-04: Tutor-
| happy reading |
.
.
.
.
"Cukup sampai disini materi kita hari ini. Untuk Yamada-san ikut saya ke ruang guru, ada yang ingin saya bicarakan"
Jiro hanya bisa menghela napas pasrah saat Ayaka-sensei selaku guru pelajaran Kimia dan Matematika memintanya ikut ke ruang guru.
Sepanjang perjalanan Jiro berulang kali merapalkan doa agar selamat dari amukan Ayaka-sensei.
Saat memasuki ruang guru Jiro melihat sosok [Name] yang tengah berbincang bincang dengan Trein-sensei selaku guru sejarah, gadis itu menoleh lalu menyapa Ayaka-sensei yang mengulas senyum manis.
Bukan hal yang aneh menemukan sosok [Name] berada di ruang guru dan berbincang bincang dengan guru yang sedang menunggu giliran mengajar, gadis itu kadang diminta membantu guru guru mengoreksi ujian ataupun pekerjaan rumah.
"Ternyata [Name]-chan ada disini, bagaimana kabarmu nak? Bagaimana tugas yang saya berikan? Kesulitan?"
Ayaka terus mengulas senyum sembari menyerahkan sekotak dorayaki, Jiro bisa merasakan favoritisim pada sosok [Name].
Gadis dengan surai [Hair Color] itu hanya mengulas senyum tipis, dengan sabar menjawab semua pertanyaan Ayaka yang tampak terlalu senang berjumpa dengan murid kesayangannya.
"Maaf menganggu perbincangan anda tapi apa yang ingin anda bicarakan dengan saya Sensei?"
Setelah tiga puluh menit menunggu dan terabaikan Jiro akhirnya memberanikan diri bertanya, Ayaka segera mengeluarkan file atas nama Jiro.
"Yamada-san aku ingin kau lebih tekun untuk pelajaranku, nilaimu yang pas pas-an bisa mengancammu tidak naik kelas dan kebetulan saya sudah menemukan tutor untukmu" ucap Ayaka dengan nada tenang.
"Dan tutor itu..." Jiro melirik [Name].
"Kau benar tutor itu [Name]-chan, mengingat kebaikan hatinya aku memintanya mengajarimu" Ayaka segera mengkode [Name] untuk mendekat, gadis itu dengan patuh mendekat lalu mengulas senyum.
"[Name]-chan aku mohon kerja samamu untuk mengajari Jiro"
"Baik sensei"
Jiro melirik [Name] yang tengah berpamitan dengan Ayaka, sosok [Name] yang telah keluar dari kantor pun mengulas senyum dan mengkode Jiro untuk mengikutinya menuju perpustakaan.
Keduanya berjalan beriringan menuju perpustakaan dengan keheningan yang menemani keduanya, sang puan sibuk dengan ponselnya sedangkan sang adam sibuk menatap lantai koridor.
"[Lastname]-san apa kau keberatan menjadi tutorku? Aku agak lambat dalam memahami" ujar Jiro dengan nada pelan, pemuda itu tak ingin [Name] menghabiskan waktunya untuk mengajarinya materi yang tak mungkin masuk ke otaknya.
"Aku tidak keberatan Yamada-san, aku senang bisa membantu. Oh kita sudah sampai"
[Name] mengetuk pintu perpustakaan yang tertutup dua kali, sebelum suara anggun memintanya masuk ke dalam.
"Good day Madam Clara" sapa [Name] pada sosok wanita paruh baya keturunan Eropa itu, Madam Clara mengulas senyum lalu dengan anggun meletakkan pena yang ia gunakan mencatat pengunjung perpustakaan.
"Good day my dearest, what do you need?"
Pertanyaan dengan bahasa Inggris membuat Jiro menoleh, ia kemudian melirik [Name] yang dengan santai duduk manis di sofa.
"I need math book madam, can I borrow the book?"
"Of course dear, here's your book. Remember to take care it"
[Name] yang menerima buku yang diulurkan Madam Clara mengangguk, "Thanks for your help Madam, I hope you have a great day"
"Okey dear, stay safe"
Jiro segera mengikuti [Name] keluar dari perpustakaan menuju ruang klub olimpiade sains, keduanya masuk dengan mulus tanpa ada yang menghalangi.
"Baik Yamada-san, kau bisa menulis materi apa saja yang tidak kau pahami dari buku matematika itu. Aku akan fokus pada apa yang tak kau pahami"
[Name] menyerahkan selembar kertas berukuran A4 kepada Jiro, pemuda itu dengan tenang mulai menulis sembari mengingat ingat materi yang ia lihat di buku cetak.
[Name] dengan santai menunggu Jiro selesai sembari bermain ponsel miliknya, dering ponsel membuat alis gadis itu merenggut saat melihat siapa yang menelpon.
"Yamada-san aku pamit sebentar" Jiro mendongak lalu mengangguk, [Name] berlari keluar ruangan kemudian berbelok menuju kamar mandi putri.
Merasa dirinya sudah aman ia memberanikan diri menerima telpon sang ibu.
"Moshi moshi Okaa-sama"
Suara derap langkah dan kesibukan terdengar dari speaker ponsel [Name], gadis bisa mengerti jika sang ibu tengah sibuk mengunjungi anak perusahaan di Prancis hanya bisa tersenyum maklum.
"Bonjour dear, bagaimana sekolahmu? Nilai aman? Aku tidak ingin satupun nilaimu dibawah 90. Belajarlah lebih rajin jangan seperti ayahmu yang menghilang entah kemana, ingat kaulah yang akan mewarisi perusahaan besar ini"
Senyum yang awalnya tersungging pun pergi tertiup angin, ekspresi penuh tekanan pun tampak di wajah cantik sang puan.
Hatinya dengan perih mengangguk walau ia tahu sang ibu tak akan melihat respon enggannya itu.
"Aku tahu Okaa-sama, nilaiku baik baik saja. Aku harap Okaa-sama tetap menjaga kesehatan selama di Prancis"
Deheman terdengar dari ponsel, tepat kalimat yang puan itu katakan selesai panggilan terputus secara sepihak dan [Name] tak bisa berkata kata lagi.
Setelah menenangkan emosi yang melonjak dalam hatinya ia segera kembali menemui Jiro, sosok pemuda yang kini tengah fokus pada bukunya.
Tampilan pemuda itu tampak magical dengan kaca yang membawa sinar mentari sore menyapa tubuhnya dan wajahnya yang serius membawa aura yang tak bisa gadis itu jelaskan.
"Yamada-san apa kau selesai?"
Jiro tersenyum lalu mengangguk, "Ayo kita mulai belajarnya [Lastname]-san"
[Name] segera duduk diseberang Jiro mulai menjelaskan tentang materi yang tak pemuda itu pahami, kadang sedikit lelucon gadis itu lontarkan agar mengurangi ketegangan sang adam.
Disisi lain Jiro juga menikmati proses belajarnya dengan [Name], perkataan Yamato ada benarnya [Name] memang pandai membawa orang lain fokus padanya.
Senyumnya yang terukir lembut saat Jiro salah menghitung, suaranya yang lembut dengan perlahan menuntunnya dan ketulusannya membantu membuat gadis itu bersinar dengan terang.
Jiro akhirnya mengerti apa yang membuat gadis itu begitu spesial di mata siapapun, gadis dihadapannya tak hanya cantik dan pintar namun auranya memikat siapapun untuk melirik ke arahnya.
Jiro teringat perbincangannya dengan [Name], gadis itu berkata ia bukan orang baik namun ia baik dengan caranya sendiri.
"Yamada-san?"
Jiro yang tersadar pun kembali memperhatikan [Name] yang masih menjelaskan materi padanya.
"Jika Yamada-san menemukan soal yang mirip seperti ini coba Yamada-san hitung pangkatnya baru ditambahkan"
Kegiatan belajar berlanjut dengan Jiro yang diajak memompa ilmu yang [Name] bagi, dengan paksa meminta otaknya menampung materi agar nilainya membaik.
Tanpa Jiro sadari diam diam fotonya yang sibuk menulis masuk dalam galeri sang puan, gadis itu menatap ponselnya lalu tersenyum.
'Tidak ada yang lebih magical daripada melihatnya berusaha memecahkan suatu permasalahan'
.
.
.
.
*To be continue*
-04: Tutor- : End
Publish : 08-04-22 (12.20)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top