the Fate
"Katakan, di mana teknologi pertahanan dan energi murni milikmu? Kami tahu kau sedang mengembangkannya dan akan memberikan contoh purwarupanya pada calon sponsor," tanya sang Kapten.
Di dalam Yacht mewah di tengah lautan pada malam hari, sekelompok teroris berhasil membajak Yacht tersebut. Di dalamnya terdapat banyak pelayan dan pekerja yang telah tewas. Lampu padam dan hanya lampu darurat yang menyala remang. Di dalam ruang kerjanya, si pemilik Yacht terluka akibat para teroris, dialah Howard Stark.
Pria yang terluka itu butuh beberapa saat untuk menjawab. Napasnya terasa sesak karena pendarahan dan tulang rusuk serta punggungnya yang terasa sakit bukan main. Retak atau patah sangatlah mungkin mengingat kekuatan pria di hadapannya begitu luar biasa. Tidak menyangka prajurit dari organisasi jahat HYDRA ada yang sekuat ini meskipun seorang diri. Membayangkan prajurit seperti ini lebih dari satu jelas akan menjadi malapetaka dunia.
"Katakan, Stark!" bentak pria itu.
"Apa ... maksudmu? Kami sekeluarga ... hanya sedang melakukan ... liburan saja," ucap Howard terbata.
Tarikan keras di kepalanya membuat Howard semakin pusing seolah kulit kepalanya akan terlepas dari tempatnya. Lehernya juga terasa sakit karena ditarik paksa dan harus menahan beban tubuhnya juga. Rintihan keluar dari mulut pria berkumis itu tanpa bisa dicegah.
Pria itu menyeringai dan sang kepala keluarga Stark bisa merasakan merinding di sekujur tubuhnya. Tampak jelas iris biru di balik helm yang menutupi sebagian wajahnya. Tubuh kekarnya terbalutkan seragam hitam dengan logo tengkorak berkaki gurita berwarna merah di dadanya.
"Aku tidak ingin melakukannya, tapi kau sendiri yang memaksaku, Stark."
Tamparan bahkan pukulan didapatkan Howard namun mulutnya masih bungkam. Tak dipedulikan meski wajahnya hampir tidak berbentuk lagi. Menyerah, sang Kapten musuh memerintahkan anak buah lainnya untuk mengurus sang target.
Ia memilih untuk berjalan menuju ruangan lain yang ada di Yacht tersebut. Menurut laporan anak buahnya, istri dan anak tunggal dari Howard Stark ada di dalam kamar mereka. Salah satu anggota timnya memastikan bahwa sang istri dan anaknya berada di dalam tanpa ada pertahanan atau senjata. Meski begitu sang Kapten tetap memerintahkan anak buahnya agar menghancurkan pintu ruangan dengan bom kecil. Ledakannya hanya cukup membuat pintu tersebut terbuka kuncinya secara paksa dan tidak terlalu memberikan kerusakan yang berarti.
Mereka menodongkan senjata pada seorang wanita di dalam sana meski tahu istri Howard itu tidak bersenjata. Wanita cantik itu tampak ketakutan dan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Hanya ada Maria Stark? Ke mana anakmu?" tanyanya, namun wanita itu hanya bungkam dengan tubuh gemetar karena takut. Sebuah pistol teracung pada kepala Maria. "Katakan, di mana teknologi pertahanan sekaligus menyerang terbaru milik kalian? Jika tidak, aku tidak akan segan membuat lubang di kepalamu, Sta-"
Kalimat sang Kapten berhenti sebelum indera penciumannya menangkap aroma manis memabukkan yang membuat insting Alfanya bergetar. Kakinya melangkah mendekati lemari besar yang ada di sudut ruangan. Dibukanya paksa pintu lemari tersebut dan tampaklah seorang bocah lelaki di dalam sana yang memandangnya tajam meski tubuh mungilnya sedikit gemetaran.
Ia bisa mencium samar aroma manis yang menguar dari bocah di hadapannya. Kedua iris berbeda warna berserobok dan memberikan getaran yang tak pernah dirasakan olehnya. Ia lebih dari tahu bahwa bocah ini belum mengambil tes gender sekundernya, tapi Kapten itu bisa merasakan bahwa sosok di depannya akan menjadi seorang Omega.
Tangan besarnya bermaksud menyentuh bocah itu, namun sebuah teriakan dari Maria menghentikannya.
"JANGAN SENTUH ANAKKU!"
Teriakan itu berhasil membuatnya sedikit lengah dan bocah Stark itu mendorongnya hingga tiba-tiba sengatan listrik menyerang tubuhnya. Sang Kapten berteriak kesakitan dan bocah itu berlari menuju sang ibu seraya mengacungkan tangan mungilnya yang kini terbalutkan lapisan besi seperti tangan robot dengan banyak kabel warna-warni terhubung seperti baterai dengan tas kecilnya. Pria bermata biru itu yakin bahwa tangan robot tadilah yang sudah menyerangnya dengan sengatan listrik tadi.
Salah satu anak buahnya bermaksud untuk menghajar bocah tersebut namun segera dihentikan oleh kaptennya. Tubuhnya memang sedikit kesemutan dan butuh beberapa detik baginya agar bisa bergerak lebih lancar. Hal ini tentunya membuat bocah itu membelalakkan matanya terkejut.
"Tidak mungkin ... bahkan tegangan 500 Volt masih bisa membuatnya bergerak?" gumam bocah itu. "Normalnya manusia tidak bisa menerima tegangan lebih dari 50 Volt, bahkan 220 Volt sudah sanggup membuat orang dewasa pingsan bahkan gagal jantung. Kau ... bukan manusia?" lanjut bocah itu mulai ketakutan.
Sang Kapten tertawa keras hingga membuat pasangan ibu dan anak itu semakin ketakutan. Ia menyeringai kejam pada keduanya seraya berjalan mendekat. Maria memeluk anak semata wayangnya erat seraya berjalan mundur hingga menabrak dinding di belakangnya. Bahkan bocah itu tubuhnya juga mulai bergetar karena ketakutan meski tangannya teracung, mencoba mengancam dengan tangan robotnya.
"Kau benar, aku bukan manusia biasa. Mainan seperti ini tidak akan bisa melumpuhkanku, Stark Junior."
Bocah itu balas memandangnya sengit meski tahu senjatanya sudah tidak lagi berguna. Karena tangan robot itu memang hanya buatan isengnya saja meski teknologi itu didukung oleh sang ayah.
Sang Kapten berancang mengepalkan tangannya dan memukul dinding di dekat kepala Maria Stark hingga bolong. Tentu saja hal ini membuat ibu dan anak itu berteriak ketakutan. Debu-debu beterbangan membuat keduanya terbatuk dan meringkuk di atas karpet merah nan mewah di bawahnya.
"Tidak kusangka bahwa bocah sepertimu bisa membuatku tidak berkutik meski hanya sesaat. Ditambah lagi anak tunggal Howard Stark adalah seorang Omega meskipun ayahnya adalah Alfa."
"Ap-jangan menyimpulkan seenaknya! Aku belum mengambil tes gender sekunder, jadi-"
Maria menjerit ketika tubuh mungil sang anak, Tony direbut oleh sang Kapten. Kedua tangan kekar itu mengangkat tubuh si bocah hingga sejajar dengan pandangannya. Seringaian terkembang ketika ekspresi bocah itu semakin ketakutan disertai aroma manis yang semakin jelas terdeteksi oleh penciumannya.
Nyonya Stark berusaha mengambil kembali putra satu-satunya namun sudah ditepis dengan satu tangan oleh sang Kapten. Wanita cantik itu kembali berbenturan dengan dinding dan membuat sang anak menjerit ngeri.
"Mom!"
Lengan kiri sang Kapten merengkuh pinggang mungil Tony sedangkan tangan kanannya memegang kepala bocah itu. Ia membenamkan wajahnya pada leher jenjang namun tampak rapuh milik Stark Junior tersebut. Meski samar ia bisa merasakan aroma manis khas dari anak itu. Tubuhnya bergetar ketika insting Alfanya disuguhkan aroma dari seorang Omega.
"Aku tahu kau akan menjadi Omega, Tony Stark," ucapnya lirih.
"Tidak! Aku tidak akan-"
"Pasti," geram pria bermata biru tersebut. "Kau pasti akan menjadi Omega. Karena kau adalah-"
Kalimatnya terhenti ketika kedua anak buahnya yang berada di dalam ruangan tersebut telah tertembak mati. Tubuhnya terbujur kaku di atas karpet merah dan tertutup oleh darah yang mengalir dari kepalanya.
Serangan?
Tanpa sadar sang Kapten memeluk tubuh bocah itu dan menunduk seperti melindungi. Jendela yang ada di ruangan itu tiba-tiba pecah dan muncul beberapa orang dengan seragam khas pasukan dari S.H.I.E.L.D menerobos. Setidaknya ada tiga orang yang masuk melalui jendela dan enam orang melalui pintu masuk, semua senjata teracung padanya.
Sang Kapten berdecih sebal karena misinya akan gagal. Ia mengeluarkan pistol dari holder di pinggangnya lalu menempelkannya pada pelipis Tony yang masih didekapnya.
Tiba-tiba dari balik pintu masuk yang hancur, muncullah salah satu Kapten dari S.H.I.E.L.D yang sangat dikenalnya. Pria berkulit hitam berumur 30 tahun, hanya selisih tiga tahun lebih tua dari sang Kapten.
"Nick Fury," geramnya.
Pria yang dipanggil Nick Fury itu kini ikut menodongkan pistol ke arahnya dan juga Tony yang menjadi sandera. Pandangan tajamnya seolah tidak gentar meski ada sang anak tunggal biliuner dalam dekapannya.
"Captain HYDRA, lepaskan bocah itu dan menyerahlah dengan tenang. Semua timmu sudah dilumpuhkan," ujarnya memperingatkan.
"Hei, siapa yang kau panggil bocah?" protes Tony.
Iris hitam Fury melotot memandang kesal pada anak Howard tersebut. "Bisakah kau tenang, Brat? Aku sedang mencoba menyelamatkanmu di sini," geramnya.
Tony bungkam meski ekspresinya tetap kesal. Bocah berumur dua belas tahun itu berubah pucat ketika merasakan dinginnya metal dari pistol yang semakin menempel mesra di kepalanya. Ia bisa merasakan napas hangat yang menyapu kulit lehernya, membuat seluruh tubuhnya merinding. Bisa dirasakannya juga lengan kekar Captain HYDRA ini semakin memeluknya erat.
Sang Kapten perlahan mulai bergerak mundur meski ada beberapa prajurit S.H.I.E.L.D di belakangnya. Ia tahu, meski bagian belakangnya dalam bahaya, para prajurit itu tidak akan sembarangan menyerangnya karena pistol dalam genggamannya bisa menarik pelatuk kapan saja untuk menghancurkan kepala si bocah.
"Kurasa kalian yang harus menyerah untuk menangkapku, Fury. Kau tahu aku tidak akan segan-segan menghabisi nyawa anak ini."
Pria botak berkulit hitam itu diam sesaat namun pistol di tangannya tetap teracung kepada musuh. Ancaman itu memang bukanlah sekedar gertakan. Nyawa putra semata wayang Howard Stark memang berada di tangan orang yang sangat berbahaya.
Captain HYDRA terkenal akan kekuatannya yang luar biasa karena hasil uji coba biologi serum super milik S.H.I.E.L.D namun direbut oleh organisasi HYDRA. Data akan serum tersebut telah dihancurkan sekaligus si penciptanya. Namun begitu HYDRA sendiri ternyata tidak bisa membuat ulang serum tersebut dan hanya sang Kapten ini saja satu-satunya prajurit super yang dimiliki.
Pria jangkung bermata biru yang memakai helm setengah wajah itu tiba-tiba menyerang prajurit S.H.I.E.L.D yang ada di belakangnya dengan cepat. Tiga prajurit langsung tumbang tepat di kerongkongan yang tak terlindungi apa pun. Tony menjerit ketika tubuhnya terombang-ambing, dibawa paksa keluar melalui jendela yang sudah pecah. Baku tembak terdengar dan bocah itu menutup matanya ketika mendengar teriakan kematian di sekitar mereka akibat tembakan yang dilakukan pria ini.
Angin berembus kencang ketika dirasakannya mereka berhenti bergerak. Iris cokelat Tony terbuka dan melihat banyak mayat prajurit S.H.I.E.L.D yang bergelimpangan menjadi mayat. Ia memandang ngeri saat merasakan mereka berhenti di ujung dek. Sang Kapten mencoba mengeluarkan alat terbang untuk pergi dari sini.
"Aku akan menjadikanmu milikku, Stark Junior."
Bisa dirasakan napas hangat yang kini menghantui leher belakangnya, membuat Tony ketakutan. Sang Kapten sudah mempersiapkan pengikat padanya, mungkin dimaksudkan agar dirinya tidak akan terjatuh nanti saat dibawa. Ia menarik napas dan mengembuskannya meski terdengar bergetar.
"Not today."
Sang Kapten berteriak kesakitan saat perutnya mendapat setruman kuat. Tony kembali menyerangnya dengan tangan robot yang masih terpasang sejak tadi dan tubuhnya terlepas dari cengkeraman si penculik. Sebelum melakukan aksinya, ia sudah mendorong tubuh kekar sang Kapten agar efek sengatan tidak mengenainya.
Terjatuh tak jauh dari sang Kapten, namun sebelum pria kekar itu mencoba menyeretnya kembali, sebuah tembakan mengenai tangannya. Pasukan S.H.I.E.L.D telah datang dan Captain HYDRA segera kabur dari sana menggunakan perangkat terbangnya. Bagaimanapun ia belum ingin tertangkap.
Pun begitu, iris biru sang Kapten berserobok terkunci pada iris kecokelatan milik Tony. Bibirnya menyeringai memandang tubuh mungil yang semakin menjauh darinya.
"See you, Stark Junior."
Tubuh kekar sang Kapten menghilang di dalam kegelapan malam. Tubuh Tony segera merosot ke atas lantai dek kapal, gemetaran. Memang kejadian seperti ini bukanlah yang pertama baginya. Namun ia tahu bahwa pria yang tadi mencoba menculiknya sangatlah berbahaya. Terlalu berbahaya untuk Tony yang masih berumur dua belas tahun. Ada perasaan selain ketakutan yang merasukinya namun ia tidak tahu apa.
Malam itu adalah kejadian paling mengerikan baginya. Di dalam dekapan sang ibu, Tony Stark menangis kencang selayaknya bocah berumur dua belas tahun. Ia yang selama ini selalu bisa menjaga sikapnya seperti orang dewasa karena sering dikucilkan akibat kejeniusannya, kini merasa tidak berdaya.
Hal yang paling diingatnya adalah iris biru cemerlang milik sang Kapten di antara darah dari mayat yang membanjiri seisi Yacht milik keluarganya.
*
*
*
"Mimpi?"
Iris cokelat memandang ke langit-langit kamarnya. Memandang nanar akan kejadian sepuluh tahun lalu yang kembali muncul dalam mimpinya. Beberapa bulir keringat menetes di pori-porinya. Ia menghela napas berat seraya menoleh melihat jam digital di meja nakas, pukul 5 AM. Perlahan ia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi, memandang bayangan dirinya di cermin.
Tony Stark kini bukan lagi seorang bocah dengan tubuh kecilnya. Ia adalah seorang pria tampan berumur 22 tahun dengan tinggi 173 cm dengan kumis dan janggut yang menghiasi sekitar bibirnya. Tubuhnya tak lagi kecil dan sekarang berisi otot-otot yang membentuk dengan baik. Ia digandrungi meskipun gender sekundernya adalah Omega.
"Bagaimana dia tahu bahwa aku akan menjadi Omega?"
Pertanyaan itu masih terus berulang diucapkannya setelah Tony mendapatkan hasil tes gender sekundernya di umur empat belas tahun. Selama delapan tahun itu juga pertanyaan yang terlontar tak pernah terjawab. Ia bisa menduga namun pria yang kini telah menjadi CEO di Stark Industries menggantikan ayahnya memilih untuk tidak berspekulasi lebih jauh.
"Okay, this is weird."
Komentar itu membuat Tony memandang sebal pada wanita cantik berambut pirang dan bermata kebiruan di depannya, sang sekretaris Virginia 'Pepper' Potts. Wanita yang mengenakan setelan jas berwarna krem itu masih memasang ekspresi terkejut dan herannya.
Iris biru milik sang sekretaris masih terkunci pada sosok sang bos sekaligus sahabatnya. Pria yang terkenal dengan label playboy-nya itu kini sudah mengenakan suit berwarna keabuan. Wanita itu memperhatikan jam di pergelangan tangannya, pukul 8 AM. Ia memandang Tony tak percaya.
"Ini baru jam delapan dan kau sudah siap? Tony, apa kau beristirahat dengan benar?"
Pria di hadapannya hanya mendengkus sebal mendengar komentar sekretarisnya. Meskipun ia sering begadang karena selalu berkutat di lab-nya, bukan berarti tidak tidur semalaman. Sebaliknya ia tidur sebelum tengah malam demi mempersiapkan hari ini.
Hari ini Stark Industries akan memperkenalkan teknologi ecogreen terbarunya. Penelitiannya yang sudah dilakukan sejak usia muda kini telah membuahkan hasil demi kepentingan khalayak banyak. Dengan penemuannya ini, berharap kerusakan pada bumi akan semakin berkurang.
"Kalau kau masih ingin sarkas, kau bisa melakukannya nanti dalam perjalanan, Pep," tegurnya.
Wanita itu hanya tertawa kecil. Wanita bergender Beta ini sudah dikenalnya sejak SMA dan selalu mendampinginya. Pepper sangat bisa dipercaya untuk mengurus dan memahami keinginan Tony yang terkadang terkesan egois. Meski tidak sejenius sang CEO muda, namun wanita berambut pirang itu bisa mengimbangi Tony agar tetap dijalur yang baik.
Keduanya berjalan menuju elevator yang ada di mansion besar milik Tony, turun ke basement dan di sana telah menunggu sang sopir sekaligus bodyguard pribadinya, Happy. Pria gempal itu membukakan pintu mobil hitam tersebut dan mempersilakan Pepper masuk ke dalamnya. Sedangkan Tony? Nah, dia memilih untuk berkendara dengan supercar miliknya.
Mereka menuju Grand Hotel Stark.
*
*
*
"Tony Stark, kau benar-benar luar biasa dengan ide dan presentasimu."
"Hei, Tony, masukkan jadwal pertemuan kita agar aku bisa menaruh saham pada penemuanmu ini."
"Tuan Stark, penemuan Anda sangatlah memukau. Bisakah saya meminta waktu Anda sebentar untuk wawancara?"
Berbagai ucapan diberikan pada sang CEO muda tersebut. Banyak orang yang mengelilinginya untuk memberi selamat, memuji atau meminta perhatian lebih padanya. Tua, muda, pria dan wanita mengelilinginya penuh semangat akan penemuannya yang membuat sumber tenaga murni tanpa membuang banyak limbah pada lingkungan.
Dengan penuh kharisma, Tony meladeni mereka dengan gayanya yang sering bergurau dan sarkas. Setidaknya butuh sekitar dua jam ia bersosialita dengan para miliuner lainnya. Atau menjawab berbagai pertanyaan dari para jurnalis yang menghadiri acara peluncuran ecogreen miliknya. Pepper dan Happy selalu mendampinginya, berusaha menjaga dan mengatur jadwalnya secara bersamaan.
Ia menyudahi kegiatan sosialitanya dan memilih untuk menikmati waktunya di bar. Dilihatnya Maria dan Howard yang menggantikan untuk meladeni para tamu jauh di sana. Happy berada di dekatnya sedangkan Pepper mencoba mengatur jadwal pertemuan sang bos dengan beberapa pengusaha seraya ikut bersosialita.
Baru saja berjalan menuju bar sebelum tanpa sengaja tubuhnya bertabrakan dengan seorang pria tinggi. Di antara keramaian seperti ini memang wajar jika tanpa sengaja bertabrakan dengan orang lain. Tony hampir kehilangan keseimbangannya, beruntung ia tak terjatuh karena ada seseorang yang menariknya hingga tubuhnya dipeluk sosok yang menabraknya.
"Bos!" seru Happy berusaha menghampiri.
"Oh, maafkan aku, Tuan Stark. Anda tidak apa-apa?"
Pria itu tampan dengan tubuh tinggi menjulang, Tony bisa merasakan tubuh kekar di balik jas hitam dari pria yang memeluknya. Pria di hadapannya memiliki rambut pirang dengan iris biru langit yang memukau. Aura Alfa kental terasa dari pria tersebut dengan aroma musky yang membuat Tony mabuk kepayang. Pria ini jelas tipe kesukaannya.
Tapi entah mengapa sejak melihat iris biru itu membuat tubuhnya memanas tiba-tiba. Ada ingatan yang terekam dalam tubuhnya mencoba untuk menyeruak keluar.
Pria itu masih melingkarkan lengan kekarnya di tubuh sang CEO muda yang tampak mungil ketika berada di jarak terdekat. Telapak tangan besar pria itu mengusap punggung Tony dan berhasil menghantarkan getaran yang membuatnya lemas. Kakinya terasa seperti agar-agar dan semakin bersandar pada pria yang memeluknya.
"Bos! Kau baik-baik saja?" seru Happy khawatir. Pria gempal itu segera menarik Tony menjauh dari pria yang merengkuhnya. Bagaimanapun ia adalah penjaga pribadi sang CEO dan ia juga khawatir melihat keadaan Tony yang tampak tidak baik-baik saja.
"Y-ya, aku baik-baik, ngh ...," desah Tony dengan napas yang mulai memburu.
"Maaf, aku tidak sengaja menabraknya," ucap pria itu tampak khawatir.
"Let's get out from here, Boss," ujar Happy tanpa mempedulikan pria tampan berambut pirang tersebut. Ia segera membawa Tony menjauh dari kerumunan menuju elevator. Belum sempat pintu elevator terbuka, Maria Stark mendekati keduanya.
"Ada apa ini? Kau kenapa, Anthony?"
"Tu-tubuhku ...," butuh beberapa kali tarikan napas sebelum Tony bisa menjawabnya. "Panas. Sepertinya aku mengalami Heat, Mom."
Tentu saja sang ibu terkejut karena anak Omega-nya belum lama ini mengalami Heat dan sekarang belum waktunya untuk siklus itu datang kembali. Ia segera memerintahkan Happy membawa anaknya ke kamar khusus yang ada di gedung lantai atas.
"Pastikan kau menyuntikkan suppressant dan jangan biarkan ada Alfa yang mendekatinya, Happy. Aku dan Howard yang akan meneruskan acara ini. Kau beristirahatlah, Nak," ucap sang ibu khawatir.
Tanpa berkata apa pun, keduanya segera memasuki elevator dan Tony segera menyuntikkan suppressant persediaan yang selalu dibawanya. Rasa panas di tubuhnya terasa membaik namun rasa lemas dan napasnya masih memburu.
Happy membiarkan bosnya beristirahat dan bermaksud untuk berjaga di depan pintu agar tak ada yang mengganggu Tony. Namun sang bos memerintahkannya untuk pergi dari sana dan menyuruh pria gempal itu berjaga di lorong yang jauh dari kamarnya. Ia tidak ingin desahannya terdengar meskipun ruangannya kedap suara. Tony tidak ingin terdengar menyedihkan karena harus memuaskan hasratnya seorang diri.
Pria berkumis dan jenggot tipis itu mulai membuka bajunya satu per satu dan melemparnya ke sembarang tempat di dalam ruangan yang remang, hanya menyisakan kemeja putih dan celana hitam ketat yang melekat pada tubuhnya. Tubuhnya cukup berotot meskipun tampak langsing dengan bokong sekalnya yang tercetak jelas di balik celana hitam ketatnya. Siapa pun yang melihatnya tentu akan tergoda untuk menyentuh tubuh itu.
"Kenapa ... tidak reda juga?" desah Tony bingung.
Suppressant yang diproduksi oleh Stark Industries sudah diuji coba berkali-kali dan memiliki efek yang lebih cepat bila dibandingkan obat lainnya. Namun kali ini obat penahan itu tampak tidak memiliki efek yang seharusnya. Tony tidak mengerti karena rasa panas di tubuhnya masih terasa dan mulai mengeluarkan keringat.
"Remember me ...."
Terdengar suara berat seseorang tepat di lehernya, berhasil menghantarkan getaran dahsyat di sekujur tubuh Tony. Perasaan ini pernah dirasakannya dulu sekali.
Ia membalikkan badan menjauh dan terdengar gesekan halus dari arah belakangnya yang tidak disinari cahaya. Di balik kegelapan muncul pria tampan berambut pirang dan bermata biru yang tadi menabraknya. Bibir itu kini menyunggingkan seringaian bagai predator, dan iris birunya oh, God ... pandangan itu berhasil membuat gejolak dalam tubuhnya semakin membara. Keringat semakin membanjiri, membuat kemeja yang dikenakannya menempel erat bagai kulit keduanya.
Pria itu menyeringai dan berhasil membuat sang CEO muda berjalan mundur tanpa disadari. Jarak mereka cukup jauh sebelum tiba-tiba pria bermata biru itu sudah mengeliminasi jarak di antara mereka. Telapak tangan besar pria itu menyentuh lehernya, mendekatkan bibir ke lehernya, naik ke telinga dan berbisik menggoda di telinganya.
"... mate?"
Sekejap mata ingatan sepuluh tahun silam menghantam setiap sel-sel dalam tubuhnya. Betapa ia ingat bagaimana teror yang diberikan pria bermata biru itu saat dirinya hanyalah seorang anak kecil.
Sentuhan pria ini membuat tubuhnya terasa semakin lemas dan aroma berahi Omeganya semakin intens, instingnya seolah ingin menyerah dalam pelukan lelaki ini. Efek suppressant seolah tak lagi ada. Hanya tekad yang tersisa dalam dirinya agar tidak patuh pada aura Alfa yang mencoba mendominasi.
Tangan kirinya bergerak sedikit dan dari almarinya muncul benda terbang yang kini menempel di tangannya. Tangan robot seperti yg dilihat pria pirang itu dulu saat membajak Yacht keluarga Stark, hanya saja kini jauh lebih rapi dan di telapak tangannya bercahaya seolah ....
Tepat sebelum serangan laser keluar dari telapak tangan itu, si pria pirang sudah menghindar. Tony berdecih sebal karena tembakannya meleset. Ia juga mencoba menjaga jarak dan memasang kuda-kuda hendak menyerang dengan senjata terbaru di tangannya.
"Begitu rupanya. Jadi itu adalah teknologi pertahanan sekaligus menyerang dari Stark Industries."
Pria pirang itu kembali mendekati Tony meski diserang berkali-kali dengan laser dari tangan robotnya. Sayangnya semua serangan yang dilancarkan sang CEO muda bisa dihindari dengan mudah, tak dipedulikan ruangan yang berantakan. Lalu dalam sekejap musuh telah menjatuhkannya, keduanya berguling di atas karpet lembut.
Tony masih mencoba menyerang namun pria pirang itu menggenggam pergelangan tangannya dan merusakkan Iron Man portable hand miliknya. Ia berteriak kesakitan karena tangannya ikut terluka dan terasa hampir patah. Tubuhnya kini sudah terkunci, tidak bisa bergerak banyak. Senjatanya juga sudah dihancurkan.
Bukannya ia tidak bisa memanggil portable hand lagi, hanya saja konsentrasinya sudah terpecah akibat pertarungan tadi dan tubuhnya yang mengalami Heat. Untuk memanggil teknologi terbarunya membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.
"Lepas ... ugh!"
Berapa kali pun Tony mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria pirang ini, tetap saja bergeming begitu kokoh. Ia dilemparkan tepat ke atas ranjangnya, baru saja bermaksud untuk kabur namun lagi-lagi ia terkunci. Kedua tangannya ditahan oleh tangan kiri pria itu.
"Apa maumu sebenarnya?"
Pria itu menyeringai sebelum menjawab dengan suara rendah yang menghantarkan getaran di sekujur tubuh Tony. "Dirimu. Aku sudah tidak berminat menjalankan misi untuk merebut teknologimu. Yang kuinginkan hanyalah dirimu, Tony Stark, my Mate."
Wajah sang CEO memerah, entah karena amarah atau nafsu berahi yang semakin menguasai. Ia tidak ingin mengakui bahwa pria penjahat dari HYDRA ini adalah mate-nya, pasangannya. Tapi insting dan tubuhnya tidak bisa mengkhianati. Hanya dengan mencium aroma sang Alfa dan sentuhannya sanggup membuat Tony ingin menyerah dan dijamah olehnya.
"Bukan ... kau bukan ... mate-ku!"
Sekuat tenaga Tony melancarkan tendangan namun ditangkis dengan mudah. Kini kakinya semakin dilebarkan membuat iris cokelatnya memandang horor pada pria yang kini benar-benar mulai menjamahnya.
Napasnya tercekat ketika merasakan tangan besar nan hangat itu meraba sepanjang lehernya, turun ke dada. Memainkan putingnya tak hanya dengan jemarinya yang lihai tetapi juga menggunakan lidahnya. Dihisap dan digigit, meninggalkan bekas kemerahan di sekitar putingnya. Tanpa sadar desahan meluncur bebas dari bibirnya.
"Ah, desahanmu benar-benar membuatku semakin bergairah, my Mate."
"Aku bukan ... Ahngh ...."
Tubuh dan suaranya mengkhianati keinginannya. Insting dan tubuhnya bereaksi hanya dengan sentuhan menggoda di selangkanganya. Pria itu dengan kurang ajar memainkan bagian tersensitifnya yang kini telah basah oleh cairan precum, sedikit membasahi celana hitam ketat yang dikenakannya. Bentuk kejantanannya semakin tercetak jelas di sana.
Tangan pria itu dengan lihai memanjakan bagian tersensitif miliknya, membuat tubuhnya bergetar. Sekuat tenaga Tony menjaga agar dirinya tidak terlalu jatuh dalam rasa nikmat luar biasa.
Ini bukan pertama kali ia merasakan hubungan intim dengan Alfa, hanya saja tidak pernah dilakukannya saat sedang mengalami Heat. Karena jelas saja persentase Omega mengandung benih dari sang Alfa sangat tinggi adalah ketika mengalami Heat.
"Kau bukan mate-ku, Berengsek! Lepas ...."
"Oh, betapa aku suka melihat perjuanganmu yang sia-sia. Kau sadar bahwa tubuhmu begitu menginginkan sentuhanku, Tony."
Iris biru itu berkilat di dalam ruang temaram, berhasil menghantarkan getaran tak terbaca bagi Tony. Ia tidak tahu arti gemetar tubuhnya saat ini, mungkinkah karena takut? Ataukah karena ia mengantisipasi adegan erotis yang akan terjadi berikutnya?
Hanya satu hal yang dapat dilakukannya, yakni memelototi pria kekar di hadapannya. Berharap dapat memberikan intimidasi meski tahu mustahil.
Kali ini pria pirang itu membalik tubuhnya, kedua tangannya kini kembali terkunci di belakang pinggangnya. Tony tahu tangannya tidak bisa digerakkan oleh sebelah tangan si pria yang tadi menguncinya. Kali ini pinggulnya dinaikkan dan tanpa aba-aba merobek celana ketat miliknya. Bokongnya terekspos tanpa penutup lagi, sang CEO merasa malu dan rapuh tanpa pertahanan apa pun.
Pria pirang ini mulai menempelkan dadanya pada punggung Tony. Membisikkan kata-kata yang membuatnya lemas dan bergairah bersamaan saat dirasakannya napas hangat pria itu tepat di lehernya.
"Panggil namaku, Tony. Steve, itu namaku. Dan aku akan membawamu ke dalam rasa nikmat yang tak pernah kau rasakan sebelumnya."
"Jangan harap-OH! AAH!"
Tony memekik keras saat lubang kenikmatannya diterobos tanpa persiapan oleh Steve. Rasa sakit dan nikmat menjadi satu saat batang kejantanan sang Alfa bergesekan dengan prostat, seminal vesicle, hingga menyentuh sigmoid colon terdalam. Ukuran kejantanan pria ini melebihi Alfa yang pernah menidurinya, membuatnya merasa sangat penuh.
Kini kedua pergelangannya telah dipegang dengan telapak besar Steve. Membuat pria pirang itu bisa leluasa menghantamkan kejantanannya di dalam tubuh Tony tanpa ampun. Hentakan keras dan cepat yang bergesekan dengan dinding rektum basah membuat suara-suara erotis menggema di dalam kamar. Aroma seks dan berahi menguar tanpa bisa dibendung.
"Tidak ... nghh ... hentikan ...."
Tony benci ini ketika tubuhnya begitu menikmati hentakan kasar nan kuat yang diberikan Alfa di belakangnya. Ia tidak ingin mengakui bahwa dera nikmat yang diberikan melebihi semua pengalaman intim yang pernah terjadi. Baru kali ini ia merasakan nikmatnya bercinta dengan seorang Alfa saat mengalami Heat. Rasa nikmatnya seolah membuang semua logika.
"Panggil namaku, Tony ... hhh ... dan aku akan membuatmu merasakan nikmat yang lebih dari ini."
Tony hanya bisa mendesah bagaikan pelacur. Ia ingin menolak tetapi tubuhnya bergerak mengikuti hentakan yang diberikan agar bisa memberikan nikmat yang lebih. Logika tak lagi terpakai, yang ada hanyalah menikmati momen ini, walaupun tahu akan menghancurkan hatinya nanti.
"Sebut namaku, Tony!"
"Steve ... ah, ah ... STEVE!"
"Good boy."
Entah kenapa mendengar pujian itu sanggup membuat hati Tony dipenuhi bahagia. Namun rasa itu segera terlupakan di kala intensitas hentakan yang diberikan semakin cepat dan keras.
Oh, Tony bisa merasakan kejantanan besar Steve yang berdenyut bergesekan dengan dinding rektumnya. Ia tahu bahwa benih pria itu akan memenuhi liangnya tanpa bisa dicegah.
Teriakannya menggema ketika cairan panas memenuhi liang kenikmatannya, membuatnya tak bisa lagi menahan orgasme yang memuncak. Cairan miliknya membasahi perut berotot, seprai, dan pahanya. Tubuhnya bergetar hebat paska orgasme, membuat pandangannya rabun karena penuh sensasi nikmat.
Rasa nikmat ini melebihi ekspektasinya.
Tangannya ditarik dan kini telentang menghadap Steve. Sang CEO muda bisa melihat iris biru berkilat penuh nafsu memandangnya. Membuatnya yakin momen ini akan selalu terpatri dalam memori otaknya yang jenius.
"Belum saatnya kau beristirahat, Sayang. Aku akan memuaskanmu sampai Heat-mu selesai."
Steve mengecup bibirnya lembut dan lagi-lagi membuat Tony tidak bisa berpikir jernih. Aroma sang Alfa memenuhi inderanya dan membuat tubuhnya rileks saat direngkuh dalam pelukan hangat.
"NGHH!"
Desahannya tertahan dalam ciuman saat kejantanan pria pirang itu kembali menghentak dalam lubang kenikmatannya. Tony hanya bisa pasrah saat nafsu berahinya terpuaskan oleh Alfa yang seharusnya tidak dibiarkan menyentuhnya.
*
*
*
"Argh ...."
Tony mengerang saat perlahan ia terbangun dari tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa begitu sakit, tapi harus dipaksakan. Saat terduduk, ia bisa melihat banyak bekas kissmark dan gigitan di sekujur tubuhnya, bahkan memar yang tercetak seperti jari tangan.
Pria berambut cokelat itu duduk di pinggir ranjang, namun saat akan bangkit, ia melihat secarik kertas di atas nakas.
"We'll meet again soon. Yours, S.G.R."
Tony bergidik membacanya. Tubuh dan pikirannya tidak lagi bisa bersatu. Logikanya ingin menjauh dari pria berbahaya ini, namun tubuhnya mengingat dengan jelas sentuhan memanjakan darinya dan ingin lebih.
Sekali ini saja Tony menghadapi masalah yang tak terpecahkan.
*
*
*
THE END
*
*
*
Halo gaes, maaf bagi yang nanyain penpik gw lainnya, gw belom bisa lanjutin karena sibuk nyari duit. 😂😂😂
Btw, ini request komisan oleh @tama_gochi
Kalau kalian juga mau request ide tapi males bikinnya, boleh banget komis ke gw. Harganya cuma Rp 35/words. Yuk yang mau request PM gw aja yak. 😊😊😊
Thanks for reading.
Tetap jaga kebersihan dan jaga jarak, ya.mention a user
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top