4. Most Wanted Girls
Tepat lima detik setelah bel istirahat berdering, Dara beringsut menuju kantin diikuti dengan Lita.
"Hey, girls!! Tunggu eike, dong!" Leo rempong berlari menyusul Dara dan Lita yang sudah jalan duluan.
"Ada apaan, nih, kok kantin rame banget?" tanya Dara heran melihat banyak orang berjalan tergesa-gesa ke kantin. Hingga bahunya tersenggol sana-sini oleh orang-orang itu.
Lita menggeleng. "Gak tau, coba lo cek sana, Yo!" Mendorong pelan bahu Leo.
"Ih, ogah! You kira, eike cowok apaan, ikut nimbrung yang begituan." Seluruh anggota tubuh Leo tidak pernah bisa diam kalau sedang berbicara.
"Oke, gue aja yang ngecek ke sana. Lo pada tunggu sini." lerai Dara mengalah sebagai jalan tengah.
"Misi. Eh, misi. Ada apa, sih? Maaf, permisi." Tubuh mungil gadis itu mampu menyelip di antara kerumunan yang lainnya, sampai berada di posisi paling depan. "Ada apa, sih? Rame-rame gini?"
"Itu ada kak Andra sama kak Thalia ke kantin berdua." jawab perempuan berambut ikal panjang yang berdiri di sebelahnya.
"Hah?! Cuma karena ada mereka, doang, kantin jadi serame ini?!" Andara membulatkan matanya tidak percaya.
"Iya, soalnya belakangan ini kak Andra jarang banget ke kantin bareng kak Thalia berdua doang. Makanya sekarang heboh gini." jelas perempuan itu.
"Eh, lo udah foto belom?" tanya perempuan satu lagi seraya menyenggol bahu perempuan yang sedang berbicara dengan Dara.
Dara benar-benar tidak percaya saat mendengar kalimat barusan. "Emangnya yang makan di kantin berdua itu Justin Bieber sama Kendall Jenner apa? Pake difoto segala?"
"Harus, kak. Karena momen-momen langka gini harus diabadikan," jawab perempuan itu.
"Gitu, ya? Yauda, deh. Gue duluan, ya." Sebelum mengambil langkah, Dara berkata lagi, "Oiya, ngomong-ngomong gue junior di sini. Masih kelas sepuluh. So, jangan panggil gue kak, bye."
Susah payah Dara berusaha menyelip lagi untuk kembali ke Lita dan Leo. Bahkan ikat rambutnya saat ini sampai awut-awutan.
"Sumpah, ini gak logis banget! Mereka bukan artis terkenal, bukan selebriti, bukan anaknya presiden, masa iya sampe segitunya digemari!" celoteh Dara sambil merapihkan ikatan rambutnya, berjalan menuju Lita dan Leo.
"Gimana? Ada apaan, sih?" tanya Lita antusias mencolek lengan Dara.
"Iya, cyin? Ada apaan, sih?" Leo tidak kalah antusias.
"Itu, cuma karena si Andra ke kantin berdua sama kak Thalia! Terus ada beberapa yang sampe foto-fotoin mereka segala, gila gak ada kerjaan banget!"
"Hah?! Seriusan lo?!" Lita kalau sedang kaget, pasti mengagetkan orang juga. Hingga tidak sengaja, dia menginjak tali sepatu Dara.
"Biasa aja, dong. Lo mau gue mati jantungan? Udah tali sepatu gue diinjek, lagi." Dara melirik Lita kesal. Tetapi Lita malah cengengesan.
"Btw, serius lo liat kak Thalia sama kak Andra di kantin berdua?!"
"Hm," jawab Dara seraya berjongkok mengikat tali sepatunya.
Lita dan Leo ikutan jongkok. "Demi apa?!" tanya mereka berbarengan.
"Iya!" Selepas mengikat tali sepatunya dengan kencang, Dara menoleh, dia tidak mendapati lagi Lita ada di sebelahnya.
Lita langsung berlari, selip sana-sini, demi melihat sang idolanya. Andra. Tidak seperti Lita, sebelum berlari Leo menyempatkan diri untuk menarik lengan Dara untuk ikut dengan mereka. Dengan terpaksa dan sangat amat berat hati, Dara pasrah saja ditarik oleh Leo yang bertenaga super, meski kemayu.
"Eh, lo mau bakso gratis, gak?" tanya Lita pada kerumunan siswa yang duduk di sebelah meja Andra dan Thalia. "Tapi lo pindah meja di pojok sana, ya? Soalnya gue sama temen gue gak berani duduk di sana."
Makanan gratis tis tis. Siapa yang mau nolak? Para siswa itu langsung menyetujui permintaan Lita.
Yap! Seribu satu cara yang Lita lakukan agar duduk di meja sebelah meja Andra dan Thalia, akhirnya berhasil. Pastinya, Dara malah bete bukan main.
"Gue mau ke kelas aja, Ta! Panas di sini!" Baru saja Dara ingin beranjak dari kursinya, Leo buru-buru menahan pergelangan tangannya. Menatap Andara dengan serius.
"Huft!" Membuat Dara kembali duduk.
Tanpa sengaja, mata Andra dan Dara bertemu dalam waktu sepersekian detik. Dara segera mengalihkan pandangannya. Sedangkan Andra tersenyum kecut, kemudian berkata "Thal, gue balik kelas duluan, ya!"
"Lho, cepet banget? Masih ada yang pengen gue omongin lagi, ke elo."
"Kapan-kapan kita lanjut lagi. Mata gue sakit kalo kelamaan liat cewek bar-bar." ucap Andra sambil menyeringai melirik Dara yang berada tepat di sebelah Leo. Dan Leo tepat berada di sebelah Thalia, meski di meja yang berbeda.
Thalia yang awalnya mengernyitkan dahi, kini mengerti setelah mengikuti lirikan Andra yang mengarah ke Dara.
Dara kontan melotot saat mendengar kata 'bar-bar'. Bangsat! Gumamnya sambil menatap Andra sinis. Lagi-lagi Andra hanya menyeringai seperti meremehkan.
Sesaat setelah Andra keluar kantin, kaum Hawa yang berkumpul di kantin berkurang. Setidaknya, ini lebih baik dibanding tadi.
"Nih, bakmi kalian!" Lita datang membawa nampan berisi tiga bakmi dan tiga es teh manis.
Dara dan Leo bersemangat mengambil milik masing-masing. Ketika dua temannya sedang sibuk menuangkan saus dan sambal ke dalam mangkuk, Lita sibuk mengedarkan pandangannya, mencari seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan Andra.
"Eh, kak Andra mana?" desis Lita, bahkan dia tidak mempedulikan bakminya yang belum disentuh sama sekali.
"Udah balik kelas," Leo menjawab. Dara masih sibuk dengan bakminya.
Ketiganya makan dengan lahap, termasuk Lita. Walaupun keinginan dia untuk duduk dekat Andra gagal, lagi. Untuk yang ke sekian kalinya. Di sisi lain, masih ada Thalia yang hampir mati kebosanan menunggu dua dayang-dayangnya.
"Thal!" pekik Reina sambil mengampiri Thalia, disusul dengan Dhira.
"Lo pada kemana aja? Lama banget sumpah!" gerutu Thalia ketika dua temannya baru saja sampai.
"Ini, nih, nungguin si Dhira balikin buku dulu ke perpus." oceh Reina, lalu menyeruput habis es jeruk milik Thalia.
Seperti biasa, Dhira sangat jarang berbicara. Dia hanya terfokus pada buku di tangannya.
Kini seluruh pasang mata kaum Adam yang berada di kantin tertuju pada tiga gadis most wanted itu. Bukan cuma cantik, mereka juga cerdas. Thalia Aletta Putri, gadis cantik berkacamata. Dia pernah juara olimpiade matematika se-Jakarta, juara umum lomba cerdas cermat antar sekolah se-Jakarta Barat, terus juga udah dua tahun ini, nilainya bercokol di peringkat dua se-SMA Garuda setelah Andra. Jangan heran kenapa gadis itu terhitung jenius. Karena idolanya pun Albert Einstein.
Berbeda dengan Thalia yang ahli hitung menghitung, Dhira Gabriella pakarnya ilmu sastra bahasa. Tidak pernah absen ke perpus. Dia biasa membaca lima buku dalam sehari, dengan tebal halaman paling sedikit 500 halaman. Selain itu, Dhira juga punya hobby menulis berbagai jenis genre. Sudah dua puluh tiga kali dia kirim naskah ke penerbit, bukan hanya diterima, tapi juga semuanya sudah menjadi novel best seller. Followers-nya sebanyak 146k. Tidak heran kalau tiap posting, itu kebanyakan endorse.
Yang terakhir Reina. Satu-satunya murid SMA Garuda yang tidak mempunyai nama panjang. Dia paling jago kimia. Ada tiga penemuannya, yang sudah dipatenkan oleh professor dari salah satu Universitas ternama di Indonesia. Seluruh penghuni sekolah -termasuk dewan guru beserta jajarannya- memang tidak bisa memungkiri kalau mereka memang siswi-siswi sempurna.
"Btw, gue masih belum puas ngeliat kegantengan kak Andra!" ucap Leo memecah keheningan di antara mereka bertiga.
"Lo aja belum puas, apalagi gue, Yo? Tadi liatnya sebentar banget, gegara pesenin kalian makanan." sambar Lita kesal, sampai menusuk-nusuk bakso di mangkuknya.
"Ganteng-ganteng pala lo peyang! Ganteng dari mananya, sih?" timpal Dara tidak habis pikir dengan dua temannya itu.
"Ganteng parah, jir. Kalau kata Lita, mirip... mirip siapa, Ta?" Leo melempar ucapannya pada Lita untuk sekedar mengingatkan.
"Mirip kang keong depan SD?" sela Dara sambil tertawa.
"Bukan, ish! Mirip Asa Butterfield." timpal Lita sambil mengunyah makanannya yang sisa sedikit di dalam mulutnya.
"Halah, gantengan juga eyang buyut gue!" balas Dara tidak mau kalah.
_________________________________________________________________
To be continue...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top