Bab Dua Puluh

Senin

"Apa mungkin perbedaan itu disengaja? Bagaimana bisa, di satu angkatan yang sama, kesaksian mereka berbeda? Apa ini semua direncanakan?" tanya Shena.

"Kemungkinannya ada dua. Pertama, sekolah yang membohongi kita semua," ucap Rama. "Kedua, para alumni yang sepakat untuk menipu kita."

"Bagaimana jika kita bahas jawaban tiga alumni kemarin secara satu per satu? Saya rasa di antara mereka ada yang jujur dan ada yang bohong," ucap Jenna.

"Tolong ambilkan kamera yang dipakai untuk interogasi kemarin," pinta Shena kepada tim penyelidik.

Tiga kamera pun dikeluarkan dari tas para tim penyelidik. Dion menyiapkan komputer dan Rick menyalakan proyektor. Kamera itu dihubungkan dengan komputer di Ruang OSIS.

Sekarang, di hadapan para anggota OSIS dan tim penyelidik sudah terdapat layar besar. Anggota tim penyelidik membuka satu per satu video interogasi.

"Selamat pagi," sapa anggota tim.

"Pagi juga. Kau ingin interogasi? Apa kau tau, saat aku ditelpon akan diinterogasi, aku sampai berpikir, apa kejahatan yang sudah kubuat," ucapnya lalu tertawa.

Anggota tim ikut tertawa kecil. "Bisakah Anda memberi saksi tentang kasus pembunuhan massal sekolah sepuluh tahun yang lalu?"

"Kasus pembunuhan? Sekolah itu kebakaran."

"Memangnya bukan pembunuhan?"

"Kebakaran. Kakak saya menjadi korban kejadian itu," jawabnya dengan datar.

"Apakah ada yang bisa membuktikan bahwa sebenarnya kejadian itu kebakaran?"

"Anda bisa lihat di Kelas XB, ada bekasnya di langit-langit ruangan."

"Bukankah sekolah itu sudah direnovasi? Bekasnya masih ada?"

"Saya rasa ada."

"Kenapa Anda sangat yakin?"

"Karena saya yakin sekolah itu tidak mungkin seratus persen membersihkan lingkungannya."

"Saya meragukan saksi yang satu ini. Tawanya di awalan seperti terpaksa. Perkataannya pun seakan ingin mencairkan suasana, meski tidak ada gunanya sama sekali," ucap Rama.

"Saya setuju dengan pendapat Anda. Sepertinya saksi ini terpaksa melakukan interogasi. Dengan begitu, kesaksiannya belum tentu jujur," jawab Shena.

"Saya rasa saksi satu ini berbohong," kata Rick.

"Ia mengatakan jika kakaknya meninggal saat kebakaran. Tetapi, kenapa ekspresinya sangat datar? Bicaranya juga lancar dan tidak menggunakan intonasi. Untuk kenyataan bahwa orang tercintanya meninggal, meski sudah sepuluh tahun, tidak mungkin ia bisa berbicara selancar itu," ucap Shena.

"Bagaimana jika hubungan saksi dengan kakaknya tidak baik? Saya berpikir ulang tentang itu. Jika memang hubungan mereka tidak baik, saya rasa saksi tidak akan merasa sedih," jawab Rama.

"Masalahnya, apa kakaknya itu sudah ditemukan? Bagaimanapun, jika jasadnya belum ditemukan, siapapun bisa merasa sedih," ucap Jenna.

"Saksi mengatakan bahwa kejadiannya adalah kebakaran, kan? Bisa saja jasadnya sudah hangus dan menjadi abu," kata Rick.

"Seram juga," ucap Shena. "Mari lanjut ke video kedua."

"Saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju sekolah untuk mendaftar sebagai siswa baru. Sekolah itu sangat populer, lagipula banyak teman saya yang melanjutkan sekolah di sana, sehingga saya memutuskan untuk ikut mendaftar di sana.

"Saat saya tiba, sekolah itu masih bagus dan megah. Tetapi, saat saya berjalan menuju halaman sekolah, banyak petugas kepolisian datang. Saya curiga dan segera mengikuti polisi tersebut.

"Saya melihat sebuah ruangan di lantai dua. Di pintunya tertulis 'Ruang BK'. Setelah saya membacanya, di depan kepala saya sendiri, ada sebuah tangan jatuh dari atas. Saya mematung. Lalu, saya memberanikan diri untuk melihat ke bawah.

"Saya melihat tangan itu bergerak-gerak. Tangan itu hanya sebatas telapak tangan sampai siku. Astaga, saya tidak bisa melupakan hal itu. Setelah saya melihatnya, saya segera berlari dan pulang. Saya tidak tahu itu pembunuhan atau tidak. Saya mendengar bahwa terjadi pembunuhan dari teman sekelasku dulu."

"Sepertinya saksi tidak bohong. Suaranya mewakili semuanya," ucap Rama. "Ekspresinya juga tidak terlihat berlebihan. Saya rasa dia jujur."

"Sebentar," ucap Shena. "Saksi berkata bahwa ia melihat tangan jatuh di depan pintu Ruang BK? Tangan itu berasal dari mana?"

"Saya tidak tahu. Mungkin atapnya sudah hancur dan potongan tubuh korban berjatuhan? Saya menjadi takut membayangkannya," jawab Jenna.

"Hei, itu mustahil, kan?" kata Dion.

"Di depan Ruang BK itu ada apa?" tanya Shena tiba-tiba. "Maksudku, di bagian atasnya "

"Sekarang ada lonceng, kan? Tetapi waktu itu sepertinya loncengnya belum ditemukan," jawab Rick.

"Ukuran tangan dengan lonceng itu ... bagaimana? Apa sebuah tangan muat jika dimasukkan ke dalam lonceng?"

"Shena, apa-apaan pertanyaanlu? GILA YA?" teriakkan Rick membuat seisi ruangan terkejut.

"Saudara Rick, kita sedang dalam rapat. Tolong jaga omongan Anda," ucap Jenna.

"Yah, saya hanya bertanya. Bagaimana jika lonceng itu mengeluarkan potongan tubuh seseorang? Jika memang begitu, maka lonceng di depan Ruang BK benar-benar keramat, kan? Sampai-sampai tidak boleh ada yang menyentuhnya," ucap Shena.

"Anda pikir lonceng itu apa?" tanya Rick.

"Mesin penggiling?"

"SHENA!"

Sekarang bukan hanya Rick yang berteriak, tetapi seluruh anggota OSIS berteriak.

=====

18-10-2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top