Bab Dua Puluh Delapan
Senin
Jenna sudah mempersiapkan dirinya untuk mengikuti rapat. Sambil membereskan barang-barangnya ke dalam tas, ia menghubungi Joy. Joy bilang bahwa ia akan membantunya. Karena itulah Jenna merasa siap.
Jenna mengenakan tas ranselnya lalu berjalan menuju Ruang OSIS. Tangannya masih mengenggam ponselnya— menunggu jawaban dari Joy. Tetapi, sudah berkali-kali dihubungi, teleponnya tidak juga diangkat oleh Joy.
Jenna mulai curiga dan menghentikan langkahnya. Ia mendapat firasat buruk. Ia ingin menemui Joy di kelasnya. Tetapi, sekarang sudah waktunya untuk rapat. Hari ini tidak ada jadwal tambahan, sehingga ia tidak punya alasan untuk terlambat.
Jenna pun membuang pikiran negatifnya dan segera melanjutkan perjalanannya.
***
Joy memblokir nomor Jenna di ponselnya. Joy tidak ingin Jenna menganggunya. Ia pun mencari kontak Kate—menghubungi sahabat lamanya itu.
"Halo, Kate."
[Halo, Joy.]
"Apa Jenna masuk hari ini?"
[Tentu saja masuk. Lu yang nyuruh dia masuk?]
"Betul sekali. Aku juga yang menyuruh dia tidak masuk pada hari Jumat."
[Lu benar-benar pengkhianat. Sama seperti Dea dan Raul.]
"Hahaha. Itu hukuman bagi ketua OSIS yang bodoh. Ia terlalu percaya kepadaku. Ia mengikuti seluruh perintahku. Sungguh bawahan yang ideal."
[Kenapa lu nyuruh dia gak masuk hari Jumat?]
"Aku bilang padanya agar istirahat dulu. Jika Jumat ia masuk, maka ia bisa ditanya macam-macam oleh OSIS. Padahal, aku sengaja menyuruhnya tidak masuk agar para OSIS bisa lebih mematangkan rencananya."
[Benar! Kami sudah mematangkan rencananya. Terima kasih, Joy. Jika ia masuk pada hari Jumat, seharusnya ia bisa lepas dari hukuman. Tetapi, ia terlalu bodoh.]
"Sudah kubilang, kan? Kita memang harus mencari orang yang bodoh, agar mudah dibodohi. Kau tahu, Kate? Aku hampir keceplosan kemarin saat bicara dengannya. Untung saja aku segera meluruskannya. Ia tidak curiga sama sekali."
[Bagus. Jangan sampai Shena tau juga. Gue gak mau ada wakil ketua OSIS yang sempurna seperti gue.]
"Tenang saja. Siapapun itu, bahkan kepala sekolah pun mudah dipengaruhi."
[Lu ke sekolah kapan?]
"Sekitar tiga puluh menit setelah rapat dimulai. Aku rasa, dalam waktu sependek itu, Jenna sudah menjalani hukumannya."
[Baiklah. Pastikan semua CCTV mati.]
"Sudah aku matikan dari kemarin."
[Kerja bagus. Gue siap-siap ke sekolah dulu.]
Call has ended.
Joy tersenyum. Pada awalnya, Kate juga membenci Joy. Tetapi, lama-kelamaan, Joy berhasil mempengaruhi Kate—di mana sekarang mereka berdua bekerja sama. Kate bahkan berbohong tentang mendengar suara lonceng itu.
Setelah pulang sekolah tadi, Joy dan Kate memang langsung ke rumah. Mereka membawa barang-barang lalu akan kembali lagi ke sekolah untuk mengurus sesuatu.
***
"Sudah lengkap, kan? Ayo mulai rapatnya," ucap Shena.
"Lu jadi pemimpin hari ini, Shen?" tanya Rick.
"Iya kali," jawab Shena lalu tertawa. "Rapat membahas kasus pembunuhan massal sepuluh tahun yang lalu dimulai!"
"Baik, saya ingin mengutarakan pendapat saya terlebih dahulu. Saya baru saja terpikir tentang ini. Bisa saja pelakunya ada di sekolah, kan?" kata Rama.
"Siapa?" tanya Shena. "Maksud Anda, seperti guru?"
"Itu mungkin saja," jawab Rama. "Bagaimana menurut Saudara Jenna?"
"Saya juga baru terpikir tentang ini. Salah satu guru bisa saja pelakunya," ucap Jenna.
"Guru terlihat tidak peduli dengan kasus ini," tambah Dion. "Kenapa juga harus kita yang menyelidikinya? Mereka mempercayakan kasus pembunuhan massal kepada remaja labil seperti kita?"
"Bagaimana dengan Saudara Rick? Apa Anda mencurigai guru juga?" tanya Shena.
"Saya tidak mencurigai guru. Di dalam sekolah, kan? Mungkin ... muridnya?" kata Rick.
"Muridnya? Siapa ya?" Shena tampak berpikir lalu melirik Jenna.
"Apakah kalian semua mencurigai saya sebagai pelaku?" tanya Jenna.
"Anda murid, kita juga murid. Apa yang salah?" tanya Rick.
"Tolong bersihkan pikiran kalian. Sepuluh tahun yang lalu? Saya bahkan masih anak-anak!" bentak Jenna.
"Kami tidak bilang pelaku itu adalah pelaku dalam pembunuhan," jawab Shena. "Pelaku memiliki berbagai macam arti. Seperti ... penipu?"
"Saya penipu?" tanya Jenna sambil menunjuk dirinya. "Memangnya apa yang saya lakukan?"
"Yang Anda lakukan?" tanya Dion. "Membuat program penyelidikian dan segala macam, padahal Anda tahu yang sebenarnya. Anda tahu bagaimana kasus itu terjadi. Anda tahu segalanya."
"Apa-apaan?" tanya Jenna.
"Kita semua sibuk menyelidiki kasus ini, padahal yang harus kita selidiki adalah ketua OSIS-nya," tambah Rama.
"Anda berpura-pura tidak tahu. Anda yang menjebak Rick dengan memberi teh beracun. Dengan begitu, Anda merasa tenang, kan, karena melimpahkan segala kesalahan Anda kepada Rick? Anda berpikir, dengan cara itu Rick jadi dicurigai?" ucap Shena. "Maaf, kami tidak sebodoh itu."
"Astaga, kalian tenanglah! Jika kalian berkata seperti itu, di mana wajah Jenna sekarang? Apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya?" kata Rick lalu menyeringai.
"Anda pernah bilang bahwa Anda tidak pernah menyentuh lonceng itu," ucap Shena lalu memutar rekaman suara yang diberi oleh Dea. "Dasar penipu!"
Jenna mematung sedari tadi. Wajahnya memucat. Semuanya sudah terbongkar. Ia hanya bisa mendengarkan ucapan para anggota OSIS.
Situasi seperti ini seakan-akan ia sedang berada di neraka, mendengar satu per satu dosanya dibacakan dengan lantang.
"Omong-omong, terima kasih sudah membolos di hari Jumat. Kami semua menjadi siap pada hari ini," ucap Rama.
Jenna tiba-tiba teringat dengan apa yang dikatakan Joy. Joy yang menyuruhnya untuk tidak masuk sekolah pada hari Jumat. Joy bilang jika ia akan membantunya hari ini. Tetapi, di mana Joy sekarang?
"Lupakan tentang rapat," ucap Rick tiba-tiba. "Pelakunya sudah ada di depan mata. Untuk apa kita menyelidikinya lagi?"
"Apa kita harus melaporkan ke polisi? Perempuan ini sudah melakukan penipuan bagi sekolah," kata Dion.
"Penipuan apa?! Kepala sekolah yang membuat semuanya!" teriak Jenna.
"Kepala sekolah? Bapak tua itu bahkan tidak bicara apapun kepada kita. Ia menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah," jawab Rama.
"Biarkan satu sekolah mengetahuinya," kata Dion.
"Apa lu bisa masuk sekolah besok?" tanya Rick. "Lu pasti malu."
"Ah, omong-omong, gue udah cari mainan bersensor yang ada di toilet. Ternyata benar adanya. Perkataan Dion benar," ucap Shena.
"Ini semua bukan salah gue! Ini semua salah Joy juga!" bentak Jenna yang mulai menangis.
"Lu sama Joy itu sama. Hanya saja, lu lebih bodoh," ucap Rama. "Bahkan, hanya dengan melihat wajahlu sekarang, gue tau ada sesuatu yang disembunyikan. Tidak seperti saat gue melihat wajah Joy. Joy sangat hebat menyimpan rahasia."
"Salah Joy juga? Apa salahnya? Semua tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS kan sudah pindah ke elu semua," ucap Rick.
"Ayo, semuanya, kita sebarkan hal ini. Kita tidak perlu takut dengan legenda. Kita sudah aman di sekolah ini," ucap Shena.
"TIDAK! Legenda itu memang ada yang salah, tetapi juga ada yang benar!" ucap Jenna.
"Hah? Legenda mana yang benar?" tanya Rick.
"Gue akan buktikan kepada kalian sekarang!" teriak Jenna lalu keluar dari Ruang OSIS. Anggota OSIS yang lain pun mengikuti langkah Jenna.
Jenna berhenti tepat di depan lonceng itu. Ia menyentuh loncengnya— menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Setelah itu, setetes darah keluar dari lonceng itu.
Anggota OSIS yang lain terkejut melihatnya.
"Kalian tau apa resiko jika menyentuh lonceng ini?" tanya Jenna.
"Yang menyentuh akan menghilang," jawab Rama.
"Iya. Sebentar lagi, gue akan menghilang. Jika kali ini legendanya berbohong, kalian boleh menganggap gue penipu seumur hidup!" ucap Jenna.
Para anggota OSIS pun merasa takut saat melihat tetesan darah yang sekarang bukan hanya satu tetes di lantai. Sudah terlihat ratusan tetes. Mereka pun segera lari, meninggalkan Jenna.
"Lonceng yang diisi cairan merah ini berguna juga. Padahal hanya air biasa yang diberi pewarna," gumam Jenna.
Jenna tersenyum sambil melihat lonceng itu lalu kemudian senyumnya memudar. Aku tidak mungkin kuat hidup jika aku dianggap penipu seumur hidup.
Setelah memastikan bahwa teman-temannya sudah pulang ke rumah, Jenna pun berjalan menuju atap sekolah.
Jenna melihat ke bawah—menghitung jarak yang mungkin akan ia tempuh sebentar lagi.
Setelah sudah yakin dengan keputusannya, ia menutup matanya.
Ia pun melompat.
*TAMAT*
=====
26-12-2017
Ps. Semuanya akan dijelaskan di epilog
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top