02 - Not So Sweet Home
"Do you like it?"
Senyumku mengembang sempurna sambil memperhatikan setiap detail apartemen baruku. Aku berjalan menyusuri dinding ruang tamu, yang dipasangi berbagai lukisan. Aku lalu menjatuhkan tubuh di sofa krem empuk yang menghadap jendela.
"Bagus banget ini, Ta ... lo dapet desainer dari mana?"
Wanita bernama Benita itu membusungkan dadanya. "Gue gitu loh, kenalannya pasti cucok-cucok."
"Pokoknya makasih banget. Jadi, mulai malem ini gue bakal move out dari apartemen lo," tukasku.
Benita mengembungkan pipi, ujung bibirnya melengkung ke bawah. "Gue sedih nih, nggak ada temen gibah sama nonton film malem-malem."
"Alay banget sih, lo! Biasanya juga gue nonton sendiri, terus lo keenakan molor." Aku mencebik.
Wanita itu cengengesan. "Oke, Sahira ... gue kan cuma mau pura-pura so sweet, biar kayak sahabat di novel-novel."
Aku mendengkus. Gini nih, kalau hidup selalu penuh pencitraan.
"Oke, real talk now ... how do you feel right now? Lo balik ke Jakarta, bought a new apartement, get a new job, dan kembali berkecimpung di dunia yang udah lama lo tinggalkan."
"Very excited and little worried about several things," kataku jujur, tidak ada yang perlu ditutupi dari Benita.
"It's okay, Sweety ... what do you feel rigth now, it's normal. Are you happy, like are you sure this is what you want?"
Aku mengangguk mantap. "Empat tahun menghilang, ngelakuin banyak hal biar otak gue berhenti mikirin Jakarta, blitz kamera, teriakan sutradara itu nggak mudah. I guess, this is where I want to be. Selama di Newark, gue merasa gue bukan Sahira yang gue kenal, Ta. Gue asing sama diri gue sendiri."
"Hell, yeah!" Benita mengangkat kepalan tangannya ke udara. "Ladies and gentleman, prepare yourself because your queen is finally comeback! Hail to the Queen Sahira!"
Aku terbahak di tempat duduk
Temanku ini memang ratu drama. Well, aku kurang beruntung apa lagi coba, punya sahabat yang rela menggila karena diri kita? Tapi, aku yakin senyum lebar Benita akan lenyap saat tahu di mana aku akan bekerja.
"Ta, hold your horse, please," ujarku sambil meneguk air mineral, "gue punya satu informasi penting lagi buat lo."
"Okay, spill it .... " Benita bersedekap.
"PH yang nangani serial gue sama Devan namanya RR Production. Lo pernah denger nama itu?" Benita menggeleng. "RR Production dibentuk sama CEO Pradyanto Revolution Entertainment. Ring a bell to you?"
"Holy shit! Do you mean you will work under Naren?" Matanya membelalak lebar. "Wait, lo kan selalu di bawah Naren."
Aku mendelik ke arah sahabatku itu, bisa-bisanya Benita sempat bercanda. "Yup. Hampir aja gue nolak tawaran Devan, pas tahu PH itu punya Naren. Gue belum siap ketemu dia, jujur aja."
"Tapi, lo nggak berubah pikiran kan, Ra? Lo ambil job itu, 'kan?" tanya Benita memastikan, wajahnya terlihat sedikit panik.
"Ya, gue ambil."
"Apa yang lo takutin kalau ketemu Naren?" Mulai detik ini, mode detektif Benita muncul.
"Gue nggak siap, karena gue tahu udah bikin kesalahan besar empat tahun lalu, Ta! Gue pergi ninggalin dia. Paling nggak, kalau gue sama Naren ketemu nanti, gue harus minta maaf, 'kan? Dan, kalau dia nggak maafin gue? It'll be awkward."
"Yakin, cuma soal itu?" Satu alisnya terangkat.
Aku mengedikkan bahu. Pura-pura tak mengerti maksud wania itu. "Iya, memangnya apa lagi?"
"Bukan karena lo takut kalau Naren udah move on dan udah punya pacar baru?"
"Y-ya, baguslah kalau dia udah move on, 'kan?" Sialan! Kenapa tiba-tiba aku tergagap?
"Ya memang bagus, kalau lo juga udah move on."
"Gue udah move on!" tegasku mencebikkan bibir. Aku mengatakan ini, bukan untuk membohongi Benita. Tapi, untuk meyakinkan diriku sendiri.
"Ehm ... tapi, cincin couple sama Naren, masih dipakai terus, ya?" sindirnya. Mata wanita itu terarah ke leherku, yang menjadikan cincin pasangan dengan Naren gantungan kalung.
Aku terbatuk lalu memasukkan kalungku ke dalam baju. "B-bagus aja desainnya. Gue suka."
Benita terbahak kencang. "Ngibul mulu! Kadang lucu banget sih, tingkah orang gagal move on itu."
Aku melemparkan bantal sofa ke wanita itu dan tepat mengenai wajah Benita, membuatku dihadiahi lirikan tajam. "Solusi lo apa? Gue memang belum move on dari Naren! Puas lo?!"
"Lo inget, apa yang gue omongin sebelum kita balik ke Jakarta?" Aku menghela napas panjang, sebelum mengangguk. "Say it."
Aku menggigit bibir bawah. "Gue balik ke Jakarta, karena gue punya mimpi dan gue nggak akan biarin orang lain hancurin mimpi gue."
"Terus?"
"Gue harus jadi orang yang bodo amatan sama komentar orang lain. Gue nggak akan diem, kalau ada orang lain yang injek-injek gue. Gue bakal dapet, apa yang gue mau."
Sebelum pulang ke Indonesia, Benita memaksaku untuk merapalkan mantra barusan. Dia tidak mau, aku jadi terlalu baik dan membuat orang lain memperlakukan aku seenaknya. Dia nggak mau aku jadi orang yang tidak berani menolak permintaan orang lain, orang yang pasrah kalau diinjek-injek keadaan. Kata dia, perjuanganku kali ini akan keras. Jadi, aku harus keras kalau mau bertahan hidup. Dia nggak mau, aku diperlakukan seperti empat tahun silam.
"Lo bakal dapet apa yang lo mau, termasuk Naren," pungkas Benita.
"Tapi—"
"Nggak ada tapi-tapian. Kalau lo masih cinta Naren, ya lo harus berjuang buat dapetin dia."
"Termasuk kalau dia udah punya pacar?" Satu alisku terangkat.
Benita mengedikkan bahu. "Gue nggak yakin Naren punya pacar baru, but yeah, termasuk kalau dia punya pacar."
"Image gue jadi tambah hancur dong, Ta! Rebut pacar orang!" protesku. Kadang ambisi Benita ini sedikit menakutkan.
"Kalau lo udah ikhlas Naren move on, lo nggak usah kejar dia. Sekarang, yang penting lo nemuin dia dulu, terus jelasin kenapa lo ninggalin dia empat tahun lalu. Ya, 'kan?"
***
Narendra Pradyanto, lelaki yang wajahnya selalu muncul saat aku menutup mata. Empat tahun, menyembunyikan diri di Newark, sengaja tidak cari tahu soal kabar di Tanah Air, tidak membuatku bisa melupakan segala hal yang terjadi di sini, termasuk lelaki itu. Aku ingat betul, pesan terakhir Naren, sebelum aku mengganti nomor ponsel. Aku bakal nunggu kamu pulang, nggak peduli seberapa lama kamu pergi, Rara.
Sejujurnya, pesan itu jadi penguatku selama di sana. Pesan itu yang membuat aku yakin, jika suatu saat aku kembali, Naren akan berdiri dengan tangan terbuka siap menyambutku. Akan tetapi, semua manusia memiliki batas. Batas bersabar, batas menunggu, dan batas mencintai. Bagaimana jika batas lelaki itu untuk menungguku sudah berakhir? Empat tahun, tidaklah sebentar. Aku tahu itu.
Dalam hati, meskipun aku sudah mempersiapkan hal terburuk terjadi— misal Naren menikah dengan orang lain— hatiku akan tetap hancur berkeping-keping. Aku sadar, yang aku lakukan jauh dari kata adil. Setelah mematahkan hati Naren, aku masih berharap lelaki itu mau menerimaku kembali. Menyedihkan dan tidak tahu malu, bukan?
Mengambil napas panjang, aku mengetikkan nama pria yang masih terus aku impikan, ke dalam kolom pencarian web browser. Aku menutup mata, tidak siap untuk melihat hasil yang terpampang di sana. Napasku tersengal, ketika melihat judul artikel yang muncul paling atas. Mimpi burukku menjadi nyata. Aku menggigit bibir, menahan suara isakan keluar.
Krystal Hayes Konfirmasi Tengah Berkencan dengan Narendra Pradyanto CEO PR Entertainment!
Aktris Krystal Hayes, sudah lama digosipkan berpacaran dengan CEO tampan tersebut. Namun, kedua pihak tidak pernah menanggapi rumor yang beredar. Bukti keduanya menjalin hubungan, dikarenakan beberapa minggu lalu, Krystal dan Naren, kedapatan berlibur di Negeri Bunga Sakura.
Sebelumnya, netizen juga sudah mencurigai kedekatan mereka, dari foto-foto kebersamaan Krystal-Naren yang disebarkan Magdalena dan Arun Mawar, rekan sesama aktris serta sahabat Krystal.
Setelah cukup lama menanti kabar gembira dari pemain film, 'Behind the Close Door', yang melejitkan namanya tahun lalu, dara kelahiran 1997 itu, mengkonfirmasi hubungannya di depan awak media kemarin di acara pembukaan Dior Pop Store.
"Sebenarnya gue sama Naren nggak mau umbar-umbar berita ini. Tapi, ya udah lah, dikasih tahu aja, biar kita dapat doa baik dari temen-temen. We'll stay in privat tho. Kita nggak bakal sering share foto-foto mesra di sosmed, soalnya Naren nggak suka aja, hubungan kami jadi makanan publik."
Pernyataan putri dari Haryanto Hayes, pemilik SBC TV itu, tentu membuat banyak netizen ikut senang karena menganggap pasangan beda usia sepuluh tahun itu, terlihat manis. Selamat ya, Krystal dan Naren! Semoga langgeng!
Bukannya berhenti, aku malah mencari tahu siapa sosok pengganti diriku di hidup Naren. Naren? Kamu pacaran sama bocah dua puluh tahunan? Astaga! Tiba-tiba aku ingat perkataan Devan soal SBC TV dan PR Entertainment yang menjalin kerja sama. Oh, dan dramaku bakal tayang di stasiun teve milik pacar Naren? Lelucon apa lagi ini, Tuhan?
To: Benita
Ta, Naren udah punya pacar. Namanya Krystal, aktris, anak yang punya SBC TV.
From: Benita
Oke. Nggak usah takut. Mulai besok gue jadi manajer lo. Biar lo nggak lemah.
To: Benita
Lah? Butik lo gimana?
From: Benita
Gampang lah. Sampai lo punya manajer bener, gue yang jadi manajer lo.
Aku mengembuskan napas, aku yakin Benita punya segudang rencana yang mungkin terlalu ekstrem untuk diriku. Kalau memang Naren sudah bahagia dengan hidupnya saat ini, aku akan berusaha ikut bahagia, walau sulit. Lelaki itu pantas mendapatkan yang terbaik. Lagi pula, aku cukup tahu diri, mengharapkan Naren menginginkanku kembali itu hal mustahil, setelah apa yang aku lakukan empat tahun lalu. Namun, aku harus mendengar bagaimana perasaan lelaki itu dari telingaku sendiri. Akan sangat melegakan jika Naren mau memaafkanku.
Aku mengusap-usap cincin pasangan yang terkait dengan kalung. "Apa pun yang kamu lakukan, jalan apa pun yang kamu pilih, I'll always love you, Naren."
TBC
***
Part 2 meluncur, nih.... ❤❤❤
Kalo ga besok, sabtu bakal update ya❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top