4 - nama baik

"Aku tak akan ikut denganmu." , Ucap Taufan, lagi, senyuman terlukis di wajah nya, berusaha menyembunyikan perasaan yang bersemayam dalam dirinya. 

"Karena?" 

Taufan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, "uhm, aku sedikit lelah." 

"Dan kau pasti malu harus berjalan dengan agen gagal sepertiku,iyakan? Aku tak mau kau mendapatkan kesan yang buruk disini..", jelas Taufan, wajahnya sedikit termenung, helaan nafas keluar pelan darinya, merasa tak berdaya akan situasinya itu.

"Lagipula mereka tak akan mau bertemu dengan ku." Gumamnya pelan, suara berat nan pelan hampir tak terdengar.

Solar terdiam, "apa kasusmu seburuk itu?" Tanya sang pengguna cahaya.

Mata biru Taufan sedikit membelalak, "..kalau tak buruk aku tak mungkin disebut agen gagal, iyakan?" Ujar Taufan lirih. 

Solar terdiam, seharusnya ia senang bahwa mentor nya ini sadar diri akan keburukannya. Namun, entah mengapa perasaan nya terasa sakit, seakan ia merasakan sakit yang dirasakan oleh mentor baru sekaligus kakak nya itu. 

"Kau tidak kompeten." Ujar Solar singkat, menarik lengan Taufan dan membawanya keluar.

"Dihari pertama ku, kau malah membiarkan ku keliling sendirian, sangat tidak kompeten." , Komentarnya Tajam.

Namun aneh, Taufan merasa seakan itu adalah kalimat penghibur. 

"Ikut aku, lakukan tugasmu." , Ucap Solar sambil menyeret Taufan yang masih memproses segala hal ini. Tanpa sadar mereka sudah berada di depan pintu lift yang terbuka. Taufan bahkan tak lagi mempermasalahkan panggilan 'kau' yang keluar dari mulut Solar. 

Taufan terkejut dengan tindakan Solar yang tiba-tiba ini. "Eh? Jangan--" tapi Solar seakan tak ada niatan untuk mendengarkan, ia mengabaikan tolakan Taufan dan tetap menyeretnya.

"Aku pikir kau akan lebih leluasa jika pergi tanpa ku..", ujar Taufan , suaranya tidak terdengar semangat,seakan menyembunyikan banyak pikiran yang tak dapat ia ucapkan.

"Aku benci dengan orang yang lari dari masalah." 

"Kau kan mentor ku, kalau mentor ku seorang pengecut yang tidak berani menghadapi masalahnya, apa yang akan terjadi padaku? Namaku akan buruk." , Ujar Solar tajam, namun sekali lagi, Taufan tidak merasa sakit hati dengan perkataannya. 

"Maaf.." ucap Taufan pelan.

"Padahal belum satu hari berlalu namun aku telah menjadi contoh yang buruk..maaf." , ucapnya lagi, menundukan kepala nya tanpa berani menatap sepasang mata abu milik adik kecilnya. 

Solar mendengus, "setidaknya kau sadar akan tingkahmu itu." Kecamnya dengan dingin. Mereka berdua kini terdiam didalam lift itu. 

Taufan menatap angka pada layar kecil itu, secara pasti angka-angka itu berubah, hitungan mundur seraya mereka dibawa untuk turun oleh ruangan kecil itu.

Ding 

Lift itu berbunyi, pintu besi yang perlahan terbuka mengundang kedua saudara itu untuk keluar. Mereka disambut oleh ruang lobby yang kini hanya dihiasi lampu redup. 

Tempat ini telah sepi karena jam kerja formal telah usai, para agen sudah banyak yang kembali ke ruangan mereka masing-masing atau malah berangkat untuk menjalankan misi agen yang sebenarnya. 

Solar melirik Taufan yang tak kunjung bergerak dari tempatnya, ia mengerutkan alisnya. Melirik manik biru sang kakak yang memancarkan rasa gugup dan takut, sosok jenaka nan jahil yang sedari tadi berhasil mengganggu nya tak nampak dari orang ini. Seakan cangkang nya terlepas, ia bukanlah Taufan yang ia kenal tadi siang.

"..kau mau menunggu lift ini menendangmu atau bagaimana?" Tanya Solar ketus, namun ia sendiri pun masih belum beranjak turun dari ruang kecil itu, jari nya masih setia menekan tombol hold agar pintu lift tidak tertutup.

"...as i thought, akan lebih baik jika aku tidak ikut denganmu. Sana, kau turunlah. Aku akan kembali ke kamarku." 

"Alamatnya sudah kukirim ke ponsel mu.", ucap Taufan singkat, ia memaksakan diri untuk tersenyum walaupun hal itu terasa sangat canggung. 

Solar melirik sang kakak didepan matanya ini.

 pengecut. Batinnya. 

Bola mata berwarna abu itu berputar, seakan sudah lelah dengan hal yang sedang ia hadapi sekarang. 

Ia menarik tangan Taufan, menyeretnya turun dari lift. Mungkin karena pikiran yang menghantuinya, Taufan tidak merespon cukup cepat untuk dapat mengelak dari aksi tiba-tiba dari sang adik. 

"Lepas.", ucap Taufan sambil menarik tangannya, kini suara nya terdengar sedikit dingin.

Solar tak pernah hebat dalam membaca emosi seseorang, karena perasaan manusia itu tidak seperti ilmu sains, banyak ketidakpastian dalam manusia yang membuat segala hal menjadi rumit dimatanya.

Namun entah mengapa, walau hanya suara pelan nan serak dan terdengar dingin yang keluar dari mulut sang kakak, Solar dapat mendengar sedikit getaran dari suara Taufan. 

Ikatan persaudaraan ya? Apa hal seperti itu adalah hal instan? Apakah hanya dalam waktu satu hari, empati dapat langsung muncul? 

Solar kembali menarik tangan Taufan, mencengkramnya sedikit lebih kuat dan menyeretnya untuk pergi dari ruang lobby ini. 

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang saudara-saudaraku.", jelas Solar dengan suara yang masih terdengar dingin.

Taufan menatapnya dengan bingung, "ya sudah, kan sudah kubilang aku sudah kirim maps nya-" 

"Semua saudaraku, aku punya enam saudara.", jawab Solar lagi, kini langkahnya semakin cepat, tangan kanannya masih memegang erat pergelangan tangan Taufan, menyeret sang kakak agar terus pergi bersamanya. 

Taufan terdiam, ia ingin menjawab, namun tak bisa. 

Apa jawaban yang harus ia berikan? Jawaban yang tak akan membuat kecewa sang adik bungsu yang baru ia kenal hari ini?

Namun ia lelah, ia tak ingin tersakiti oleh perkataannya sendiri. Cukup penyesalan yang selalu menghantui fikiran nya dimanapun, ia tak ingin membuat dirinya sendiri semakin kesulitan untuk menghadapi hari-hari. 

Taufan menghela nafas cukup panjang, membiarkan dirinya diseret oleh Solar. Kini mereka sudah berada di luar gedung B, langit sudah gelap, lampu taman sudah mulai menyala untuk menggantikan sinar sang surya.

Solar tak berniat untuk membuka percakapan, namun ia masih baru di divisi ini, ia tak kenal tempat dan jalan disini. 

Mulutnya tertutup seraya kaki nya berhenti melangkah, "tunjukkan arahnya.", ucapnya singkat. 

Taufan terdiam, helaan nafas lagi-lagi terdengar darinya. "Apa boleh buat.." 

"Saudaraku yang satu ini sangat impulsif, karena ini hari pertama maka akan ku maklumi, aku kan kakak dan mentor yang baik.", ucap nya sambil memberikan tawa kecil yang pasrah. 

"Namun apa kau siap? Omongan buruk akan terdengar saat kau berjalan bersamaku di gedung S atau A.", lanjutnya, memberi peringatan kepada sang adik.

"Nama baikmu..akan ikut terjatuh..", ucapnya lirih.

Solar terdiam, menyeret Taufan adalah tindakan impulsif baginya. Ia sangat menjunjung tinggi gengsi dan harga dirinya, menjadi gunjingan orang-orang bukanlah hal baru baginya, namun apakah ia siap? Di tempat baru, menjadi bahan omongan manusia-manusia yang senang membicarakan kehidupan orang lain.. 

"Kau fikir kinerjaku akan buruk karena itu?" Ucap Solar.

"Bukan begit--"

"Jika ada yang berani membicarakanku, lihat saja nanti, saat aku sudah jadi agen divisi S, akan ku kalahkan satu-satu, hal semudah itu kenapa sangat memusingkan?", jelasnya, nada bicara yang ketus itu seakan berusaha menenangkan Taufan. 

Taufan tertawa kecil, "baiklah, jangan menyesal ya" 

"...karena aku cukup populer setelah kegagalanku. Yah, satu-satunya kepopuleran yang tidak diinginkan Fang pastinya..", ucapnya. 

//Author's note//

Ku ingin apdet cepat karena sebenernya akujuga tak sabar buat nunjukin cerita ini.
Hope this chapter can ease ur day a little bit!
Semoga urusan kalian dipermudah ya!

For the qna corner, here's the answer!

1.

Q : Solar punya rekan dekat kah di divisi research?

A : aku punya beberapa rekan yang memiliki sudut pandang yang mirip-mirip, jadi dalam melakukan penelitian kami tak perlu beradu argumen. Tapi tidak bisa dibilang dekat. Karena pada akhirnya kami punya tujuan masing-masing.

2.

Q : Solar suka kucing ngga?

A : biasa aja. Menurutku kucing lebih baik dibanding anjing. Tapi tetap saja merepotkan.

3.

Q : *in Taufan voice* masakan kesukaan kamu? Nasi goreng? Pisang goreng? Aku--?

A : yang penting higienis. Tapi seseorang bilang aku sedang masa pertumbuhan dan harus makan makanan bernutrisi.

4.

Q : Taufan makanan kesukaannya apa?

A : ....hehe,ada banyak kok-- sleeping p- cokelat.

5.

Q : hobi Taufan?

A from author : dyi---

A from Taufan : main skateboard, bikin hal keren, main gitar,hmm.. dulu aku suka isengin sodaraku sih..tapi yah, sekarang sudah ngga bisa kan?

6.

Q : kejadian apa yang bikin Taufan sampai trauma?

A : nanti klo kusebut sekarang spoiler--

A from Taufan : intinya.. kesalahan terbesarku.. kebodohanku..

7.

Q : Taufan suka orang kaya apa?

A : orang yang hati nya baik. Sodara-sodaraku.

Ok, see u soon!!




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top