Bonus - 1
Sebelumnya aku mau bilang kalo aku pake pov1&2. Dan utk part ini adlh giliran Muna. Perkenalan. Jangan kaget dgn gaya ocehannya yg panjang dan ga kelar2. Emang bgitu karakternya.
---
Muna ╭(^▽^)╯
Hallo semuanya perkenalkan para pembaca budiman wattpad aku pemeran terbaru hasil karya dari wanita yang ngakunya penulis. Padahal mah ibu rumah tangga kurang kerjaan yang punya hobby nganggur. Lirik si kakak mouna.
Oke, namaku Maimunah mempunyai artinya yang diberi kebaikan. Sungguh kedua orang tuaku sangat pas memberikan nama itu kepada putrinya karena aku orang baik,bersahaja, rajin menabung dan berbudi pekerti baik. Kelakuan baik juga selalu melekat di dalam diriku.
Jiaaaah.., okelah aku tidak jahat-jahat amat karena hidup cuma satu kali lalu buat apa kita menyibukkan mencari musuh. Kurang kerjaan dan memboroskan waktu yang tersedia di muka bumi ini. Dikira kita mak tiri apa.
Kalian bisa panggil aku Muna. Princess Muna juga boleh dianjurkan malah. Aku orangnya selalu berfikiran positif, yah kan sesuai arti namaku yang baik ini.
Aku tidak suka mencari musuh atau memusuhi orang. Aku tidak suka berbuat jahat sama orang atau menjahati manusia lain.
Ini beneran kagak boong. Injek semut aja aku mikir-mikir, sungguh perih menyayat hati melihat semut tak bersoda terinjak aku ibarat raksasa bagi mereka. Aku bisa sedih jika itu terjadi.
Eh tapi kalo kecoa yang suka intipin aku di kamar mandi mah pengecualian. Dendamku dengan mereka masih membekas.
Sampai sekarang kami masih genjatan senjata perihal hukuman yang pas ala sebab mereka mengintip ku yang sedang mandi. Solusi belum terpecahkan, jalan tengah belum tercapai di dua kubu. Oleh sebab itu menginjak dengan sikat kamar mandi masih menjadi opsi yang masuk akal.
Enyahlah kau dari kamar mandiku.
Oke balik lagi ke perkenalan diriku. Untuk perawakan tubuhku tidak ada yang beda dengan gadis-gadis lain.
Cieilaah gadis.., emangnya masih gadis? Tentu saja. Kalian pikir aku wanita apa? Walaupun sedikit hampir bahkan mau yah pokoknya begitu deh, aku suka terpancing mengikuti pergaulan teman-teman yang sudah melepas masa keperawanannya saat lulus sekolah atau masa kuliah, aku tetap berjuang mempertahankan sampai batas waktu aku bisa tahan.
Jiaaaah..
Okelah anggap saja aku kuper tapi entahlah aku masih ragu melepasnya. Selain tidak punya pacar beberapa bulan ini aku juga tidak punya teman pria spesial. Putus terakhir dengan pria tidak baik itu membuat aku malas.
Malas mencoba rasa pacaran lagi. Okelah bicara soal mantan nanti saja, nggak penting. Aku masih mau menjelaskan perawakan tubuhku.
Disimak yah.
Aku gadis terbilang pendek. Yah nggak pendek-pendek amat tapi kalo daftar jadi model mah kagak masuk. Kulitku putih, hidungku kotak, mataku bulat besar dan kupingku lebar dengan perut melendung lebar.
Bisa dibayangkan mukaku kaya apa? Mirip patkay kah? Hahaha.
Tidak-tidak aku kebalikannya. Ibarat artis mah mirip Nikita Willy dalam versi aktif dengan segala sifat cerianya. Entahlah mamaku bilang aku kayak minum saprang setiap hari. Habis mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa berdiam diri, aku suka pergerakan.
Oke sekarang kita balik lagi ke masalah genting dalam hidupku. Yaitu mantan pacar. Ah nggak genting-genting amat sih. Cuma kan aku gini suka mendramakan sesuatu. Ibarat iklan rokok membuat hidup lebih hidup.
Jadi gini ceritanya mantan pacarku ini minta balik sama aku dengan catatan setiap ketemu dia dalam sehari aku hanya diperlukan, oh bukan perlu tapi diwajibkan mengeluarkan kosakata di bawah 500 dari mulut indah dan imutku.
Belum pernah kan denger orang pacaran putus karena sang wanita ini suka berbicara?
Tapi sayangnya ada. Princess Muna ini korban dari para lelaki itu. (Hiks nangis lebay biar keliatan sedih)
Memang aku sudah menjelajah dunia pacaran dan selalu berakhir dengan putus yang tidak masuk akal. Mereka bilang aku terlalu berisik sebagai wanita apalagi tidak ada niatku berubah untuk menyenangkan sang kekasih. Padahal inilah aku dengan segala keramaian yang aku punya.
Dan yang terakhir aku putus ini yang benar-benar membuat aku tercengang, termenung dan berfikir keras. Tentang jati diri siapa diriku sebenarnya.
Aji gile nih bahasa. Berat euy..
"Kamu nggak niat pacaran Mun kalau tidak ada keinginan untuk berubah. Kalau kamu nggak bisa berubah demi aku itu artinya kamu emang nggak tertarik sama aku. Hubungan ini hanya asal dimulut saja. Kamu hanya tidak mau sendiri tanpa mau berbagi jiwa kamu sama aku. Sekarang aku tanya apa kamu mencintai aku?"
Kata-kata dari si mantan terakhir itu masih terngiang bahkan menjadi momok di setiap malam ku. Mimpi buruk. Pokoknya kepikiran terus gitu.
Cinta.
Apa aku mencintai dirinya? Akhirnya aku berkaca pada sejarah jalinan per-pacaran ku. Berkali-kali aku diputusin ala sebab bibir manisku ini. Tapi sebanyak kegagalan itu tak pernah membuat aku sakit hati.
Kenapa yah?
Nah itu dia akhirnya aku menarik kesimpulan jika aku belum pernah jatuh cinta. Lebih tepatnya tidak tertarik dengan cinta.
Entahlah bagiku cinta dengan pria hanya bagian dari keindahan masa remaja. Sok tahu ah kamu.
Eh emangnya aku penganut 3T. Udah nggak tahu, nggak mau tahu tapi tetap sok tahu. Itu bukan diriku. Aku ini memang tidak berniat menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Menikah? Melihat mama dan papa yang sudah bercerai aku ragu bisa membina rumah tangga. Pacaran aja putus terus apalagi pacaran. Bisa-bisa hakim pengadilan bosen liat muka aku.
Tapi yah akhirnya begini deh. Malam minggu jomblo bertapa di rumah. Ditemani suara gemericik hujan dan jangkrik yang membentuk pola shimpony alunan alami di taman.
Jiaaah.., Muna bahasa lo. Ambil hikmahnya saja, minimal simpanan bedak dan lipstik masih ada. Begitupun parfume dan yang lainnya.
"Kak bagi duitnya dong." lamunanku terganggu oleh suara pecicilan adikku Nizar yang akan memasuki masa sekolah menengah atas.
Eh tapi ngomong-ngomong aku belum kasih tau umurku yah? Baiklah akan aku jelaskan sebentar. Aku sudah bernafas selama 23 tahun, kalau kalian tanya aku sudah lulus kuliah atau belum jawabannya adalah belum.
Kenapa?
Gimana mau lulus kuliah aja kagak. (Ketawa lebay.)
Aku emang nggak mau kuliah karena tidak mau membebani mama yang banting tulang mencari nafkah untuk kami. Bagiku keahlianku sebagai juru bicara sungguh anugerah. Sales Marketing memang jati diri diriku. Persetan dengan omongan orang. Selama gajinya oke dan kerjaannya masuk akal, so apa salahnya.
Oke bicara itu nanti saja, ini si Nizar anak alay gang damai udah siap dengan aksinya mau bermalam minggu.
"Kak bagi duit dong. Keren nggak rambut gue?" tanyanya sambil merapikan gaya rambut yang aneh menurutku. Dengan cream yang dia bilang namanya pomade rambut itu tampak berkilau dan berbentuh kotak melengkung entah apa namanya. Mirip tahu isi.
"Mirip siapa kak?" tanyanya dengan senyum manis ketengilan.
Dibilang mirip Fabregas kaga sama sekali. Mirip Pique juga kagak sama, apalagi mirip Mas Beckham. Ah ini mah mirip Bollatelli. Bilang kagak yah?
"Iya bagus. Aura kepala kamu jadi kelihatan berbeda. Nuansa seperti ini semakin mempertegas rahang dan pipi kamu yang keliatan kaku." dia berkaca di depanku dengan pede-nya. Dasar lemot jelas-jelas aku menghina tatanan rambutnya.
Biarkanlah, kasihan baru lulus sekolah menengah. Mungkin ini masa transisi dirinya untuk menapaki dunia remaja yang lebih indah lagi. Dunia penuh canda tawa dan derai airmata.
Muna, bahasa lo.
"Cewek-cewek pasti pada kaget yah liat tampilanku?" dia memutar tubuhnya dan mengangkat dagunya. Sombong sekali nih anak. Modal pake gel rambut dan kaos berlapis jacket aja belagu.
"Mereka mungkin kaget karena melihat cowok langka kaya kamu. Perawakan kepala kotak tidak terbaca dan wajah lumayan indah mendekati. Dipastikan jantung mereka bisa berhenti mendadak ada boneka danbo berkulit putih." sindirku sekali lagi.
Eh tapi bukannya sadar dia malah cengar-cengir percaya diri.
"Kalo gitu keren dong gue?" tambah lemot nih anak.
"Bu Sita bagus nggak rambutku?" Ibu Sita pembantu rumah kami datang membawa teh melati kesuakaanku. Ia meletakkan cangkir di depan meja lalu menatap Nizar dengan seksama.
Matanya meneliti rambut kotak membundar ala Nizar. Males banget aku lihatnya.
"Keren nggak bu? Pasti terpesonan yah?" tanyanya menerka-nerka.
"Hmm mirip sikatnya jeding sih mas." jawab Ibu Sita tanpa ragu. Nizar masih mencerna maksud kata-kata itu. Ia menatapku yang sudah menahan tawa.
"Apaan kak artinya?" Nizar penasaran kenapa aku memasang wajah merah menahan pergolakan tawa di bibir. "Katanya Bu Sita rambut kamu mirip sikat kamar mandi." jelasku bercampur tawa.
Sikatnya jeding? Kamar mandi? Hahaha bener banget. Daritadi aku mau ucap tapi susah.
Nizar menatap lagi ke arah kaca.
"Ah Bu Sita masa rambut keren begini dibilang sikatnya kamar mandi." protesnya lucu.
"Beneran mas apa perlu ibu bawa sikatnya ke sini?" aku tertawa terpingkal-pingkal. Seketika rasa percaya diri Nizar luruh. Terlebih melihat ucapan Ibu Sita serius.
"Nggak apa-apa Zar, rambut ini udah keren ko. Udah sana malam mingguan. Minggu depan kan kamu dan mama udah menetap di surabaya."
Pemirsa ada kabar buruk nih, minggu depan Princess Muna akan ditinggal mama dan Nizar ke luar kota. Tepatnya Surabaya.
Mama menerima perkerjaan di sana dan Nizar ikut dengannya. Tidak terlalu sulit bagi Nizar karena ia belum memilih sekolah lanjutan. Aku tetap bertahan di sini karena kontrak kerja masih beberapa bulan ini selesai. Jadi yah harus sabar menunggu untuk menyusul mama ke Surabaya.
"Muna nggak malam mingguan?" suara indah yang sangat lembut terdengar mengalun indah di atas kepalaku. Mama baru saja keluar dari kamarnya. Walaupun terlihat lelah mama tetap tidak menunjukkannya. Semua demi aku dan Nizar.
"Yah mama masa kagak tau diakan jones ma." ledekan Nizar sungguh menorehkan luka dalam dihati, harga diriku terinjak-injak. Masa depanku bisa saja suram dan tanpa tujuan.
Apaan sih Muna.
"Nggak jalan?" aku menggeleng menatap wajah surga indah di depanku. Pancaran matanya penuh kasih sayang. Kalo ini aku kagak lebay. Mama emang segalanya buat aku.
Kring.. Kring.
Suara kencang dering ponselku membuat mama dan Nizar termasuk Ibu Sita melirik ku kesal. Pasalnya protesan bahkan pengambilan suara agar dering ponselku dirubah tidak kuhiraukan. Aku menyukai suara ini. Berisik, jelas, tajam terpercaya.
"Berisik tau nggak sih ka. Kaya bangunin orang sekampung aja." protes Nizar bagai kaset kusut.
Hari gini kaset kusut? Ada juga mp3 error.
"Iya Laura?"
"Muna lo bisa gantiin gue nggak kerja urusin apartement orang. Bonusnya gede banget."
"Ah kalo cuma dapet parcel buah gue nggak mau capek ah." masih ingat akibat ulah Laura temanku ini, aku mendapat parcel buah yang beratnya ampun-ampunan. Waktu itu aku gantiin dia merawat nenek lansia. Temanku Laura ini nggak tahu kerjaannya apa aja. Banyak banget. Tapi nanti aja ceritain doi, masih banyak waktu.
"Kali ini kagak deh, gue yakin ini bonus keren. Lo cuma temenin nih cowok aja di apartment-nya dapet duit. Ayolah Muna lo kan udah sering ganti-ganti pacar masa kagak punya pengalaman." sebenarnya aku sedikit bingung dengan penjelasan Laura tapi kalo dapat bonus oke yah siapa mau nolak. Rezeki jangan dianggurin selagi masih bisa diraih, patok nggak ada salahnya. Cuma nemenin ngoceh aja mah keahlian diriku. Okelah.
"Oke gue mau. Kasih tau alamatnya gue kesana. Namanya siapa?"
"Gue sms alamatnya. Pokoknya dandan yang cantik. Oh iya namanya Rezky Abdi Negara."
"Okey.."
TBC..
Minggu, 20 Desember 2015
-mounalizza-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top