BokutoFem (1)

Genderbend, Femdom, School. Maybe?
.
.
.


Nomor punggung 4.

Dengan helai kelabu keperakan yang dikuncir kuda.

Gadis itu melompat tinggi dan mencetak angka dengan serangan tajam.

Aku tidak mengerti, apakah smash itu berupa panah cupid?

Entah kenapa sejak melihatnya, detak jantungku selalu berdetak semakin cepat.

.

.

.

"Kaashiii~"

Rengek gadis itu untuk sekalian kalinya memanggil namaku—secara salah.

Hari sudah larut dan gadis ini masih memintaku untuk menemaninya latihan tambahan. Jika tidak bersikeras, gadis ini akan terus-terusan meminta operan bola.

"Tidak, Bokuto-san."

Bokuto-san merengut, ia menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibirnya. Ternyata usia lebih tua, belum tentu seseorang itu dewasa ya?

Bokuto-san sekarang berada di Kelas 3 dan aku di Kelas 2, bagi orang lain hubungan kami layaknya senpai kouhai. Sebenarnya... sudah lebih dari itu.

Sejak melihat permainannya dulu, aku mendaftar ke Akademi Fukurodani. Harapan untuk lebih dekat dengannya terwujud ketika aku diminta menjadi manajer klub Voli Putri sejak Kelas 1 hingga sekarang.

Cukup konyol bagiku, dengan senang hati mau menemani seorang gadis yang baru ku kenal di SMA setiap malam di Gym hingga mengantarkannya pulang—karena aku khawatir, meski tubuhnya lebih besar dari ku...

Bokuto-san tetaplah seorang perempuan.

"Besok masih bisa kan kita lanjut?"

Biasanya jika aku berkata demikian, Bokuto-san menurut. Entah kenapa hari ini... Ia masih terlihat kesal meski sudah dibujuk. Kenapa?

"Kau tahu... anak baru kelas 1 menaruh perhatian padamu..."

Dia cemburu?

Bokuto-san... cemburu?!

"Lalu?"

"Aku gak suka!"

Gyuuu~t! Bokuto-san menarikku ke dalam dekapannya, meski sama-sama berkeringat ia tidak peduli.

Semakin ku rasakan pelukannya semakin erat pada tubuhku, sepertinya ia sama sekali tidak kelelahan.

Walau Bokuto-san seorang perempuan, dia bahkan lebih tinggi dariku.

Bokuto-san memiliki ukuran tubuh yang cukup besar untuk ukuran perempuan pada umumnya, bahkan payudaranya.

"Bokuto-san, aku bau lo?"

"Ga papa, suka Akaashi yang maskulin hehee~"

Wajahku lagi-lagi memanas saat ia mendekatkan wajahnya dan menyesap aroma tubuhku, senyumnya membuatku gila!

"Habis beres-beres, aku tunggu di ruang ganti ya?"

"Bokuto-san..."

Ia mencium keningku dan berlari tuk mengumpulkan bola yang berserakan sepanjang lapangan.

Bokuto-san memang berbeda dengan perempuan yang biasanya, meski perubahan moodnya lebih parah.

Bokuto-san itu... mesum.

Lihat? Dia dengan sengaja membuka kerah kaosnya untuk memperlihatkan belahan dadanya.

"Tapi dia memang manis."

*****

Akaashi menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu, dengan helaan nafas pengusir gugup ia mengangkat tangannya.

Tok! Tok! Akaashi mengetuk pintu ruang ganti perempuan.

CKLEK! Pintu terbuka dan kepala seorang perempuan melongok keluar, ia tersenyum lebar, dan dengan cepat menarik Akaashi ke dalam ruang ganti. BUM! Dan mengunci pintu.

"Mm~ Bokut~nnh~"

Tanpa aba-aba Bokuto melumat bibir Akaashi, ia mengalungkan tangannya di leher Akaashi.

Menginginkan ciuman yang lebih dalam. Akaashi balas melumat, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggul Bokuto.

"Kau melepas bramu?"

"Hehe, kau menyadarinya?"

Siapa yang tidak?! Batin Akaashi menjerit saat melihat payudara yang menempel padanya dengan puting yang tercetak jelas.

"Ukh!" Lagi-lagi Akaashi terkejut, ketika Bokuto dengan senyum jahil menelusupkan tangannya ke dalam celana yang Akaashi kenakan.

Memijit benda lunak yang perlahan mengeras di sana.

"Akaashi~ apa kau sengaja tebar pesona?"

"A-apa maksudmu, B-hh-bokut-ngh-san..." Akaashi tergagap ketika Bokuto semakin gencar di bawah sana.

Iris emas itu melirik tajam, ia mendekatkan wajahnya dan menyesap ceruk leher Akaashi.

Membuat Akaashi semakin kesusahan menahan suaranya.

"B-bok-ngh!"

Bokuto menjilat bekas gigitan yang ia tinggalkan pada perpotongan leher Akaashi, iris emas itu sekali lagi menatap tajam pada iris zamrud yang berada di bawahnya.

"Kaashi."

"T-tidak Bokuto-san! Aku hanya bersikap biasa sa—ngh~"

Bokuto lagi-lagi melumat bibir Akaashi, ciuman yang dalam dengan decak basah yang bersahutan dengan decak basah di bagian bawah.

"Kalau begitu, aku harus memberi tanda kan?"

Akaashi terengah saat Bokuto dengan cepat menurunkan celana yang Akaashi kenakan, membuat penisnya yang sudah memerah dan berair mengacung di udara.

Bokuto menurunkan sisa celana Akaashi yang mengantung dengan kakinya, menyelipkan pahanya di antara kedua paha Akaashi.

Menggesek milik Akaashi dengan lututnya.

"Katakan, Akaashi... Siapa wanitamu?"

Iris zamrud itu bergetar, serangan seduktif yang dilakukan Bokuto membuatnya meminta lebih.

SRAAAK! Akaashi menyibak kaos yang Bokuto kenakan, membuat buah dadanya terpampang.

Akaashi meraih punggung Bokuto, dan membuat mereka sekali lagi menempel.

Dengan wajah memelas, ia menenggelamkan wajahnya pada dada Bokuto.

"Cuma Bokuto-san, aku gak butuh yang lain."

Bokuto menyeringai kecil, ia mengusap helai raven Akaashi penuh sayang.

"Benarkah?"

"Umm~mm"

Akaashi mengecup putting kanan Bokuto, menyusu layaknya bayi.

Sesap, isap, dan jilat. Akaashi terus mengulang apa yang ia lakukan hingga Bokuto mengerang.

"Anh~ Kaashi~ Mmmh~ kau-nnh-bukan bayi~"

Bokuto mencoba mendorong kepala Akaashi, namun Akaashi melawan.

"Ngh!" Bokuto memekik di kala puting kirinya dicubit, dan puting kanannya digigit oleh Akaashi.

Meski Akaashi lebih kecil dari Bokuto, ia tetaplah seorang lelaki bukan?

"Kau bayi yang nakal."

Dengan kekuatan penuh Bokuto mendorong Akaashi hingga membuat Akaashi melepaskan dirinya, keduanya saling tatap dengan nafas yang memburu.

"Bokuto-san..."

"Iya-iya."

Bokuto berjongkok di depan Akaashi, ia menangkupkan kedua payudaranya.

Menjepit penis Akaashi yang mengeras.

"Aku tidak mengerti kenapa kau suka dibeginikan..."

Keluh Bokuto dengan bibir mengerucut maju, memijat penis Akaashi dengan payudaranya.

"Hh-ngh~" Akaashi tidak bisa berbicara, yang keluar hanya desahan.

Bokuto yang ingin mengerjai Akaashi, menurukan payudaranya dan memilih untuk memegang penis Akaashi dengan kedua tangannya.

Lagi-lagi dengan senyum jahil, Bokuto menjilat bibirnya.

Akaashi semakin memanas ketika Bokuto menciumi dirinya di bawah sana, menggigit kecil kulit kemerahan yang membungkus penisnya.

"Nah! Boku-nhh!" Erangan Akaashi lolos saat Bokuto memasukkan penisnya.

Bokuto dengan pelan mengulum benda yang lumayan besar berada di mulutnya, hingga...

GRAB! "Mggh~!"

Akaashi mencengkram kepala Bokuto, membuat Bokuto tidak bisa bergerak dengan leluasa.

Akaashi dengan penuh nafsu memaju mundurkan pinggulnya, membuat Bokuto sesekali tersedak karena ukuran milik Akaashi yang cukup—ya, you know lah.

Air mata menggenang pada pupil emas itu, mencengkram tangan yang memegangi kepalanya dengan kuat.

"Ungh! Mhh!?"

Akaashi mendekap erat kepala Bokuto, kedua tangan Bokuto terkulai di sisi tubuhnya. Keduanya bergetar hebat, Akaashi mengeluarkan spermanya di mulut Bokuto.

Setelah puas, Akaashi melepaskan dekapannya. Penis yang sudah layu itu keluar dengan bercak sperma.

"Maaf, Bokuto-san... Habisnya kamu manis sekali." Akaashi mengusap spermanya yang jatuh menetes di dagu Bokuto.

Bokuto dengan mata berair, dan mulut yang masih terbuka memperlihatkan sperma kental yang perlahan jatuh menetes ke payudaranya.

"Anh~ mmph~" Bokuto mengerang ketika Akaashi melumat lidahnya, ciuman itu terasa manis yang sedikit pahit—tentunya.

Keduanya saling mendekap, namun Bokuto dengan cepat menarik Akaashi untuk menindihnya.

"Tanda lusa lalu sudah memudar..." Ujar Bokuto seraya menurunkan kneepadnya.

Yap, selama ini tidak ada yang tahu bahwa kneepad itu menutupi mark yang Akaashi tinggalkan sepanjang pahanya.

Dan Akaashi dengan senang hati memberi tanda pada sang kekasih.

.

.

.

Beberapa hari kemudian.

"Akaaaachiiiiii!"

"Kenapa Bokuto-san?"

Melihat Bokuto yang selalu mendatangi kelas Akaashi setiap jam makan siang memang tidak mengherankan, hanya saja kali ini Bokuto tidak meminta Akaashi keluar mendatanginya...

Melainkan dirinya sendiri yang masuk ke dalam kelas Akaashi.

Membuat semua mata memandang mereka berdua.

Bokuto dengan poni yang dicepol ke belakang, dengan helai rambut bagian bawah yang dibiarkan tergerai.

Lengan seragam yang digulung hingga siku, rok kelabu selutut, dengan kaki tebal yang dibalut dengan stoking hitam.

Iris emasnya menatap dengan penuh selidik.

"Kau... kau akan menjadi semakin keren ketika Kelas 3!"

???

Akaashi mengernyit, kenapa lagi dengan Senpainya ini?

"Benarkah Bokuto-san?"

Bokuto melihat tangannya di dadanya, membuat buah dadanya semakin tercetak. Bibirnya mengerucut kesal.

"Ketika aku lulus, kau pasti semakin popular... dan..." Air matanya menggenang.

"Dan...?" Akaashi membuka kotak bentonya, menatap iris emas yang berkaca-kaca.

Bokuto mengambil kursi di dekat Akaashi dan duduk, mencomot sosis dari kotak bekal Akaashi.

Dengan mulut penuh, ia mulai menangis.

"Aku ga mau... Kachii... Uuu... Hiks..."

"Ga bakalan ko Bokuto-san."

Akaashi kembali menyodorkan makanan dengan sumpitnya, Bokuto kembali makan.

"Hunguh?" (Sungguh?) Tanya Bokuto dengan mulut penuh.

Akaashi mengangguk mengiyakan.

Bokuto dengan sumringah mengusap air matanya, mengecup bibir Akaashi sesaat lalu berlari keluar kelas dengan 'Hey hey hey'-nya.

Kejadian tadi membuat semua orang mematung, Akaashi dengan wajah memerah menutup kedua wajahnya dengan tangannya.

Semua orang di kelas itu mulai bersorak sorai, ada juga yang menjerit histeris karena ulah Bokuto yang seakan memberi alarm bahwa Akaashi miliknya.

.

.

.

Sepulang sekolah.

Karena kegiatan ekstrakurikuler sedang diliburkan, maka... pasangan burung hantu itu memilih untuk berkunjung ke salah satu rumah.

Kali ini mereka memilih untuk ke rumah Bokuto, namun sepanjang jalan mereka berdua digoda oleh nafsu.

Ketika kereta sedang dalam jam pulang kerja, dan mereka harus berdesak-desakan dalam kereta.

Akaashi yang mencoba melindungi Bokuto dari orang lain memilih untuk bertukar posisi, di mana Bokuto menghadap tembok dan Akaashi berada di belakangnya.

Karena manusia yang saling berdesak-desakan, membuat bagian selatan Akaashi terus menerus menggesek bokong Bokuto.

Bokuto yang senang menjahili Akaashi malah menggerakkan pinggulnya, membuat Akaashi semakin tersiksa.

Sekarang keduanya berada di kamar Bokuto.

"Bokuto-san, kamu jahat sekali..."

"Kenapa? Kamu tidak suka?"

Akaashi hanya memajukan bibirnya dengan wajah bersemu, melihat itu Bokuto tersenyum dan mendekatkan tubuhnya.

Meniupkan udara panas pada leher Akaashi.

"Habis, Akaashi imut... Membuatku ingin bersikap jahil-nh!"

Ucapan Bokuto terpotong karena Akaashi meremas bokongnya dari luar roknya.

Perlahan kedua tangan itu bergerak ke dalam dan meremas bokongnya yang masih terbungkus stoking dan celana dalam.

"Kaashi~ berhenti, aku tidak ingin membeli stoking lagi karena kamu menyobeknya."

"Bokuto-san memakai ini terlihat sangat seksi."

"Bukan berarti kamu boleh menyobeknya, oke?"

Ketika stoking itu sudah terlepas, Bokuto kembali mengerang ketika Akaashi menelusupkan jarinya melewati celana dalamnya.

"Kau sengaja memakai motif onigiri, hm?"

Akaashi menyibak rok yang Bokuto kenakan, memperlihatkan celana dalam putih dengan motif onigiri kecil.

"Hemmf~ hehe" Bokuto hanya tersenyum, dan kembali mengerang.

Tidak perlu memakan waktu lama, karena Bokuto sudah cukup basah, Akaashi hanya memasukkan jarinya dan membuat gerakan gunting di bawah sana.

"Bokuto-san, kau tidak ingin ke kas--umh~" Belum selesai Akaashi berbicara, Bokuto kembali mencumbunya.

Keduanya masih berdiri membelakangi pintu, meski pintu kamar terkunci... Bokuto tidak ingin beranjak di sana.

Krrrrr~ Suara resliting terbuka, Bokuto mengeluarkan penis Akaashi dan mengocoknya.

Bibir mereka berdua masih saling mencumbu, dengan bagian bawah yang saling dimanjakan.

Akaashi melepas bibir Bokuto, ingin menghirup udara.

Bokuto menjauhkan tangan Akaashi dari tubuhnya dibawah sana, dan Akaashi dibuat memanas ketika penisnya diarahkan pada vagina basah di bawah sana.

Bokuto menggerakkan pinggulnya secara perlahan, membuat kepala penis Akaashi sesekali menggesek di bawah sana.

"Bokut-!!?"

Seakan melihat bintang, Akaashi dibuat terkejut ketika Bokuto menarik tubuhnya dengan merangkul bokongnya. Membuat penis Akaashi melesak masuk ke dalam Bokuto.

"Angh~ Kaashi~ Akaashi~" Desah Bokuto seraya mendekap Akaashi erat, Akaashi seakan tercekik dengan rasa nikmat yang membungkusnya di bawah sana.

Meski mereka sudah beberapa kali melakukannya, ketika si wanita yang lebih mendominasi terkadang pria tak bisa berkutik dari pasangannya bukan?

"Ngh~ Bokuto-sa~" Akaashi mendekap Bokuto seraya menggerakkan pinggulnya.

"Mnnh~" Bokuto meraih wajah Akaashi, ekspresi yang menggiurkan. Iris zamrud yang berkaca-kaca, wajah memerah, dengan bibir bengkak yang meneteskan saliva.

Bokuto ikut menggerakkan pinggulnya, dan itu membuat Akaashi mencapai puncak hasratnya.

Spuurt~❤️

"T-tunggu Bokuto-san, aku-" Suara Akaashi tercekat.

"Tidak apa-ngh~ Keluarkan saj-ah~ Ah~"

Bokuto dengan penuh nafsu menimpali, ia mencumbu bibir Akaashi semakin dalam.
Gerakan pinggulnya yang semakin buas membuat cairan Akaashi semakin memenuhi bagian dalam tubunya.

"Mngggh~"

Cumbuan itu terputus, meninggalkan jejak saliva. Manik zamrud dan emas yang berair itu saling pandang.

"Ngh~ Bokuto-san~" Erang Akaashi saat Bokuto kembali menggerakkan pinggulnya, sambil meremas bokong Akaashi.

Membuat keduanya yang masih sensitif menggelinjang.

Akaashi menunduk, menenggelamkan wajahnya pada payudara montok sang kekasih. Penisnya yang mengeras seakan dipijat dalam rongga hangat yang basah.

Tubuhnya menegang kaku, gemetar dalam dekapan Bokuto. Kehilangan tenaga untuk bergerak, Akaashi hanya bisa mendesah ketika Bokuto memompa dirinya sendiri.

"Ooh~ Akaashi~❤️" Desah Bokuto sambil menjilat kuping si junior, meremas bokong telanjang Akaashi semakin kencang.

Pinggul Bokuto juga semakin bergerak penuh tenaga, membuat penis Akaashi berulang kali menyodok sweet spotnya.

Nafas Bokuto semakin memburu, semakin bernafsu dengan penis adik kelasnya yang memanjakan vaginanya yang gatal untuk dijamah.

"B-Bokuto-san--" Akaashi berkedut di dalam Bokuto, ia semakin mendekap erat leher seniornya.

"Cum inside baby~❤️" Bisik Bokuto seduktif,

Seiring dengan otot vagina yang mengencang menjepit penis, keduanya mencapai puncak hasrat.

SPLUUURT! SPUUURT! SPUURT!

Tubuh Akaashi mengejang, lagi, dan untuk kesekian kali penisnya menyemburkan sperma.

"Ahh~❤️ St--❤️❤️" Tangis Akaashi pecah, Bokuto masih menggerakkan pinggulnya.

Membuat vaginanya mengocok penis Akaashi yang sedang muncrat.

Bokuto mengelus kepala Akaashi seraya mengecup keningnya, memberikan sentuhan sayang pada sang kekasih yang tengah mencapai puncak hasrat.

Spuurt! Spuuurt!  Akaashi menggigit bibirnya, sensasi nikmat yang berkali lipat membuat ia menumpahkan sperma beberapa kali.

Penisnya diremas dalam vagina Bokuto, buah zakarnya seakan dipaksa untuk terus memproduksi sperma. Iris zamrud itu perlahan memutih, Akaashi kelelahan.

Bokuto mengecup bibir Akaashi sesaat, lalu menarik tubuhnya menjauh. Membuat penis layu Akaashi keluar dari tubuhnya.

"Hehe, Akaashi~ rasanya hangat sekali di dalam sini."

Bokuto mengusap perutnya, Akaashi yang melihat itu semakin merah. Apa lagi ketika di bagian bawah, di mana spermanya mengalir keluar dengan cairan kewanitaan Bokuto.

"Bokuto-san."

"Hmm?"

Bokuto mendapati Akaashi mendekapnya dengan wajah terlena yang merona, iris zamrudnya berair, bibirnya yang bengkak terbuka.

"Imut banget!!!"

Bokuto segera menggendong Akaashi ala bridal style, meski ia perempuan dan Akaashi lelaki.

"Eh??" Akaashi mengerjap, dirinya digendong semudah ini?

"Kita ke kasur." Pinta Bokuto manja sambil mendengus.

Akaashi meneguk ludah, soal urusan ranjang Bokuto tidak bisa ditahan.

Dan yap, mereka melakukannya lagi hingga Akaashi benar-benar mengeluarkan sperma sebening air.

*****

"Kalian pakai kondom kan?"

Akaashi menyemburkan teh yang ia teguk, tidak menduga ia akan mendapat pertanyaan seperti itu di saat mereka sedang makan malam bersama.

Akaashi berkunjung dengan alasan ingin mengajari Bokuto mengenai rumus matematika, demi si betina berotot Akaashi belajar materi Kelas 3.

Di malam hari, orang tua Bokuto dan kedua kakak lelakinya baru saja pulang dari kuliah dan pekerjaan mereka.

Ketika Akaashi ingin berpamitan ia diminta untuk makan malam bersama, setidaknya begitulah situasi saat ini.

Akaashi sedang duduk bersama di meja makan dengan keluarga Bokuto.

"Ibu!" Rengek si Bungsu dengan wajah memerah, "Kau membuat Akaashi tersedak! Bagaimana jika dia mati?!"

'Itu yang kamu khawatirkan, Bokuto-san?' Batin Akaashi pucat pasi.

"Sebentar, bocah ini ngewe dengan adik kita? Aku rasa terbalik, lagi pula dia ini Soshokukei Danshi atau Creamy Danshi." Timpal si tengah santai.

"Tidak, tidak. Dia lebih terlihat seperti Gyoshoku Danshi—tidak, tidak, Asupara Bekon-Maki Danshi." Ralat si Sulung.

BRAK! Meja dipukul keras oleh kepala keluarga Bokuto, semua orang terdiam dari aktivitas mereka.

Apa lagi Akaashi, ia semakin berkeringat dingin saat si kepala keluarga Bokuto menatapnya insten.

Membuat bulu romanya berdiri, Akaashi bahkan kesusahan untuk meneguk ludahnya sendiri.

"Roru Kyabetsu Danshi."

"Roru...? Seingatku kita sedang makan Hambagu, tidak ada ikan dan kubis di sini?" Si Bungsu Bokuto mengernyit kebingungan.

"Itu karena kita tidak sedang membahas makanan, sayang." Sahut si Ibu tenang.

"Ayah, dibagian mananya? Jelas-jelas Kou-chan yang selalu sangean."

"Semua karna hormon remaja ayahmu di masa muda."

Apa yang dikatakan si Ibu membuat 3 remaja lelaki di meja itu melirik orang yang dimaksud dalam diam, dengan tatapan 'Oh, jadi begitu caramu mendapatkan ibu/nyonya Bokuto?"

"Ehem." Dehem sang Ayah mencoba mengalihkan.

"Walaupun Akaashi memang lebih kecil dari Kou, entah kenapa aku yakin dia juga seorang pemakan daging dengan tampilan culunnya."

"Culun—" Reflek Akaashi, merasa terhina.

Sejenak Si Sulung dan tengah terdiam seraya menatap Akaashi dalam, lalu bersorak soray.

"Tentu saja! Memangnya siapa yang tidak akan tergoda dengan buah dada adik kita yang besar?"

"Walau dia berisik, wajahnya lumayan manis bukan? Berapa kali kalian melakukannya dalam sehari?"

"H-hah??" Akaashi terheran, satu keluarga tidak ada yang beres?!

Namun, si Bungsu yang merasa kesal berdiri dari kursinya. Memeluk Akaashi di depan semua orang dengan raut wajah kesal.

"Jangan membully Akaashi! Dia milikku!"

Empat anggota keluarga lainnya hanya diam menatap mereka berdua, sedangkan Akaashi masih diam membisu dengan sekujur tubuh basah oleh keringat dingin.

"Aku menantikan lamarannya ya? Walau aku masih tidak siap berpisah dengan putriku yang bodoh."

Dan apa yang si Ayah katakan membuat semua orang melotot.

"K-kami masih SMA!!" Jawab Akaashi, akhirnya ia dapat mengeluarkan suaranya.

"Yah, siapa bilang itu sekarang. Kan nanti? Tehe." Sahut si Ayah sambil memeletkan lidahnya.

Gelak tawa membahana dari anggota keluarga Bokuto, baru kali ini Akaashi menemukan keluarga dengan frekuensi otak yang sama.

"Eh? Eh? Jadi nanti Akaashi akan melamarku?" Seru si Bungsu girang dan mendekap Akaashi semakin erat.

"HIYEEEEEY HEYY YEEEEAH!!!"

Akaashi hanya pasrah karena tercekik gumpalan daging yang kenyal.

*****

Tipe cowok atau cewek di Jepang beragam, entah kenapa mereka seperti digolongkan seperti makanan dan hewan. Beberapanya seperti :

Nikushoku kei danshi 肉食系男子/ tipe pemakan daging/carnivore guy : tipikal macho, bisa menghadapi perempuan, dan bisa diandalkan.

Soshokukei danshi 草食系男子/tipe pemakan tumbuhan/herbivore guy: tipe pasif yang pemalu, terutama menghadapi perempuan atau hal-hal berkaitan dengan hubungan romansa.

Gyoshoku danshi 魚食系男子/tipe pemakan ikan/fish eating guy: tipe yang sabar, menunggu hingga perempuan yang disukai pada akhirnya menyukai mereka.

Roru kyabetsu danshi ロールキャベツ男子roll cabbage guy: tipe yang tampak seperti herbivora tapi ternyata aslinya seorang tipe karnivora. Roll Cabbage sejenis masakan dari China, berupa kubis yang didalamnya terdapat daging, sehingga sangat sesuai dalam menggambarkan tipe ini.

Asupara bekon-maki danshi アスパラベーコン巻き男子bacon-wrapped asparagus guy: kebalikan dari tipe roll cabbage, awalnya dia tampak seperti seorang carnivore tapi semakin jauh mengenal pada akhirnya dia lebih sebagai herbivore. Mirip roll cabbage, kali ini juga diambil dari jenis masakan asparagus yang dibungkus lembar daging bacon yang sesuai menggambarkan tipe ini.

Creamy danshi クリーミー系 男子/creamy guy: dikarakterkan sebagai seorang yang faham dengan perasaan perempuan, pendengar yang baik dan bisa memberi nasihat atau respon positif. Tipe yang tampaknya lembut tapi memiliki sisi maskulin dan bisa diandalkan, sehingga dapat menjadi tempat untuk perempuan yang sedang ada masalah. Charger zone?

21 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top