12 - All Eyes on Me

"The most perfect woman I have ever seen." Naren menangkup pipiku, menatap wajahku lekat dengan mata berbinar dan senyum paling manis yang lelaki itu punya.

"Aku gugup," kataku jujur.

Naren mengusap-usap bahuku. "Breath in ... breath out .... Nggak ada yang perlu kamu takutin. Kamu bakal baik-baik aja. Aku ada di kafe sebelah dan siap jemput kamu kapan aja."

Aku terkekeh kecil. "Kamu nggak usah nungguin aku. Pulang aja."

"Nggak. Biar sekalian. Soalnya aku punya kejutan buat kamu habis ini."

Aku memeluk Naren dan menyandarkan wajahku di dadanya. Menghirup dalam-dalam aroma campuran sabun dan parfum yang lelaki itu pakai.  Rasanya menenangkan. Lelaki ini seperti zona amanku. Saat aku merasa takut, bimbang, tak yakin, dia selalu bisa membuatku kembali percaya diri.

"Ayo, semangat Penulis Sahira Moelya Permadi," katanya tersenyum lebar. "Eh, tapi lebih bagus kalau namanya ganti Sahira Moelya Pradyanto." Aku mencebikkan bibir, tapi tak menampik pendapatnya.

Setelah melewati proses panjang, akhirnya secara resmi Double Trouble dikenalkan ke publik. Posternya pun sudah rilis. Jadwal tayangnya sudah tersedia. Sejauh ini, reaksi dari publik sangat bagus. Mereka memprediksi Double Trouble akan meledak karena melihat orang-orang yang terlibat dalam serial ini. Ada Devan, Mbak Raina, Krystal, dan Kevin. Hanya saja mereka belum tahu siapa penulis skenarionya. Akankah reaksi mereka tetap sama? Atau langsung memandang dengan sebelah mata.

Malam ini adalah titik puncaknya. Aku akan menunjukkan diri di acara konferensi pers Double Trouble. Aku tidak akan sembunyi dibalik kata anonim lagi. Be ready Sahira, it is show time! Let's show the world how stunning you are tonight.

***

Kilat blitz kamera menyala tiada henti. Mungkin, banyak orang yang tidak nyaman dengan situasi ini. Tapi, aku merindukannya. Aku rindu ada di atas panggung. Aku rindu saat seluruh atensi tertuju padaku. Aku rindu melihat ekspresi para wartawan yang selalu berdecak kagum ketika melihatku. Dan, malam ini kudapatkan semuanya.

Aku bisa melihat mata mereka membulat, bahkan banyak dari mereka yang menghentikan kegiatan memotret untuk menatapku lebih lama. Mungkin ingin memastikan, apakah yang mereka lihat hanya kamuflase semata. Rasa gugup yang melandaku tadi, lenyap begitu saja.

"Selamat malam semuanya. Akhirnya, yang ditunggu-tunggu ... yang tiap malam trending di Twitter. Pada nggak sabar lihat akting Krystal, Kevin, Bram, Alana, tentu saja Pakde Hasan, dan aktor-aktor lainnya yang berhalangan hadir hari ini," kata Rafael membuka acara. "Acara pada hari ini akan diisi sambutan dari Bang Devan, selaku sutradara, Mbak Sahira yang mengejutkan kita semua, sebagai penulis skenario. Selanjutnya ada sesi tanya jawab untuk para aktor dan kru yang datang."

Devan menjelaskan apa keunikan serial ini dengan semangat. Dia lalu memujiku karena menulis cerita bagus seperti ini, padahal ini adalah karya pertamaku. Lelaki itu selalu berlebihan, membuatku merona.

"Ini kejutan yang ditunggu-tunggu," tutur Rafael setelah Devan selesai bicara. "Dari kemarin, identitas penulis skenarionya tidak dirilis. Di beberapa kesempatan, interview dengan media, Devan juga menegaskan kalau bukan dia yang menulis naskah. Sekarang akhirnya terkuak, siapa penulis skenario Double Trouble. Sahira Moelya Permadi, our queen finally comeback!"

Aku menganggukkan kepala dan tersenyum lebar. "Halo semuanya, semoga nggak lupa sama aku, Sahira Moelya Permadi. Setelah empat tahun hiatus dari dunia seni peran, aku kembali bukan sebagai aktris, tapi penulis skenario."

"Gimana rasanya pas tahu kalau naskah Mbak bisa diproses, disutradarai sama Devan? Tadi kan udah diceritain Devan kalau proyek ini terjadi karena kalian nggak sengaja ketemu di Newark."

"Awalnya nggak percaya. Aku tanya terus ke Devan, apa dia yakin pakai naskah aku. Serius? Ini cuma cerita yang aku tulis karena merasa bosan di rumah. Selama empat tahun terakhir aku memang nggak tinggal di Indonesia dan lepas dari dunia layar lebar. Itu bikin aku kangen dan untuk mengobati rasa kangenku aku nulis naskah ini," jelasku. "Dan dia pun bantu aku buat nulis skenario cerita ini, dia ajarin aku cara nulis naskah film yang benar."

"Kira-kira nih, setelah proyek Double Trouble, ada rencana untuk terjun jadi aktris lagi nggak? Atau mau lanjut fokus di profesi baru sebagai penulis skenario?" tanya Rafael.

"Kita lihat saja nanti," jawabku menyeringai.

***

[BREAKING NEWS: Setelah 4 Tahun Menghilang, Sahira Moelya Permadi Kembali Jadi Penulis Skenario.]

[BREAKING NEWS: Gabung PR Entertainment, Sahira Moelya Siap Kembali ke Dunia Hiburan?]

[BREAKING NEWS: Empat Tahun Berlalu, Kecantikan Sahira Moelya Permadi Tak Lekang Oleh Waktu.]

[BREAKING NEWS: Tanda Tangani Kontrak Eksklusif Bersama PR Entertainment, Karena Sang Kekasih Anthonio Kava?]

Tak butuh waktu lama namaku melejit jadi trending Twitter, setelah acara konferensi pers. Portal-portal berita juga langsung menerbitkan artikel tentang kemunculan diriku. Fotoku beredar di berbagai platform media sosial. Bagus sih, tapi dampaknya skandalku empat tahun silam, kembali mencuat. Sudah resiko, nggak apa-apa.

Banyak yang memujiku karena semakin cantik, tapi tak sedikit juga yang meluncurkan komentar nyinyir kenapa aku harus kembali ke dunia hiburan Indonesia. Kata mereka, sudah banyak selebriti bertalenta di sini, jadi tidak butuh aktris penuh skandal seperti aku.

"Komentar IG-mu udah seratus ribu pas," kata Naren yang berbaring miring, dengan tangan menyangga kepala.

Wow! Aku nggak menyangka aku akan dapat perhatian sebesar ini. Harusnya, kalau mereka sudah tidak peduli padaku? Mereka mengabaikanku. Tapi, buktinya? Dalam dua hari, aku dapat followers sebanyak dua juta di Instagram. Unggahan perdanaku, mendapat seratus ribu komentar. Jangan tanya berapa jumlah penyukanya. Satu koma dua juta. Gila, 'kan?

"Aku masih terkenal ternyata. Kukira udah nggak laku." Aku bergabung dengan Naren, berbaring di sampingnya.

Dia mendengkus. "Kamu udah mulai tenar lagi, jadi susah nanti kalau mau pacaran keluar."

"Alah, dulu juga dua tahun bisa, 'kan?" Aku menoyor keningnya, membuat kepala lelaki itu jatuh ke atas bantal. "Hawaii, Maldives, London, Osaka, terus mana lagi?"

"Ya, itu kan ke luar negeri, kita jadi bebas."

"Btw, kita kan udah pernah ke Maldives, nanti kalau honeymoon, ke mana dong?"

Giliran Naren yang menjitak kepalaku. "Nggak usah jauh-jauh mikirin bulan madu, kita mau go public kapan? Kamu siap ketemu Papa Mama kapan? Aku ketemu sama Ibu kamu kapan? Mikir jadwal buat agenda itu dulu."

Gara-gara perkataan Naren barusan, aku jadi galau. Gimana reaksi orangtua lelaki itu nanti kalau ketemu aku? Terus, apa kata Oma Naren nanti? Aksi gila apa yang akan dilakukan Krystal, kalau tahu pacar khayalannya, kucuri? Aduh ... kepalaku tiba-tiba pening begini.

Aku mengerjap ketika Naren mengusap kerutan di antara kedua mataku. "Jangan dipikirin, pelan-pelan aja. Aku mau bilang ke keluarga dulu, kalau aku udah punya calon istri. Nanti, baru tendang Krystal dari hidup aku."

"Aku takut sama mama kamu. Dia pasti benci banget ya, sama aku?" balasku khawatir. "Oma kamu juga, pasti misuh-misuh itu lihat aku balikan sama kamu."

Naren tergelak. "Hebat lah kamu kalau bisa bikin Oma misuh-misuh."

"Aku serius, Ren."

"Aku juga serius," Naren membelai pipiku. "Aku selalu serius sama kamu, Rara. Kita hadapi sama-sama. Kamu nggak pernah sendiri. Asal kamu janji nggak ngilang tiba-tiba. Pasti, aku nggak akan tinggalin kamu."

Aku tersenyum sendu. "Maaf, ya ... dulu aku lemah banget, bego banget, sampai ninggalin kamu tanpa ngomong. Padahal kalau aku ngomong dan kita pura-pura putus di depan Oma sementara pun, bisa."

"Baru sadar kan, sebego apa kamu?" Naren menyeringai.

"Iya, tapi lebih bego mana orang yang masih bucin sama orang bego?" Aku menjulurkan lidah, meledeknya.

"Udah ah, males!" Lelaki itu menepuk-nepuk perutnya. "Aku laper, bikinin mi goreng, dong!"

"Mi goreng? Kamu ngejek aku, ya? Aku bisa masak lebih dari mi goreng. Emangnya itu si seleb yang masih viral?"

"Seleb siapa, sih? Aku nggak ngikutin gosip, kecuali kamu sama Kava aja."

"Ada daging, udang, ayam, dan kamu pilih mi goreng?" Aku bangkit dari posisi tidurku, duduk bersila menatap Naren tajam.

"Kok kamu aneh, sih Yang? Apa salahnya kalau aku penginnya itu?"

Aku menggigit bibir bawahku. "Y-ya, nggak salah, sih."

Aku kira tadi Naren ngeledek aku, gara-gara berita viral yang nggak bermutu itu. Ada seleb, yang nggak bisa masak mie instant goreng. Padahal, menurutku bikin mi itu, belum masuk kategori masak. Ya, karena tinggal masuk-masukkin bahan aja, nggak perlu bikin bumbu. Anak SD aja bisa. Kava loh, yang tajirnya tujuh turunan aja, ahli bikin mi rebus, dikasih telur, irisan bawang merah, cabai, sama kornet. Dia ngerti masak-masak begituan.

"Maaf, Yang ... aku kira kamu itu tadi bercanda." Aku menangkup pipi Naren, dan mengecup bibirnya. "Mau dikasih telur?"

"Nggak jadi, lah."

"Loh? Kenapa?"

Naren menarik pinggangku, membuatku jatuh di atas tubuhnya. "Aku mau makan kamu aja." Tanpa basa-basi, dia langsung melumat bibirku, tak lupa tangannya meremas pantatku.

Aku melepaskan ciuman kami setelah beberapa saat. "B-beneran?"

"Iya, jangan cerewet ah, kamu." Dia mengubah posisi kami, aku jadi terlentang di kasur. Lelaki itu lalu melepas kausnya. "Mau lepas baju sendiri, apa aku lepasin?" tanyanya setelah melempar kaus ke sembarang arah.

***

Setelah kemunculanku yang menggemparkan seminggu lalu, aku langsung banjir tawaran berbagai proyek. Elok, manajerku, memberikan daftar tawaran kerja yang masuk. Di PR Entertainment, aku punya tim sendiri. Ada staf public relation yang menghubungkan aku dengan dunia luar, alias kalau mau menawariku kerja harus lewat dia, kecuali kalau kita memang dekat. Ada sekretaris, dua manajer, driver, dan bodyguard.

Hm ... cukup menarik. Ada iklan, talk show, konten You Tube dari Mas Dedi Combo, Youtuber paling terkenal di Indonesia, sampai pertemuan dengan para sutradara. Para sutradara ini mau menawariku sebagai aktris atau penulis skenario, ya?

"Enaknya gue ambil yang mana, nih?"

"Ambil semuanya aja. Iklan satu, film satu, talk show satu, konten YouTube satu." Bukan Mbak Elok yang jawab, tapi Benita.

Jangan tanya kenapa dia ikut ke kantor denganku? Aku juga bingung.

"Eh, tapi bener kata Benita, ambil semua aja," Elok menimpali. "Apalagi itu iklannya, dari brand besar, loh. Nggak nanggung-nanggung."

"Itu yang iklan sabun cuci, tolak aja, Ra. Gue geli bayangin lo disuruh akting ngucek-ngucek sambil senyum-senyum, terus lari-larian jemur baju."

"Ambil iklan lipstik, oke juga, ya? Oh, sama iklan susu juga, nih." Bayangkan, orang-orang yang nggak suka aku, lihat aku muncul di televisi tiap hari.

Benita mengacungkan jempol. "Siapa tahu lo nanti diangkat jadi brand ambassador-nya."

Aku mengangguk-angguk. "Kontrak yang lo rekomendasiin ke gue apa lagi, El?"

"Ada beberapa tawaran film, salah satunya dari Mbak Clarine."

Aku dan Benita saling berpandangan, lalu tertawa. "Lah? Kok Clarine nggak langsung ngomong aja?" tanyaku heran.

"Terus, gimana? Mau di-ACC?"

"Nanti gue baca-baca proposalnya dulu," jawabku. "Ada lagi?"

"Ada ini tawaran jadi guest buat video di channel YouTube, Dedi Combo. Isi channel-nya talk show sama bintang tamu yang jadi hot gossip."

"Jangan," tukas Benita cepat.

"Kok jangan?" Menurutku ini kesempatan yang bagus, untuk mem-branding image baruku.

"Lo bikin channel YouTube sendiri. Biar nggak ada kesalahan dari orang lain. Nanti gue bantuin deh."

"Gue takut channel-nya nggak keurus. Gue kan nggak mau fokus ke dunia YouTube."

"Bilang aja sama Naren. Biar agensi yang urus, yang mikir konten."

Senyum cerah langsung terbit di bibirku. "Ide bagus, tuh!" Kalau aku bisa lakuin sendiri, kenapa harus lewat orang lain? Ada benarnya juga Benita ikut ke kantor.

"Tuh kan, lo masih butuh jasa gue." Benita menepuk dadanya. "El, lo nggak usah merasa tersaingi, ya ... yang dibayar tetap lo kok."

Aku menepuk bahu Elok. "Makasih ya, El. Gue mau nemuin bos lo dulu." Wanita itu nggak kaget ketika aku mengutarakan niat untuk bertemu Naren langsung. Sepertinya banyak orang yang tahu kalau aku, Benita, memang dekat dengan Naren, seperti Clarine, Kava, dan Rezky.

"Langsung ke Naren?" Benita ikut bangkit ketika aku beranjak dari kursi, sambil menenteng clutch keluaran Dior di tanganku.

"Yup. Masih banyak yang harus gue kerjain untuk jadi The New Sahira."

TBC
***

Ternaren-naren?

Haha....

Pengen punya sirkel kayak geng sahira ya bestiee

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top