Konoha's Story (2)

Kalau di Haikyuu World ada Fudanshi...

Gue yakin Konoha itu Fundannya BokuAka garis keras.

Di sini Konoha's Story bagian 2 menceritakan Konoha yang terjebak dalam situasi panas.

Ha'i, douzo!

*****

Namaku Konoha Akinori, siswa Kelas 3 di Akademi Fukurodani yang berada di Tokyo.

Aku juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, yaitu Klub Voli Putra, posisiku Opposite Hitter dengan nomor punggung 7.

Makanan yang ku suka adalah Burger dengan isi ayam goreng aka Tatsuta-style Fried Chicken, yang penting ayam lah.

Yap, cukup perkenalan dariku.

Selanjutnya akan ku perkenalkan Icon terkenal dari Klub Voli Putra Fukurodani, yaitu si Kapten dan Wakil Kaptennya.

Bokuto Kotaro, anak Kelas 3 yang menjabat sebagia Kapten serta Ace dengan nomor punggung 4. Kepribadiannya seperti bayi dengan tubuh raksasa, mood swingnya lebih parah dari anak perempuan lagi haid. Dia suka daging dan Akaashi.

Akaashi Keiji bukan makanan, dia anak Kelas 2 yang menjadi Wakil Kapten dan setter utama dengan nomor punggung 5. Dia menyukai Onigiri dan Nanohana Karashiae, serta Bokuto.

Seperti yang kalian duga, mereka berdua saling menyukai.

Mungkin untuk sebagian orang Gay adalah hal yang tabu, tapi mengenyampingkan itu...

Jika itu berlandaskan cinta, apakah salah?

Tidak ada yang salah dalam mencintai dan dicintai.

Itu adalah emosi dan perasaan manusia yang paling indah, hanya saja bagaimana cinta itu mengikat sepasang kekasih yang dilihat kurang baik bagi norma.

Tapi, kami sendiri tidak mempermasalahkan jika cinta bersemi di antara mereka berdua.

Terkadang, malah kami sendiri yang membuat kedua orang itu bersama untuk menyadari perasaan mereka sendiri.

Entah kenapa, aku adalah orang yang paling suka melihat mereka berdua bersama.

Mengingat Akaashi seperti pawang Bokuto, membuat kami tidak pernah terkena badai Mood Swing selama si Pawang selalu bersama di Badai.

Lalu...

Entah karena efek jomblo atau sobat dan adik kelasku berkencan dan mereka berada di Klub yang sama, aku selalu terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan.

Seperti saat itu.

Kegiatan Klub sudah berakhir dan semua orang pulang ke rumah mereka, but not for The Big Baby Owl and His Mother in Boyfriend.

Mereka masih melanjutkan latihan, membuat Gym seakan milik mereka berdua.

Sialnya, karena aku melupakan dompetku aku harus kembali ke sekolah.

Saat aku melewati Gym, tempat itu sudah rapi dan di kosongkan.

"Semoga mereka berdua masih di ruang loker." Harapku.

Karena hanya mereka berdua yang diberi izin untuk memegang kunci ruang ganti, jika mereka sudah pulang aku tidak bisa mengambil dompetku.

Saat aku menyusuri lorong yang sepi, aku mendengar suara dari ruang loker. Tidak terlalu jelas, jadi tidak ku ambil pusing.

Aku menyesal menjadi cowok tidak peka.

.
.
.

Konoha diam membisu di ambang pintu, kedua matanya menatap dua insan yang tengah tumpang tindih di tengah ruang ganti Klub Voli Putra.

"Agh♡ Aa~~ngh♡
Ngh~~mmh♡ Angh~~nnh♡"

"Anh♡ Mmh♡ Haa♡ Nhh♡ Haa♡"

Di tambah dengan suara decak basah yang mengiringi desah nafas yang menggebu-gebu, suara-suara itu menyapa indra pendengaran Konoha dengan kuat.

Kedua pemuda yang tengah saling mencumbu itu tidak menyadari Konoha berada di belakang mereka, melihat keduanya.

Iris madu itu terpaku dengan bokong tebal yang bergerak naik turun, menghajar bibir hole di bawahnya yang terlihat basah, merah, dan sesak.

Bokuto terus menggerakkan pinggulnya, membuat Akaashi terus mengerang. Hingga erangan itu ditahan oleh cumbuan bibir, bersamaan dengan puncak hasrat yang menyembur.

SPUURT!!!

Penis Akaashi mengotori perut keduanya dengan cairan kental, seiring dengan bibir hole Akaashi mengetat mengunci batang penis di dalamnya

Wajah Konoha semakin memerah saat melihat buah zakar Bokuto berkedut.

SPUURT! SPURT! SPUUURT!

Pinggul Bokuto menyentak kuat, tubuhnya tersentak nikmat. Sementara Akaashi bergetar dengan seksi, kakinya yang mengangkang terlihat menegang dengan jari kaki yang menggulung kaku.

"Mmmnh~❤️ Mmh~❤️" Keduanya saling mengemut bibir, menikmati rasa nikmat mencapai puncak hasrat.

Tak berapa lama Bokuto mengeluarkan dirinya yang sudah layu, membuat benihnya merembes keluar.

Tanpa melihat, Akaashi menyibak pipi bokongnya, membuat benih Bokuto semakin banyak mengalir keluar.

"Haahh♡ Bokuto-san came so much"

Cklek.

"Humm?"

Bokuto yang tadinya melihat Bokong Akaashi menoleh ke arah belakang, tidak ada siapapun di sana.

"Bokuto-san?"

Panggil Akaashi lagi, dengan tubuh yang bergetar karena kelelahan ia mencoba bangun.

Akaashi dapat melihat raut wajah Bokuto yang ketakutan.

"Aku seakan mendengar seseorang tadi."

Bokuto mendekap erat Akaashi yang lemas, tergencet dalam roti sobek.

"Tenanglah Bokuto-san, mungkin kamu cuma kelelahan."

Akaashi sebenernya yang paling kelelahan di sini, mengingat energinya dari pagi terkuras untuk sekolah dan voli lalu bersama Bokuto.

"K-kau benar."

"Tolong bantu aku membersihkan kekacauan ini, setelah itu kita pulang."

Sebenarnya Akaashi ingin segera pergi dari sini karena Bokuto sangat lemah dengan hal mistis, tapi mereka tidak bisa membiarkan kekacauan yang mereka buat dilihat oleh orang lain.

Apa lagi ceceran sperma yang berserakan di lantai.

"Apa aku boleh menginap?"

Akaashi berpikir sejenak, mengingat jadwal.

"Besok hari sabtu, kita tidak ada kegiatan Klub."

"Mau lanjut di kamarmu?"

Cengiran yang menghapus ekspresi ketakutan itu membuat Akaashi merah padam.

"Bokuto-san..."

Dan tanpa mereka ketahui, Konoha melihat semuanya.

Dengan langkah lebar yang cepat, Konoha menembus angin malam keluar dari gedung Sekolah.

Konoha pergi dari sana tepat ketika ia melihat Bokuto menarik penisnya dari hole Akaashi, wajahnya memanas saat melihat lelehan sperma yang mengalir.

Tuk. BRAAAK!!!

Konoha jatuh tersungkur setelah tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri, nafasnya masih memburu.

Wajahnya yang memerah entah karena melihat rekan di Tim Voli tengah bercumbu, atau karena wajahnya menghantam aspal dengan keras.

"BANGSAAAAAAT!!!"

Setelah kejadian itu, Konoha selalu menjaga jarak dengan Bokuto ataupun Akaashi karena selalu terbayang akan kejadian di malam itu.

Wajahnya selalu memanas, meski hanya melihat kedua orang itu dari kejauhan.

*****

Seingatku, ya seingatku.

Sebelum ataupun sesudah bertanding, Bokuto selalu menyeret Akaashi pergi.

Kami tidak ingin terlalu mencari tahu kemana mereka berdua pergi, entah mencari souvenir dari stan yang menjual accesories mengenai Voli, mencari minuman dingin atau cemilan.

Kini, aku mengetahuinya setelah aku tidak sengaja menemui mereka di toilet.

Bukan menemui dalam artian tatap muka juga... Ya, aku mengertilah maksudku.

Kejadian serupa pernah ku alami saat kami mengadakan Kamp Musim Panas karena terbangun ingin ke toilet, saat itu aku mendengar suara tamparan antar kulit di toilet di tengah malam.

Aku kurang yakin itu mereka atau bukan, yang pasti setelah mendengar itu aku memilih untuk pergi ke toilet siswi.

Andai ini bukan tengah malam, mungkin aku sudah di cap mesum karena masuk ke toilet siswi.

Jika masih bisa ku tahan, aku akan mencari toilet lain, sayangnya tidak.

Namun, kejadian yang ku alami sebelum kami mulai bertanding lebih parah di bandingkan di malam Kamp Musim Panas...

.
.
.

Konoha yang ingin buang air besar pergi ke toilet, bilik toilet di sana cukup banyak hingga saling berseberangan.

Konoha mengambil bilik toilet paling ujung, hingga ia mendengar suara orang berlari masuk menuju bilik toilet ujung di seberangnya.

"Bokuto-san, kita tidak punya waktu untuk rutinitas mu ini."

"Ayolah, Akaaashiii~"

Konoha melotot, bukan karena kotorannya yang kembali masuk, melainkan suara yang ia dengar.

"Bagaimana jika ada yang mendengar?"

"Tidak akan, hehee~"

Konoha diam membatu, ia tidak bisa kabur.

Jika ia menekan flush, ia akan membuat kedua orang itu panik. Apalagi Akaashi yang terlihat tidak suka apabila kehidupan pribadinya diketahui orang lain.

Sungguh, Konoha adalah senpai yang paling pengertian.

Ia memilih untuk diam di dalam toilet hingga sepasang burung hantu itu menyelesaikan rutinitas sebelum bertanding.

"Rutinitas?"

Konoha kembali mengernyit, seakan mengerti apa yang mereka lakukan jika menghilang sebelum dan sesudah pertandingan.

"Kaashi~ ahh, mulutmu hangat sekali."

Rona merah merayap, Konoha menyumpah. Bisa-bisanya Bokuto mendesah begitu keras!

Jika Konoha mencoba menebak, Akaashi tengah memberikan Fellatio pada Bokuto.

"Kaashi mulutmu kecil sekali."

"Bokuto-san yang terlalu besar."

"Bhuuu~"

"Jangan protes, aku tidak ingin tersedak seperti terakhir kali."

"Kalau yang di bawah sana tidak akan tersedak kan--Haaa♡ Nghh♡ Kaashi♡"

"Mmh~ Mmnn~"

Terdengar suara erangan pelan dan decak basah Fellatio, Konoha tidak ingin berpikir kotor tapi suara yang ia dengarkan membuat ia berpikir yang tidak-tidak.

"??!"

Konoha kembali dibuat terkejut saat melihat miliknya yang mengeras, bisa-bisanya ia terangsang karena membayangkan orang lain tengah bercumbu.

Ia dibuat tidak mengerti, bukankah ia hanya tertarik pada wanita? Sebelum ini?

Apakah karena rekan homonya bercinta dengan begitu menggairahkan membuat ia terangsang?

"Mmh~ nghh~!"

"Kaashii~uughh!!"

Setelah suara decak basah, suara pakaian yang dirapikan, dan hening sesaat.

Pintu di seberang Konoha terbuka.

"Hahhh~ aku masih belum puas."

"Bokuto-san."

Kesal Akaashi, meski Konoha tidak melihat ia yakin Akaashi tengah merona.

"Nanti kita lanjut y---PLAK!! Akaashiii kenapa mukuuuul??"

"Humph."

Kedua orang itu pergi begitu saja, tidak mengetahui Konoha yang berada di toilet.

Memandangi miliknya yang masih mengeras dan mengeluarkan precum.

"Sial."

Setelah menumpahkan benihnya di kloset, Konoha kembali ke barisan.

Semua orang sudah melakukan pemanasan, hanya tinggal ia seorang yang dikabarkan pergi ke toilet.

"Konoha! Lama sekali kau!" Keluh Bokuto.

"Diam kau." Sahut Konoha kesal, wajahnya masih sedikit bersemu.

Matanya tidak sengaja melihat Akaashi yang balas menatapnya dengan ekspresi datar, iris zamrudnya berkedip polos.

Bagi Akaashi, Konoha terlihat bersemu dan berkeringat banyak.

"Konoha-san tidak enak badan?"

"Tidak... Aku baik-baik saja, Akaashi-kun."

Sebenarnya ia sedang tidak baik-baik saja, semua karena Duo Burung Hantu yang tengah dimabuk cinta tanpa kenal tempat dan waktu.

*****

Sungguh, aku tidak mengerti kenapa saat itu...

Hahh, ini memalukan.

Sebenarnya cukup banyak kejadian di mana aku tidak sengaja mendapati mereka berdua tengah melakukan itu.

Apa sebelumnya aku ada membahas Kamp Musim Panas? Sebenarnya ada satu kejadian lagi, dan saat itu kami tengah tidur.

1 kamar diisi 4 orang, saat itu aku satu kamar dengan Bokuto, Akaashi, dan Komi.

Saat itu posisi kami berjejer, Bokuto di ujung, Akaashi dan Komi di tengah, dan aku di ujung.

Semuanya berawal dari Bokuto, aku sedikit kasian pada Akaashi yang harus memuaskan nafsu binatang itu.

.
.
.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, semua orang sudah tertidur lelap.

Seharusnya.

"Akaashi, can't sleep."

Keluh Bokuto dan menyusup ke dalam futon Akaashi.

Membuat Akaashi terbangun karena ada tangan yang mendekapnya dari belakang.

"Bokuto-san, aku lelah..."

Keluh Akaashi ketika merasakan tangan yang tadi mendekapnya itu bergerak meraih area bawah perut dan pucuk dadanya.

"Cuma sekali, habis itu aku tidur."

Akaashi mendelik tajam pada Bokuto yang tersenyum, seraya menunjuk dua orang yang tengah tidur di kamar yang sama dengan mereka.

Seakan mengatakan kalau mereka sedang tidak sendiri di ruangan tersebut.

"Mereka sudah tidur, aku yakin itu."

"T-tapi---mghh~♡"

Akaashi reflek menutup mulutnya saat merasakan sebuah benda keras menggesek bokongnya dari luar.

"Kaashi..."

Bokuto mengecup leher Akaashi dari belakang seraya menggesekkan miliknya, tak lupa tangannya yang lain semakin membelai tubuh Akaashi.

"~~♡♡"

Akaashi berjengit saat celananya ditarik lepas, Bokuto bahkan menggunakan kakinya untuk menurunkan celana Akaashi hingga ke bawah agar ia tidak beranjak bangun.

Entah karena efek kelelahan atau tubuhnya yang sensitif, meski Akaashi menolak tubuhnya seakan bereaksi pada Bokuto.

Penis Akaashi mengeras.

Bokuto mengurut pelan batang penis Akaashi, mencubit pucuk penis yang mulai basah dengan gemas.

Tak perlu waktu lama untuk membuat precum keluar dari penis Akaashi.

"Cukup basah, hmm?" Bisik Bokuto dan mencolek bibir hole Akaashi.

Iris zamrud itu berair, sekuat tenaga menahan suaranya saat precum miliknya dipakai menjadi pelumas.

Jari jemari Bokuto merangsek masuk menyiapkan Akaashi, membasahi hole ketat sambil direnggangkan dengan gerakan menggunting.

"Mmmhhu~♡" Akaashi menggigit bibirnya, holenya terasa nikmat.

Di rasa cukup Bokuto memposisikan miliknya. Mendorong penisnya inci demi inci hingga memenuhi Akaashi.


"Ghh~♡ Mmm♡"

Akaashi menggigit kaosnya dengan kuat, tubuhnya menggeliat merasakan Bokuto bergerak sangat pelan.

Penis tebal itu dengan perlahan menggesek dinding bagian dalam Akaashi, sesekali menyentuh titik prostat dengan lembut.

Gerakan yang terkesan lambat itu membuat tubuh bagian dalamnya terasa gatal untuk dikocok.

"Bukannya kamu tidak ingin sampai ketahuan oleh mereka?" Bisik Bokuto saat merasakan kekasihnya seakan memohon dengan meremas tangannya.


"Bokuto-san..." Suara lirih Akaashi terdengar, dan dalam sekejap menjadi desahan yang tertahan.

"~~~❤️❤️❤️"

Masih dengan momentum yang lambat, Bokuto dengan kuat menghujam titik terdalam Akaashi.


Dengan kedua tangan yang merangkul, dan salah satu kaki yang disila di atas tubuh Akaashi. Seperti tengah memeluk guling dengan tangan dan kaki, Bokuto menuruti keinginan Akaashi untuk bermain sedikit lebih kasar.

"Mghh♡♡ Nnnh"

Akaashi merapatkan mulutnya sekuat tenaga, menahan suaranya ketika Bokuto menggerakkan pinggulnya lebih cepat.

"Haa♡ Mmh♡"

Dengus nafas yang terkesan berat beradu. Meski tidak terdengar jelas, terdengar suara basah ketika Bokuto keluar masuk dari Akaashi.

Suara yang timbul karena precum keduanya.

Dengan tangan yang sibuk mengocok penis Akaashi, Bokuto mengeratkan dekapannya, dan membenamkan dirinya lebih dalam.

Akaashi mengejang, iris zamrudnya hampir terbalik. Seakan melihat bintang dibalik pelupuk mata.

SPUUU~UURT!!! Mencapai puncak hasrat bersamaan.

Hahhh... Hhh...

Keduanya masih diam dalam posisi yang sama, mengatur nafas, bergetar dengan nikmat mencapai hasrat.

"Muah~❤️" Bokuto mengecup pipi Akaashi dengan sayang, menyeka helai poni di kening Akaashi yang lepek.

Sementara Akaashi... ia ketiduran, tubuhnya sudah terlalu lelah.

Plop! Bokuto menarik penisnya keluar, sudah puas menumpahkan spermanya. Lalu bangun menegakkan tubuhnya, melirik Komi dan Konoha yang masih terlelap.

Lalu melihat Akaashi yang begitu kacau dan menggoda, meski ia ingin lagi, Bokuto tidak ingin saat latihan esok pagi Akaashi tidak bisa berjalan dengan benar karena ulahnya.

Setelah membantu si Pretty Setter berganti pakaian yang basah oleh keringat, Bokuto ikut terlelap dalam mimpi sambil memeluk Akaashi dalam satu futon dengan perasaan senang.


"Sekarang aku bisa tidur, hehe." Tawa Bokuto dan mengecup kening Akaashi yang sudah terlelap.

Di sisi lain, Komi yang membelakangi Bokuto dan Akaashi membuka kedua matanya.

Melihat Konoha yang tengah bersikeras untuk tidur dengan wajah bersemu, mata terpejam dan alis berkerut.

Tuk. Komi mencolek hidung Konoha.

Iris madu itu mengintip, dan mendapati Komi tengah menatap balik dengan sorot mata suram. Wajahnya tak kalah merah dari Konoha.

"......" Konoha balas menatap, seakan bertanya "Bagaimana caranya kita tidur setelah yang tadi?"

"....." Komi memijit pangkal hidungnya, ia menghela nafas.

Kedua orang itu tidak bisa tidur.

Di pagi hari, Bokuto menertawakan keduanya yang terlihat kelelahan dengan mata panda yang tebal.

"Memangnya kau pikir karena siapa?" Omel Konoha dan Komi bersamaan.

Mendengar itu, Akaashi meminta untuk bertukar kamar dengan Sarukui.

Meski Bokuto tidak mau, mereka harus pisah ranjang.

Demi kemaslahatan bersama.

*****

Mungkin bagi Bokuto, jika ada kesempatan mencicipi sang kekasih kenapa tidak?

Aku tidak mengerti kenapa dia menunjukkan cintanya dengan itu yang mengeras.

Dan anehnya aku selalu terjebak dalam situasi seperti itu.

Sekarang aku sudah bekerja menjadi karyawan perusahaan Farmasi dan masih aktif bermain Voli untuk Klub Voli Ehrgeiz.

Bokuto juga menjadi pemain Voli Profesional dan masuk tim MSBY Black Jackals, dan berada di Osaka. Sedangkan Akaashi ia menjadi Editor Komik, dan masih berada di Tokyo.

Karena sibuk dengan kehidupan masing-masing, kami hanya bertemu di acara reuni.

Tidak ada yang menduga juga setelah pertandingan MSBY Black Jackals vs Schweiden Adlers di Juni 2018 lalu, Bokuto akan melamar Akaashi setelah pertandingan.

Tentu kejadian itu menjadi topik yang cukup hangat di Jepang.

Mereka menikah di Inggris dan tinggal di satu apartmen di Tokyo, meski Bokuto sesekali pergi ke Osaka karena pekerjaan ataupun Akaashi yang harus dinas keluar kota karena urusan penulis yang belum mengirimkan naskah dan sudah mendekati tenggat waktu.

Terkadang ketika reuni, entah karena Akaashi yang tidak kuat minum atau Bokuto yang kebanyakan minum, keduanya selalu berakhir dengan dipulangkan memakai taksi.

Jika tidak, aku takutnya salah satunya akan telanjang di ruang makan atau toilet restoran.

Ya, ku rasa itulah cerita dariku.

Sekian.

.
.
.

"Seharusnya kita ingat agar tidak membuat Bokuto banyak minum."

Konoha melirik Komi yang tengah sibuk mencari nomor Taxi langganan di telfonnya.

"Kau benar, kita lupa akan hal itu."

Balas Komi dan mendongak, melihat Sarukui dan Washio yang terlihat panik tengah sibuk menjauhkan dua orang pria yang bergumul.

"Bokut--mmmh--KOUTAROU~~!!"

Akaashi yang tengah ditindih di atas lantai tatami, menjerit disela ciuman yang menyerang bibirnya.

Seorang lelaki bertubuh besar tengah menindih Akaashi, ia sama sekali tidak bergeming saat Washio dan Sarukui mencoba menariknya pergi.

Lelaki berusia 24 tahun itu terus menggerayangi tubuh Akaashi, sesekali mengecupi kulit yang terekspos.

Bokuto mabuk berat.

"Ayolah, Bokuto! Jangan minta jatah di sini!"
Omel Shirofuku, dia juga mulai mabuk.

"Bokuto baru saja pulang dari Argentina bukan? Wajar sih dia menempel terus pada Akaashi sejak tadi..." Suzumeda mencoba menarik gelas Bir dari Shirofuku tapi gagal.

"Taksinya sudah sampai!" Komi segera berlari keluar dan membuka pintu.

Sarukui dan Washio yang berhasil menjauhkan Bokuto, menyeret pemuda itu keluar.

"Mghhh~?? Jiiii~??" Rengek Bokuto sedih saat ia dibawa pergi.

Akaashi sendiri tengah membereskan pakaiannya yang berantakan, setelah mengambil barang dan membayar tagihan untuk mereka berdua, Akaashi dengan wajah bersemu izin pamit lebih dulu.

"Akaashi, kau yakin bisa membawa si bodoh ini?" Khawatir Washio.

Akaashi mengangguk mengiyakan, meski saat ini Bokuto mendekapnya erat dan mulai menyerang lagi.

Kedua burung hantu itu akhirnya pulang dengan taksi.

"Kau lihat sesuatu di selangkangan Bokuto?" Celetuk Komi.

"Sudahlah Komi, benda itu menyentuh kami saat kami mencoba menjauhkan Bokuto dari Akaashi." Jawab Sarukui dengan tersenyum miring.

"Semoga mereka bahagia sajalah."

Semua orang yang ada di sana mengangguk mengiyakan dengan Konoha.

Mereka kembali melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti di restoran karena Bokuto.

*****

Anggaplah Konoha Bisexual wkk

30 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top