Bab Sepuluh
Kamis
Joy menepati janjinya lagi. Ia tidak hadir hari ini. Rama pun menjadi pemimpin di Pertemuan Kamis. Memang awalnya sedikit gugup karena harus menyapa dan mengawali pertemuan dengan sopan. Tetapi, lama-kelamaan Rama menikmati pekerjaannya.
Pantas saja Joy tidak pernah bosan di acara seperti ini. Tidak buruk juga menjadi pemimpin di sini, batin Rama.
Jauh dari harapan, ternyata laporan dari para murid sama dengan yang dulu-dulu. Banyak pengulangan kejadian di sana.
Rick yang berkedudukan sebagai sekretaris OSIS itu hanya sibuk mencatat di balik layar. Tidak ada yang menarik dari pertemuan ini. Para murid juga banyak yang mengantuk, bahkan tertidur.
Guru? Ah, di mana mereka?
***
"Kita tidak boleh membahas legenda sekolah di sini. Tetapi membahas Joy tidak apa-apa kan?" tanya Rama.
Beberapa anggota OSIS, beserta Dea sedang berada di La'Cafe sepulang sekolah. Mereka mengadakan pertemuan kecil-kecilan.
"Kurasa tidak masalah. Joy bukan bagian dari legenda," jawab Kate.
"Jadi, ayo kita bahas pelan-pelan tentang Joy," ucap Rick.
"Kemarin ia bilang kalo keluarganya memiliki banyak hutang. Apa kalian pernah mendengarnya?" Rama menopang dagu dengan tangannya.
"Yakin? Perasaan si Joy gak pernah nunggak uang sekolah loh. Masa bisa bayar iuran tapi gak bisa bayar hutang?" tanya Kate.
"Lu tau dari mana? Kalian kan gak sekelas." Rick menatap Kate.
"Gue sering ke kelasnya. Lagipula daftar tunggakan itu ditempel di depan pintu kelas," jawab Kate.
"Uang sekolah kita mahal sekali. Tapi kenapa Kak Joy bisa melunasinya?" Dea angkat bicara.
"Bukankah saat kelas sepuluh, dia sangat pintar? Tetapi saat mulai kelas sebelas sampai sekarang, nilainya makin menurun," ucap Kate.
"Pintar saat kelas sepuluh? Tahun berapa itu?" tanya Rick.
"Dua ribu lima bel..." Kate menggantungkan perkataannya. Beberapa saat kemudian matanya membulat. "Tunggu sebentar!"
Mereka semua melihat ke arah Kate dengan penasaran. Kemudian, Rick memasang ekspresi yang sama dengan Kate.
"Dua ribu lima belas adalah tahun di saat sekolah kita membuka beasiswa kan?" tanya Rick memastikan.
Kate mengangguk. "Apa dia penerima beasiswa itu? Dia tidak pernah bicara apapun tentang beasiswa kan?"
Rick dan Rama menggeleng. Sedangkan Dea hanya diam karena tidak terlalu kenal dengan Joy.
"Aku baru tau sekolah kita ada beasiswa," ucap Dea.
"Dua ribu lima belas itu pertama kalinya diadakan beasiswa," jawab Rama. "Sepertinya Joy yang mendapatkannya."
"Gue inget pas masih kelas sepuluh. Joy selalu menerima piala. Mulai dari juara kelas, paralel, dan olimpiade. Sejak jadi ketua OSIS, nilainya pecah," jelas Kate.
"Jadi? Apa ini semua ada hubungannya?" tanya Rick.
"Joy, beasiswa, daftar legenda, penurunan nilainya, ketua OSIS, komputer, CCTV," gumam Rama. "Lonceng?"
Mereka berempat mencatat hasil pembicaraan mereka di catatan masing-masing. Mungkin catatan itu akan berguna—tidak ada yang tahu.
"Gue yakin. Sopan santunnya hanya dipakai sebagai kedok belaka," ucap Kate. "Jujur, pertama kali gue liat Joy, dia bener-bener kayak cewek alim."
"Sama. Aku mengira dia adalah ketua OSIS terbaik di antara seluruh sekolah. Penampilan dan sikapnya sangat baik," kata Dea.
***
"Pertama, ambil satu yang paling pintar di angkatan. Kedua, ambil seseorang yang bisa kau percaya, seperti yang kau ceritakan kemarin. Jadikanlah dia sebagai ketua OSIS."
"Ambil orang yang polos, jadikan wakil ketua OSIS. Mengapa? Agar tidak menyusahkan si ketua. Jangan seperti tahun ajaranmu. Kate si jenius itu kau jadikan wakil ketua. Lebih baik kau mati."
"Selanjutnya, ambil dua orang yang merupakan anggota OSIS tahun ini. Biarkan mereka melanjutkan pekerjaannya. Mengapa? Agar pekerjaan OSIS makin menyenangkan."
"Selanjutnya. Hmm ... kurasa kau bisa menentukannya sendiri."
Joy mengangguk mengerti.
=====
23-07-2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top