-07: Meeting Yamada Kyoudai-
| happy reading |
.
.
.
.
[Name] menatap langit sore yang tertutup awan hitam, ia melirik Jiro yang sibuk merapikan buku yang ia bawa.
"Apa kau yakin tentang melanjutkan kegiatan belajar kita di rumahku?" tanya Jiro guna memastikan kalau gadis itu tak keberatan harus pulang lebih larut dari biasanya.
"Tenang saja Yamada-san, aku sudah mengabari Clover-kun untuk menjemputku"
[Name] mengulas senyum guna menenangkan kegundahan Jiro, pemuda itu segera mengikuti langkah sang puan menuju rumahnya.
"Jadi aku dengar kau tiga bersaudara, apa kalian dekat?"
"Kami sangat dekat, Ichii-nii selalu memasak dan bekerja untukku dan Saburo. Dia Nii-chan terbaik yang pernah ada" balas Jiro dengan penuh semangat, manik pemuda itu berbinar binar saat membicarakan sosok Ichiro.
"Begitukah, kalau begitu aku tak sabar untuk bertemu dengannya. Bagaimana dengan Saburo? Apa dia ramah?"
"Aku harap kau bisa mengendalikan hatimu, Saburo adalah orang yang bermulut pedas dan sadis. Dia adalah orang yang suka membuat mental orang lain jatuh sejatuh jatuhnya"
"Menarik sekali, aku tidak menyangka kalian tiga bersaudara dengan kepribadian yang unik"
Jiro tertawa, "Tapi diantara kami Ichii-nii adalah panutan yang baik, Ichii-nii pekerja keras dan sabar"
"Jadi begitu, tak jauh berbeda denganmu Yamada-san. Kau juga pekerja keras dan baik, walau kadang kau bertindak tanpa perkiraan"
Jiro hanya bisa tertawa canggung mendengar perkataan sang puan.
"Oh kita sudah sampai"
Jiro berjalan mendahului [Name] guna membuka pintu memasuki rumahnya, "Anggap saja rumah sendiri [Lastname]-san"
[Name] mengangguk sembari mengikuti langkah pemuda di depannya.
"Ichii-nii aku pulang" teriak Jiro penuh semangat sembari berjalan menuju dapur, sosok pemuda lain dengan surai senada milik Jiro yang sibuk memasak menoleh.
Pemuda itu mengulas senyum lebar menyambut kedatangan sang adik, "Selamat datang Jiro, apa kau lapar? Oh kau membawa tamu bersamamu"
"Halo Yamada-san, senang bisa bertemu dengan anda. Perkenalkan nama saya [Fullname] saya berharap kedatanganku tidak menganggu" [Name] tersenyum manis saat memperkenalkan dirinya, Ichiro tertawa.
"Tidak perlu sungkan, pintu kami terbuka lebar untukmu. Maaf rumah sedikit berantakan, aku belum sempat membereskannya"
[Name] menggelengkan kepalanya, "Tidak papa Yamada-san, terimakasih atas sambutan hangatnya"
[Name] melirik Jiro yang sibuk menata buku dimeja, "Yamada-san jangan lupa siapkan buku sejarah ingat besok ada ujian sejarah"
"Terimakasih sudah diingatkan [Lastname]"
Jiro segera berlari menuju kamarnya guna mengambil buku sejarah miliknya meninggalkan [Name] dan Ichiro di dapur.
"Maaf atas kecerobohannya [Name]-chan, dia masih perlu banyak belajar"
"Tidak masalah Yamada-san, aku senang bisa membantu"
"Tidak perlu sopan [Name]-chan kau bisa memanggilku Ichiro atau Ichii-nii seperti Jiro dan Saburo" kata Ichiro dengan senyum tulus miliknya, senyum itu membuat hati [Name] menghangat.
Benar kata Jiro Ichiro adalah kakak terbaik yang pernah ada.
"Baiklah Ichii-nii"
Keduanya asyik mengobrol sedikit tidak peduli dengan segala kebisingan yang Jiro sebabkan guna mencari buku milknya.
Mendengar kebisingan dari dapur, suara derap langkah terdengar dengan sosok imut muncul dari balik tembok.
"Ichii-nii apa ada pelangga- Oh-..."
Perkataan Saburo terputus saat melihat siapa yang berada disamping sang kakak.
Manik Saburo membulat saat sadar yang berada disamping kakak tertuanya adalah idolanya, [Name].
'Aksjksbksuiebns, [Name]-san berkunjung. Mimpi apa aku semalam?'
Saat Saburo sibuk dengan pikirannya sendiri, ia tak menyadari sosok idolanya sudah berjalan mendekat sembari mengulas senyum.
"Oh kau adik termuda Yamada-san, perkenalkan namaku [Fullname] tapi kau bisa memanggilku nee-san, salam kenal"
Wajah Saburo sukses berubah menjadi merah dan wajahnya tak kalah merah dengan rambut Doppo, dengan terbata bata ia mengangguk dan dengan malu menuju kakak tertuanya.
"Aku tidak menyangka suatu saat aku bisa melihat Saburo malu malu seperti itu, oh [Name]-chan Saburo itu penggemar beratmu. Dia sangat mengagumi kepintaranmu dan kebaikanmu"
"Benarkah? Aku tidak menyangka Yamada-san ternyata mengenalku" kata [Name] sembari tersenyum.
"Ichii-nii..." rengek Saburo yang malu saat sang kakak dengan tega membuka takbir tentangnya, apalagi fakta yang kakaknya lontarkan lebih memalukan daripada rasa malunya saat Jiro tak sengaja menumpahkan satu rak barang di toko.
"[Lastname]-san aku sudah menemukan buku sejarahku, oh Saburo sudah keluar dari goa miliknya ternyata aku baru saja akan memanggilmu" kata Jiro yang muncul dengan buku sejarahnya.
"Kalau kalian tidak keberatan, kalian bisa belajar setelah makan. Belajar akan lebih baik setelah perut kenyang bukan?" tawar Ichiro sembari menyajikan makanan yang telah matang.
"Maaf merepotkan Ichii-nii, aku akan membantu"
"Terimakasih [Name]-chan"
Keduanya sibuk menata makanan sedangkan Jiro dan Saburo saling berbisik satu sama lain.
"Bukankah kau pikir ini terlalu cepat untuk Ichii-nii dekat dengan [Name]-san?"
"Apa kau lupa kalau Ichii-nii baik dan ramah kepada siapapun? Bukankah wajar kalau Ichii-nii baik ke [Lastname]-san?"
"Tapi bukankah terlalu cepat? Maksudku mereka baru bertemu tiga puluh menit yang lalu"
"Itulah Ichii-nii"
"Jiro, Saburo sampai kapan kalian akan berbisik-bisik seperti itu, ayo makan sebelum makanan dingin"
Kedua pemuda yang terciduk segera duduk dan mulai mengerakkan sumpit mereka untuk makan, [Name] hanya tersenyum melihat keakraban ketiga bersaudara mengingatkannya pada hubungannya, Trey dan teman temannya yang lain.
"Oh aku ingat sesuatu, [Name]-chan aku dengar kau dari Yokohama. Apa kau kenal dengan Aohitsugi Samatoki?"
"Oh maksud Ichii-nii Paman Samatoki? Aku keponakan dari Paman Samatoki, ibuku adalah sepupu dari Paman Samatoki. Apa ada yang salah?"
Ichiro hanya bisa terkekeh canggung sedangkan Saburo terdiam tak tahu harus mempercayai apa yang idolanya katakan atau tidak.
"Samatoki adalah orang yang ganas, aku tidak menyangka gadis sepertimu adalah keponakannya"
[Name] tertawa, "Oh aku sudah mendengarnya beberapa kali, Iruma-san dan Riou-san juga mengatakan hal yang sama"
"Tapi Paman Samatoki bukan orang yang jahat hanya mukanya saja yang bisa membuat orang lari terbirit birit, nyatanya enam tahun dibawah pengasuhan Paman Samatoki aku baik baik saja"
Ichiro tersenyum, "Kau benar, tidak ada niatan mewarisi kelompok buatan pamanmu?"
[Name] menggelengkan kepalanya, "Paman Samatoki melarangku mendekati hal hal yang berbau Yakuza, katanya seorang gadis tidak cocok melakukan pekerjaan kotor seperti itu"
"Baguslah jika dia masih punya hati..." kata Saburo dengan nada lirih, Jiro yang berada disampingnya menyenggol lengannya.
Makan malam berakhir dengan baik kini sosok [Name] tengah duduk disofa memberi Jiro tutor tentang pelajaran sejarah yang akan mereka hadapi besok, disamping [Name] ada sosok Saburo yang sibuk dengan buku matematika miliknya dan catatan kecil milik [Name] dan sosok Ichiro yang sibuk dengan berkas berkas pelanggan.
"Yamada-san ingat hati hati era dan tokoh tokoh penting setiap era jangan lupakan peristiwa penting setiap era"
[Name] melingkari nama nama tokoh tokoh penting era Jepang dengan bolpen merah miliknya, "Pada periode Azuchi-Moyama ada Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi"
Jiro dengan cermat mengikuti gerakan tangan sang puan dan kadang membuat catatan kecil agar tidak lupa apa yang [Name] katakan.
"Kalau begitu Yamada-san bisa membaca kembali catatan yang diberikan Trein-sensei"
Selesai dengan Jiro [Name] melirik Saburo yang kesulitan dengan pertanyaan yang ada dibuku teks, "Apa kau kesulitan Saburo? Bagian mana?"
Saburo menoleh lalu dengan lemah menunjuk deretan angka dan rumusnya, "Oh kalau begitu coba gunakan rumus pertama pasti ketemu"
Saburo mengangguk lalu mencoba saran [Name] dan ajaibnya ia menemukan jawaban dari persoalan yang ia cari.
"Ketemu [Name]-nee"
"Ingatlah untuk membaca lebih cermat soalmu Saburo"
Saburo yang bahagia mengangguk dengan riang lalu kembali mengulas materi lain, fokus [Name] kembali pada Jiro yang kebingungan.
"Jangan pernah lupa untuk mencatat semua referensi yang Trein-sensei berikan, ini catatan sejarah minggu lalu aku ingat Yamada-san membolos bersama Akihara-san"
Jiro tersenyum malu, "Terimakasih [Lastname]-san"
Ichiro melihat interaksi ketiga dengan senyum diwajahnya, entah kenapa kehangatan mereka membuat hati Ichiro lebih tenang.
Pemuda itu melirik [Name] yang sibuk dengan kedua adiknya lalu melirik adiknya yang kebingungan menghafal sejarah Jepang.
'Aku tidak keberatan jika [Name]-chan jadi adik iparku, apalagi dia bisa mengurus Jiro aku tidak akan khawatir'
.
.
.
.
*To be ontinue*
-07: Meeting Yamada Kyoudai- : End
Publish : 10-04-22 (17.56)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top