Bab Delapan Belas

Rabu

Pada hari Selasa, seluruh anggota OSIS sudah mendengarkan penjelasan kegiatan baru dari Jenna. Mereka menyetujuinya.

Pada hari ini, OSIS memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh murid sepulang sekolah. Pertemuannyaa berada di Ruang MOS, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sekarang seluruh murid sudah terkumpul di Ruang MOS. Seluruh ruangan di sekolah ini memang sangat besar. Tidak heran jika sekolah ini dianggap elit dan berkelas tinggi.  Iya, itu kalau tidak ada kasus pembunuhan.

"Mohon perhatiannya!" teriak Rama. "Pertemuan akan segera dimulai!"

Jenna berdiri di atas pijakan podium. Ia menarik napas dalam-dalam. Entah mengapa ia sangat gugup. Ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di depan ruangan. Pertama kali juga ia bicara di depan ratusan murid.

"Saya selaku ketua OSIS, akan mengubah seluruh jadwal tentang kasus sepuluh tahun yang lalu," ucap Jenna tegas.

Ruangan menjadi ramai karena mendengar ucapan Jenna. Tidak sedikit siswa yang terkejut. Mereka tidak menyangka seluruh jadwal kegiatannya akan dirombak ulang. Terutama Jenna baru menjabat menjadi ketua OSIS selama satu hari.

"Saya akan membuat satu tim baru dalam sekolah dan memulai seluruh kegiatan kita dari awal. Um ... maksud saya, kita akan menyelidiki kasus tersebut dari awal." Jenna menghela napas.

"Apakah sepuluh tahun yang lalu itu benar-benar kasus pembunuhan massal? Kita semua tidak mengalaminya ataupun menyaksikannya. Kita tidak tahu kejadian pastinya kan? Ya, itulah maksud saya.

"Ini lucu. Saya menganggap penyelidikan ini seperti permainan. Saya merasakan keseruan di penyelidikan ini. Ah, maaf. Saya kurang bisa menyusun kata-kata dengan baik. Pembicaraan saya menjadi keluar dari topik.

"Jadi, tim yang akan saya buat adalah tim penyelidikan. Tugasnya adalah menyelidiki kebenaran tentang kasus sepuluh tahun yang lalu dan mengumpulkan faktanya. Saya harap kalian mendukung program baru OSIS. Terima kasih," lanjut Jenna.

Tepuk tangan pun terdengar meriah. Mungkin rata-rata murid senang karena Pertemuan Kamis dan Jumat sudah dihapuskan. Mereka paling malas jika mengikuti kedua kegiatan itu.

Setelah Jenna turun dari podium, Dion pun menggantikan posisinya. Lelaki itu berdiri dengan tegap. Karena kehadiran Dion, para murid perempuan pun berteriak.

Dion memang terkenal dengan parasnya dan juga kepintarannya. Banyak perempuan yang memujanya.
"Tolong diam!" teriak Rama.

Setelah ruangan cukup hening, Dion pun mulai bicara.

"Bagi yang tertarik bergabung dalam tim penyelidikan boleh mengisi formulir ini," ucap Dion sambil memperlihatkan selembar kertas.

"Formulir ini bisa diambil saat pertemuan selesai. Kalian bisa isi formulir ini di rumah dan mengumpulkannya kepada salah satu anggota OSIS besok. Tentu saja tidak akan diterima semua. Akan diseleksi sesuai apa yang tertulis di formulir," lanjut Dion.

"Demikian pertemuan hari ini. Formulir berada di sebelah kiri saya. Mohon mengantre ataupun keluar dari ruangan dengan tertib!" teriak Rama tegas.

Setelah pertemuan selesai, para murid mengerumuni tempat formulir. Para anggota OSIS kembali ke ruangannya.

Kate menyodorkan sebotol air mineral kepada Rama. "Minum nih, teriak mulu."

"Kan elu yang suruh." Rama menerima pemberian Kate. "Serba salah."

***

Kamis

"Berapa formulir yang terkumpul?" tanya Rama.

Rick menghitung jumlah kertas di tangannya. "Lima puluh dua."

"Kalau dikurang dengan para perempuan yang hanya ingin kehadiran Dion jadi berapa?" tanya Kate.

"Kate, kau kan sudah tidak memiliki jabatan lagi," ucap Joy.

"Lu juga. Kaca ada di toilet," jawab Kate.

Anggota OSIS yang lain mendecak sebal karena Joy dan Kate berkelahi lagi.

Kutipan untuk hari ini : "Jangan mempertemukan Joy dan Kate di ruangan yang sama."

"Mari kita lihat alasannya." Rick mengambil salah satu formulir dan membacanya. Anggota yang lain juga memeriksa formulir yang lain.

Rama tiba-tiba tertawa sampai melempar formulir yang sedang ia pegang. "Dion aku cinta kamuuu!"

"Eh? Homo ya?" tanya Dion.

"Cewek, Yon. Anak kelas X, dari fotonya sih cakep ... mungkin pake efek beauty plus," kata Rama.

"Harusnya Dion gak jadi OSIS ya," ucap Kate.

"Ambil sisi positifnya aja," jawab Joy.

"Alasan gue ikut karena gue benci sekolah ini." Rick membaca alasan di formulir. "Keren nih."

"Lah kayak gue," sahut Kate. "Terima aja terima."

"Cewek apa cowok? Fotonya gimana?" tanya Jenna.

"Cewek. Fotonya gak ada. Cuma ada gambar stickman," jawab Rick.

"Generasi penerus Kate," celetuk Rama. "Ups."

OSIS melanjutkan tugas mereka—memeriksa formulir. Banyak candaan yang mereka lewati bersama. Entah kenapa, suasana di Ruang OSIS berbanding terbalik dengan sejarah sekolah ini.

Anggota OSIS yang lama maupun yang baru pun dekat dengan cepat. Mereka sudah tidak memandang umur ataupun kelas. Hanya teman.

Dua jam sudah berlalu. OSIS sudah membaca semua formulir dan memilih anggota tim penyelidikan.

Dari lima puluh dua, hanya lima yang diterima. Dua laki-laki dan tiga perempuan. (Tidak ada penambahan tokoh. Nama anggota tim penyelidikan tidak akan disebutkan)

Kelima anggota tim tersebut akan dipanggil hari esoknya.

Semua anggota OSIS sedang menyusun strategi. Mereka membahas apa yang harus mereka lakukan. Entah kenapa, Kate lah yang paling bersemangat. Padahal ia sudah bukan anggota OSIS lagi.

"Kita cari alumni sembilan tahun yang lalu bagaimana?" usul Rick.

"Boleh juga. Mereka masuk ke sekolah dengan selisih setahun kan? Kemungkinan besar mereka akan memberi petunjuk," jawab Kate.

"Tetapi, bukankah kita tidak boleh membicarakan kasus ini di luar sekolah? Jika kita menginterogasi alumni tentang kasusnya, bukankah itu sama saja?" tanya Shena.

"Persetan dengan larangan. Lu mau biarin sekolah ini rusak selamanya?" kata Kate.

"Nah," ucap Rama tiba-tiba. "Ambilin buku daftar siswa deh."

"Lu nyuruh siapa?" tanya Rick.

"Elu."

"Gue bukan babu lu, sorry."

"Ya udah. Kate ambilin dong."

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue seenak rendang?" semprot Kate.

Rama pun pasrah dan mengambil buku itu sendiri. Berat? Iya.

Rama membuka halaman pertama. Tertulis identitas sekolahnya di sana. Ketika ia membalikkan halamannya lagi, foto-foto murid angkatan 2008/2009 pun muncul. Ia langsung meletakkan buku yang terbuka itu di tengah meja.

Di buku angkatan itu terdapat nomor telepon. Mereka bertujuh mencoba satu per satu nomor yang ada di daftar.

Sudah sembilan tahun. Pasti banyak yang mengganti nomor dan pindah rumah. Entah apakah mereka semua berhasil menghubungi alumni. Satu yang bisa dihubungi saja akan sangat bersyukur.

Rick mencoret lagi nomor yang ada di daftar itu. Sudah ada dua nomor yang ia coret. Dengan kata lain, sudah ada empat belas nomor yang tidak bisa dihubungi.

"Sampai kapan kita mencoba nomor-nomor di sini?" tanya Shena lalu menghela napas.

"WOAH!" teriak Rama tiba-tiba yang membuat lainnya terkejut.

"Kenapa?" tanya Shena.

"Diangkat," jawab Rama setengah berbisik.

Anggota yang lain langsung memfokuskan mata dan telinganya kepada Rama.

Setelah berbicara di telepon, Rama menghela napas lega. "Dia bersedia diinterogasi."

Semangat anggota OSIS pun kembali penuh. Mereka harus terus mencoba seluruh nomor yang ada di buku itu.

Sampai pada akhirnya, tiga puluh alumni, mereka berhasil mendapatkan tiga alumni. Sebenarnya mereka bertujuh hanya mencoba nomor dari satu kelas saja. Tiga orang pun sudah cukup mewakili semuanya.

Hari ini pun berakhir dengan dicabutnya jabatan Joy dan Kate secara resmi. Sekarang, mereka berdua sudah tidak diperkenankan untuk masuk ke Ruang OSIS secara bebas. Pekerjaan hari ini juga merupakan kontribusi terakhir Joy dan Kate.

=====

24-09-2017

Kemaren ada yang bilang kalo partnya itu pendek dan baca satu part gak sampe 5 menit.

Membaca buku itu bukan tentang seberapa lama waktu yang kamu habiskan untuk baca per partnya, tapi tentang seberapa dalam kamu menikmati jalan ceritanya.

See ya,
Ines

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top