Bintang Biasa

20 September 1994.

Seorang bayi laki-laki seberat 5.3 kg lahir.

Karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan bayi-bayi yang lain, kedua orang tuanya berpikir untuk menamai anak itu Kotaro.

Kōtarō (光 太郎) jika dijelaskan, 光 (kō) mengacu pada Cahaya sedangkan 太郎 (tarō) adalah nama maskulin yang sangat umum.  Karakter "太" dalam penggunaan umum berarti Tebal atau Besar.  Karakter terakhir 郎 berarti Anak.

Karena nama keluarga mereka Bokuto (mengacu pada Great Horned Owl), nama sang anak dapat diartikan menjadi "Thick Owl".

Menggemaskan bukan?

Dan ingat bagian awal nama si anak?

Cahaya.

Ya, dia adalah bintang.

Bintang yang selalu menyinari bumi dengan cahayanya yang hangat.

Bumi yang suram ini sangat beruntung dapat bertemu dengannya.

Ya, sangat beruntung.

Aku sangat beruntung bertemu dengannya.

.
.
.

"Kou... Kou..."

Gumam pemuda itu sambil menatap selembar foto yang muncul di samping layar word pekerjaannya.

Foto seorang pemuda dengan rambut putih keabuan dan senyum secerah mentari.

"Kou..."

"Keiji, kau tidak tidur lagi?"

Pemuda yang dimaksud mengangkat wajahnya dari layar laptop, wajah pucat pasi itu seakan menjawab pertanyaan yang dilayangkan.

"Kou? Sejak kapan kau... Tunggu, dia masih di Osaka kan?"

Pemuda itu melepas kacamatanya dan memijit pelipisnya yang terasa berat. Ia seakan mengabaikan sosok pemuda di hadapannya.

"Sudah jam berapa ini... Oh, tidak! Ini sudah hari apa--"

Mata merah itu melotot saat melihat layar smartphonenya yang dipenuhi notifikasi telpon dan sms. Hari sudah malam dan kamarnya hanya mendapat cahaya dari luar, membuat kamar apartemennya remang-remang.

Dia lupa kalau smartphonenya selalu ia mute ketika bekerja.

Pemuda itu Akaashi Keiji, ia bekerja sebagai editor di majalah Manga Shonen dari penerbit besar, meskipun sebenarnya dia ingin berada di departemen sastra.

Saat di masa SMA ia cukup atletis, namun karena pekerjaannya ia selalu kurang tidur, dan terkadang jatuh sakit.

"Ini sudah tanggal 20--"

"Keiji, kau harus tidur sekarang."

Pemuda yang dipanggil Keiji itu sekali lagi menatap nanar, skeptis.

"Sepertinya aku terlalu lelah hingga berhalusinas--Uumphh?!"

Sekali lagi pemuda itu terkejut saat mulutnya disumpal dengan Onigiri.

Sekarang ia sadar bahwa senior di SMA-nya ini benar-benar berada di hadapannya.

Bokuto Kotaro, pemain voli dari tim MSBY Black Jackals dengan nomor punggung 12.

Jauh-jauh datang dari Osaka untuk menemuinya yang berada di Tokyo.

"Setelah kau makan, kau harus tidur. Aku tidak ingin kau pingsan lagi seperti terakhir kali aku berkunjung."

"Tapi pekerjaanku--"

Akaashi kembali mengunyah Onigiri-nya saat pemuda yang lebih tua darinya itu tersenyum dengan matanya.

Ia tidak bisa melawan ketika ia mendapat "respon hangat ketika ia kritis", ini lebih menyeramkan dibandingkan rengekan kekanak-kanakan seniornya saat tanding voli dulu di SMA.

Dan mengenai kunjungan terakhir kali sang senior, itu terjadi di pertengahan musim panas tahun ini. Setelah pertandingan voli putra antara tim MSBY Black Jackals vs Schweiden Adlers 20 Juli lalu. Cuaca cukup terik di Tokyo, di mana udara terasa kering dan panas.

Akaashi yang overwork dengan pekerjaannya ditemukan tergeletak di kamar mandi apartemennya--pingsan akibat dehidrasi.

Karena panik, Bokuto mengira bahwa Akaashi telah tiada, dan melarikan pemuda itu ke RS dengan berlari--dia benar-benar "melarikan" Akaashi.

Itu juga kali pertama Akaashi melihat Bokuto begitu marah padanya.

Walau begitu, Akaashi masih saja bekerja keras dan melewatkan jam tidurnya.

"Terimakasih untuk makanannya."

Akaashi sudah menghabiskan Onigiri-nya, sekarang ia terlihat lebih hidup.

"Bagus, sekarang..."

"K-kou?"

Akaashi tertegun saat tubuhnya didorong jatuh ke kasur, membuat ia telentang di bawah tubuh kekar sang atlit.

Akaashi mencoba memproses situasi dalam 0.5 detik.

T-tunggu dulu, aku... A-apa dia akan "memakan"ku?

Aku tidak punya tenaga untuk... tapi hari ini hari...

Bokuto Kotaro ulang tahun.

Ini hari spesialnya dan tidak boleh ada apapun yang menghancurkan moodnya!

Ketika Akaashi berpikir untuk tidak melawan keinginan Bokuto, Akaashi mendapati Bokuto malah ikut berbaring di sampingnya.

"Kou? Kau tidak ingin melakukannya?"

Seakan disengat lebah, Bokuto berjengit.

"T-tentu saja aku mau, tapi..."

Iris Emas itu menatap dalam manik Zamrud itu, seraya menyentuh wajah pucat yang merona dalam kukungannya.

"Aku tidak mau..."

Bokuto mencium kening Akaashi dengan lembut, membuat Akaashi terenyuh.

"Chu ♥"

Akaashi balas mencium Bokuto, keduanya tersenyum.

Perlahan Akaashi mendekatkan kepalanya dan berbisik.

"Happy Birthday, Kou ♥"

Seakan seseorang baru saja menekan tombol saklar, Bokuto mendekap erat Akaashi.

Akaashi yang merasakan ada benda keras yang menekan perutnya tersenyum, ia meniup udara tipis pada wajah Bokuto.

"Fuuuh~♥"

Bokuto meneguk ludahnya, ia lemah saat Akaashi yang menyadari keinginannya, dan mulai bersikap jahil.

"Jangan salahkan aku jika malam ini kau tidak tidur lagi."

Akaashi hanya tersenyum dan mengalungkan tangannya pada leher Bokuto, bibir keduanya beradu.

Dari ciuman hangat menjadi penuh nafsu.

"Mmmh♥ Nh♥ Nghh♥"

Akaashi mendesah saat lidah Bokuto menelusup masuk dan mencumbu lidahnya, Akaashi dibuat mabuk karena Bokuto memperdalam ciuman itu dengan menahan tengkuk lehernya. Membuat Akaashi tidak bisa berkelit.

Akaashi hanya membalas dengan meremas kaos yang dikenakan Bokuto, sesekali menepuk, dan mendorong dada bidang si pemuda. Mencoba lepas untuk menghirup udara.

Bokuto juga merasa perlu mengisi pasokan oksigennya, ia melepas si bibir merah yang membengkak karena ulahnya. Meninggalkan seutas benang saliva.

Bokuto menatap puas dengan mahakaryanya, Akaashi benar-benar terlihat kacau hanya dengan ciuman. Wajah merona yang kusut, mata berair, bibir plum yang basah, dan nafas yang terengah-engah.

"Keiji...♥"

Akaashi tersentak saat bagian selatan dari tubuhnya digesek dari luar, ia kehabisan tenaga. Akaashi bahkan tidak bisa melawan saat celananya ditarik lepas, membuat bagian bawah tubuhnya terekspos.

"Mmmgh--♥♥♥"

Akaashi mengigit bibirnya saat bagian paling sensitif dari tubuhnya digenggam, ia menahan suaranya agar tidak terdengar.

Bokuto yang menyadari itu kembali mencium Akaashi.

"Aku ingin mendengar suaramu."

"Ngh~ Nhh♥"

Lidah basah itu sekali lagi bercumbu. Akaashi mencoba menjauhkan tangan Bokuto dari 'miliknya' ditahan oleh Bokuto dengan mudah.

Akaashi menggeliat, pinggulnya tersentak naik saat gerakan tangan Bokuto di bawah sana semakin liar.

"Mmngh~♥ Kou~♥ Nh-Aahn~♥♥"

Ciuman itu diputuskan oleh Bokuto, ia ingin melihat rupa sang kekasih saat ini dengan lebih jelas.

Ekspresi yang menggiurkan.

"Naah~♥ Kou~♥" Desah Akaashi lagi saat Bokuto bermain dengan telinganya.

Bokuto hanya memberikan ciuman dan gigitan kecil di sana, namun efek yang terjadi sangat besar pada Akaashi.

"U-uuh♥ Mmmn♥♥"

Tubuh Akaashi mengejang saat cairan miliknya keluar, membasahi tangan Bokuto.

"H-hentikan, aku baru saj--ah♥ Ah♥ Ahn♥"

Desahan yang sekuat tenaga ia tahan lolos.Seakan tersengat listrik, miliknya yang sedang mengeluarkan sperma masih dikocok oleh Bokuto. Sensasi itu benar-benar membuat Akaashi menggila!

"Keiji... Keiji..."

Bisik Bokuto dan menelusupkan wajahnya diperpotongan leher Akaashi, meninggalkan tanda kemerahan di tiap tempat di mana bibirnya mendarat.

"Ahn~♥ B-Bokuto-san~♥♥"

Akaashi dengan nafas terputus-putus mencoba mendorong dada bidang si vampir jejadian, saat ini kondisi tubuhnya benar-benar sensitif!

"Keiji, panggil namaku."

Pemilik manik Zamrud itu tersentak saat tangan yang tadinya masih mengocok kejantanannya, tiba-tiba menelusup masuk ke dalam tubuhnya. Mencari titik yang pernah membuatnya melihat bintang di balik pelupuk mata.

"Nh--mmnh~♥ Ahn♥♥"

Akaashi mencoba membuka mulutnya, namun yang keluar hanya suara desahan.

"Keiji."

Tubuh Akaashi bergetar, suara tanpa intonasi kekanak-kanakan yang biasanya ia dengar seakan menggelitik gendang telinganya.

Iris keemasan itu masih menatapnya, dengan tangan yang tidak bisa diam menggerayangi tubuhnya.

Meski suara pemuda itu terdengar parau dan menggoda, wajahnya berbanding terbalik.

Bibir mengerucut dengan ekspresi memelas, Akaashi tidak punya pilihan selain menuruti kehendak sang pemuda yang sedari tadi menggoda tubuhnya.

"Kou...♥ Kou...♥ Kou...♥"

Bokuto mengerjap keheranan saat Akaashi mendorong dadanya, lalu duduk di atas perutnya. Akaashi yang masih terengah-engah menindihnya.

Sebenarnya Bokuto cukup menikmati view yang tersaji di depannya, di mana orang yang pernah dipanggil "Pretty Setter" terlihat begitu menggoda.

"Kei--!"

Bokuto berjengit saat Akaashi menyentuh miliknya yang masih terbungkus, Akaashi yang melihat reaksi Bokuto hanya tertawa kecil.

"Karena ini ulang tahunmu, biarkan aku memberikanmu special service ♥"

Wajah Bokuto benar-benar memerah, ia tidak menyangka Akaashi yang biasanya hanya diam kini atraktif!

Krrrrr~ Resleting terbuka dan memperlihatkan boxer biru yang basah. Dengan degup jantung yang meningkat, Akaashi menelusupkan tangannya dan mengeluarkan 'adik' Bokuto.

Tadaaa~!

Akaashi meneguk ludahnya, akal sehatnya baru saja kembali.

Ia terpaku dengan bagian tubuh pria yang mengacung di hadapannya, benda itu benar-benar berbeda dengan miliknya!

"Keiji?"

Tersadar dari lamunannya, Akaashi tersenyum kikuk.

"Y-ya?"

"Kalau kau mau biar aku saja--"

"Tidak, tidak! Biarkan aku yang kali ini melakukannya!"

Bokuto sebenarnya cukup khawatir dengan kondisi Akaashi, tapi ia juga penasaran bagaimana Akaashi 'mengendarai'nya.

Kalau namanya udah nafsu, buta aja gitu.

Perlahan Akaashi mengangkat pinggulnya, menumpu salah satu tangannya di tubuh Bokuto, sedangkan salah satu tangan lainnya mencoba memasukkan Bokuto Junior.

"Nghh~♥♥"

"Buka kakimu lebih lebar, kau sempit sekali."

Bokuto mencengkram pinggul Akaashi, membantunya untuk turun.

"Pelan-pelan, ini... besar--NGAH♥♥♥"

Dalam sekali hentakan Bokuto Junior melesak masuk, Akaashi yang merasa bagian dalam perutnya disodok keras semakin gemetar.

"Ngh--ah♥ Naah♥♥"

"Tenang Keiji, tarik nafas--"

Bokuto mencoba menarik tubuh Akaashi turun dan mencium bibirnya lagi, mencoba menenangkan sang kekasih yang masih syok.

Jika dibiarkan semakin lama, takutnya ia harus mengucapkan 'Sayonara' pada Juniornya.

"Ngh~♥ Kou~♥ Kou~♥ Mnh--♥♥♥"

"Keiji, Kei--mmh~♥"

Ciuman itu sekali lagi terputus karena paru-paru yang menjerit, keduanya saling pandang. Bokuto menghapus jejak basah pada sudut mata Akaashi, Akaashi balas tersenyum dan menggenggam tangan Bokuto untuk menyentuh pipinya.

Sepertinya Akaashi sudah terbiasa sekarang, jadi...

"Uu--!!?"

Akaashi lagi-lagi dibuat mengerang saat Bokuto mencoba menggerakkan pinggulnya. Meremas bongkahan bokongnya dengan gemas.

"Keiji~♥" Rengek Bokuto.

Akaashi tersenyum dan mencium bibir itu sesaat, lalu menegakkan punggungnya kembali.

Bokuto hanya menjilat bibirnya yang terasa kering saat Akaashi mulai menggerakkan pinggulnya naik turun.

Namun sekali lagi Bokuto mengerut saat tangannya ditepis dari pinggul sang kekasih, Akaashi hanya tersenyum nakal.

"Kan sudah ku bilang ini special service~ ♥"

"Keij--huh? Eh?"

Dalam seperkian detik, sabuk yang ada dicelananya sudah mengikat kedua tangannya.

Akaashi menjilat bibirnya yang basah, menatap Bokuto yang berada di bawahnya yang terikat dengan ekspresi menggoda.

Bokuto benar-benar dikerjai.

"Kou, kau sadar ada yang berubah di kamarku?"

Bokuto yang sedang terbakar nafsu hanya menatap Akaashi.

"Tidak memangnya kenapa--Eh? Itu...?"

Bokuto terdiam, ia melihat siluet seseorang tengah memperhatikan mereka dari sudut ruangan. Karena bagian sana cukup gelap, Bokuto tidak terlalu yakin. Tapi...

"Kau tidak menyadarinya, ya? Ternyata selama ini kau memang melihatku~♥ Anh♥"

Akaashi masih menggerakkan pinggulnya, sedangkan Bokuto mulai merasa tidak nyaman.

"Keiji, henti--Huaaaah?!!"

Bokuto menjerit keras, ia melihat jelas sosok yang seakan memperhatikan mereka.

Sosok itu tengah terikat di kursi, seakan dipaksa untuk melihat ke arah mereka.

"Keiji, kau--gohok?!"

Tiba-tiba Bokuto tersedak, mulutnya rasanya amis.

Dengan ekspresi tidak percaya, Bokuto menatap Akaashi yang masih tersenyum padanya.

Sambil menggorok lehernya dengan cutter.

Bokuto mencoba berontak, tubuhnya mengejang setiap kali cutter itu memotong tenggorokannya.

Namun hasilnya nihil, ia hanya bisa menggelepar seperti ikan di atas kasur.

Drrrk! Crrrk! Drrrk! Drrrk!

Membuat kasur itu berderak karena gerakanny yang penuh tenaga.

Pcak! Crat! Crat!

Darah dari pembuluh darah yang terpotong muncrat di udara, bahkan mengenai wajah Akaashi.

"Nhn~♥ Hahh~♥ Kou~♥"

Akaashi menggerakkan pinggulnya dan mendesah keras, melihat Bokuto yang sekarat, dan tersedak darahnya sendiri membuat Akaashi semakin panas.

Birahi Akaashi semakin naik, dengan penuh nafsu ia menjilat tangannya yang berdarah. Menjilat setiap tetes darah yang ada, ia bahkan mengemut jarinya hingga bersih.

Bokuto menatap nanar Akaashi yang menikmati situasi ini, ia kehabisan darah. Pandangannya sudah mengambur, dan apa yang ia rasakan bercampur aduk.

"Fuaah~♥♥♥"

Akaaashi menggoyangkan pinggulnya, mengintip milik Bokuto yang masih berada di dalamnya, ia tersenyum manis. Sekali lagi ia meraih wajah Bokuto yang pucat.

"Kei-Bhuk! Ohok--Ghk--Umph!!?"

Bokuto yang sudah melemah tidak bisa melawan saat Akaashi kembali mencumbu bibirnya yang penuh darah.

Hanya ada rasa besi dan aroma amis. Cumbuan itu mengiringi kesadaran Bokuto yang perlahan pudar.

Setelah tidak ada nafas yang berhembus, Akaashi melepas ciumannya.

"Kau tahu, Kou?"

Akaashi menatap iris emas sang Middle Blocker.

"Aku sangat beruntung bisa melihat bintang yang bersinar terang."

Iris emas yang tadinya berbinar itu perlahan redup.

"Aku selalu melihatmu, Kou."

Manik Zamrud itu mengerjap pelan, menatap si pemuda besar yang tergeletak di bawahnya.

Akaashi menyentuh bibir pucat sang atlit dengan jarinya.

"Aku selalu melihat bintang super biasa sejak dulu."

Jari jemari Akaashi bergerak naik hingga menyentuh bulu mata Bokuto

"Super biasa, bukan begitu?"

Jleb.

Jari jemari itu melesak masuk.

Crat! Clak! Pcak! Pcak! Crat!

Mengorek dan mencongkel keluar bola mata itu dari rongga kepala Bokuto.

Pcak! Pcak! Crat! Pcak!

Membuat suara decak basah dan cipratan aroma amis di udara.

Pcak!

Bola mata dengan iris keemasan itu sekarang berada dalam genggaman Akaashi.

Dengan penuh kasih sayang Akaashi mencium bola mata itu, mengecup retina emas itu mesra.

"Tapi, semenjak sang Bintang berpaling dari ku... Aku tidak punya pilihan selain melakukan ini bukan?"

Keluh Akaashi dengan nada manja, menggenggam cutter yang masih tertancap di leher Bokuto, dan mencabutnya.

"Jika aku tidak bisa memilikmu, maka tidak ada yang boleh memiliki Bintang sepertimu."

Akaashi menatap datar pada ekspresi kengerian yang masih melekat di wajah Bokuto, dan dalam sekejap ia kembali tersenyum.

"Ahn~♥"

Akaashi mengelus perutnya yang terasa "penuh".

"Hahh~♥ Masih keras~"

Ia kembali menggerakkan pinggulnya, menuntaskan nafsunya yang masih memuncak.

"Ngaah♥♥♥"

Begitu cairan putih tersalurkan, dengan raut wajah datar, dan tubuh penuh bercak darah, Akaashi memeluk erat Bokuto.

"Happy Birthday, Bokuto-san."

.
.
.

9 Agustus 2020.

"Akaashi-kun~ nanti datang ya? Kami akan menikah!"

Akaashi mematung dengan senyum mengembang.

Seniornya ini memang sedari dulu suka berterus terang.

"Apa?" Ulang Akaashi, berharap ia salah dengar.

"Bokuto dan aku... Duh, malu sekali karena kamu orang pertama yang kami beritahu~"

"Yukippe~ padahal aku ingin mengatakan itu pada Kaashi~ "

Yukippe--Shirofuku Yukie--mengerjapkan matanya, balik terkejut. Ahli gizi yang baru berusia 23 tahun itu menatap Bokuto dengan ekspresi lelah.

"Eh?? Kau ingin menjelaskan bahwa semua ini karena kecerobohanmu?"

"Kecerobohan?" Beo Akaashi.

Bokuto yang mendengar nada bicara Akaashi memberanikan dirinya untuk bicara.

"B-begini, kau ingat bulan lalu kita ada acara reuni di festival kembang api kan di apartemenmu? Saat pulang aku mengantar Yukippe dan karena mabuk kami..."

Bokuto tidak melanjutkan kalimatnya saat Akaashi tersenyum hambar.

"Karena kecerobohan Ordinary Ace seperti dia, Bokuto Junior akan lahir musim semi tahun depan." Lanjut Shirofuku menjelaskan.

Akaashi menatap perut seniornya yang masih rata, ada kehidupan di sana.

"Bokuto-san..."

Bokuto yang tahu apa yang akan terjadi memilih untuk menutup matanya.

"Kau ceroboh sekali! Hahaha! Tapi syukurlah kau mau bertanggung jawab!"

Bokuto membelalakkan matanya, ia tidak menduga Akaashi malah akan menertawainya.

"Y-yaa... Aku juga tidak menduga ini akan terjadi, kami awalnya sepakat untuk melupakannya..." Bokuto melirik Shirofuku.

"Sayangnya Tuhan berkehendak lain, sebagai manusia yang punya hati, kami tidak mungkin menggugurkan anak ini."

Shirofuku mengelus perutnya, ada perasaan iri dalam lubuk hati Akaashi.

"Kalau begitu, selamat ya? Kapan kalian akan menikah?"

"5 Desember."

Shirofuku mengernyit, "Kita belum--"

"Kami akan menikah tanggal 5 Desember, tidak peduli badai atau tsunami, aku akan menikah ditanggal itu." Potong Bokuto.

Kedua pemuda itu saling melempar pandang. Akaashi hanya tersenyum hangat.

"Kalau begitu jangan lupa undang aku ya?"

Bokuto meremas tinjunya, senyum hangat yang ia lihat menusuk hatinya.

"Pasti."

.
.
.

20 September 2020.

Seorang atlit voli berinisial BK dari Tim MSBY Black Jackals dilaporkan telah meninggal dunia akibat terjatuh dari apartemen temannya.

Si pemilik apartemen merupakan junior BK di SMA, ia bersaksi bahwa saat itu BK sangat mabuk, ia sudah mencoba memperingatkan BK agar tidak keluar balkon.

Namun, naas. BK tidak memperdulikan peringatan juniornya dan terjatuh dari Balkon setelah menghantam atap kedai ramen yang terbuat dari seng. BK dikabarkan tewas seketika.

"Bokuto... Malang sekali nasibmu, kau meninggal saat teman dan juniormu akan menikah."

Pria dengan rambut dimakan usia itu mematikan televisinya.

"Mati memang tidak mengenal usia ya? Menyedihkan sekali orang tua ini harus melihat anak didiknya pergi lebih dulu."

Pelatih Takeyuki merogoh kantong jaketnya. Selembar kartu undangan berwarna putih dan emas berbentuk siluet burung hantu.

Yukie Shirofuku
Keiji Akaashi
6 Oktober 2020

"Aku tidak tahu harus berduka atau bahagia saat ini."

.
.
.

"Akaashi-kun... Hiks... Kenapa... Hiks..."

Shirofuku mulai bicara saat tali yang mengikatnya dilepas, tubuhnya bergetar ketakutan.

Air mata sedari tadi tidak berhenti mengalir.

Akaashi yang masih bertelanjang kaki mencengkram wajah Shirofuku, membuat mata mereka bertatapan.

Shirofuku bergidik ngeri, ia seakan baru saja bertatapan dengan iblis berkulit manusia. Ia berjengit saat Akaashi meraba perutnya dari luar kemejanya.

"Di dalam sana ada 'Bokuto-san', Kou..."

Shirofuku tidak pernah tahu bahwa senyum yang jarang diperlihatkan Akaashi sangat manis, namun mengerikan secara bersamaan.

"Aku tinggal ikut ke sana agar bisa bersama dia bukan?"

"Akaashi--"

"Mari kita minum hingga mabuk, lalu menikah!"

.
.
.

12 April 2021

Seorang bayi laki-laki seberat 4.5 kg lahir.

Karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan bayi-bayi yang lain, kedua orang tuanya berpikir untuk menamai anak itu Kouki.

Kouki (光希) berarti harapan cahaya.

Ya, karena dia adalah cahaya yang akan menyinariku.

Bintangku.

******

20 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top