-08: Lonely girl-

| happy reading |

.

.

.

.

Malam yang dingin dan hening tak membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk tetap membuka matanya, maniknya menatap ke arah sang luna yang menyinari wajahnya.

Ia memilih menuruni tangga berniat menyeduh teh hangat untuk ia nikmati, langkahnya terhenti saat sosok pemuda dengan surai berwarna senada senja tampak menikmati waktunya membaca komik hero.

Gadis itu ingat ada sembilan pemuda lain yang tengah tertidur lelap di kamar tamu, ia mendekat perlahan tak berniat membawa perhatian sang adam yang fokus pada dunianya sendiri.

"Childe.."

Pemuda itu mendongak lalu tersenyum, "Hey girlie, tidak bisa tidur?"

Pemuda itu meletakkan komik yang dibacanya lalu memfokuskan perhatian pada gadis yang masih berdiri disampingnya, ia melihat sang puan mengangguk pun menepuk samping kanan sofa.

Meminta sang puan duduk bersebelahan dengannya, dengan patuh gadis itu duduk disamping Childe yang terus menatapnya.

"Insomnia? Atau kesepian?"

[Name] terdiam sebelum kembali membuka mulutnya, "Dua duanya"

Childe tertawa, "Baiklah. Kemari, senderkan kepalamu"

[Name] menyenderkan kepalanya ke bahu tegap Childe, tak lama pemuda itu mulai mengelus surai [Name] yang tergerai lepas.

Senandung kecil mulai terdengar dari mulut sang adam, ketenangan yang Childe bagi menjadi lullaby bagi [Name].

"Ini mengingatkanku pada Bibi Nemu yang suka menemaniku tidur dan Paman Samatoki yang mengajakku menjelajahi Yokohoma untuk menemukan kantuk, semuanya terasa menyenangkan"

Nada penuh nostalgia dan kerinduan terdengar dari bibir sang puan, bayangan bibi dan pamannya yang selalu menyambutnya saat pulang sekolah dan menemaninya mengerjakan tugas membawa kehangatan tersendiri baginya.

Namun kehangatan itu harus hilang saat ibunya dengan paksa membawanya pergi dari genggaman Aohitsugi bersaudara, membuatnya meninggalkan rumahnya.

Beruntung teman temannya menyusulnya ke Ikebukuro untuk menemaninya, tanpa sepengetahuan sang ibu teman temannya berhasil membeli rumah disekitar tempatnya tinggal.

"Aku ingat wajah terkejutmu saat aku, Trey, Riddle, Kalim, Jamil, Azul, Vil, Idia, Leona dan Malleus mengetuk pintu rumahmu, kau menangis saat sadar itu bukan mimpi"

Ah, [Name] ingat kejadian itu dengan jelas, setelah tiga hari ia dikurung sang ibu didalam rumah setelah omelan yang panjang ia menemukan teman temannya menyusul untuk menemaninya.

Tangisan tak bisa gadis bendung saat sang ibu memintanya menjauhi semua temannya yang menurut sang ibu akan membahayakan masa depannya, kenyataan [Name] tumbuh bersama mereka dan mengerti banyak hal karena teman temannya.

Setelah omelan panjang ibunya pergi meninggalkannya ke Prancis untuk mengurus perusahaan, meninggalkan [Name] dengan kepedihan yang tak bisa ia jabarkan.

"Mau tahu rahasia yang kami sembunyikan?"

[Name] menatap Childe yang menatapnya, manik keduanya bertemu.

"Sebenarnya orang yang membantu kami menemukanmu adalah Paman Samatoki, Trey datang menemuinya dan memohon agar ia mau membantu aku dan yang lain untuk menemukanmu. Namun rupanya Paman Samatoki sudah lebih dulu memiliki ide itu dan ya ia membantu kami membeli rumah dan mengurus surat surat kepindahan. Paman Samatoki sangat mengkhawatirkanmu"

Genangan air mata memenuhi pelupuk mata sang puan, isakan kecil terdengar ditelinga Childe membuatnya merengkuh tubuh [Name] ke dalam pelukannya.

"Maaf membuatmu kesepian dan sendirian girlie, kami minta maaf karena membuatmu meragukan dirimu sendiri. Kami sudah berjanji pada Bibi Nemu untuk terus menemanimu"

Kecupan kecil didahi [Name] berhasil menenangkan tangisan sang puan, Childe memang tahu apa yang harus ia lakukan untuk meredakan kesedihan dan kegundahan yang sahabatnya rasakan.

Isakan kecil perlahan lahan tergantikan dengan pelukan erat yang [Name] berikan pada pemuda yang sudah menjadi sahabatnya bertahun tahun.

"Katakan padaku girlie, apa hubunganmu dengan Jiro? Aku dengar kau dekat dengannya, apa kalian saling menyukai?"

[Name] melepaskan pelukannya, ia menggelengkan kepalanya.

"Kami hanya berteman, kebetulan Ayaka-sensei memintaku mentutori Jiro yang buruk dalam matematika. Jadi kami sering bertemu dan cukup dekat"

"Oh souka, tapi bagaimana menurut sosok Jiro? Punya kesan spesial tentangnya?"

[Name] terdiam, bayangannya membawanya pada sosok Jiro yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Dia sosok yang hangat dan baik..."

Perkataan [Name] terputus saat ia tak lagi tahu dengan kata apa ia harus menjelaskan kesannya pada sosok Jiro.

Childe berharap bisa mendengar lanjutan dari kalimat sahabatnya namun kelanjutan perkataannya tak kunjung datang.

"Tidak ada yang lain?"

"Setiap aku menemukannya, mataku selalu menatapnya seakan tak ada eksistensi lain yang bisa mengalihkan perhatianku"

Childe dengan tenang mendengarkan perkataan sang puan seakan tak bosan mendengar curhatannya.

"Lalu?"

"Saat aku tak menemukan sosoknya, tanpa sadar aku mencarinya ditengah kerumunan orang berharap manikku bisa bersitatap dengan maniknya"

"Sihir macam apa yang pemuda itu gunakan padaku Childe?"

Childe tertawa terbahak bahak, "Itu bukan sihir girlie, itu artinya kau menyukai Jiro. Hatimu yang kesepian telah menemukan belahan jiwa lain untuk melengkapi kesepian yang hatimu tanggung bertahun tahun"

"Tapi cinta itu menyeramkan, bagaimana jika cintaku berakhir mengenaskan? Dan bagaimana jika hanya aku yang merasakan hal ini Childe?"

[Name] yang kalut menatap Childe, pemuda itu bisa menemukan perasaan ketakutan dan kesedihan yang meliputi maniknya.

"Aku tahu ini pasti menakutkan tapi percayalah padaku girlie, cinta tak sekejam itu. Mungkin kau akan patah atau mungkin kau harus mengganti haluan hatimu namun setiap prosesnya perlu kau nikmati perlahan"

"Apa kau tahu? Pepatah mengatakan "Saat kau jatuh cinta ada dua hal yang perlu kau siapkan, hatimu yang patah atau hatimu yang merelakan" jadi jatuh cinta itu wajar asal kau tidak memaksakan perasaanmu"

"Jadi cinta tak bisa dipaksakan? Lalu bagaimana dengan kisah Okaa-sama dan Otou-san? Bagaimana dua orang yang jatuh cinta bisa saling meninggalkan?"

Childe mengelus surai [Name], "Girlie cinta itu perlu rasa percaya dan komunikasi agar saling mengerti, kalau tak ada rasa percaya antara satu sama lain hanya ada rasa curiga yang membayangi hati satu pihak "

"Apa yang terjadi diantara orang tuamu itu hilangnya komunikasi antara mereka dan kecurigaan ibumu pada ayahmu yang tak berdasar, dan menghilangnya ayahmu pasti berhubungan dengan ibumu"

"Jadi begitu, alasan kenapa Okaa-sama tak pernah mencari Otou-san karena ia tahu kemana Otou-san pergi. Ini menyesakkan Childe"

[Name] menyentuh letak jantungnya berada, tubuhnya seakan menolak kebenaran yang berada dihadapannya.

"Rasanya sesak Childe"

Childe merengkuh [Name] guna menenangkannya, "Tenanglah girlie, tarik napas perlahan lalu buang. Buang bayangan menyedihkan itu gantikan dengan memori indah yang kau miliki dear"

[Name] melakukan hal yang Childe perintahkan perlahan lahan rasa sesak itu menghilang digantikan rasa lelah dan kantuk yang membuatnya perlahan lahan menutup matanya.

Merasa sahabatnya tenang, Childe bisa merasa kalau sahabatnya sudah terlelap.

"Dia tertidur?"

Sosok Jamil dan Trey muncul dari balik dinding dapur, Childe mengangguk dengan hati hati membenarkan posisi [Name].

Trey yang mengerti kesulitan Childe membantu Childe membenarkan posisi tidur [Name] agar tubuhnya dengan nyaman berbaring di sofa.

"Kalian belum tidur?"

Jamil menghela napas, "Kalim meminta kami tetap terjaga mengingat [Name] sering terserang insomnia, jadi kami bermain game di kamar Idia"

Childe ber-oh ria, "Kalian pasti menguping sejak girlie turun dari tangga"

Trey mengangguk, "Jangan lupakan insting Malleus yang luar biasa, jadi kami menyudahi permainan dan menguping percakapan kalian"

"Sangat tidak sopan" kata Childe dengan kekehan miliknya.

"Sebenarnya Kalim sudah siap ikut campur tapi dia ditahan Leona yang tidak setuju ia campur tangan, apalagi kami juga ingin tahu apa [Name] rasakan" ujar Trey sembari menatap sang puan yang terlelap.

"Lalu mana yang lain?"

Trey terkekeh, "Mereka mengambil futon agar kita tidur bersama [Name]"

"Itu idenya Kalim" tambah Jamil.

Childe hanya bisa menghela napas lelah, "Kalau begitu ayo kita tata tempat ini"

Tak lama gerombolan Kalim pun datang dengan sebelas futon, kegiatan menata pun selesai.

Azul perlahan mulai membaringkan tubuh [Name] diatas futon dan menyelimutinya.

"Dia kesepian bukan?"

Leona terdiam, "Setelah apa yang terjadi di Yokohama, aku yakin dia pasti tak ingin menganggu Aohitsugi bersaudara"

"Wanita itu sama kejamnya dengan sosok ibu tiri di drama yang Vil tonton, bahkan ia tak menyapa kedua saudara sepupunya yang sudah membesarkan anaknya. Ia juga dengan tega mengurung anaknya di rumah seakan dia burung dalam sangkar" Jamil ikut menimpali.

Malleus yang telah menyesap teh miliknya pun ikut menyuarakan kebenaran, "Aku ingat dia menangis saat tengah malam setelah kedatangan kita, tubuhnya yang lemah menatap bulan seakan berharap pada bulan memberinya sedikit kekuatan"

"Kalau ingat saat pertama kali kita bertemu dengannya, wajahnya sangat penuh kesedihan jika bukan karena Kalim tak akan ada senyuman dibibirnya"

Mereka ingat saat pertama kali bertemu [Name], tubuhnya hanya terbalut dress sederhana dengan wajah yang kosong.

Di malam yang semakin larut ia dengan santai menapaki lantai yang dingin tanpa alas kaki dan piyama tipis, kesedihan seakan sudah merenggut jiwanya.

Jika bukan karena Kalim mereka yakin [Name] sudah tenggelam lebih dalam dan mereka pasti tidak akan sedekat ini dengannya.

"Poor soul" kata Azul.

"Kita harus memastikan Jiro tak bermain main dengan perasaan [Name], jika ia berani maka dia harus berhadapan denganku"

"Tenanglah Riddle, jangan membuat hubungan mereka memburuk"

"Jadi kita harus melindungi the lonely princess?"

"Kau benar putri yang kesepian menunggu ditemukan"

.

.

.

.

*To be continue*
-08: Lonely girl- : End
Publish :  10-04-22 (17.58)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top