14 - tiga sekawan
Caution : banyak kata-kata kasar, yagimana lagi, 3 bocah ini disatukan.
Bel tempat tinggalnya berbunyi, Taufan melihat layar yang di proyeksikan oleh jam tangannya itu, sesosok remaja laki-laki berkacamata yang sudah tentu edgy-- dan juga remaja india dengan wajah ramahnya.
Taufan menghela nafas, menekan tombol record di layar proyeksinya itu dan berbicara "aku tidak ada uang receh, pergilah."
Seketika suara penuh amarah terdengar dari anting di telinga kanan nya, "hey makhluk tak tahu terima kasih! Buka pintunya atau kuhancurkan pintu ini"
Taufan mengernyitkan dahinya, "hancurkanlah, asal kau tahu cctv akan merekammu dan aku bisa langsung melaporkan mu ke kakakmu yang sangat 'baik hati' itu."
Fang tersentak saat mendengar suara yang tanpa ragu mencemoohnya itu, "heh bocah sialan! Buka pintu nya! Kami ini berniat baik"
Suara penuh emosi itu bertukar dengan suara dengan suara orang yang terdengar ceria dan santai, namun jujur Taufan lebih kesulitan menghadapi orang ini.
"Hey Taufan, aku bawa informasi yang kau mau." Ucapnya, dengan nada provokatif.
Taufan tertegun, "informasi apa?"
"Kalau diucapkan disini, orang lain bisa saja dengar kan?" Ucap Gopal.
Taufan menggigit bibirnya, "hey, tak bisakah kau kirim saja ke ponsel ku?"
Gopal tertawa, "dan juga, Ying memberitahu ku untuk mengawasimu. Jadi sedari tadi aku merekam perbincangan kita"
Kini situasi berbalik arah, Taufan terdiam, "Gopal, kau ini kenapa harus berpihak pada dokter galak itu.." ucapnya menyerah, melangkah mendekati pintu dan membukanya.
Sedetik setelah pintu itu dibuka, bayangan berbentuk harimau siap menyerangnya, tak lupa sebuah kepalan tinju yang dengan cepat mengayun ke wajah Tampan milik Taufan.
Tapi Taufan bahkan tak mebelalakan matanya, dia menyeringai, menangkap Tinju itu, dan menarik orang itu hingga terjatuh, dengan cepat harimau bayang itu pun koyak saat pemiliknya dilumpuhkan.
"Beginikah cara mu menyapa kawanmu?" Taufan tertawa sambil menatap rendah Fang.
Wajah Fang yang dipenuhi kekesalan itu sangat layak untuk diabadikan.
"Dasar sialan! Pantas saja saudaramu-- ah.." ucapannya terhenti saat ia menyadari bahwa ia hampir saja mengatakan hal yang seharusnya tak ia katakan.
Senyuman Taufan yang tadinya ceria itu, terlihat sedih untuk beberapa detik, hingga akhirnya berubah lagi saat ia memilih untuk pura-pura tak mendengar kata-kata itu.
Gopal memukul kepala Fang dengan berkas-berkas yang ia bawa, membuat sang penerima pukulan itu mengaduh.
"Kalian ngapain kesini sih- aku ini orang yang sibuk tau." Ucap Taufan sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
Mungkin banyak yang tak tahu, tapi sahabat-sahabat Taufan ini tahu betul bahwa Taufan memiliki sisi dingin seperti ini. Bahkan saudara Taufan pun tak tahu.
Gopal menghela nafas dan menunjukan ponselnya, didalamnya ada pesan dari Ying yang berisikan kalimat ancaman jikalau Gopal tidak mengawasi Taufan dengan benar.
"Anjir-- bu dokter serem banget" ucap Taufan.
"Makanya jangan mempersulit tugasku, aku masih mau hidup lama dan makan enak" ucap Gopal sambil merangkul Taufan.
Sementara kedua pria itu berbincang, Fang dengan santai dan tanpa bebannya membuka pintu kamar Taufan, dibalik pintu itu terlihat layar-layar monitor yang menyala.
"Taufan bukankah Ying menyuruhmu istirahat?" Tanyanya seakan ia menemukan suatu hal yang bisa ia adukkan pada Ying.
Taufan menendangnya, "awas saja kalau kau adukkan aku padanya"
"Heh bangs*t bukan gini ya caranya ngebungkam orang!" Omel Fang, dengan sigap ia mengambil foto sebagai bukti untuk ia adukkan nanti.
Taufan menghela nafas, "bisa saja loh aku adukkan kau ke kakakmu, minggu lalu kan kau ngemis ke ibu kedai donat."
Kedua mata itu bertemu, manik merah Fang dan manik biru Taufan bertemu, seakan ada aliran listrik diantara kedua pasang mata itu.
Gopal mengumpulkan beberapa bekas kaleng minuman soda yang ada di meja Taufan, dan mengubahnya menjadi makanan yang terlihat enak.
"Udah gausah berantem, sini makan"
"Gopal..keliatannya enak sih..tapi bekas sampah gitu jadi ga nafsu makannya." Ucap Taufan.
"Hilih, kaya biasanya ngga makan sampah aja" balas Fang dengan cemoohannya.
"Daripada makan sampah aku lebih sering mendengar sampah yang keluar dari mulutmu." Jawab Taufan lagi, kini mereka berperang melalui tatapan lagi.
Lagi, Gopal menghela nafas, mengeluarkan sesuatu dari paperbag yang ia bawa. "Dey! Udah makanan tadi cemilin dulu, aku akan masak makanan beneran. Kalian tunggu ya."
Kedua makhluk itu mengangguk, mulai memakan kaleng yang sudah berubah menjadi bolu gulung itu.
"Taufan, kau terlihat pucat,kau tahu?" Ucap Gopal sambil mencuci sayuran.
Taufan terdiam, jujur, walau sosok kawannya ini masih ceria dan jenaka seperti sedia kala, namun Taufan tahu betul kalau dia berubah.
Seperti dirinya, Gopal juga pernah membuat kesalahan.
Kesalahan fatal, yang membuat misi mereka hampir hancur berantakan.
Namun berbeda dari dirinya yang diserang oleh tatapan benci setelah kesalahannya, kesalahan Gopal ditutupi oleh Fang, Ice dan Taufan.
Mereka bersyukur bahwa merekalah yang berada di misi yang sama waktu itu, jadi Gopal masih bisa berada di statusnya saat ini.
Karena mau bagaimanapun, Gopal adalah sahabat mereka..
Dan bahkan, Gopal yang dahulu sempat nekat ingin mengakui segala kesalahannya, namun berhasil dihentikkan.
Tapi setelah kasus itu, Gopal sedikit berubah, ia tak lagi ceroboh, ia berusaha untuk tidak menganggap santai misi-misinya.
Dan ia juga pindah divisi, lebih memilih menjadi agen yang fokus dalam hacking dan pusat informasi.
Taufan tersenyum, melihat punggung sahabatnya itu, "begitukah?" Tanyanya.
"Tak usah kau sembunyikan, kami tahu dari Ying. Bego, kenapa kau masih terus-terusan merusak diri sendiri?" Tanya Fang, berusaha menahan emosinya.
"Aku tidak merusak diriku. Yah, walaupun benar aku merusak diriku, bukankah ada hal yang lebih parah yang rusak karenaku?"
Gopal menghela nafas, "..'dia' tak akan senang melihatmu seperti ini Fan."
"Dia tidak dapat melihatku Gopal, kau lupa? Aku-- karena aku dia-"
"Taufan, itu kan bukan salahmu, yang kau lakukan hanya mendengarkan keinginannya." Jawab Gopal lagi, suaranya terdengar sedih.
"..tetap saja, jika aku tidak menurutinya..mungkin dia masih disini, dan saudaraku tak akan merasa tersakiti."
Fang mendecik kesal, "kalian semua memang sahabat-sahabat ku dan aku tidak berniat ikut campur dalam urusan kalian, tapi mereka punya masalah apa dikepala mereka? Kenapa mereka membuatmu seperti seorang musuh?"
"Karena aku musuh, yang merenggut hal yang penting bagi mereka." Jawab Taufan dengan senyuman sedihnya.
"Kau juga sama bodohnya dengan mereka" ucap Fang.
"Kenapa kau tidak bersuaha menjelaskan? Teriakkan saja pada telinga mereka apa yang terjadi sebenarnya!" Omelnya kesal, rasanya ia lebih marah dibanding Taufan sendiri. Bagaimana tidak? Ikatan persaudaraan sahabatnya itu retak hanya karena mereka tak ingin membiarkan Taufan menjelaskan.
Taufan terdiam, "kaupun.. kenapa kau tak pernah menjelaskan pada kakakmu tentang masalahmu? Kenapa kau lebih memilih sahabatmu sebagai tempat berkeluh kesah?" Tanya nya pada Fang.
Sorot mata sang pemilik manik safir itu terlihat dingin dan menusuk, namun terlihat kekhawatiran dan ketidak berdayaan dari matanya itu, Fang terdiam, "kau selalu begitu bukan?"
"Kau lari saat aku mencoba membantu." Ucap Fang, tidak terdengar emosi apa-apa dari perkataannya.
Taufan terdiam, ia ingin menjawab kalau ia tak pernah lari. Namun ia tak bisa.
"Makanan sudah siap!" Ucap sahabat mereka itu, memecah atmosfer buruk diruangan itu.
"Sudah, tak usah bertengkar, makanannya ada banyak kok." Ucap pria berjaket hijau itu sambil menaruh piring di meja.
Taufan dan Fang menatap Gopal bersamaan dan tertawa lepas.
"Berhenti dari agensi saja yuk, kita buka kedai nasi goreng." Ucap Taufan sambil merangkul Gopal.
"Kau yang masak, fang yang jadi badut penglaris, aku yang terima duit." Ucapnya lagi.
Ketiga remaja itu tertawa lepas, setidaknya mereka dapat memberi kenyamanan untuk sahabat-sahabat mereka dengan hal kecil seperti ini.
Dan itu sudah lebih dari cukup.
//Author's note//
Kalau ada typo salahin Hali ya. Bukan salah diriku pokoknya.
Terus kalau ngga komen yang banyak nanti aku ngambek. Jadi komen yang banyak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top