Kalung
"Benarkah itu? Kalau begitu ini punyamu bukan?" kataku sambil memberikan kalung yang agak pendek kepadanya.
Futa menerimanya sambil sesekali memeriksanya, memastikan bahwa kalung tersebut memang miliknya yang hilang di pantai. "Benar onee chan, ini kalungku."
"Syukurlah jika itu punyamu. Aku menemukannya di pantai malam-malam."
"Terima kasih onee chan, kupikir kalung ini sudah hilang."
"Sama-sama Futa, sepertinya itu kalung yang spesial ya."
"Iya. Kalung ini adalah hadiah dari Kou-ni saat ulang tahunku."
"Kou-ni ... anak yang rambut cokelat itu ya?"
"Iya onee chan."
"Dia anak yang manis ya, senyumannya juga lucu." kataku.
"Tapi masih manisan aku kan onee chan?"
"Tentu saja, Futa juga manis." kataku sambil mengangkat tubuh bocah itu dan menggendongnya lagi.
"Kau sangat sayang dengan Futa ya, (Y/n) chan."
"Pastinya Ichiro kun ... eh?!"
"Hmm? Ichiro kun?" katanya sambil menatapku dengan alisnya yang naik sebelah dengan jahil.
"Udah ah, yuk Futa kita main aja."
"Fufu, dasar malu-malu."
Jam setengah delapan malam hujan berhenti, cukup lama kami menunggu di ruang tunggu hingga akhirnya konser rap battle itu akan dimulai beberapa menit lagi. Ichiro yang sudah menyiapkan diri pun segera menuju panggung.
"Kalian bisa lihat di tempat khusus, tenang saja kalian bisa melihatku secara langsung kok."
"Baik Yamada san, aku akan mengajak yang lain juga."
Ichiro tersenyum sambil memberikan permen kepada Futa, "Futa, lihatlah betapa kerennya penampilanku nanti."
"Pasti Ichi-ni."
Saat Ichiro sudah mau keluar dari ruang tunggu, kami menyemangatinya agar dia bisa memenangkan rap battle ini. Aku mengajak Futa dan yang lain untuk duduk di tempat khusus yang sudah disiapkan oleh staf. Panggung tempat Ichiro tampil dengan cepat menyalakan lampu-lampunya, menampilkan sosok Ichiro bersama dua orang lainnya yang tak lain adalah Jiro dan Saburo, dua adik Ichiro yang juga ku kenal sejak aku masih kecil.
Penampilan mereka bertiga sangat memukau, lawan yang mereka hadapi dengan mudah mampu dikalahkan oleh suara yang mereka hasilkan. Para penonton yang melihat mereka tak henti-hentinya meneriakkan nama Buster Bros, Futa yang melihat dari atas benar-benar terpukau seolah ada ledakan di dalam hatinya. Futa juga meneriakkan nama Ichiro dari dalam sana.
"Ichi-ni, semangat!!" teriaknya.
"Duh Futa, duduklah dengan tenang." perintah Aoi sambil menutup telinganya karena teriakan Futa.
"Aoi, Yamato, Ichi-ni sangat keren bukan?"
"Ng." angguk Yamato.
"Iya aku tahu mereka sangat keren. Tapi kau bisa tenang tidak? Jangan lompat-lompat seperti itu."
"Maaf Aoi."
Usai konser tersebut, kami menghampiri Ichiro bersama kedua adiknya di ruang tunggu.
"Kerja bagus kalian bertiga, penampilan tadi sangat keren." kataku.
"Terima kasih anee-ki." kata Jiro.
"Memang dia kakakmu apa?" tanya Saburo.
"Huh memang kenapa?"
"Sudah-sudah kalian berdua, terima kasih juga untuk kehadirannya (Y/n) chan."
"Sama-sama Yamada san."
"Umm siapa yang kau panggil Yamada san?" tanya si laki-laki bertopi terbalik itu.
"(Y/n) nee itu memanggil Yamada san untuk Ichi-ni tahu."
"Oh aku baru tahu."
"Haha, kalau dipikir-pikir sifat mereka berdua mirip Futa dan Aoi ya." kata Ichiro.
"Benarkah? Tapi iya juga sih." kataku.
"Kalau aku mirip siapa onee-chan?" tanya Yamato.
"Kamu ... mirip bapakmu lah."
"Oh ..."
Aku memeluk Yamato yang tampak menggemaskan itu, seketika juga Futa dan Aoi malah ikut-ikutan memelukku.
"Ih pada pelukan, mau ikut juga dong." kata Ichiro yang menghampiriku sambil membentangkan tangannya.
"Buat Yamada san gak boleh ya."
"Emang kenapa?"
"Pelukannya khusus anak-anak, bukan buat orang dewasa."
"Kan aku masih anak-anak. Umur aku masih 19 tahun kok."
"Pokoknya nggak boleh titik."
"Uh curang." katanya sambil mengerucutkan bibirnya. Kedua adiknya hanya geleng-geleng melihat tingkah kakaknya itu.
OOO
Malam semakin larut, kami berlima memutuskan untuk pulang karena besok Futa harus melanjutkan latihannya. Sekitar sebulan lagi Futa akan debut menjadi seorang rapper resmi, entah kenapa pak produser menentukan waktu dengan cepat padahal perekrutan Futa baru beberapa hari.
"Kalian mau langsung pulang?" tanya Ichiro.
"Iya."
"Kalau begitu hati-hati ya, mau kuantarkan sampai stasiun."
"Boleh."
"Baiklah, ayo semuanya. Kita naik."
Ichiro mengantarkan kami ke stasiun, di dalam mobil ketiga anak itu tak banyak bicara karena mungkin sudah lelah atau kekenyangan setelah makan malam. Mashu duduk di belakang menjaga anak-anak tersebut sementara aku duduk di samping Ichiro yang fokus menyetir. Mobil pun sampai di stasiun, ketiga anak itu masih mengerjap mata mereka yang kelihatan masih mengantuk. Mashu membimbing mereka masuk ke kereta agar bisa beristirahat dengan nyaman.
"Terima kasih untuk hari ini Yamada san."
"Sama-sama (Y/n) chan, jaga dirimu baik-baik ya."
"Iya."
Kepalaku ditepuk pelan olehnya kemudian diusapnya, matanya melihatku dengan tatapan lembut sambil tersenyum. "Sampai nanti."
"Sampai nanti juga Yama ..."
"Ichiro-kun." katanya tiba-tiba berbisik di telingaku.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Ichiro-kun."
"Dadah."
Aku melambaikan tangan ke Ichiro begitu juga dengan dirinya. Kereta pun langsung melintas dengan cepatnya di malam hari. Mempersiapkan diri untuk hari esok.
TBC.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top