-02: Rain and you-
| happy reading |
.
.
.
.
Sore itu tampak kelabu, awan hitam dan angin yang berhembus kencang tampak ingin mengingatkan sosok Jiro yang masih termenung di taman.
Hawa dingin membawa kembali jiwa Jiro yang tengah berkelana, pemuda itu menatap langit dengan tatapan malas. Pemuda tampak enggan meninggalkan zona nyamannya, namun apalah daya belum sempat Jiro berdiri hujan sudah lebih dulu menguyur tubuhnya.
Dengan cepat rintik hujan semakin lebat membuat Jiro mempercepat langkahnya menuju halte terdekat, pemuda itu hanya bisa melepas jas sekolah yang telah basah kuyub meninggalkan kemeja putih yang menunjukkan sosok Jiro yang cukup menawan.
Tak lupa tangannya menyisir rambutnya yang lepek karena hujan, saat tengah merapikan penampilannya matanya Jiro menemukan sosok [Name] yang berdiri diam ditengah guyuran hujan bersama payung merah.
Gadis itu tampak terdiam menatap sungai dari atas jembatan, suasana disekitarnya tampak menyedihkan dan kelabu membuat Jiro bertanya tanya.
Tak lama [Name] mulai menegadahkan tangannya, membiarkan tetesan air dari payung membasahi telapak tangannya. Tak lama senandung kecil tanpa makna terdengar, bersamaan dengan tetesan hujan [Name] terus bersenandung.
Jika bukan karena suasana yang kelabu Jiro mungkin berpikir [Name] sudah kehilangan akalnya dengan membiarkan dirinya basah karena hujan padahal ia bisa berteduh di halte bus.
[Name] kemudian menoleh, menatap Jiro yang tengah memperhatikannya dari halte bus. [Name] bergerak mendekat, membiarkan kaki yang tanpa pelindung berjalan menapaki jalan.
"Apa yang kau lakukan disini Yamada-san? Bukankah sekolah sudah selesai dua jam yang lalu?" tanya [Name] saat menyadari Jiro masih mengenakan seragam sekolah.
"Lalu bagaimana denganmu [Lastname]-san? Apa yang kau lakukan dengan berdiri ditengah hujan?"
[Name] menatap langit kelabu lalu tersenyum, namun Jiro sadar senyum yang [Name] tunjukkan adalah senyum pedih.
"Hari ini adalah hari dimana kakakku pergi karena kecelakaan, setiap hari ini tiba hujan selalu turun dan aku akan berjalan jalan ditengah hujan untuk mencari kenangan bersama kakakku"
Jiro tercekat tak berharap jika hal sederhana yang aneh itu merupakan sebuah kebiasaan kecil yang terus ia lakukan demi sebuah memori.
"Maaf mungkin ini aneh, tapi aku tak pernah membenci hujan hanya saja, lihat betapa banyak kesedihan yang turun bersama hujan"
Jiro membiarkan [Name] terus mengoceh, membiarkan gadis itu menumpahkan segala kegundahannya bersama hujan. Pemuda itu lupa jika tubuhnya basah kuyup hingga hawa dingin menerpanya membuatnya mengigil kedinginan.
"Mau aku antar pulang?" tanya [Name] saat sadar tubuh Jiro basah kuyub.
"Tidak perlu [Lastname], aku akan menunggu hujan reda"
"Kalau kau ingin berakhir demam tetaplah disitu lagipula besok kau ada ujian matematika, berniat membolos dengan gaya?"
Jiro mati kutu, pemuda itu segera mengambil alih payung [Name] dan menggiring gadis itu ke rumahnya.
Selama perjalanan sosok [Name] berulang kali bermain dengan genangan air di jalan seakan tak merasakan dinginnya udara saat itu.
Namun Jiro berpikir hujan dan [Name] bukanlah perpaduan yang aneh, baginya hujan adalah bagian dari memori [Name].
[Name] yang dingin namun tenang kadang membuat Jiro tak bisa mengalihkan pandangannya, kadang eksistensinya membawa manik itu untuk melirik untuk sekedar menemukan sosoknya ditengah kerumunan orang.
Jika kau bertanya pada Jiro seperti apakah [Name], pemuda itu akan menjawab sosok [Name] seperti hujan. Dia dingin namun tenang, ia membawa jutaan emosi yang hanya bisa kau lihat melalui kilatan matanya.
"Ada apa Yamada-san?" tanya [Name] saat merasa Jiro terus menatapnya, Jiro hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya tak ingin bibirnya yang tak bisa direm mengatakan apa yang ia pikirkan.
Tak lama keduanya sampai di rumah Yamada bersaudara, [Name] melirik Jiro yang masih termenung disampingnya.
"Tidak berniat masuk Yamada-san?"
Jiro yang tersadar pun hanya mengulas senyum, "Terimakasih [Lastname], mau mampir?"
[Name] menggelengkan kepalanya, "Lain kali saja, aku masih ingin mengunjungi makam kedua kakakku. Sampai jumpa besok Yamada-san"
Setelah berpamitan [Name] segera berbalik meninggalkan Jiro yang masih menatap punggungnya, walau sosok [Name] tak lagi terlihat pemuda itu masih setia menunggu hingga Ichiro yang kembali dari pekerjaannya mengajaknya masuk kedalam.
Entah kenapa setiap kali Jiro bertemu [Name] pemuda itu selalu merasa ingin menjelajahi dunia milik [Name] yang membuatnya tertarik.
"Oy Jiro, kau dengar tidak?" sungut Saburo yang kesal karena diabaikan.
"Ada apa Saburo?" tanya Ichiro yang baru selesai membuat makan malam.
"Jiro berperilaku aneh, ia bahkan tidak mendengarkanku berbicara" keluh Saburo dengan nada kesal, ia merasa telah menyia nyiakan ludahnya untuk hal yang tidak berguna.
"Jiro kau tidak demam kan?
"Aku tidak papa Ichi-nii, aku hanya sedang memikirkan sesuatu"
"Akhirnya kau menggunakan otakmu Jiro, memang hal bodoh apa lagi yang kau pikirkan?"
Jiro mendengus kesal, "Bukan apa apa, Ichi-nii aku lapar"
"Baiklah ayo makan"
Jiro berlari ke meja makan sedangkan Saburo masih menatap Jiro dengan tatapan menyelidik, pemuda itu masih penasaran dengan apa yang Jiro pikirkan.
'Aku akan mencari tahunya sendiri'
.
.
.
.
*To be continue*
-02: Rain and you- : End
Publish : 27-10-21 (16:36)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top