25 Kuntum
BLOSSOMING
.
Koran telah disebar, berita-berita dari kejadian kemarin sudah diterima oleh orang-orang; mulai dari bangsawan di rumah-rumah besar, hingga pedagang jam yang kebetulan bisa membaca. Bahkan, penjual sayur dan bocah cerobong asap yang buta huruf pun mendengar berita-berita dari mulut orang-orang kaya.
Berita paling menyegarkan adalah tentang Gekko yang menolak lamaran diam-diam Julius Turner. Berkat berita itu, kelompok masyarakat pun terbagi menjadi dua kubu.
Pertama, kubu bangsawan dan penggemar kalangan ton, yang menganggap bahwa Gekko telah bersikap tidak sopan, melakukan penghinaan kepada orang yang memiliki status lebih tinggi darinya. Sebab, Gekko hanya orang kaya, walau hartanya tidak habis-habis, ia tetaplah seorang pekerja. Orang seperti itu lebih tidak disukai bangsawan daripada pemulung sampah.
Kubu kedua adalah dari rakyat biasa, yang menganggap Gekko seperti pahlawan. Tindakan Gekko sudah seperti pemberontakan rakyat biasa yang muak dengan sistem kasta. Orang-orang pikir:
'siapa bilang orang biasa tidak dapat melawan bangsawan. Buktinya Gekko Hakai bisa menjadi orang kaya, bisa berteman dengan kalangan ton tanpa menjilat kaki mereka. Gekko Hakai adalah revolusioner'
Pembicaraan itu terus berlanjut, dan laporan bisnis Gekko menjadi naik-turun dengan drastis. Bisnis yang disokong bangsawan mengalami penurunan nilai saham cukup tinggi, sedangkan bisnis dari sesama pengusaha tanpa embel-embel bangsawan, mengalami kenaikan signifikan.
Semua hal itu berlangsung dalam sehari, dan menjadi sedikit terkontrol di hari berikutnya. Ternyata berita romantisme memang tidak begitu kuat pengaruhnya.
Gekko di meja kerja, hanya asik menyesap teh tanpa peduli pada pergolakan di luar sana.
"Apa kau akan bangkrut?" tanya Silca yang saat itu menemani. Ia duduk di sofa ruang kerja sambil melihat beberapa dokumen pekerjaan.
"Kenapa? Kau tidak suka hidup miskin bersamaku?"
Namun, Silca menggeleng. "Aku bisa hidup miskin. Malah aku khawatir denganmu, memangnya kau bisa hidup miskin bersamaku?"
Wah, omeganya semakin pandai membalikkan kata-kata. "Yah, aku memang belum pernah hidup miskin," sahut Gekko kemudian.
"Apa keluargamu kaya raya? Pasti senang karena dari kecil sudah hidup serba ada," celetuk Silca seenaknya.
"Hn."
"Tapi, melihat bagaimana kau sekarang, dan cara Yuki melatihku, mungkin berat juga ada di keluargamu," lanjut Silca. Dokumen di tangannya diletakkan ke atas meja, lalu ia mengambil kukis coklat di toples yang sejak tadi terbuka.
Gekko diam sejenak, ia menatap Silca yang asik mengunyah kukis seraya bersantai di sofa yang empuk. Dipikir-pikir, ia merasa Silca bahkan lebih berani dan percaya diri daripada sebelumnya. Apa Yuki menggembleng mentalnya juga?
"Tenang saja, walau nanti jadi miskin, aku masih bisa memberimu makan tiga kali sehari," sahut Gekko kembali mengurusi dokumennya.
Silca mengangkat satu alis, lalu terkekeh sendiri. "Aku percaya, kok. Lagi pula, aku juga terbiasa makan apa saja. Menjadi petani kentang atau jagung juga tampaknya lumayan bagus."
Di tengah percakapan yang mulai terdengar aneh, pintu ruang kerja diketuk seseorang. Itu adalah Cherry yang datang membawa nampan berisi amplop dengan stempel berlambang.
"Lady Elaine mengirim surat untuk Master," ucap Cherry.
Gekko mengambil pisau kecil di laci mejanya untuk menyobek amplop dari bibinya tercinta. Cukup singkat ia membaca surat tersebut sebelum ia geletakkan begitu saja di atas meja.
"Bibi dan Paman akan ke London. Kemasi barang-barangku dan kita pindah ke townhouse milik keluarga Gray."
Cherry mengangguk. Sebelum pamit, ia mengajak Silca untuk membantunya mengemasi barang.
.
Di perjalanan menuju tempat penjemuran pakaian, Silca merasa orang-orang memperhatikannya dengan intens. Padahal di depannya ada Cherry yang lebih menarik perhatian berkat rambut merahnya, tapi tatapan tajam tetap mengarah pada Silca.
Ketika ia mengambil beberapa pakaian di jemuran, beberapa gadis pelayan mendekatinya. Silca hanya mengernyitkan mata, merasa ada yang salah.
"Hei, hei, apa benar Miss Hakai menolak lamaran Lord Turner gara-gara dirimu?" seorang gadis bertanya langsung. Dua gadis di sampingnya mendengarkan dengan saksama.
Silca yang mendapat tembakan langsung hampir mati di tempat, ia bahkan sampai mundur selangkah karena terlalu kaget. Ia pikir, ia sudah cukup blak-blakan dalam berbicara, ternyata ada orang yang lebih darinya.
Sungguh mengejutkan.
"Hei, benar atau tidak berita itu?"
Menghela napas panjang, Silca tersenyum manis. "Aku tidak tahu, Nona-Nona. Mengapa tidak langsung bertanya kepada Miss Hakai?"
Ketiga gadis saling berpandangan, lalu dengan cukup jengkel berseru. "Bagaimana kau tidak tahu! Bukankah kau orang dekat Miss Hakai?"
"Kulihat, kau juga selalu berada di kamar Miss Hakai. Karena aku beta, awalnya aku tidak tahu kalau kau seorang omega, tapi seorang pelayan omega mengatakan bahwa kau sama seperti dirinya. Dia bilang, saat berpapasan denganmu tadi pagi, baumu juga sudah bercampur dengan Miss Hakai."
Dua lainnya mengangguk bersemangat.
"Sudah ... katakan saja kalau kau adalah simpanan Miss Hakai, 'kan?"
"Sebagai simpanan, seharusnya kau tidak boleh egois. Kau kan pelayan, mana mungkin Miss Hakai serius denganmu. Ketahui posisimu."
"Benar. Kami tidak sedang murundungmu, jangan salah paham. Kami hanya ingin mengingatkanmu."
"Dengar, orang-orang kaya selalu bermulut manis. Mereka menjanjikan cinta dan pernikahan, tapi kebanyakan akan memilih kedudukan dan harta mereka dibanding kita yang hanya pelayan ini."
"Benar. Cinta hanya dimiliki oleh orang-orang naif dan bodoh. Selagi kau masih disukai tuanmu, lebih baik manfaatkan keadaan tapi jangan serakah. Hal itu bisa membahayakan."
Kalimat demi kalimat menusuk telinga Silca.
Bukannya ia tidak tahu hal-hal seperti itu. Ia sering mendengar bangsawan yang punya anak haram dari pelayan, atau tuan yang sengaja berbuat asusila pada budaknya. Namun, Silca merasa kasus Gekko cukup berbeda, entah karena ia naif, atau karena Gekko yang memang terlalu eksentrik.
Yang manapun itu, Silca beruntung dincintai Gekko sampai seperti ini. Bahkan Gekko pun sudah mengurus surat-surat pernikahan mereka, bukankah ini sudah sangat jauh?
Apalagi, kadang ketika ia menemani Yuki menulis surat kepada anggota Hakai yang ada di Perancis, Silca sering menjumpai Yuki menuliskan hal-hal mengenai Gekko dan pernikahan, calon adik ipar yang miskin dan bodoh, dan lain-lain yang sangat menjelaskan betapa serius Gekko padanya.
Jika Gekko sudah serius begini, tentu ia tidak boleh setengah-setengah, 'kan?
"Maafkan aku, Nona-Nona. Sayangnya saya pelayan yang beruntung. Jika ada satu banding seribu, seorang pelayan yang dinikahi majikannya, maka saya adalah yang satu bagian itu. Miss Hakai terlalu mencintai saya, dan saya pun dengan setulus hati mencintainya. Bukankah jika sudah sama-sama saling mencintai begini, akan bagus kalau segera menikah?"
Tiga gadis pelayan itu melihat Silca dengan mata membulat lebar, seolah baru menemukan spesies baru yang mengejutkan.
"Kau terlalu percaya diri." Salah satu dari gadis itu menyela cepat.
"Dasar gila," tambah yang lain.
Namun, Silca menjawab tanpa gentar. "Yah, mau bagaimana lagi. Guru saya bahkan lebih gila. Kekasih saya juga sama gilanya. Kalau saya tidak mengimbangi mereka, bisa-bisa saya dimasukan ke rumah sakit Bethlem."
Setelah mengatakan itu, Silca dengan cepat membawa pakaian-pakaian Gekko yang ada di jemuran. Cherry menunggunya dengan senyum lebar yang aneh.
Ketika Silca kembali ke kamar Gekko untuk mengepak barang, Cherry yang bersamanya berkata, "Kau benar-benar murid Tuan Yuki."
"Jangan lupakan, aku calon suaminya Gekko."
"Ya, kau calon suami Master. Cukup pantas."
Mendengar itu Silca terkekeh dan berseru girang dalam hati. Ternyata, Cherry yang sehari-hari selalu cerewet padanya, bisa juga menjadi pendukungnya. Silca cukup bangga.
.
TBC_
03-11-2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top