Bab Dua Puluh Tiga
Selasa
Jenna kembali ke kelasnya. Ia tidak pernah merasa setakut ini. Sejak ia masuk ke sekolah barunya, ia tidak pernah melanggar larangan.
Harusnya ia langsung kabur saat mendengar jeritan perempuan. Harusnya ia tidak mengikuti permainan konyol teman-temannya. Harusnya ia tidak perlu melanggar larangan. Harusnya ia berbohong saja kepada temannya.
Tetapi ... Jenna memilih untuk jujur.
***
Rama bergegas menuju lapangan setelah makan. Ia sedang menjalani hukumannya. Ia pun berdiri di tengah-tengah lapangan—siap untuk menghentakkan kakinya. Rama melirik ke kanan dan kiri. Setelah memastikan tidak ada yang memperhatikannya, ia langsung menghentakkan kakinya keras-keras ke tanah.
Tanah tersebut sedikit bergetar. Rama merasakan kakinya sakit. Tetapi bukan sakit seperti yang ada di legenda. Di legenda tertulis bahwa kakinya akan ditarik dari bawah tanah. Tetapi, kaki Rama sakit karena menghentakkannya secara tiba-tiba dengan kencang. Ototnya seakan tidak siap karena gerakan tiba-tibanya.
Kenapa tidak terasa ditarik? Apa kurang keras? batin Rama.
Rama pun memutuskan untuk meninggalkan lapangan. Lagipula, ia sudah mencobai larangan tersebut—meski tidak ia buktikan kebenarannya. Atau memang legendanya tidak benar?
***
Pada saat istirahat kedua, Dion meminta Rick untuk menemaninya. Dion ingin membaca buku legenda itu dan membaca penjelasan lengkap mengenai legenda yang ingin ia buktikan.
"Legenda di Laboratorium IPA?" tanya Rick memastikan. "Setahu gue ada banyak, deh."
"Iya," jawab Dion. "Cariin yang resikonya paling rendah."
Rick membaca-baca legenda yang ada di sana lalu matanya melirik Dion. "Nah, ini. Coba baca."
Legenda Laboratorium IPA
Laboratorium IPA hanyalah formalitas sekolah. Sebelum pembunuhan massal terjadi pun, laboratorium tidak dipakai sama sekali. Petugas kebersihan biasanya akan membersihkan laboratorium seminggu sekali agar kotorannya tidak menumpuk. Banyak legenda yang terdapat di sana.
Legenda yang paling terkenal adalah salah satu tengkorak yang ada di laboratorium adalah tengkorak manusia sungguhan. Jika kamu menyentuh tekstur tengkorak tersebut, kamu akan langsung tahu jika itu bukan plastik. Sebaiknya kamu tidak menyentuh tengkorak yang asli karena bisa saja tulang lehernya bergerak sendiri.
-Ditulis oleh Lika, 2014
"Seram juga," ucap Dion setelah membaca. "Di mana laboratoriumnya?"
Rick mengantar Dion menuju Laboratorium IPA. Dion memang murid baru sehingga tidak tahu dengan pasti di mana letaknya. Sekolahnya sangat luas. Ia bisa saja tersesat.
Sesampainya di tempat tujuan, Dion melihat-lihat sekeliling ruangan. Sangat luas. Perabotannya pun tertata dengan rapi.
"Sayang sekali laboratorium ini tidak pernah digunakan," ucap Dion. "Padahal sangat lengkap."
"Siapa bilang?" tanya Rick.
"Bukankah buku itu menjelaskan bahwa lab ini hanya formalitas?" tanya Dion.
"Tidak," jawab Rick. "Infonya kan sudah diperbarui. Lu nggak baca halaman selanjutnya?"
Dion menggeleng. "Gue kira cuma sampe situ."
"Justru ruangan ini tidak dipakai lagi karena adanya legenda tentang bergeraknya tengkorak," jelas Rick.
"Tapi legenda tentang bergeraknya tengkorak sudah ditulis sebelum ada penambahan."
"Di legenda pertama hanya ditulis leher yang bergerak, kan? Sedangkan di tambahannya adalah tengkoraknya bergerak"
"Kalo lehernya yang bergerak, maka tengkorak itu disebut bergerak juga, kan?"
Rick menatap mata Dion dalam. Apakah Rick berpaling dari Rama ke Dion? Gak, gak.
"Sudahlah. Jalankan hukumannya," ucap Rick pada akhirnya lalu keluar dari laboratorium.
Dion pun menyentuh satu per satu tengkorak yang ada di sana. Tiga tengkorak sudah ia lewati dan tidak ada tanda-tanda tengkorak manusia. Sampai pada tengkorak yang keempat, Dion merasakan ada yang berbeda. Tengkoraknya seakan keras dan kokoh.
Dion memperhatikan tengkorak itu secara perlahan. Karena merasa ganjil, ia pun menyentuh tengkorak itu lagi.
"Woah!" teriak Dion terkejut.
Legenda itu benar. Tengkoraknya bergerak sendiri. Bukan hanya leher. Di bagian tangannya juga terangkat.
Tetapi, insting Dion mengatakan jika itu bukan hal yang normal. Tidak ada tulang yang bisa bergerak sendiri. Ditambah lagi dengan tekstur dari tulang tengkorak tersebut—ganjil.
Dion yang dikenal jenius itu pun tidak langsung kabur. Ia penasaran dengan tengkorak itu. Dion menggerakan leher tengkoraknya ke kanan dan ke kiri. Gerakannya terasa sangat mulus dan tidak rapuh sama sekali.
Dion mengitari tengkorak itu berkali-kali. Ia yakin tengkorak itu bukanlah tengkorak manusia ataupun tengkorak plastik. Setelah lima kali mengitari, Dion pun menemukan satu hal.
Baut.
Tengkorak itu robot.
***
Perpustakaan. Surga bagi si kutu buku dan penyendiri. Suasana yang tenang dan jauh dari keramaian ini memang tempat yang harus didatangi murid. Selain untuk belajar, perpustakaan bisa menjadi tempat membolos—meski akan dilaporkan oleh petugas perpustakaan.
Shena pernah membaca tentang legenda di perpustakaan. Menurut legenda, perpustakaan sekolah sangat jarang dikunjungi murid. Biasanya murid hanya datang untuk meminjam atau mengembalikan buku tanpa membaca di perpustakaan.
Mungkin pekerjaan paling membosankan di sekolah ini adalah menjadi petugas perpustakaan. Kejadian seram di perpustakaan juga jarang terjadi. Bahkan hampir tidak ada selama empat tahun terakhir. Hal itu karena kurangnya minat membaca para murid.
Larangan yang ada di perpustakaan adalah jangan pernah mengambil buku yang berada di rak berwarna merah. Menurut legenda, seluruh tulisan di buku itu menghilang. Jika ada tulisan di buku itu, artinya ada yang sedang membantumu membaca tulisan tak kasat mata di buku tersebut. Tentu saja yang membantumu itu bukan manusia.
Seperti ruangan lainnya, perpustakaan itu sangat luas. Shena pun mencari-cari di mana letak rak tersebut. Karena melihat Shena yang kebingungan, petugas perpustakaannya pun langsung mengantarnya ke rak merah.
Shena membuka salah satu bukunya. Benar. Isi buku itu kosong. Tidak ada goresan—bahkan titik sekalipun. Shena pun mengembalikan buku itu di tempatnya.
Beberapa detik kemudian, Shena sadar akan sesuatu. Ia mengambil lagi buku yang baru saja ia taruh.
Jilidan buku ini aneh. Atau jangan-jangan sekolah yang menjilid sendiri buku ini untuk mendukung legenda? Astaga, sekolah ini memang terlalu rajin, batin Shena.
***
Jam istirahat sudah selesai. Semua murid pun kembali ke kelasnya masing-masing.
Rick sedang dalam proses untuk menjalankan hukumannya. Ia sedang menunggu kehadiran teman yang duduk di depannya. Ia akan melanggar larangan ketukan bangku.
Setelah teman yang ada di depannya duduk, Rick pun mengetuk pintunya.
Tuk ... tuk ... tuk ...
Temannya itu tiba-tiba menegang. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang terjadi setelahnya. Tidak ada yang spesial. Yang terpenting adalah, Rick sudah menjalani hukumannya.
"Ibu guru ... sepertinya saya mendengar ketukan bangku dari belakang," ucap seorang murid.
"Siapa yang bangkunya diketuk?" tanya guru yang sedang mengajar.
"Sa-saya," jawab murid yang duduk di depan Rick.
Rick merasa bersalah.
"Jangan menoleh ke belakang!" perintah guru.
Jangan menoleh ke belakang? Apa artinya aku adalah hantunya? batin Rick.
=======
10-12-2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top