi karena mata kakak butuh pemandangan alam yang indah dan butuh durasi lama untuk menikmatinya yah jadinya kakak memutuskan untuk naik kereta"
Munaku kembali.
"Hallah kakak bilang aja takut naik pesawat." jawab Nizar yang langsung dijawab dengan tawa cengengesan Muna.
"Muna." panggilku menyela pelukan mesra mereka.
"Dia siapa kak?" tanya Nizar menelitiku. Dan kesan pertamaku selain penampakan model rambut yang aneh ada satu lagi yang mengusikku, wajahnya sungguh tengil dipandang. Dia memasang mimik meneliti angkuh kepadaku.
Sabar Rezky, dekati dia demi kakaknya. Kalau perlu besok ajak ke salon untuk merombak tatanan rambut warna srikaya itu. Ah mendadak aku muak melihat warna rambutnya. Sungguh tidak enak dipandang. Tahan Rezky.
"Kenalin aku Rezky pacar kakak kamu." aku menjulurkan tangan sambil tersenyum tapi Nizar tidak mau membalas jabat tanganku.
Sialan.
"Pacar?" tanya-nya sinis. Oke mungkin dia akan menjadi cobaan pertama dihubungan kami.
"Iya aku pacar kakak kamu." jawabku tegas. Muna hanya diam menatapku. Dia tidak membantuku memperkenalkan diri.
"Pacarnya Kak Muna?" Nizar mendekatiku dan jangan lupakan tatapan sinis yang sedikit membuatku terintimidasi. Rezky perjuangan baru dimulai.
"Iya." jawabku tanpa takut. Sialan ini kepala srikaya, kenapa aku dibuat gugup. Bocah ingusan.
"Wah ngimpi apa Kak Muna dapat cowok ganteng gini. Biasanya mantan Kak Muna tampang pas-pas-an mendekati lumayan. Belum lagi tingkahnya yang menyebalkan dari awal sama aku. Dulu nih yah mereka mana mau datang ke rumah kami, palingan kalo datang cuma klakson motor atau mobil terus panggil kakak tanpa mau menatap aku adiknya yang rada mirip sama El anaknya Ahmad Dhani. Ini anugerah karena pada akhirnya aku menyetujui hubungan kalian. Selamat datang calon kakak ipar. Kita bisa jadi teman, kakak bahkan antek-antek untuk mengetahui pergerakan terselubung kaka." di luar dugaan Nizar langsung memeluk ku dengan segala ocehan alay-nya.
Oke ini Muna versi berbeda.
"Aku Nizar. Selamat datang kakak ipar." panggilnya lagi sambil menjabat tanganku dan wajah tengil ala puding srikaya-nya berubah menjadi kehangatan seorang adik menyambut kakak.
"Kak ko mau sama Kak Muna yang punya suara dan kata-kata kaya truk gandeng yang kaga putus-putus kalo ngomong? Terus kemampuan lidah bergerak dan menghasilkan sebuah suara yang mirip kata dan dirangkai menjadi sebuah kalimat dengan maksud tujuan tertentu membuat yang mendengar pusing bahkan muak dengan ocehan dia?" tanyanya melirik sinis Muna. Aku terkikik geli.
Nah dia apakabar? Oke apa ini semacam keturunan atau wabah dikeluarganya? Jangan bilang sang mama seperti ini? Oh bagaimana nanti dengan anakku? Apa akan seperti mereka? Mengoceh tanpa henti. Atau tidak perlu jauh-jauh bagaimana denganku? Bahkan aku mulai seperti Muna dalam urusan berbicara.
HARUSKAH AKU BERTERIAK?
"Ah Nizar kamu berisik. Udah cepat bawain barangku. Ambil sana." dorong Muna. Nizar tetap bertahan.
"Kenalin aku Nizar pria tampan dengan sejuta pesona tanpa batas. Kata sejuta hanya sekelibat kecil pesonanya saja,perumpamaan agar mengikis kecemburuan sosial diantara kaum adam."
Oke sepertinya ini lebih parah dari Muna. Ini udah lebay ditambah tengil. Selamatkan aku dari bahaya laten ini.
"Aku Rezky."
"Udah sana cepet ambil. Mama mana Zar? Bu Sita masih di sini..?" dia hanya mengangguk dan berjalan mengambil koper kecil milik Muna dan tas oleh-oleh. Sedangkan tas milik keperluanku memang sudah kupisahkan di bangku depan.
"Aku mau bertemu dengan mama kamu dulu Muna." jelasku karena sepertinya dia ingin mengusirku. Aku tahu mungkin dia butuh waktu bercengkrama dengan keluarga.
"Ayo kita masuk." dia berjalan lebih dahulu, sedikit berjalan cepat mungkin dia sangat rindu dengan sang mama.
"Mamaaaaaaa..." panggilnya saat masuk ke rumah. Saat masuk ke ruang tamu terlihat ibu tua tersenyum menatap Muna.
"Mbak cantik apa kabar?"
"Bu Sitaaaaaa." Muna memeluknya. Terlihat keduanya meluapkan kerinduan. Aku menatapnya senang. Sungguh aku mau Muna tersenyum seperti itu terus. Aku mau ia bahagia.
"Muna putriku." panggil seorang wanita yang lainnya. Kuyakini pasti orangtua kandung Muna terlihat jelas kemiripannya dengan Muna.
"Mamaaaaa.." dia beralih berhambur memeluk wanita itu.
"Muna kangen sama mama. Andai matahari bisa bicara dia pasti akan membantu Muna untuk memancarkan sinarnya ke rumah ini. Betapa panas membaranya hati Muna menunggu saat ini tiba. Muna rindu sama omelan mama. Muna rindu sama masakan mama. Muna rindu sama nasihat mama. Muna rindu sama pelukan hangat mama. Pelukan syarat akan kekuatan." aku terus menikmati pemandangan di depan ku. Adegan kerindukan seoarang anak gadis dalam pelukan sang mama, iya Muna aku juga rindu pelukan kamu sayang.
"Iya kak Nizar juga rindu sama kakak." suara Nizar berada dekat denganku. Aku ikut mengangguk. Muna dan sang mama menatapku bingung.
"Dia siapa Mun?" tanya mama Muna penasaran dan sedikit risih menatapku.
"Dia calon kakak ipar ma." jelas Nizar yang sangat dekat denganku.
Tunggu, sangat dekat hingga aku bisa merasakan kehangatan darinya.
Apa? Apaan ini. Kenapa posisiku dan Nizar saling berpelukan. Ini siapa yang memulai? Ah sungguh menggelikan. Nizar sungguh punya kelainan. Dasar kepala srikaya kenapa bisa dia memelukku?
"Minggir." tolakku secepat kilat. Muna tertawa. Ah ini karena aku terlalu terharu melihat adegan rindu ibu dan anak.
"Yah kakak ipar sendiri yang membalas pelukanku. Aku mau pelukan kakak laki. Selama ini pelukanku hanya pada wanita beo dengan perlakuan kasar."
Dia bicara apa sih? Ah terserahlah nama baikku di mata calon mertua harus bagus. Oke Rezky tunjukan.
"Maaf..permisi tante saya Rezky..." nah senyum begini kan oke jug.
"Dia boss aku ma." potong Muna. Aku melirik sekilas Muna lalu kembali menatap sang mama yang ternyata sedang tersenyum menelitiku.
Aku menggeleng dan membalas senyuman kepada calon mertua. "Saya kekasihnya Muna tante." jawabku lantang. Asyik Rezky pejantan tangguh.
"Saya Mira. Jadi kamu kekasih putri saya?" aku mengangguk mempertegas pernyataan sebelumnya.
"Iya kekasih merangkap boss di tempat Muna berkerja."
"Kak ini barangnya gimana?" tanya Nizar menyela. Muna mendekati Nizar dan segera kembali ke luar rumah.
"Tunggu sebentar yah Rez." aku hanya mengangguk kikuk. Terlebih Tante Mira menatap diriku keseluruhan.
"Mari silahkan duduk. Bu Sita buatkan minuman untuk Nak Rezky."
"Wah mbak Muna pintar mencari pacar." aku hanya terkikik sok malu mendengar ucapan ibu tua itu.
"Silahkan duduk." perintah Tante Mira. Akupun duduk berhadapan dengan calon mertua. Wuuih begini toh rasanya.
"Sejak kapan kamu berpacaran dengan Muna?"
"Beberapa bulan ini."
"Kamu sanggup dengan kicauan putri saya?" oke jika Muna lebih bertele-tele sepertinya sang mama lebih menyukai to the point. Ini yang aku tunggu.
"Karena kicauanya itu membuat aku jatuh cinta." jawaban yang membuat Tante Mira tersenyum bahagia kepadaku. Dia sempat melirik arah jendela rumah. Mungkin dia mencari keberadaan Muna.
"Tante akan langsung saja. Ini pertama kalinya Muna memperkenalkan seorang pria dengan tante. Sudah dipastikan kamu berbeda dari mantan-mantanya yang lain." aku seperti melayang. Apakah ini pujian?
"Tapi.." mata Tante Mira begitu serius menatapku. "Putri tante itu punya trauma tersendiri dalam urusan berhubungan." jelas suara Tante Mira sangat hati-hati mengatakannya.
"Muna sudah membagi kisah pilunya tidak secara rinci tapi aku cukup mengerti. Aku akan berusaha meyakinkan hidup itu bisa dibuat bahagia jika memang ada niat dari hati." aku berhenti sejenak dan menatap wajah calon mertuaku penuh keyakinan. Baiklah ini saatnya.
"Aku sengaja datang ke sini menemui anda untuk meminta restu. Aku mau serius dengan Muna." Tante Mira hanya diam dengan sedikit senyum. Sementara aku mengatur nafas lalu membuangnya seolah beban berat terlepas. Akhirnya aku bisa melangkah lebih maju untuk masadepanku.
"Apa tante merestui?" tanyaku penuh harap. Dia mengangguk dan saat mulutnya ingin memberikan tanggapan terbuka tiba-tiba suara dua adik kakak mengacaukan pembicaraan kamj.
"Maaa yang bener aja masa aku di kasih oleh-oleh buku sama alat tulis. Dikira adiknya ini anak teladan nan rajin apa? Yang elite dong kasih oleh-oleh dari ibukota. Cinderamata yang membekas dihati dan sanubari." Nizar sikepala aneh ini menggerutu, sedangkan Muna di sampingnya berkacak pinggang.
"Hei sikat jeding ini beli alat tulis butuh perjuangan di tengah rasa lelah dan kantuk kakak semalam. Tadinya kakak ogah kasih kamu hadiah tapi sebagai kakak yang mau adiknya belajar dengan giat akhirnya tanganku tergerak membeli sesuatu yang berguna bagi kelangsungan kehidupan kamu di sini. Sebagai murid kamu harus menjadi suri tauladan yang membanggakan. Buku dan pensil sebagai awal kebangkitan kamu."
Fiuuhh.. Yang ngoceh Muna kenapa aku yang haus yah?
"Maksud kakak era kebangkitan Nizar di kancah dunia?"
Oke jika Muna hanya lebay, ini akut level lebay-nya. Kalo Muna bisa aku sumpal mulutnya dengan mulutku. Nah dia?
"Nizar." tegur Tante Mira. Nasib banget yah tan punya anak dengan kadar level lebay-nya di atas rata-rata. Tapi tenang calon menantumu ini menerima apa adanya.
"Ayo bawa masuk. Rez supir taxinya sudah menunggu tuh?" Muna berdiri manis di sampingku.
"Tante saya pamit dulu. Muna juga sudah lelah. Selamat malam besok saya balik lagi." Tante Mira mengangguk dan mendekatiku.
"Nggak mau nginap di sini kakak ipar?" menginap dan tidur sama situ? Sorry puding srikaya aku mau tidur tenang.
"Udah sana masuk. Belajar yang rajin." perintah Muna sok tegas.
"Apa kamu yakin? Anak tante ini punya extra lebih dalam mengolah kata." Muna melirik kami berdua bingung.
"Yakin tante." jawabku sambil mengacak rambut Muna dan berlalu meninggalkan rumah itu.
Saat di pintu depan Muna menarik tanganku. "Kamu bicara apa sama mama?"
"Aku membicarakan ganti rugi kasur jualanku yang kamu bakar." godaku pelan.
"Aku serius Rez. Kamu tahu..."
Cup. Kusela dengan ciuman saat ia mau berbicara apalah aku tidak tahu. Dia sempat diam menikmati lumatan singkat dariku.
"Sudah masuk sana dan segera istirahat. Besok aku datang lagi dan kita jalan-jalan. Kita bisa mengawali dengan memaksa adik kamu merubah model rambutnya. Dia mirip puding srikaya dan sangat tidak enak dipandang." bisikku pelan, Muna tertawa lalu tanpa malu mencubit lenganku.
"Sampai jumpa pacarku. Selamat malam." aku mengecup keningnya.
"Night.." selamat tidur calon istriku.
Ahh begini amat yah jatuh cinta. Nggak niat tersenyum tapi datang sendiri ini senyuman.
---
Mahadewa : Immortal Love Song
Tak pernah ku sangka
Aku bisa merasakan cinta sejati
Dan tak pernah benar-benar mencintai
Manusia di bumi ini
Hingga apapun akan ku beri
Untuk kamu, kamu, kamu
Dan tak pernah aku meminta
Balasan semua, semua, semua
Tuhan pun tahu jikalau aku
Mencintai dirimu tak musnah oleh waktu
Hingga maut datang menjemputku
Ku tetap menunggu kamu di lain waktu
Hingga apapun akan ku beri
Untuk kamu, kamu, kamu
Dan tak pernah aku meminta
Balasan semua, semua, semua
Tuhan pun tahu jikalau aku
Mencintai dirimu tak musnah oleh waktu
Hingga maut datang menjemputku
Ku tetap menunggu kamu di lain waktu
TBC.
Rabu, 27 Januari 2016
-mounalizza-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top