23 - aku dinistakan, batinnya

Manik silver itu menatap sosok yang sedang terbaring di ranjang dengan nafas menderu. Tak pernah ia melihat orang yang dapat sesantai mentornya ini saat sedang luka parah.

Ia terdiam, membersihkan luka Taufan dengan obat-obatan di p3k. Setelah itu ia membalut nya dengan perban.

Lagi, ia menatap sosok sang kakak yang bahkan tidar sadar waktu perban nya diganti. Helaan nafas yang panjang terdengar dari sang murid.

"..aku hanya melakukan apa yang terbaik menurutku, jadi awas saja jika kau menghukumku." Ucapnya sembari mengerutkan alis.

Bel pintu tempat tinggal mereka berbunyi, Solar melihat siapa yang datang dari layar di pintu itu, dan seperti apa yang telah mentor nya ucapkan, itu benar-benar Gopal, kawan baik Boboiboy.

Ia membuka pintu itu, dan Gopal langsung masuk dengan luwes. "Oh! Hai murid baru!" Sapa Gopal sambil tersenyum lebar.

"...hai" sapa Solar dengan canggung. Namun Gopal tidak keberatan dengan kecanggungan itu, dan merangkul pundak bocah yang dua tahun lebih muda darinya.

" Jadi dimana bocah lapar yang kabur dari rumah sakit? Aku mau menjewer telinga nya sejenak sebagai perwakilan dari tok Aba" ucap Gopal dengan tawa isengnya.

Solar terdiam sejenak, "dia.. tidur, bisa dibilang pingsan sebenarnya, lukanya terbuka tadi." Jelas Solar, ia ragu akan haruskah ia mengantar Gopal ke kamar Taufan?

Solar tidak terlalu menyadarinya, namun ia dapat melihat ekspresi Gopal yang seakan membatu sejenak, kekhawatiran terlukis di wajah sang laki-laki berdarah india itu, "dia..di kamarnya?" Tanya Gopal.

Solar mengangguk. Gopal melangkah ke kamar Taufan dan membuka pintunya dengan pelan.

Ia sedikit meringis saat melihat penampilan Taufan yang acak-acakan. Tubuh yang dibalut perban itu terbaring di ranjang tanpa energy. Sungguh berbeda dengan kondisi biasanya yang sungguh aktif hingga terkadang orang-orang ingin mengikatnya.

"...dia fikir dirinya sebuah samsak?" Tanya Gopal, suara berat penuh emosi yang tak dapat dijelaskan terdengar dari kawan Taufan itu.

Solar terdiam, ia terlalu baru dalam lingkungan ini untuk mengerti tentang kerumitan benang hubungan mereka. 

"Dia..apa memang selalu seperti ini?" Tanya Solar pada Gopal, manik perak nya masih menatap sosok mentor yang terlelap dalam tidurnya.

Gopal terdiam, ia mengerutkan alisnya. "Tidak, suatu hal yang membuatnya seperti ini."

Atmosfer sendu tanpa ada sepatah kata yang terucap seakan membuat mereka merasakan kekosongan yang selalu Taufan rasakan. Walau mereka bahkan tak tahu, sedalam apakah kekosongan yang ia sembunyikan di balik tawa carefree dari sang "Agen gagal" itu.

"Ah, berdiam diri seperti ini tak akan menghasilkan apapun bukan? Murid kesayangannya Taufan. Aku akan memasak beberapa makanan untuk kalian, tentu saja si bodoh itu hanya akan makan bubur dan meratapi nasib melihat kita makan enak, lihat saja." Ucap Gopal dengan Tawa ceria yang sedikit dipaksakan.

Solar terdiam, ia tidak tahu cara berbasa-basi. Ia hanya dapat mengangguk. "Kalau begitu aku akan kembali ke kama-"

"Eh, kalau difikir-fikir, Taufan itu keras kepala." Ucap Gopal sambil merangkul laki-laki berpakaian putih itu.

"Dia itu, susah disuruh makan" ucap Gopal.

Alis kanan Solar naik, tidak percaya dengan ucapan Gopal. "Dia? Susah disuruh makan? Tapi dia selalu mengajakku makan." Jelasnya.

Gopal tertawa, ia menatap kembali sosok sahabat nya itu, "ah, begitukah? Sepertinya dia begitu peduli padamu." Ucap Gopal.

"Kalau begitu, adik bungsunya Taufan bertugas membantuku memasak."

"Kenapa harus begitu?" Tanya Solar sedikit keberatan, memasak bukan sesuatu yang ia sukai.

"Karena aku dapat merasakan bahwa ia akan menolak makan, tapi kalau kau yang membuatnya mau tak mau dia pasti makan." Jelas Gopal sambil tertawa lebar.

Solar terdiam, ia ingin mengusir Gopal dan menyuruhnya untuk memasak sendiri namun dia sahabatnya Taufan, ia merasa tak boleh tidak sopan kepada kawan mentornya.

Dengan ekspresi masam, ia hanya dapat membiarkan Gopal menyeretnya ke dapur.

°•°•°•°

Taufan terbangun karena aroma makanan yang sampai ke indra penciumannya.

Ia menggerakan tangannya, namun terasa sedikit perih bercampur ngilu. "Oiya, abis luka kan tadi" ucapnya.

Menggerakan tubuh terasa sedikit menyakitkan baginya saat ini, bekas tembakan peluru itu terasa perih. Namun manik safir nya sedikit mebelalak saat menemukan dirinya hanya terbalut perban bersih.

".....siapa yang berani melucuti aku yang tampan ini.." tanyanya sedikit merinding, merasa dirinya habis dinistakan walau sebenarnya itu hanyalah kenarsisan nya saja.

Ia keluar dari kamarnya, segera setelah pintu kamar itu terbuka, dua pasang mata telah terarah padanya.

"Oho, agen sialan sudah bangun" ucap Gopal.

"Ayo sini makan" ucap Gopal lagi.

Taufan mengangguk, kemudian menggeleng, "ah, tidak. Muridku yang perlu makan, aku tidak lapar." Ucapnya, bertolak belakang dengan kenyataan bahwa perutnya terasa kosong.

"...kau yakin tidak mau makan?" Tanya Gopal, menampilkan seluruh masakan lezat buatannya yang tersaji rapih di meja makan.

Taufan tertegun, "....untuk Solar saja." Ucapnya.

Solar terdiam, "..baiklah, semua yang ada di meja makan akan kumakan. Tapi kau makan ini." Ucap nya datar sambil memberikan semangkuk sup daging hangat dan mangkuk lain yang berisi nasi hangat.

"...eh? Tidak mau-"

"Yakin tidak mau?" Tanya Gopal menyengir.

Taufan sungguh mengerti kawannya itu, sahabat karibnya itu sungguh sedang merencanakan sesuatu yang membuatnya sakit kepala.

"Oh Solar, sepertinya gurumu benar-benar tidak menghargai usahamu.." ucap Gopal dengan nada sedih yang sungguh dramatis. Membuat bulu kuduk siapapun merinding.

Solar terdiam, kalau bisa ia tidak ingin diseret dalam drama konyol ini. Namun di sisi lain, walau ia tidak ingin peduli.. mentornya terlihat pucat, jika terus seperti ini dia bisa memperparah kondisinya..

Taufan terdiam, "tentu saja bukan begitu, itu masakanmu kenapa aku malah disebut tidak menghargai usaha muridku?" Tanya Taufan memukul pelan punggung Gopal.

Gopal, "tentu saja karena sup itu Solar yang memasak, kau mau membuang sup itu begitu saja?" Tanya Gopal dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan, seakan mengatakan bahwa Taufan adalah makhluk terjekam di jagat raya.

Taufan tertegun, "benarkah? Solar...masak?" Tanyanya penuh ketidakpercayaan.

Solar merasa sedikit tersinggung dikarenakan ekspresi Taufan yang penuh ketidakpercayaan, seakan dirinya memasak adalah sebuah mukjizat.

"Kau kira aku tak bisa masak? Memasak sama saja seperti bekerja di lab, tinggal masukan bahan sesuai takaran dan memprosesnya sesuai instruksi." Jawab Solar kesal.

Taufan tertawa kecil, "wah..aku hanya tidak menyangka.."

"Apa boleh buat, aku akan makan masakan profesor kita.. tapi bolehkah aku minta burger meat itu juga?" Ucap Taufan, masih tergiur akan daging burger yang wangi itu.

"Tentu saja tidak! Ini untuk orang sehat~" ucap Gopal sambil merangkul Solar.

Taufan menghela nafas, namun matanya dan Gopal bertemu. Kini ia kembali menghela nafas.

....setelah ini aku akan dalam masalah.., batinnya, sudah mengetahui bahwa temannya terlihat tidak senang dengan kondisinya saat ini.

//author's note//

Im back, maap lama yak soalnya ya gitu.. terus aku sakit beberapa hari yang lalu, doain aja biar cepet sembuh yak ehe.. oiya komen yg banyak yak, biar ga mager nulis aku ehe.

Terus ini aku ga proofread jadi kalau ada typo maapin aja yak

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top