18 Kuntum

Kuntum 18

.

Di bulan peralihan antara musim semi dan musim panas, seharusnya menjadi waktu yang pas untuk menikmati cuaca di luar. Orang-orang mulai menunggu panen, hewan ternak beranak pinak.

Bulan seperti ini seharusnya Bibi Eli mengadakan pesta teh bersama teman-temannya, atau berkumpul di salon dan membicarakan kegiatan klub mereka. Sayangnya, tidurnya jadi tidak terlalu tenang setelah Cherry datang dan mengatakan bahwa Yuki akan ke England.

"Buat apa bocah itu ke sini?! Kuharap dia tidak membuat kekacauan, atau bahkan membunuh orang!"

Keluhan Elaine Gray bahkan sampai membuat suaminya memijat pelipis lama. Makan malam di rumah Earl of Meopham saat itu menjadi cukup ribut karena sang countess dilanda prasangka.

"Kenapa Mama seheboh itu? Bukankah dia adalah kakaknya Gekko? Seharusnya Mama senang ada keluarga Gekko yang mau datang berkunjung."

Komentar singkat Harry segera dihadiahi mata melotot Elaine. "Kau. Tidak. Tahu!" Usai menyicip wine dari gelasnya, ia menjelaskan dengan lebih rinci dan berapi-api. "Yuki itu di luar nalar. Dia manusia di luar nalar. Jika tidak percaya, tanya saja pada papamu."

Arthur, yang saat itu ingin menikmati daging bebek dengan tenang, malah harus merangkai kata-kata untuk membela istrinya. "Ada benarnya mamamu khawatir, Nak. Yuki Hakai sangat berbeda dengan Gekko. Penjahat di London bahkan tidak sebanding dengannya."

Elaine mengangguk kuat. "Keluarga sepupumu sangat berbeda jauh dari keluarga kita. Hakai itu semuanya menakutkan. Bisa kukatakan bahwa Gekko adalah yang paling lembut di antara semuanya."

Harry Gray mengernyitkan dahi dalam-dalam. "Gekko? Yang seperti itu? Yang paling lembut?"

"Gekko memang sedikit pengecualian," ungkap Arthur. "Semua Hakai sebenarnya orang yang lembut, tapi dalam beberapa hal, mereka juga menakutkan," tambahnya.

"Jika kau mengenal bibimu sekilas, mungkin kau akan berpikir dia hanya orang periang yang suka bermain," sahut Elaine. "Tapi jika tahu perilakunya yang asli, mungkin untuk menyenggolnya secara tidak sengaja saja, kau pasti akan berlutut minta ampun."

Harry menaikkan satu alisnya. "Apa Mama baru saja mengatakan bahwa Bibi Kusuri adalah orang paling menakutkan sedunia?"

"Kau murid Eton, Nak. Gunakan otakmu untuk mencerna," sahut Elaine.

Mendengar itu, Harry hanya memutar matanya. Mamanya memang kadang-kadang sulit diajak bicara saat sedang punya banyak kendala.

"Aku hanya berharap, Yuki tidak punya keinginan main ke rumah kita atau bertemu anak-anak. Kuharap Gekko bisa mengatasi kakaknya sendiri." Di depan makanannya yang baru sedikit tersentuh, Elaine menangkupkan kedua tangannya. Berdoa pada Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Arthur Gray diam-diam mengamini doa istrinya.

.

Benar dugaan Gekko, saudaranya yang datang dari Negeri Timur, tiba seminggu kemudian. Entah berapa kuda yang tewas karena digunakan sembarang saat berkendara hingga ke Hever, Gekko hanya berdoa semoga hewan-hewan tersebut masuk surga.

Siang hari Yuki datang, seluruh pelayan berjejer di halaman rumah, menyambut dengan gemetar. Kuda tunggangan Yuki yang hampir ambruk, segera dibawa ke kandang oleh beberapa penjaga istal.

"Selamat datang, Tuan Muda," sapa Cherry yang berdiri di belakang Gekko.

Yuki hanya mengangguk ringan, rambut panjangnya berkibar oleh angin musim semi, mirip sutera perak yang belum sempat ditenun pengerajin.

Melihat itu, siapa yang tidak terpesona. Lihat itu, seorang alpha dengan badan tegap dan tinggi, kulitnya bening hampir merah muda, wajahnya lonjong dengan tulang pipi yang jelas, dan ketika orang itu bergerak, rasanya seperti melihat dewa yang tiba-tiba menampakkan dirinya.

Penampakkan alpha muda bernama Yuki itu, sangat jauh berbeda dari master mereka. Gekko memiliki tubuh yang mungil, tapi Yuki sangat tinggi. Gekko memiliki rambut sehitam bulu gagak, tapi Yuki bersurai perak. Gekko jarang tersenyum, tapi Yuki memiliki perangai cerah yang menyenangkan.

Mengapa begitu berbeda? Padahal saudara.

Mirip siapa dia?

"Gekko, kau memelihara orang sebanyak ini?" tiba-tiba saja, malaikat itu bicara. Ah, suaranya indah, tapi kenapa terdengar menjengkelkan.

"Mereka bukan peliharaan." Gekko menjawab tenang. "Sebelum kau bicara lebih banyak, lebih baik masuk ke dalam. Cherry sudah menyiapkan kamarmu."

Yuki mendecih. "Aku belum ingin beristirahat. Temani aku bermain sebentar. Kita kan sudah lama tidak bertemu." Satu tangannya merangkul Gekko seenaknya.

"Ya."

Setelah dijawab demikian, dua bersaudara itu pun pergi ke luar, entah ke mana. Seluruh pelayan dibubarkan, dan Cherry menyuruh mereka kembali bekerja.

Di tempatnya berdiri, Silca memperhatikan kepergian dua Hakai di sana. Entah mengapa, perasaannya sedikit tidak enak. Rasa-rasanya, orang bernama Yuki itu bisa menenggelamkannya ke dasar bumi hanya dengan satu jentikan jari.

Alpha yang menakutkan. Sangat-sangat menakutkan.

.

Gekko membasuh wajahnya yang lebam di aliran sungai kecil. Pakaiannya yang tadi rapi, kini sudah tidak keruan. Tubunya dinodai lumpur dan sedikit percikan darah, mirip pemburu yang baru saja bergelut dengan binatang.

Siapa lagi yang membuatnya begitu jika bukan saudaranya? Seandainya Yuki bukanlah calon kepala keluarga selanjutnya, Gekko tidak akan segan membalas dengan perlakukan yang sama.

"Aku yakin Ayah menyuruhmu ke sini bukan untuk memukuliku," ujar Gekko setelah menyamankan diri dengan duduk di tepi sungai.

Yuki yang sedang mengambang seperti berang-berang, menjawab riang, "Memang bukan."

"Kau sudah melihat omega yang kumaksud?" tanya Gekko kemudian, mengalihkan pembicaraan tidak jelas yang mungkin akan berlangsung panjang jika Yuki sedang senang.

"Yaaaaaa. Saat baru datang pun, wangi yang sudah tercampur dengan feromonmu sudah sangat jelas," terang Yuki. "Seleramu boleh juga, ya? Omega dengan aroma yang segar sedikit jarang."

"Hanya kebetulan."

Yuki terkekeh dengan kencang. "Kebetulan yang menyenangkan, ya? Gekko memang sering beruntung."

"Ya."

Usai puas bermain di sungai, Yuki segera menepi. Seluruh tubuhnya basah, tapi ia berjalan tanpa merasa terganggu. "Ayo pulang. Kau pasti sudah menyiapkan banyak hal untukku, 'kan?"

Tanpa menjawab, Gekko pun berdiri.

"Awas saja jika kau mendekor kamarku dengan sesuatu yang tidak kusukai."

Ancaman Yuki tidak ditanggapi. Namun, meskipun Gekko diam, dia tidak pernah bisa menjadikan kata-kata Yuki hanya sekadar angin lalu. Kakaknya yang nyentrik dengan rambut perak tergerai hingga pinggang itu, selalu serius akan ucapannya. Walau kadang terdengar bercanda, tapi Yuki tidak pernah mengada-ada.

Ah, Gekko tiba-tiba gelisah ketika memikirkan omeganya.

.

Ketika Gekko dan Yuki pulang dengan tampilan yang mengkhawatirkan, para pelayan lantas bertanya-tanya, ada apakah gerangan? Mengapa dua bersaudara itu pulang dengan baju kotor dan basah. Terlebih, sudut bibir Gekko tampak ada luka, seperti baru saja ditinju dengan tenaga penuh.

Namun, siapa yang bisa meninju Gekko? Lagi pula, tidak mungkin Yuki yang melakukannya, kan? Mereka bersaudara, kan?

Silca yang melihat itu sebenarnya ingin segera membawa Gekko ke kamar dan mengobati alpha kasayangannya, tapi ia tidak ingin bertindak sembrono. Ia menunggu hingga Gekko sendiri yang kembali ke kamar untuk beristirahat.

Sore ketika Silca menyelesaikan pekerjaan harian, ia segera mendorong troli berisi satu set teh dan makanan ringan ke depan kamar Gekko. Namun, sebelum ia mengetuk pintu, pemilik kamar telah membukakan akses untuknya.

"Kau datang," ujar Gekko dengan senyum tipis yang terlihat menyenangkan.

Silca mengangguk, dan ia masuk ke kamar alphanya setelah dipersilakan.

"Apa yang terjadi denganmu? Kau benar-benar membuatku khawatir." Laki-laki omega itu mengomel seraya menyiapkan teh dan menghidangkan makanan ke atas meja.

Gekko duduk di sofa, memperhatikan. Ia hanya memakai kemeja tidur putih yang menutupi lutut, kaki putihnya terlihat seperti porselen yang baru dipulas. Penampilan yang berhasil membuat jantung Silca berdebar berantakan.

"Duduk lah di sampingku," ujar Gekko.

Sedikit gugup, Silca yang telah menyelesaikan pekerjaannya menata camilan dan menghidangkan teh, akhirnya menuruti permintaan Gekko. Kemudian, tanpa aba-aba, Gekko menyandarkan kepalanya ke bahu omeganya. Silca sedikit tersentak, tapi kemudian diam dan mencoba terbiasa.

"Ada apa?" tanya Silca pelan.

"Mulai besok, tidak perlu bekerja. Pergi lah bersama Yuki dan ikuti intruksinya."

Mengambil napas panjang, Silca pun mengangguk. "Apakah dia akan mulai melatihku supaya layak untuk keluargamu?"

"Ya."

"Apakah, kau akan menemaniku?"

"Ya. Aku akan mengawasi saat senggang."

"Apakah aku masih bisa bertemu denganmu setiap hari?"

"Ya. Aku akan menemuimu setiap hari."

"Gekko."

"Hm?"

"Aku akan berusaha keras untukmu."

"Terima kasih."

"Gekko."

"Ya?"

"Aku mencintaimu."

Mendengar itu, Gekko lantas duduk dengan lebih tegap. Dilihatnya Silca yang tersenyum tipis dengan dua pipi bersemu merah muda. Tidak ada yang berbicara saat itu, hanya kedua pasang mata yang bersitatap dengan lembut dan nyaman. Saling mengagumi, saling mengerti.

.

Keesokan paginya, seorang pelayan omega menutup mulutnya ketika mendapati kamar majikannya dipenuhi aroma penyatuan. Temannya yang beta sampai bertanya-tanya, mengapa wajahnya memerah. Namun, pelayan itu hanya diam, menyimpan rahasia seorang diri.

TBC_

Yaaah namanya juga pasangan dimabuk cinta. Mohon maklum, ya ^^


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top