-06: Singgah-
| happy reading |
.
.
.
.
Bagi [Name] apapun yang hadir di hidupnya mereka hanya sebatas singgah, tak pernah ada menetap setelah gadis itu dibuat nyaman dengan keadaan.
Nyaman lalu dicampakkan definisi rasa sakit yang tak lagi bisa dijabarkan, [Name] yang terbiasa merelakan apapun untuk singgah kali ini ingin hal lain menetap di hidupnya.
Satu hal yang pasti gadis itu terlahir kesepian, namun kini kesepian mulai meninggalkannya sendirian saat ia menemukan sosok lain.
Jika kau berniat menepi lalu singgahlah, janganlah kembali pergi untuk berlayar namun menetaplah disaat tempat yang membuatmu singgah lebih nyaman daripada tujuanmu berlayar.
.
.
.
.
Jiro menemukan sosok [Name] yang dengan santai menikmati makan siang di kantin, Yamato yang berada disebelahnya dengan riang mendekati sang puan.
Jiro hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah lalu mengikuti temannya yang tengah mengajak sang puan berbincang bincang.
"[Name]-san kau tidak keberatan aku dan Jiro duduk disini bukan?"
Gadis itu mendongak lalu tersenyum, "Tentu saja Akihara-san, silahkan duduk"
Yamato dengan riang duduk berseberangan dengan [Name], Yamato menoleh menatap sahabatnya yang masih mematung menatap ia dan [Name].
"Cepatlah Jiro, sebentar lagi bel masuk"
Mendengar perkataan Yamato dengan pasrah Jiro duduk di samping [Name], [Name] hanya terkekeh lalu kembali menyesap soda yang ia beli di vending machine.
Merasa aneh dengan keheningan Yamato pun maju sebagai garda terdepan untuk membuka percakapan setidaknya ia bisa mengajak salah satu dari dua orang populer di depannya berbincang.
"Kalau aku tidak salah dengar [Name]-san berniat melanjutkan pendidikan di Prancis, apa itu benar [Name]-san?"
[Name] mengangguk, "Kebetulan orang tuaku bekerja di sana, jadi orang tuaku memintaku melanjutkan pendidikan di sana"
Yamato terkesima, "Aku kira orang tua [Name]-san berasal dari Yokohama, jadi rumor kalau paman [Name]-san Yakuza itu benar?"
[Name] terkekeh, "Itu benar tapi tenang saja, ini bukan drama klasik yang suka para gadis tonton. Pamanku tidak suka ikut campur urusan anak muda, pamanku juga orang baik jadi kalian tidak perlu takut"
Yamato menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Aku pikir dunia Yakuza seseram di film, maaf karena kesalahpahaman ini [Name]-san"
"Tidak masalah Akihara-san, lagipula Pamanku jarang berkunjung ke Ikebukuro kecuali ada urusan penting"
"Oh aku mengerti, ngomong ngomong [Name]-san apa kau pernah menerima surat cinta?"
Jiro yang tengah menyesap kopi yang ia beli tersedak, tanpa sadar [Name] segera menyodorkan air putih yang dibawanya lalu dengan pelan mengelus punggung Jiro untuk menenangkan pemuda yang ia tutori selama seminggu lebih.
"Pelan pelan Yamada-san, apakah lebih baik?"
Yamato hanya melongo melihat interaksi sahabatnya dengan idolanya, pemuda tak menyangka keduanya sedekat itu padahal dulu Jiro malu untuk menyapa [Name] yang sering melewati kelas mereka dan kini keduanya dekat seakan saling mengenal lebih lama dari siapapun.
'Tidak heran beberapa hari fans Jiro berkabung, rupanya si bodoh itu berhasil menggaet bidadari'
"Kenapa kau begitu ceroboh Jiro? Bagaimana orang dewasa sepertimu bisa tersedak kopi?"
Jiro menatap Yamato yang memarahinya walau nyatanya dialah penyebab ia tersedak.
"Aku juga manusia bodoh, tersedak itu normal"
"Baiklah terserah kau saja, kalau begitu bagaimana [Name]-san? Sering?"
[Name] terdiam lalu menatap jarinya mulai berhitung, "Kalau tidak salah selama satu hari aku bisa mendapat delapan surat cinta walau anonim"
"Jadi tidak ada yang pernah memintamu pergi ke atap seperti anime shoujo yang suka Jiro tonton?"
Jiro dengan cepat menampol Yamato karena dengan ember membeberkan rahasianya.
"Ada tapi tidak sesering itu, mungkin mereka takut aku tolak (?). Tapi ada beberapa yang hanya mengirim hadiah dengan note kecil"
"Lalu bagaimana hubungan [Name]-san dengan anak kelas sebelah?"
Jiro menatap Yamato dengan tatapan tidak percaya, pemuda itu tak mengerti sejak kapan sahabatnya menjadi admin lambe turah.
"Oh maksudmu Clover-kun? Kami tetangga satu komplek"
"Jadi [Name]-san berada satu komplek dengan Vil-senpai dan Idia-senpai juga? Apa [Name]-san juga satu komplek dengan Childe?"
[Name] mengangguk, "Kami memang tetangga, tak jarang mereka mampir ke rumahku"
"Pantas [Name]-san termasuk anak populer, temannya bukan kaleng kaleng" kata Yamato sembari menghela napas.
Baru ingin membuka mulut untuk kembali bertanya namun semesta rupanya lebih dulu menjawab permohonan Jiro, bel sekolah pun berbunyi dengan paksa Jiro menyeret Yamato yang enggan meninggalkan [Name] yang terkekeh.
"Sampai jumpa [Lastname]-san"
"Sampai jumpa Yamada-san dan Akihara-san"
Setelah kepergiaan keduanya [Name] yang kesepian memilih membuka permen yang Childe berikan saat berpapasan dengannya di gerbang sekolah.
"Kesepian lagi?"
Sang puan mendongak, maniknya bersitatap manik sang adam yang berniat menenggelamkannya dalam angan.
Manik warm hazel itu mengajaknya menyelami lautan yang belum pernah dijamah siapapun, manik itu bersitatap dengan manik [Eyes color] yang berkilau dibawah sinar mentari.
"Oh Trey-kun, tidak kembali ke kelas?"
Pemuda itu menggelengkan kepalanya lalu dengan santai duduk disamping [Name].
"Aku ikut olimpiade bersamamu, dasar [Name]"
Saat tersadar [Name] terkekeh, "Maaf aku lupa, mana Riddle-kun dan Azul-kun?"
"Keduanya sudah menunggu di ruang sains, mungkin tengah berdebat masalah essay kemarin"
[Name] tertawa, "Mereka masih mempermasalahkan essay yang sudah kita serahkan ke Kujo-sensei? Benar benar aneh"
"Ini untukmu" Trey menyodorkan sekotak cheese cake ke arah [Name], gadis itu tersenyum manis lalu mulai memakan roti buatan sang adam.
"Kau tahu? Azul memberitahuku kau lebih cerah beberapa hari ini, senyummu juga lebih lebar dan tulus. Menemukan sesuatu yang bagus?" tanya Trey dengan lembut sembari mengelus surai [Name].
"Ya begitu, moodku lebih baik beberapa hari ini"
"Begitu, kalau kau kesepian kau bisa datang padaku atau yang lain. Kami telah menetap disisimu [Name], kami tak ingin hanya singgah dan meninggalkanmu"
Manik [Name] berembun, hatinya tercekat lalu dengan cepat ia membaringkan kepalanya diatas tumpukan tangannya.
"Terimakasih Trey-kun"
Trey dengan lembut mengelus surai puan yang telah ia anggap saudaranya sendiri, ia telah tumbuh bersama gadis yang berada disampingnya.
"Kita sudah pernah membicarakan ini bukan? Kalau kesepian kau tinggal mengetik beberapa kata lalu kami akan menemanimu, kau boleh bercerita juga tentang ibumu"
"Terimakasih banyak Trey-kun"
"Baiklah ayo hapus air matamu, Azul dan Riddle bisa memarahiku jika mereka tahu kau menangis"
Trey menghapus genangan sungai yang membasahi pipi sang puan, gadis itu sadar pemuda dihadapannya sudah seperti saudaranya sendiri.
Menopangnya, menjanjikan berbagai hal yang tak pernah ia pikirkan dan berada disana saat ia perlu bantuan.
"Ah kalian masih disini rupanya, ayo Jamil bisa mati kutu mengurus Kalim"
Sosok Riddle dan Azul yang muncul dari balik pintu, segera menghampiri keduanya.
"Ayo, Kalim bisa berlarian mencariku"
[Name] yang telah berdiri segera mengulas senyum mengajak ketiga pemuda untuk ikut bersamanya, ketiga dengan cepat mengikuti langkah sang puan lalu bercengkerama guna menghabiskan waktu dan mendekatkan diri.
'Bagaimana denganmu Jiro? Apakah kau berminat menetap atau hanya singgah sebentar di hidupku?'
.
.
.
.
*To be Continue*
-06: Singgah- : End
Publish : 09-04-22 (14.47)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top