Kisah 9 :: Strategi Baru

"Gimana kalau kita pura-pura pacaran? Gue rasa dengan kekuatan lo kita bisa membuat mereka terpengaruh sama apa yang kita lakuin. Gue juga bisa memanfaatkan kekuatan gue buat ngerti isi hati mereka. Gimana?"

Apa yang Abidzar katakan cukup membuat Yesa terkejut. Gadis itu tidak mengerti bagaimana bisa Abidzar memiliki ide yang sama sepertinya. Perasaan Yesa tidak membocorkan hal ini kepada siapapun. Itu berarti mereka memang benar-benar satu pemikiran. Ini menarik. Yesa belum pernah memiliki satu pemikiran dengan partner misinya sampai sekarang. Hanya Abidzar yang pemikirannya sama dengannya.

"Gue nggak ngerti apa ini kebetulan atau kita emang satu pemikiran, tapi semalem gue juga mikirin hal yang sama. Gue rasa dengan memberikan contoh, itu lebih baik daripada hanya mencoba mendekati mereka. Gue setuju ide lo, karena gue pun berpikiran yang sama."

Abidzar juga tidak kalah terkejut. Ia juga tidak menyangka kalau Yesa satu pemikiran dengannya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah fakta bahwa Yesa juga memikirkan hal yang sama. Yesa juga memiliki ide kalau mereka pura-pura pacaran saja sebagai strateginya. Dengan begitu ide ini bisa mereka laksanakan secepat mungkin.

"Oke, berarti untuk ide kita udah sepakat, ya. Kita perlu pura-pura pacaran di depan temen-temen yang lain. Terus, langkah selanjutnya gimana?" Abidzar menatap Yesa dengan penuh keseriusan.

"Tenang. Gue udah persiapin langkah-langkahnya. Bentar." Gadis itu mengambil tasnya yang ia simpan di dekat kaki, lalu mengeluarkan isinya.

Abidzar rasa Yesa benar-benar serius kali ini. Gadis itu bahkan mengeluarkan laptopnya dari tas dan menunjukkannya sebuah bahan presentasi. Abidzar jadi merasa kalau mereka sekarang sedang berdiskusi untuk tugas sekolah, bukan tugas misi saking seriusnya gadis itu.

"Gue udah persiapin langkah-langkahnya. Coba lo deketan sini, biar keliatan." Gadis itu benar-benar menunjukkan file presentasi yang di dalamnya sudah tersusun rapi strateginya.

"Tolong jelasin, dong." Abidzar mendekatkan diri pada gadis itu.

Yesa langsung dengan sigap menunjukkan catatannya di file powerpoint itu. Ada cukup banyak coretan-coretan yang sepertinya gadis itu buat sendiri. Abidzar bisa melihat keseriusan Yesa dalam hal ini. Sepertinya ia perlu belajar banyak hal dari Yesa. Orang seperfeksionis Yesa pasti diincar banyak orang untuk menjadi partnernya.

"Ini lo bisa lihat. Di poin awal, setelah kita setuju pake ide ini, ada beberapa langkah. Pertama, sebelum nunjukin kalau kita pacaran, yang pertama kudu dilakuin itu pendekatan. Kalau kita baca-baca, banyak banget macemnya pendekatan hubungan romansa. Nah, gue milih beberapa di antara sekian banyak cara itu. Pertama, lo harus keliatan suka sama gue. Caranya gimana? Lo kudu diem-diem keliatan suka cari perhatian ke gue, pokoknya harus  keliatan banget kalau lo tuh naksir gue. Kedua, lo harus ngedeketin gue duluan. Caranya juga ada banyak, misalnya kita jadi sering keliatan bareng, ke kantin bareng. Pokoknya barengan terus lah. Sampe di sini paham?"

Abidzar hanya bisa menganggukkan kepalanya. Penjelasan Yesa mudah dimengerti. Berhubung Abidzar juga tidak pernah melakukan hal-hal semacam ini, ia akan berusaha mengikuti kemauan Yesa dengan segala macam teorinya.

"Oke, gue paham. Lanjut."

Gadis itu kembali melanjutkan ceritanya. Ada banyak sekali, Abidzar tidak yakin ia bisa mengingat itu semua. Berhubung ada banyak hal, jadi yang ia tangkap dari semua penjelasan Yesa adalah sebelum terlihat pacaran, mereka harus terlihat seperti tengah melakukan pendekatan, setelah pendekatan Abidzar harus menembak atau mengikat Yesa sebagai pacarnya, ini mirip seperti lamaran tapi bedanya untuk pacaran. Lalu baru setelahnya mereka pacaran. Yesa juga menjelaskan kalau ia akan menggunakan kekuatannya di saat mereka keliatan di depan umum berdua. Dan Abidzar juga harus melakukan hal yang sama.

Strategi dari Yesa, Abidzar setujui. Mereka sepakat menggunakan cara ini untuk menyelesaikan misi mereka. Semoga saja setelahnya tidak terjadi apa-apa dan apa yang mereka lakukan lancar sampai misi yang mereka emban dinyatakan selesai. Abidzar tidak ingin namanya di kalangan komunitas jadi jelek dan berpengaruh ke keluarganya. Semua ini akan ia lakukan demi keluarganya. Mungkin Yesa juga demikian.

***

Mereka sepakat melakukan hal ini tepat di hari Senin mendatang. Mengapa tidak langsung dilakukan? Ada banyak sekali hal yang perlu mereka persiapkan selepas dari pertemuan mereka kala itu. Maka dari itu, Yesa meminta Abidzar untuk melakukannya hari Senin. Selain persiapan ini dan itu, Yes juga perlu mempersiapkan mentalnya dan perlu mematangkan rencana agar semuanya berjalan dengan lancar. Pun dengan Abidzar, gadis itu yakin kalau Abidzar juga melakukan hal yang sama.

Padahal nyatanya tidak. Abidzar tidak banyak melakukan persiapan. Ia hanya mengingat poin penting yang telah Yesa jelaskan padanya beberapa waktu lalu. Walaupun begitu, Abidzar juga mempersiapkan hal yang lain. Saat ini, di tabletnya ia sudah menyimpan banyak sekali drama dan film dan menceritakan tentang hal itu, ia akan mempelajari bagaimana cara melakukan pendekatan melalui film-film dan drama itu. Akan ia habiskan waktunya untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang perlu ia lakukan untuk menjalani pendekatan dengan Yesa.

Semoga saja cara ini berhasil.

Asal mereka semua tahu saja. Mencari drama dan film percintaan saat ini cukup sulit. Produksi film dan juga drama baik dari negara ini maupun luar hampir jarang menayangkan hal seperti ini. Makanya dunia percintaan menjadi semakin tabu dan jauh dari anak-anak muda karena tontonan mereka banyak seperti itu. Contoh saja dalam tahun ini, ada banyak sekali film dan drama action, thriller, scene fiction, dan horor dibanding film dan drama percintaan.

Sebenarnya semua itu mencerminkan keadaan dunia saat ini, tidak jauh-jauh dari apa yang ada di film. Pembunuhan di mana-mana, teknologi semakin berkembang membuat kejahatan juga semakin berkembang. Maka dari itu banyak sekali hal-hal yang membuat generasi muda mereka semakin jauh dari kata romansa. Mau mencari pasangan saja ketika usia mendekati 40 tahun. Fokus mereka saat ini adalah mencari uang dan uang. Mana semua hal menjadi semakin mahal dan tidak masuk akal.

Memikirkan semua ini kadang membuat kepala Abidzar ingin pecah. Maka dari itu, sekarang adalah saatnya mengobservasi dan mengamati film-film dan drama itu. Akan ia buat sekolahnya menjadi ladang pasangan romantis. Meskipun itu kejauhan, setidaknya target mereka berdua adalah membuat dua pasangan baru muncul. Hanya dua saja, yang penting misi mereka selesai.

"Kalau dilihat dari poster filmnya keknya yang ini lebih menjanjikan, deh."

Kebiasaan Abidzar memang suka berbicara sendiri. Apalagi jika sudah sendiri seperti sekarang. Jadi apa yang ia ingin katakan dalam hati, biasanya keluar begitu saja. Poster film yang Abidzar maksud berjudul the Secret Romance. Film ini keluar tujuh tahun yang lalu. Kalau Abidzar baca di sinopsisnya, ini menceritakan tentang seorang anak SMA yang sedang menjalani hubungan rahasia di sekolahnya dengan seorang siswi yang ternyata adalah mata-mata. Seperti yang Abidzar bilang, film percintaannya di zamannya sekarang tidak akan jauh dari hal-hal seperti ini. Detektiflah, polisi, mata-mata, mafia dan lain sebagainya. Walaupun begitu, Abidzar akan menikmati menonton filmnya.

Abidzar menonton film-film lainnya, kebanyakan sih, film lama yang keluar 10 tahun yang lalu. Setidaknya kisah percintaan di film-film itu jauh lebih baik daripada kisah percintaan di film-film tahun sekarang. Abidzar tidak bisa membayangkan, kalau film seperti ini terus tayang dan berlanjut sampai ia dewasa mungkin dunia ini sudah memiliki penduduk yang jauh lebih sedikit. Di negara ini saja angka kelahiran menurun sampai 10.000 kasus per tahunnya. Mungkin karena itu, pihak-pihak elit di negara ini merasa mereka membutuhkan generasi muda untuk mulai membangun hubungan romansa mereka di usia belia. Jelas mereka tidak ingin kehilangan anak-anak muda yang lebih produktif.

Kembali ke film tadi, Abidzar sangat fokus menonton filmnya. Ia bahkan mencacat di kepala bagaimana kedua tokoh utama di film ini mulai jatuh cinta dan menjalani pendekatan sebelum masa pacaran. Di film pertama, adegannya mungkin cukup klise, di perpustakaan mereka bertemu, buku-buku jatuh pada karakter utama wanita dan si laki-lakinya membantu menahan buku-buku itu agar tidak jatuh mengenai kepala si wanita, tatapan mereka bertemu lalu jatuh cinta.

Ah, jelas hal seperti itu tidak bisa ia lakukan dengan Yesa. Gadis seperti Yesa tidak mungkin mau melakukannya. Ia pasti merasa geli sendiri walaupun sebenarnya Abidzar juga begitu. Terlihat cukup aneh juga kalau mereka melakukannya di perpustakaan, bisa-bisa mereka diusir oleh pustakawan sekolahnya gara-gara berbuat hal yang tidak-tidak.

Lalu lanjut ke film setelahnya, film yang tadi Abidzar jelaskan, mengenai seorang lelaki yang jatuh cinta pada mata-mata di sekolahnya. Adegan jatuh cinta mereka bisa dibilang tidak cukup umum dan klise. Abidzar bisa melihat kalau keduanya mulai jatuh cinta ketika mereka selalu bersama. Tidak ada adegan klise tertentu seperti bertabrakan dan saling memandang, murni perasaan yang timbul akibat kebersamaan dan kedekatan mereka.

Hm, kalau melakukan hal ini jelas akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Abidzar dan Yesa tidak mungkin melakukannya sedangkan saat ini mereka benar-benar dikejar waktu. Jadi, apa yang harus Abidzar lakukan untuk memulai semua strategi mereka. Haruskah Abidzar mengajak Yesa berdiskusi bersama? Sepertinya tidak enak jika mengajak gadis itu keluar di waktu selarut ini.

Abidzar telfon saja kalau begitu.

Setelah memutuskan untuk menelfon Yesa dengan dalih berdiskusi, Abidzar merapikan meja belajar dan laptopnya serta barang-barang di atas sana yang cukup menganggu pemandangan, saking berantakannya. Ia lalu mengambil ponsel pintarnya dan memberikan pesan kepada Yesa terlebih dahulu.

"Mau nggak ya, si Yesa? Jangan bilang nggak mau plis, gue buntu banget."

Cukup lama Abidzar menunggu, akhirnya Yesa membalas. Yesa menyetujuinya karena memang mereka perlu berdiskusi lebih lanjut mengenai hal ini. Jelas, Abidzar tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa persetujuan Yesa. Ia akan melakukannya demi kenyamanan gadis itu.

"Ehem." Abidzar mengetes suaranya terlebih dahulu.

Ia gugup. Jelas ia gugup, Yesa adalah gadis pertama yang ia telfon seumur hidupnya. Sama seperti yang lain, Abidzar tidak pernah memiliki hubungan romansa, ia juga tidak pernah merasa jatuh cinta. Jadi wajar kalau saat ini ia gugup ketika menelfon Yesa.

"Halo?" Suara Yesa terdengar cukup tiga detik setelah Abidzar berusaha menelfonnya terlebih dahulu.

"Eh, iya?"

"Jadi gimana, Bi?"

Abidzar menjauhkan ponselnya sejenak, berdeham lagi, lalu menempelkan kembali ponselnya ke telinga.

"Oh, iya. Jadi gini, gue tadi udah nonton beberapa film, sih. Dan menurut gue adegan mereka jatuh cinta dan pendekatan itu klise banget, ketebak banget lah intinya. Nah, yang gue bingungin tuh, kita lebih enak pake yang kayak gimana, ya? Gue bingung karena belum pernah kayak gini sebelumnya."

Yesa tidak langsung menjawab. Gadis itu sepertinya juga tengah berpikir bagaimana adegan yang tepat untuk mereka memulai semua strategi ini.

"Yang klise aja. Pasti adegan yang lo sebut klise itu adegan nggak sengaja ketabrak buku, terus tatapan dan akhirnya jatuh cinta kan? Lo nonton film tahun berapa dah, itu kan adegan klise puluhan tahun yang lalu."

Abidzar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia gugup.

"Iya, betul yang itu. Jadi fiks nih, besok kita pake yang itu?"

"Buat gue sih, memunculkan adegan klise justru bagus karena bakal narik perhatian. Walaupun gue bakal geli sendiri sih, tapi nggak papa. Demi kelancaran misi kita."

Diskusi selesai. Abidzar menyetujui, Yesa pun sama. Akhirnya telepon tutup beberapa saat setelahnya. Namun, Abidzar masih merasakan gugup yang sama seperti di awal. Aneh, kenapa ia masih gugup padahal Yesa sudah menutup teleponnya beberapa menit yang lalu?

09 Oktober 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top