Episode 06 - Fanfiction (2)

WARNING! Di episode ini, akan banyak istilah menggunakan bahasa Inggris!

WARNING! Jangan baca kalau kamu orang yang suka fangirling! (Berbahaya bagi jantung!)

———

Rin: HAAAALLLLOOOOOOOOOO!!!

(Taufan: Omaigat, kenceng banget. *nutup telinga*)

Rin: Nah, masih sama seperti episode sebelumnya, kali ini kita akan tetap membahas tentang fanfiction! Bersama dengan para Boboiboy dan Fang tentunya!

*mengeluarkan handphone-nya*

Walah, ada yang komen ThornxSolar. Berarti kita buat si Thorn jadi seme. Hm.

Thorn: Hah? Aku?

Rin: Iyalah.

Thorn: Jadi duta shampoo lain. Ahahahaha. Ups.

Rin: Wado, sialan.

*cut*

Rin: Nah, gak perlu lama-lama, kita langsung aja ke cuplikan fanfiction ThornxSolar.

*cut with slow motion*

Solar berjalan riang sambil membawa makanan di tangannya. Rasanya tak sabar ia ingin memakan makanan itu.

Saat memasuki perkarangan rumahnya, ia mendapati Thorn — memakai sarung tangan berkebun — tengah mengurusi halaman depan rumahnya. Kakaknya yang satu itu memang suka sekali berkebun.

"Hai, Solar!" sapa Thorn. Ia melambaikan tangannya pada Solar sambil tersenyum.

Solar hendak membalasnya, tapi sebelum mulutnya berbicara, ia tersandung sekop berkebun milik Thorn yang ditaruh sembarangan.

BRUK!

Thorn segera menghampiri Solar. Ia membantu Solar duduk.

"Astaga! Maaf, Solar! Aku taro sekopnya sembarangan!" ucap Thorn panik. Sebelum Solar dapat berkata satu patah kata, Thorn sudah menyela, "Aduh! Lutumu jadi terluka! Aku ambilkan obat ya?"

Solar terkekeh kecil melihat kakaknya panik seperti itu. "Sudahlah, kak. Aku kan kuat," ujar Solar pede.

Thorn tersenyum geli mendengarnya. "Yakin nih, gak mau dikasih obat?"

Solar mengangguk yakin. "Gak usah, serius."

Thorn tampak ragu-ragu mendengarnya. Tapi akhirnya wajahnya berubah cerah kembali. "Kalau begitu..."

Thorn tidak melanjutkan kalimatnya. Melainkan, ia memcium luka di lutut Solar dan menepuk-nepuk lukanya penuh kasih sayang. "Cepet sembuh ya!"

Wajah Solar seketika memerah setelah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Thorn. Thorn yang melihat muka Solar memerah, mendekatkan mukanya terhadap Solar. "Kamu gak pa-pa kan? Wajahmu memerah."

Solar menggeleng. "E-Enggak a-apa-apa kok."

Thorn tersenyum lalu mengusap kepala Solar yeng tertutupi topi putih-jingga. "Good boy."

Salahkan Thorn jika wajah Solar benar-benar merah sekarang.

*cut with slow transition*

Solar: *mematung dengan wajah kebingungan*

Thorn: Ha? *wajah polos*

Rin: Nah, bagaimana?

Halilintar: *memasang muka serius* Hm. Bagus juga.

Taufan: ASTAGAH, MEREKA IMUT SEKALE.

Gempa: Tema tentang kasih sayang. Hm. Leh ugha.

Blaze: OTP!

Ice: No comment.

(Rin: HOY.)

Thorn: Lumayan lah. Gak jelek-jelek amet kok.

Solar: *gak bisa berkata apa-apa*

Fang: Satu kata. Sempurna.

Rin: Baiklah, baiklah. Kita beralih ke ship selanjutnya. BoYa!

Yaaahh, sebenernya si Irinaa kagak suka sama ship BoYa. Mikirinnya aja udah jijik katanya.

Tapi katanya, demi penonton dia rela kok.

Taufan: Aseeekkk~!

Blaze: Goyang, bang!

*cut*

Rin: Nah, nah. Kita langsung aja. Ini dia cuplikan fanfiction BoYa!

*cut with slow transition*

Seorang gadis dengan jilbab yang berwarna merah muda duduk diam sambil menatap hujan di luar sana dari jendela. Dari mukanya, kita sudah bisa menebak apa yang dirasakannya sekarang.

Ying prihatin melihat sahabatnya menjadi seperti ini. Ya, sebelumnya. Yaya masih seorang remaja perempuan biasa yang ceria. Tapi semuanya berubah, sejak dia pergi.

Ying menghampiri Yaya untuk menghiburnya. Setidaknya, Yaya harus kembali seperti semula.

"Yaya..."

Yaya menoleh ke arah sahabatnya itu. Setelah itu, ia kembali menatap jendela.

"Sudahlah, Ya. Dia kan tidak meninggalkanmu untuk selamanya kan?"

Yaya tetap diam. Matanya masih memandang hujan yang terus menghujam tanah.

"Ayolah, Yaya. Dia hanya pergi untuk menyelesaikan sekolah SMA di sana! Dua tahun lagi dia akan kembali!"

"Bagaimana kalau dia tidak kembali?" balas Yaya. Ekspresinya masih sama, ekspresi datar yang memancarkan kesedihan.

Ying menggelengkan kepalanya. "Dia pasti kembali! Dua tahun lagi dia akan lulus! Begitu juga dengan kita!"

Yaya diam. Dia menopang dagunya dengan telapak tangannya. Tetap memandang pemandangan di luar sana.

"Kalian masih bisa berhubungan kan?"

"Tapi rasanya sepi jika ia tak ada di sini," ujar Yaya sedih.

Ying menghela nafasnya. Tidak ada yang bisa menghibur Yaya.

Minggu lalu, kekasih Yaya, Boboiboy namanya, pergi ke Jerman untuk menyelesaikan sekolah SMA di sana. Sejak itulah, Yaya berubah menjadi seperti ini.

Yaya seperti kehilangan sebagian jiwanya. Ia merasa kesepian saat Boboiboy tak ada. Ia merasa ada yang...

"Kenapa dia harus pergi?" tanya Yaya lirih.

...hilang.

*cut with slow transition*

Taufan: Hiks. *ngelap air mata pake tisu*

Blaze: *buang ingus pake tisu*

Rin: Entah kenapa si Irinaa memilih tema sedih. Tapi ya sudahlah. Bagaimana menurut kalian?

Halilintar: Biasa aja. *padahal mah nahan air mata*

Taufan: SEDIH BANGET! HUHUHUHU! *ngelap air mata pake tisu lagi*

Gempa: Bagus!

Blaze: HUEEE! KASIAAANNN! *banjir air mata*

Ice: *sweatdrop melihat Taufan dan Blaze*

Thorn: Sedih banget ceritanya! *ngusap air mata*

Solar: Ni tisu. *kasih tisu ke Thorn*

Fang: *tepuk tangan*

Rin: Tapi...

Gempa: Kenapa?

Rin: Aku gak tau harus ngebahas ship apa lagi.

Semuanya (kecuali Rin): -_-"

Fang: Tanya author je la.

Rin: Wokeh. *keluarin handphone* *ketik beberapa nomor* *nempelin handphone ke telinga* Halo, Ririn. .... Iya! .... Emm, mau nanya. Aku kan lagi syuting Boboiboy Talk Show!, tapi aku lupa script. Aku harus bahas apa lagi? .... Hah? Pempek? .... Ohh! Wokeh, siap. Makasih! .... Bye! *mematikan sambungan telpon*

Blaze: Gimana?

Rin: Kita kan belom bahas pair-nya Gempa. *tersenyum miring*

Gempa: *muka pucat* O-Oh...

Rin: Baiklah, selanjutnya! HaliGem! MUAHAHAHAHAHA! *ketawa jahat*

*cut*

Rin: Ehem. Maaf, tadi ada kesalahan teknis. Kita lanjut aja ya!

*cut with slow transition*

Gempa berjalan di koridor sekolahnya dengan langkah riang. Beberapa siswa-siswi menyapanya.

"Gempa!" sapa seorang siswa dengan mata biru langit. Gempa membalasnya dengan lambaian tangan.

"Apa kabar, Kak?" tanya Gempa basa-basi.

Taufan tersenyum lebar. "Aku baik! Tapi bukannya sudah kubilang kalau tidak usah memanggilku dengan sebutan kak?"

"Eh? Tapi kan Kak Taufan lebih tua?" tanya Gempa.

"Iya! Tapi tidak usah pakai kak. Kesannya terlalu formal!"

Gempa, siswi yang merupakan idola di sekolahnya. Seluruh penghuni sekolah itu pasti tau Ketua Osis mereka yang cantik dan lemah lembut ini.

Gempa tersenyum. "Baiklah. Aku panggilnya Taufan kan?"

Senyuman Taufan bertambah lebar lalu mengacak rambut hitam panjang Gempa. "Nah gitu dong!"

Gempa terkekeh kecil lalu merapikan rambutnya.

*cut*

Taufan: TUNGGU, KENAPA JADI TAUGEM?

Rin: Ya, sabar dong, Fan.

*cut with slow transition*

"Ya sudah, ka— em, Taufan. Aku pergi dulu ya! Mau ke toilet," ucap Gempa.

Taufan mengangguk. "Okeh! Nanti bicara lagi ya!"

Gempa tersenyum sebagai balasan lalu berjalan ke toilet.

Namun, mereka tidak tahu kalau ada sepasang mata dengan sorot mata tidak suka yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Jadi? Ada apa, kak?" tanya Gempa pada kakak kelasnya yang berada di hadapannya sekarang ini.

Halilintar, kakak kelasnya itu, hanya diam. Tadi, setelah Gempa balik dari toilet, Halilintar tiba-tiba menariknya tanpa berkata satu patah kata pun ke halaman belakang sekolah yang sepi.

"Halo? Kak Hali? Kenapa?" tanya Gempa lagi.

Halilintar menghela nafasnya. "Tadi kau ngapain dengan Taufan?"

Gempa yang ditanyakan seperti itu memasang muka kebingungan.

"Taufan? Aku hanya mengobrol dengannya tadi," jawab Gempa.

Halilintar mengepalkan tangannya. "Taufan? Kau memanggilnya Taufan?"

Gempa sedikit terkejut dengan nada tinggi Halilintar. "I-Iya, dia yang menyuruhnya."

"Ck! Kenapa kau mau saja, hah?" tanya Halilintar kesal.

Gempa semakin bingung dengan Halilintar.

"Karena dia yang memintanya. Lagipula, Kak Hali kenapa?"

Bukannya menjawab, Halilintar malah memojokan Gempa dengan mendekatkan mukanya ke muka Gempa.

"Ehh? Kak Hali?" Gempa kebingungan dengan sikap Halilintar.

Halilintar menatap iris mata emas milik Gempa. "Jangan pernah dekat-dekat dengan Taufan atau cowok lain selain diriku," ucapnya penuh penekanan.

"Ehh? Ta-Tapi kenapa?"

"Karena aku menyukaimu."

Mulut Gempa tiba-tiba terkunci. Tiga kata dari Halilintar barusan membuatnya syok.

Halilintar memeluk Gempa, menaruh wajahnya di pundak Gempa.

"Aku cemburu tau."

Gempa semakin kebingungan sekarang. Hei, ini mimpi kan?

Tapi pada akhirnya, Gempa membalas pelukan Halilintar sambil mengelus-elus punggungnya yang lebar.

"Aku juga menyukaimu."

P.S: MAAFKAN IRINAA YANG GAK PANDAI BUAT CERITA ROMANCE.

*cut with slow transition*

Blaze: OMAIGAT. OMAIGAT. OMAIGAT. *guling-gulingan di lantai*

Rin: Jadi, gimana menurut kalian semua.

Halilintar: *menutup wajahnya dengan sebelah tangan* Astaga...

Taufan: MANIS SEKALE.

Gempa: No comment.

Blaze: OMAIGAT. OMAIGAT. OMAIGAT. *masih guling-gulingan di lantai*

Ice: *tersenyum miring* Bagus.

Thorn: Entah.

Solar: *berusaha menahan darah yang keluar dari hidungnya dengan tangan sambil mengacungkan jempol*

Fang: *gak bisa berkata apa-apa saking nge-ship mereka*

Rin: Aku juga suka ship ini! Hahaha. Tapi aku lebih suka FaYi sih. Tapi ya sudahlah. La— Aduh! *ditabrak Blaze*

Blaze: *masih guling-gulingan di lantai* OMAIGAT. OMAIGAT. OMAI— EEKKHH! *diinjek-injek Rin* OY! SAKIT!

Rin: *menginjak-injak Blaze dengan brutal*

*cut*

Rin: *tersenyum* Ahahaha, maafkan adegan yang tadi. Kita lanjut aja ya. Irinaa ada kirim SMS ke Rin, katanya Rin boleh milih antara FanGem dan KaiGem. Pilihan yang sulit.

Gempa: Kenapa aku semua...

Solar: Tabah kak *nepok-nepok pundak Gempa*

Rin: Yaahh, KALAU BISA DUA-DUANYA KENAPA ENGGAK? MUAHAHAHAHA! *ketawa jahat*

*cut*

Rin: *membungkuk* Maafkan kesalahan saya tadi. *kembali normal* Nah, kita lanjut aja! FanGem!

*cut with slow transition*

Fang berjalan menuju kantin dengan langkah cepat. Ia harus segera melahap donat lobak merah kesayangannya.

"Donat lobak merah dua!" seru Fang begitu sampai di depan meja pemesanan.

Dalam waktu 20 detik, pesanan Fang sudah siap. Fang memakannya dengan riang dan lahap. Setiap makhluk yang melihatnya akan mengira Fang tidak makan selama 1 bulan.

Karena makan sambil berjalan, ia menabrak seseorang. "Ah, maaf!"

Fang melihat siapa yang ditabraknya. Gempa, salah satu dari 7 Boboiboy bersaudara. Saat pertama kali masuk, ia mendapat jabatan kadet di TAPOPS. Tapi dalam waktu beberapa minggu, jabatan Gempa sudah naik. Gempa memang orang yang paling bisa diandalkan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain yang bisa dibilang absurd itu.

"Gak pa-pa," ujar Gempa sambil tersenyum. Tangannya membawa beberapa kertas.

"Mau kemana?" tanya Fang.

"Mau nyari laksamana, nyerahin kertas-kertas ini. Kenapa?" balas Gempa mulai berjalan kembali.

"Aku temenin deh. Bosen juga." Fang mengikuti Gempa berjalan.

Gempa hanya mengangguk.

Selama perjalanan, mereka banyak mengobrol.

"Sibuk gak sekarang?" tanya Fang memulai percakapan.

"Lumayan sih, haha. Tapi kadang saudaraku membantu kok."

"Beberapa doang kan? Aku rasa si tukang tidur, tukang nyengir, sama tukang rusuh tak pernah membantu."

Gempa terkekeh mendengar julukan Ice, Taufan, dan Blaze dari Fang yang bisa dibilang cukup aneh. "Yah, gak pa-pa lah."

Fang mengalihkan pandangannya dari Gempa. Sungguh, ia tak tahan melihat Gempa tersenyum dan tertawa sejak tadi. Jantungnya udah mau copot, oy!

Asal kalian tau, senyum lebar Gempa itu bisa bikin kalian diabetes tau gaakk? Tau gaakkk?!

"Kudengar tadi pagi, kamu dan Kak Hali berantem lagi?" tanya Gempa.

Fang kembali menatap ke depan. "Yaahh, dianya cari ribut sih. Aku aja bingung kenapa ada orang kayak dia. Kamu gak capek tuh sebagai saudaranya?" Fang menaruh kedua telapak tangannya di belakang kepalanya.

Gempa tertawa. "Kalian cocok."

Dua kata tersebut membuat Fang berhenti berjalan. "COCOK DARIMANANYA?!"

Gempa ikut berhenti berjalan, terlihat menahan tawanya. "Kalian hampir setiap hari bertengkar. Kadang aku sampai bingung sendiri."

"KAMI GAK COCOK! LAGIAN AKU BENCI DIAAAA!" seru Fang frustasi sambil memegangi kepalanya. Setiap petugas TAPOPS yang melewati mereka memandang Fang bingung.

Gempa tersenyum geli. "Hati-hati lho. Benci dan cinta itu beda tipis. Siapa tahu kalian saling cinta."

Fang memasang muka jijik. "GAK AKAN PERNAH!"

Gempa tertawa keras. "Iya, iya. Aku bercanda kok!"

Fang menghela nafasnya lega.

Yaahh, dia gak akan cinta sama Halilintar karena...

"Ya sudah, jalan lagi yuk!" ajak Gempa sambil tersenyum yang membuat Fang gugup.

...hatinya sudah tertambat pada Gempa.

*cut with slow transition*

Rin: ASTAGAH, MELELEH AKU. Ehem. Jadi gi—

Blaze: MANISNYAAAAAAAA!

Taufan: KENAPAKALIANUCULSEKALEEE!

Halilintar: Ehem. Sebagai kakak tertua Gempa, aku merestui hubunganmu dengan Gempa, Fang.

(Fang: HOY!)

Gempa: *tersenyum sweatdrop*

Ice: Kak, kalian cocok kok. *taro tangan di pundak Gempa*

Thorn: Bagus, bagus! Saya suka, saya suka!

Solar: Nampaknya kita harus merelakan Kak Gempa untuk Fang.

Fang: SERAH LOOOOO!

Rin: *tersenyum geli* Ditunggu undangannya ya, Fang.

Baiklah, ship terakhir, KaiGem!

*cut with slow transition*

Pada suatu hari yang cerah, hiduplah seorang pa—

Salah narasi, oy!

Pada suatu siang yang bolong, ketujuh Boboiboy bersaudara dan kawan-kawan sedang duduk bersantai ria sampai...

NGGUUUNNGG!

...ada suara kapal terbang mendekat.

Mereka menatap kapal terbang tersebut kebingungan.

"Sebentar," ujar Fang. "ITU KAN KAPAL TERBANGNYA ABANG KAIZO!"

Semua temannya kaget. "KAPAL TERBANGNYA ABANG KAIZO?!" ulang mereka.

Kapal terbang tersebut mendarat dengan mulus di dekat kedai Tok Aba dimana tadi mereka bersantai ria. Pintu kapal terbang itu terbuka, menampilkan sosok berambut ungu yang memakai topeng.

Mereka semua menatap sosok tersebut horror.

Sosok tersebut membuka topengnya, menampilkan wajah tampan yang dihiasi seringai. "Apa kabar, budak bumi?"

"APA YANG ABANG BUAT KAT SINI?! BUKANNYA ABANG MASUK ASRAMA DI SANA?!" seru Fang.

"Alah, gampang lah. Abang kabur," jawab Kaizo santai.

Semuanya sweatdrop mendengarnya.

"Bukannya kapal terbang abang juga di sita sama emak?" tanya Fang lagi.

"Alah, tinggal ambil balik je."

Astaga, Kaizo. Emang greget hidup kamu nak.

Kaizo turun dari kapal terbangnya lalu berlari ke arah Fang.

"PAANGG ABANG RINDU LAAA!"

Fang memasang muka jijik lalu berkelit bersembunyi di belakang Gopal.

"JIJIK, BANG! PERGI BALIK AJA SANA!" balas Fang.

Kaizo menghentikan gerakannya. "Gimana mau balik? Baru juga 1 menit di sini."

"Emangnya Abang Kaizo mau ngapain?" tanya Yaya.

"Memutilasi kalian semua."

Sontak, semuanya langsung menjauh, menatap Kaizo horror.

"AKU CUMA BERCANDA OY!"

Semuanya langsung menghela nafas lega.

"Aku ke sini iseng doang kok," ujar Kaizo.

Fang menatap kakaknya tidak senang. "Balik aja sana!"

"Kamu tega sama kakakmu ini, Pang?"

"BODO AMET, BANG!"

Tiba-tiba, ada yang mengulurkan minum untuk Kaizo. Kaizo menoleh untuk melihat siapa yang mengulurkannya.

Kaizo mendapati Gempa yang sedang tersenyum dengan segelas ice chocolate di tangannya.

"Nih, bang. Minum dulu," ujar Gempa.

Kaizo jadi terharu kan.

Kaizo mengambil minuman itu dari tangan Gempa lalu mengacak rambut hitam Gempa gemas. "Baik deh!"

Kaizo beralih ke Fang. "Noh, Pang. Kalau jadi adik tuh yang bener dikit kayak si Gempa."

"BODO AMET, BANG. YANG PENTING GUE IDUP," balas Fang kesal.

Akhirnya, beberapa menit kemudian mereka semua sudah duduk di kedai Tok Aba. Semuanya meminum coklat masing-masing dengan tenang.

"Aduh!"

Yah, sampai si Gopal menjatuhkan minumannya sehingga membasahi meja.

"Ya ampun, Gopal," ujar Fang sambil menepuk jidatnya.

Ying memutar matanya malas melihat kelakuan Gopal yang sangat ceroboh.

Gempayang melihat itu langsung berdiri lalu berlari ke dalam kedai Tok Aba, lalu kembali dengan lap di tangan. Dengan cekatan, dia membersihkan tumpahan coklat di meja lalu membuang gelas plastik Gopal ke tempal sampah.

Kaizo memandang anak tersebut takjub. Ayolah, dia saja belum pernah memegang sapu.

"Gempa, ada gula gak?" tanya Taufan. Gempa mencoba mengingat-ingat.

"Seharusnya sih masih ada. Aku lihat dulu sebentar." Gempa berbalik menuju ruang dalam kedai Tok Aba mencari gula.

Tidak sampai satu menit, Gempa kembali dengan gula di tangannya. "Nih, kak."

"Makasih!" ujar Taufan lalu segera menuang gula ke minumannya.

Tidak semua kok. Taufan gak mau diabetes.

Gempa kembali duduk lalu menikmati minumannya.

"Nanti malam masak apa, kak?" tanya Blaze.

"Mungkin ayam goreng mentega sama sop tahu," jawab Gempa.

"Ayam goreng mentega?! Aku ikut makan malam di rumah kalian ya!" Gopal terlihat senang dan bersemangat mendengarnya.

Gempa terkekeh. "Tenang aja, boleh kok."

"Makasiihh! Gempa baik deeeehhh!"

Kaizo tertegun mendengarnya. Jadi, semua pekerjaan rumah ditugaskan ke Gempa?!

"Gempa bisa memasak?" tanya Kaizo.

"Bisa! Jago banget malahan! Masakannya kayak di restoran!" Blaze bersemangat menceritakan bagaimana enaknya masakan Gempa. Gempa jadi tersipu mendengarnya.

"Selain itu, yang ngurusin rumah dan kedai biasanya juga Kak Gempa," tambah Thorn.

Kaizo terdiam.

"Kenapa, bang?" tanya Fang bingung melihat abang ehemtersayangnyaehem itu tiba-tiba terdiam.

Tiba-tiba, Kaizo menggebrak meja dengan muka semangat. Semuanya terkejut.

Kaizo menatap iris emas Gempa dengan penuh keyakinan. "Gempa, menikahlah denganku!"

"EEEEHHHHH?!"

*cut with slow transition*

Halilintar: Pfftt... *nahan tawa*

Taufan: *ketawa guling-gulingan* ASTAGAH.

Blaze: *sama kayak Taufan* MENIKAH DENGAN GEMPA KATANYA! AHAHAHAHA!

Gempa: *sweatdrop*

Ice: Kakak beradik yang memperebutkan Kak Gempa. Hm.

Thorn: Apakah ini yang namanya cinta?

Solar: Eaakk~!

*cut*

Rin: Yah, cuplikan fanfiction kita sudah selesai! Maaf semua jenis fanfiction gak bisa kita tampilin di sini.

Nah, gak kerasa udah 2500 kata Rin menemani kalian! Kita akhiri acara ini ya!

Oh ya, Rin punya kabar baik! Q&A sudah dibuka lagi!

*ledakan kertas warna-warni*

Rin: Jadi kalian bisa kasih pertanyaan kalian ke semua karakter Boboiboy dan Rin sebanyak mungkin! Ditunggu loh pertanyaannya!

Terima kasih banyak kepada semua penonton yang sudah menonton Boboiboy Talk Show! sampai saat ini!

Taufan: Tunggu episode 7 ya!

Semuanya: Sampai jumpa!

[Status Q&A: TUTUP]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top