Chapter 2 : Who Are You?
Blood For My Love
Chapter 2 : Who Are You?
Special Event NaruHina Dark Day 2016
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, Typoo, AU dll.
Main Pairing: NaruHina
Story by Cicikun
"Ehmmm...," cahaya matahari menerebos kamar gadis berambut indigo. Cicitan burung menyadarkannya.
"Ini di mana?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Bukankah aku sudah mati? Seharusnya malam itu aku di makan oleh lycan." Tangan Hinata meraba pipinya yang dijilati oleh lycan. "Apa malam itu hanya mimpi?"
Krieettt...
Suara pintu kamarnya yang terbuka, membuat Hinata tersadar dalam lamunannya. Matanya melebar melihat Naruto datang dengan membawa nampan berisi bubur dan air hangat. Dia kaget, setahunya Naruto tidak bisa memasak. Atau mungkin dia jarang meminta bantuan Naruto dan memang dia tidak pernah melihat Naruto memasak.
"Hinata kau sudah sadar? Apa ada yang sakit?" tanya Naruto bertubi-tubi. Perlahan dia berjalan, menaruh nampan itu di atas meja. "Badanmu masih tidak enak?"
"...," Hinata menatap heran. Sejak kapan Naruto bisa berbicara banyak padanya. Selama ini Naruto hanya berdiam diri. Tak ada banyak kata yang dikeluarkan. "Naruto-kun?"
"Hm, ada apa Hinata?"
Tangan Hinata meraba pipi Naruto. Terasa hangat. Dan tangan Naruto menangkup tangan Hinata. Menggenggam dengan erat, menutup mata dan merasakan tiap kehangatan di tangan Hinata. Hati-hati Naruto membawa tangan Hinata di depannya, mencium tangan itu dan menghirup wangi lavender yang melekat. "Kau bisa berbicara?"
"Khekhekhe," Naruto tertawa terkikik. "Kau ini. Tentu saja aku bisa berbicara? Bukankah selama ini aku selalu berbicara denganmu?"
"Te-tetapi, Naruto-kun tidak pernah berbicara selancar ini."
"Hah masa? Sudahlah dibanding memikirkan hal itu makanlah buburnya selagi hangat," Naruto mengambil mangkuk dan mengambil bubur itu. Dengan telaten tangan Naruto menyuapi Hinata. "Bagaimana rasanya? Maaf kalau agak aneh. Tapi aku berusaha. Sambil mengingat cara memasaknya dan rasanya. Kuharap aku melakukannya dengan benar."
Hinata tidak menyangka walau diam, Naruto memperhatikan pekerjaannya. "Naruto-kun?"
"Hm?"
"Kenapa aku bisa berada di kamarku. Se-seingat ku, aku berada di hutan. Saat itu, aku dikejar 2 serigala. Dan tiba-tiba aku melihat lycan yang besar. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa. Bangun-bangun aku sudah berada di sini."
"Aku yang menyelamatkanmu. Aku keluar dari rumah untuk mencarimu. Aku mendengar suara ribut di hutan. Untungnya aku tepat waktu, saat itu aku melihat lycan yang besar itu berusaha memakanmu. Beruntungnya lagi di dekat ku ada batang kayu, aku memukul kepala lycan itu hingga pingsan. Secepatnya aku membawamu kembali ke rumah. Syukurlah, lycan itu tidak sadarkan diri."
"Begitukah? Maaf Naruto-kun. Aku tidak ingat. Terima kasih sudah menyelamatkanku." Mata Hinata menatap kebawah. Menatap bubur yang dibuat oleh Naruto. Rasanya tidak terlalu buruk baginya walau memang agak asin. Tapi masih bisa dimaklumi. Mata Hinata tertarik dengan tangan kanan Naruto. Terdapat perban baru. Apa dia terluka?
"Naruto-kun perban apa itu?"
Naruto memperhatikan yang ditunjuk Hinata. "Oh ini hanya luka saat aku mencoba menyelamatkan mu dari lycan."
Hinata menunduk dalam rasa sesal menghantuinya, "Maafkan aku. Gara-gara aku Naruto-kun terluka seperti itu."
"Ini bukan salahmu. Lagipula sudah tugasku untuk melindungi gadis yang ku cintai."
"Ehhh?" wajah Hinata berubah seperti tomat matang. "K-kau bilang a-pa t-tadi?"
Dengan senyum kemenangan Naruto menaruh mangkuk bubur itu ke meja. Mengambil tangan kanan Hinata dan ditaruh ke dadanya. "Aku menyukaimu, menyayangimu, mencintaimu, Hinata"
Hati Hinata merasa nyeri, rasa yang tak jelas dan terasa menyenangkan.
Brukkk
Hinata memeluk Naruto erat. "Hiks, hiks, hiks..., arigatao Naruto-kun. Aku juga. Aku juga. Menyayangimu, menyukaimu, bahkan mencintaimu."
"Terima kasih sudah mencintai gadis buangan ini."
"Kau bukan buangan. Kau tidak bersalah. Merekalah yang salah. Aku akan melindungimu walau nyawa taruhannya. Apa yang warga desa harapkan padamu. Akan kubuktikan bahwa hal itu tak akan pernah terjadi."
'Merekalah yang jahat, membuangmu, dan membiarkan dirimu hidup sendiri di tengah perbatasan. Mengirim mu ke jurang kematian. Tetapi, mereka salah. Kau tahu Hinata? Karena akulah sang dewa kematian itu. Tak akan kubiarkan. Mereka hanya manusia yang tidak berguna.'
"Naruto-kun?"
"Hm, ada apa Hime?"
Wajah Hinata memerah panas mendengar panggilan barunya. "Ma-matamu. Warnanya kenapa menjadi merah?"
"Benarkah?" Naruto segera mengedipkan matanya. Dan melihat dirinya di cermin yang sudah ada di kamar Hinata. "Perasaanmu saja Hinata. Mataku biasa saja."
Hinata kembali memperhatikan mata Naruto. Perasaan Hinata, mata itu berwarna merah menyalah. Sekarang berubah menjadi safir biasa.
"Mungkin hanya perasaanku."
"Sudahlah. Makan dulu buburnya. Pasti sudah dingin."
Tak ada hal lain yang mereka lakukan selain bercakap dan makan bubur bersama. Bercanda dan lebih banyak bicara. Karena kali ini Naruto sudah aktif berbicara. Benih cinta yang awalnya sebesar biji. Berkembang menjadi tunas kecil dan akan menjadi kokoh.
OoO
1 Tahun Kemudian...
"Hinata aku pergi bekerja yah," teriak pria yang berada di ambang pintu.
"Hm, hati-hati Anata," ucap Hinata yang sedang mencuci piring di dapur.
"N-naruto-kun...," teringat bekal Naruto yang tertinggal. Hinata menghampiri suaminya membawa bekal. "Bekalmu tertinggal di meja."
Setahun sejak kejadian itu, hubungan Naruto dan Hinata bertambah dekat. Beberapa bulan sejak kejadian itu, mereka menikah di gereja yang berada di desa. Tak ada yang spesial hanya pemberkatan oleh pendeta. Acara mereka pun hanya di datangi oleh Hiruzen beserta istrinya. Tak ada satupun penduduk desa yang datang, Hinata gadis yang diasingkan sedangkan Naruto hanya pemuda dari daerah luar yang terdampar satu atap dengan Hinata. Walau begitu, pernikahan sangat hikmat dan sakral. Kesunyian itu menambah keromantisan mereka. Naruto yang sudah menikah dengan Hinata bersama bekerja di kebun anggur milik Hiruzen. Status Naruto yang sekarang menjadi suami Hinata, membuat dia juga dikucilkan. Tapi tidak apa karena selama ada Hinata di sampingnya tidak akan ada masalah. Begitupun Hinata yang akhirnya menjadi utuh karna kehadiran Naruto.
Ingatan Naruto pun tak sepenuhnya pulih. Hinata tidak mempermasalahkan tentang Naruto yang mengalami amnesia. Tapi, dirinya sangat ingin mengetahui. Siapa Naruto? Darimana dirinya? Siapa orang tuanya? Tapi, setiap Hinata bertanya. Naruto akan mengeluh sakit pada kepalanya. Hal yang Hinata tahu, Naruto bisa berbicara karena melihat lycan yang menyerang Hinata. Naruto berkata sejak saat itu dia sedikit mengingat beberapa saat sebelum dia bertemu Hinata.
Dia hanya mengingat, dia adalah korban dari lycan yang menyerangnya saat dia berusaha melindungi desanya. Naruto yang sudah terluka parah, terjatuh di sungai yang deras. Karena itu dia bisa selamat dari amukan lycan, walau tubuhnya menjadi penuh luka. Dan berakhir saat dia sadar dan berusaha berjalan tak tentu arah, dia bertemu dengan Hinata istrinya. Hinata yang mendengar cerita itu terenyuh sedih, lycan memang makhluk yang buas. Dan kasihan Naruto yang berjuang sendiri tidak terlalu mengingat tentang jati dirinya dan orang tuanya. Hanya ingatan sedikit yang dia miliki. Tapi perkataan Naruto padanya membuat Hinata bersemu merah. "Tak apa aku lupa rumah, tempat tinggal, kampung halaman, orang tua, dan masa lalunya. Yang perlu dijalani adalah masa sekarang dan kedepannya. Yaitu hidupku denganmu Istriku."
Saat Naruto mengatakan hal itu, bagi Hinata tidak masalah seperti apapun masa lalu Naruto bahkan hal yang lebih buruk di masa lalunya. Hinata akan terima apa adanya. Tak peduli dengan perkataan orang lain. Hanya cukup dia dan Naruto, keluarga yang baru. Impiannya dari dulu.
OoO
Biasanya dihari biasa ini, mereka berdua akan bekerja bersama di kebun Hiruzen. Tetapi untuk hari ini Hinata tidak bisa pergi ke kebun, karena rasa mual yang terus mendera dia beberapa minggu ini. Naruto melarangnya untuk bekerja, dan hanya menyuruh Hinata beristirahat di rumah.
"Terima kasih Hinata," mengambil bekal Hinata dan dia sudah siap dengan peralatan kebun untuk bekerja. "Jaga rumah baik-baik. Dan hati-hati. Tutuplah pintu dan jendela apalagi kalau malam. Aku akan pulang secepatnya dan membawa beberapa obat mual."
"Hihihi," Hinata tertawa mendengar nasihat Naruto.
"Kenapa? Kau tidak menganggap nasihatku?" sebal Naruto.
"Tidak hanya saja aku jadi ingat saat dulu bersama dengan mu. Setiap aku pergi bekerja, aku akan menasihati mu sebelum bekerja. Sekarang kebalikannya," terang Hinata. Tangannya yang lembut mengusap kepala pirang Naruto. "Aku mengerti Naruto-kun, pergilah nanti kau terlambat."
Wajah Naruto menjadi agak memerah, "Ehem, baiklah aku akan pergi kerja."
Perlahan Naruto mendekat pada Hinata. Ciuman pagi pada jidat, kedua pipi, dan berakhir di bibir Hinata. Hinata pun membalas perlakuan Naruto, mengecup jidat, kedua pipi serta bibirnya. "Ittekimasu."
"Itterasai," Hinata melambaikan tangannya pada Naruto. Sampai sosoknya menghilang di balik pintu.
OoO
Warna orange menghiasi langit Konoha. Sore sudah menjelang dan matahari sudah bersiap tenggelam. Alunan talenan dan bunyi penggorengan menggema di rumah terpencil di pinggir desa. Hinata bersenandung kecil, hari ini dia merasa sangat senang. Baginya ini adalah hari yang istimewa. 'Aku akan memasak untuk Naruto-kun, dan saat makan itu akan keberitahukan berita baik ini.'
Dia membelai perutnya yang masih rata. Biwako istri Hiruzen datang ke rumahnya hari ini. Kabar yang sangat baik ketika Biwako selesai memeriksa Hinata. Dia bukan sakit melainkan hamil. Hatinya sangat berbunga, akhirnya obat hatinya akan menjadi sangat lengkap dengan bayi yang sedang dikandung. Syukur dia panjatkan kepada Pencipta. Tentu juga terima kasih untuk Biwako, yang mau datang ke tempat tinggalnya yang terpencil hanya untuk melihat kesehatannya.
"Aku harus memasak banyak. Tak boleh ada yang kurang. Kali ini aku juga akan memasak steak. Naruto-kun pasti senang."
OoO
Naruto baru saja menyelesaikan tugasnya di kebun Hiruzen. Dia pulang dengan membawa obat dari Biwako. Tapi herannya, apa yang diberikan Biwako tidak bisa dibilang obat. Karena isinya berupa ikan, sayur, susu, dan daging. Rasanya seperti pulang berbelanja. Yang membuat dia tambah heran, saat ditanya penyakit Hinata. Nenek tua itu hanya tersenyum, dan berkata bahwa Naruto yang harus menanyakan sendiri pada Hinata.
Walau banyak pertanyaan di kepala Naruto, dia tak ambil pusing. Terpenting adalah cepat pulang dan menanyakan langsung pada Hinata.
Srekk srekkk srekk
Telinga Naruto mendengar pergerakan aneh. Dari arah kanannya, bau yang khas menguar di hidungnya. Naruto menghentikan langkahnya. Sudah bisa ditebak siapa yang datang.
"Aku tidak mau berlama-lama. Keluarlah Gaara."
Sesosok serigala besar keluar dari Hutan, dan serigala itu perlahan berubah menjadi sosok pemuda tegap. Mata emerald dan rambut merah batanya yang mencolok. Tidak lupa tato Ai menghiasi jidatnya. "Tak kusangka selama ini kau bersembunyi dari Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu di dunia manusia. Pangeran."
Aura gelap menguar dari diri Naruto. "Aku sudah tidak ingin kembali ke sana, katakan pada mereka kalau kau hanya menemukan mayatku saja."
"Heh aku tidak bisa begitu Yang Mulia. Setelah aku mengetahui rahasiamu selama setahun...," kecepatan yang tak terduga membuat Gaara hampir saja mati karna serangan jantung. Kecepatan yang diatas rata-rata, bahkan lycan biasa seperti Gaara tidak bisa menandinginya. Naruto yang awalnya berjarak jauh dengannya, secepat kilat sudah berada di depan mata Gaara.
"Jika kau berani menyentuhnya, aku tidak akan segan-segan memakan jantungmu. Tak peduli kamu adalah lycan."
"Aku tidak ada kepikiran untuk membunuh istri temanku. Tapi aku tak tahu dengan teman kita yang lain. Kau harus tahu kelompok lycan tak diundang datang kemari untuk merebut teritorial kita. Mereka yang tidak mengenalmu pasti akan merusak kehidupan keluargamu. Kamu sudah menghilang 1 tahun lebih. Kami mengira kamu mati setelah perang melawan lycan kelompok lain itu. Yang Mulia Raja saja menyerah kalau kau masih hidup." Gaara menghembuskan nafas, rasanya sedikit ada ketegangan di sini. "Lagipula, Yang Mulia sudah menikahi mangsa kita. Tak seharusnya mangsa dan predator menjadi satu."
"Hinata bukan mangsa. Dia berbeda. Dia istriku. Jika kau berani menyentuh keluargaku, aku akan benar-benar mencabikmu Gaara," taring Naruto sudah keluar, mata yang sudah berubah berwarna merah menyala, dan kuku jarinya yang menajam mencengkram erat kerah baju Gaara.
"Berapa lama kau akan bertahan di sampingnya Yang Mulia? Selamanya? Dia bukan makhluk berumur panjang seperti kita. Cepat atau lambat wanita itu akan menjadi mayat. Juga kau harus sadar jika lycan mencintai mangsanya, rasa laparnya akan berlipat kali ganda. Tanpa sadar mungkin kau sendiri yang akan membunuhnya...," terang Gaara. Wajah datarnya memperhatikan ekspresi Naruto yang perlahan menjadi sangat marah.
"Hentikan...!"
"Apakah aku salah? Semenjak kau di sini sudahkah memakan daging manusia? Belumkan? Semakin lama rasa berburu dan haus darahmu akan memuncak, tak terkendali. Dan kau akan membunuhnya."
"Hentikan ucapanmu itu Gaara!" Naruto mendelik marah. Kemarahan pangeran lycan adalah petaka. Tetapi Gaara merasa tidak takut. Gaara tahu, apa yang diucapkannya adalah kebenaran. Kebenaran itu harus membuat sadar teman masa kecilnya.
"Kau berharap bisa selamanya bersama Hinata. Munafik," Gaara memandang tajam Naruto. "Memangnya kamu tidak merasakannya Yang Mulia? Saat kau berada di dekat manusia itu? Rasa ingin memiliki dan mencintaikah? Itu hanya awalnya saja. Akhirnya rasa itu akan berubah menjadi ingin membunuh dan memangsa."
"Tidak sudah setahun lebih aku berada di dekat Hinata dan manusia. Tak ada niat untuk membunuh. Saat aku bersama Hinata, aku bersumpah untuk menjaganya. Walau harus membunuh bangsa sendiri. Seharusnya kau tahu, serigala dan lycan adalah makhluk yang setia pada pasangan. Saat lycan jatuh cinta, tak ada yang bisa menghentikannya. Terlebih aku adalah pewaris tahta. Kemampuanku melebihi semua lycan yang ada di dunia ini. Jika aku mau, aku juga bisa membunuh orang tuaku."
Gaara tersenyum tipis mendengar kesombongan Naruto. "Huh, kita lihat saja siapa yang benar di sini?" Gaara menjauhi Naruto. "Jika terjadi sesuatu, kembalilah. Pintu istana akan terus terbuka. Itupun selagi orang tua mu masih mengingatmu."
OoO
"Naruto-kun lama sekali," Hinata termenung menunggu di meja makan. Waktu sudah malam, tetapi Naruto masih belum datang. "Anak kaa-chan pasti tidak sabar ya? Sebentar lagi tou-chan akan pulang. Kita akan memberikan kejutan baginya. Dia pasti senang."
Brakkk...brakk...brakkk...
Suara pintu yang berusaha didobrak menggema di rumah Hinata. Hinata kaget, tak biasanya Naruto akan membuka pintu sekasar itu. Biasanya hanya mengetuk pintu sambil memanggil namanya.
"Siapa itu?"
"..."
Tak ada jawaban. Tetapi, suara dobrakan pintu terus menggema. Hinata beranjak dari duduknya. Menghampiri pintu yang bergetar akibat dobrakan. Melihat dari cela jendela yang dekat dengan pintu.
'Naruto-kun. Tolong aku.'
Seekor lycan berusaha masuk ke rumah. Akhir- akhir ini banyak lycan datang ke desa. Terakhir yang dia dengar, sudah 10 korban yang telah menjadi mangsa lycan. Selama ini dia aman karena ada Naruto, dan pada saat lycan muncul Naruto selalu melindunginya. Menghalau lycan yang berusaha memakan mereka.
Braakkk....
Dobrakan keras terdengar, Hinata menggetar ketakutan sambil memeluk perutnya. "Na-naruto-kun," air mata mengalir di matanya. Lycan itu mengendus mangsanya. Dengan mudah dia menemukan Hinata, yang sedari tadi bersembunyi dibalik meja.
"Awuuuu...," lycan itu sangat senang melihat mangsanya yang sudah di temukan. Suara hentakan kakinya memenuhi ruangan. Lycan itu berjalan mendekati Hinata. Air mata terus mengalir, tak ada isakan. Hanya air mata dan keringat dingin. Meja yang menjadi tempat sembunyinya sudah terlempar sembarang arah karena gigitan lycan yang kuat. Hinata memandang horor lycan yang sudah menatap lapar. Air liurnya menetes menandakan hausnya akan darah mangsa.
Hinata mundur dengan menyeret kakinya, dia sudah terjatuh duduk. Berdiripun kakinya terus bergetar. Sayang, lycan sudah berada di dekatnya. Kuku tajamnya terangkat untuk mengoyak dagingnya.
Zrassshhh...
Darah mengalir dari 3 garis luka, melukai kulit Hinata. Darah terus mengalir dari sana. Membuat nafsu lycan itu meningkat. Darah yang berbeda dari manusia biasa. Lidah lycan sudah menjulur sambil menjilati bibirnya lapar.
"Ukh...," Hinata memegang lukanya. Dia menatap lycan itu. 'Aku tidak boleh mati di sini. Bayi ini harus selamat.'
Hinata melihat sekelilingnya. Terlihat vas bunga yang tak jauh darinya. Hinata menggapai vas itu dan langsung melempar ke kepala lycan itu. Lemparan yang keras ke kepala lycan itu, membuat lycan mengaum kesakitan. Segera Hinata berlari keluar rumah. Tapi segera lycan itu mengejarnya, siap menerkamnya.
"Aummm..."
"Naruto-kun tolong aku! Naruto-kun! Naruto-kun!"
Suara langkah kaki yang cepat terdengar jelas di telinga Hinata. Tiba-tiba seekor lycan baru datang, tetapi bukan membantu teman sesama lycan-nya. Dia menyerang temannya sendiri, seolah melindungi Hinata. Atau sebenarnya ingin merebut mangsa yang lain. Hinata melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana lycan itu berusaha membunuh lycan yang lain. Saling mencakar dan menggigit. Lycan yang baru saja datang itu dengan kekuatan yang besar, mencakar lawannya. Darah segar mengalir dari tubuh lycan yang tadi mencakar Hinata, tanpa ampun lyacan yang menyelamatkan Hinata mencabik daging musuhnya dengan gigi yang tajam.
"Awuuu..."
Puas dengan membunuh lawannya, lycan penyelamat itu menghampiri Hinata. Hinata yang melihat lycan itu yang mulai mendekat langsung berlari, berusaha mencari suaminya. Tetapi lycan yang berada di hadapannya bukanlah lycan biasa, secepat kilat dia sudah berada di depan Hinata menghalangi jalannya. Jarak yang begitu dekat, sehingga lycan itu bisa mencium wangi darah Hinata yang begitu kentara. Perlahan mata mereka saling menatap, Hinata bisa melihat mata itu terlihat sangat ia kenali. Mata yang selalu memandangnya dengan cinta dan sayang. Perlahan lycan itu mendekatkan wajahnya ke Hinata. Bukan mencabik wajah itu, lycan itu menjilati wajah Hinata. Menjilati pipinya yang lembut bagai kapas. Bekas air mata di kedua mata Hinata dihapus dengan jilatan lycan. Seolah berkata jangan menangis ada aku di sini.
Hinata memandang mata lycan itu lama, mata sewarna biru samudra. Mata yang selalu menenangkannya, dan membuat dia jatuh cinta pada tatapan itu. Dia beranikan dirinya menyentuh pipi serigala besar itu. Membelainya, tak ada rasa takut hanya rasa saying. Dia bisa merasakan rasa cinta yang mengalir dari lycan itu.
Mulutnya terbuka, satu hal yang dia mengerti dan ada di otaknya. Mungkin ini gila, tetapi dia merasakannya bahwa yang di depannya adalah makhluk yang dia kenal. Seorang yang berbagi kasih, cinta, dan tangis bersama. 'Benarkah itu dirimu?'
Angin berhembus membuat suasana sunyi ini menjadi agak dingin.
"Kau?" Hinata berusaha merangkai kata yang benar. Tangannya tak lepas dari pipi lycan itu, matanya terus menatap bola matanya. "Naruto-kun kah?"
Bersambung.........
Baiklah ini akan saya update bulan November chapter terakhir. Terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top