9 - I Hate You
"Selesaikan makananmu, setelah itu Alex akan mengantarkanmu pulang." Kata Jhonathan mengabaikan pertanyaan Jenny.
Jenny menatap nanar ke arah Jhonathan, bahkan dia tidak menoleh ketika berbicara.
Jenny yakin, Jhonathan memanggilnya dengan sebutan Stace, tidak mungkin ia salah dengar.
Salad buah adalah kesukaannya dari kecil. Ketika bermain di taman dulu Jhonathan sering membawakannya salad buah buatan ibunya yang sangat lezat.
Jenny merasa deja vu dengan sikap Jhonathan. Jenny heran kenapa sikap Jhonathan langsung berubah egitu menyebut nama kecil Jenny?
Di mana kehangatan yang di berikan padanya beberapa waktu yang lalu?
Apakah hanya karena rambut pirangnya?
Ah yang benar saja, memangnya kenapa dengan rambut pirang?
Jenny berusaha menyelesaikan makanannya dengan cepat. Ia harus menanyakan semua ini.
"Kalau kau sudah selesai panggil Alex, dia akan mengantarmu." Kata Jhonathan kemudian meninggalkan meja makan dan beranjak ke ruang kerjanya.
"Ini benar – benar mimpi." Kata Jenny sembari menelan saladnya cepat.
Di ruang kerjanya Jhonathan langsung duduk. Pikirannya kembali ke masa 11 tahun yang lalu. Ia teringat seorang gadis yang berumur sembilan tahun.
Gadis yang menemaninya hampir setiap sore di taman komplek perumahannya.
Gadis kecil yang sangat cantik dan katanya sangat menyukainya.
Jhonathan memijit pangkal hidungnya pelan.
Kenapa tiba - tiba ia memanggil Jenny dengan nama gadis kecil itu?
Jhonathan bahkan memikirkan alasan kenapa ia harus menyeret gadis itu. Memaksanya menaiki mobilnya dan mengajaknya kerumahnya. Bahkan Kate kekasihnya hanya diajak ke apartemennya saja.
Tidak ... ini tidak benar...tidak.
Jhonathan sedang sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari pintu ruang kerjanya terbuka membiarkan gadis yang sedang ada dalam pikirannya masuk dan menutup pintu pelan.
Jhonathan mendongak begitu mendengar langkah kaki mendekat. "Kenapa kau masih disini?" tanyanya sedikit terkejut dengan kehadiran Jenny.
Jenny melangkah mendekat kearah meja kerjanya, dan berjalan dengan mata yang terus menatap Jhonathan.
"Apa maksudmu melakukan semua ini padaku?" Tanya Jenny tajam.
"Maksudmu?" Kata Jhonathan.
"Kau memaksaku kerumahmu, menciumku, mengajakku makan kemudian kau mengusirku begitu saja?" Kata Jenny. Sikap Jhonathan sangat membingungkan Jenny.
"Kau mencium pria yang tidak kau kenal, lalu kenapa aku tidak boleh?" Kata Jhonathan santai.
Jenny menggeram marah mendengar jawaban Jhonathan.
Jenny tersenyum kecut. Ia melangkah ke arah Jhonathan lebih dekat lagi. Berhenti tepat di depannya. Jhonathan mengernyitkan dahi tidak bisa menebak apa yang akan Jenny lakukan.
"Apa menurutmu aku serendah itu?"
"Mungkin saja, gadis pirang sepertimu memang seorang penggoda." Kata Jhonathan, dia berusaha menahan suaranya sedatar mungkin, berbanding terbalik dengan jantungnya yang sudah berdebar kencang.
Selanjutnya Jenny mencium dan melumat bibir Jhonathan dengan cepat. Melampiaskan amarahnya melalui ciuman yang panas dan liar.
Jhonathan terkejut dengan serangan tiba - tiba yang di lakukan oleh Jenny. Jhonathan tidak bisa berpikir. Ciuman panas Jenny membuatnya terbuai.
Ia membalas ciuman Jenny tidak kalah panasnya. Mereka saling memagut seolah waktu akan berhenti. Entah bagaimana Jenny sudah duduk di pangkuan Jhonathan.
Ciuman Jhonathan turun ke leher, ia menggigit leher Jenny dengan kasar, membuat Jenny melenguh antara sakit dan nikmat.
Jhonathan terus saja mencumbu tubuh Jenny dipangkuannya, merasakan sensasi yang luar biasa.
Gairahnya semakin meningkat setiap tubuh Jenny bergerak diatasnya.
Jenny merasakan kejantanan Jhonathan semakin mengeras dibawah sana.
Game is done.
Jenny menarik diri dari cumbuan Jhonathan. Merapikan pakaiannya yang kacau. Senyum kepuasan terbit di wajahnya.
Jhonathan yang masih dalam gairah tingginya menggeram marah, "Apa yang kau lakukan?" desisnya.
Jenny tertawa hambar. "Aku hanya sedang menunjukkan, bagaimana gadis pirang sepertiku ketika sedang menggoda. Baru permulaan saja kau..." Jenny memandang ke arah sbukti gairah Jhonathan yang masih menegang. Senyum mengejek kembali terbit di wajah cantik Jenny. Jenny sengaja tidak menyelesaikan ucapannya.
Tanpa menunggu kata - kata Jhonathan, Jenny melangkah keluar dari ruangan itu.
Setelah mengambil ranselnya Jenny langsung masuk kedalam mobil. Alex sudah menunggunya didepan.
"Kita bertemu lagi." Kata Alex pada Jenny.
"Iya. Bisa kau mengantarku sekarang?" Kata Jenny pada Alex. Alex mengangguk kemudian menjalankan mobil keluar dari rumah megah milik Jhonathan.
Jenny tidak bisa menahan air matanya lebih lama. Tanpa memperdulikan Alex yang akan melihatnya menangis.
"Maafkan apa yang dilakukan Jhonathan." Kata Alex.
"Aku rasa dia tidak membutuhkan siapapun untuk meminta maaf atas nama dirinya." Kata Jenny dengan suara bergetar.
"Apa dia selalu seberengsek itu?" Tanya Jenny.
Alex berdehem. "Hanya pada gadis pirang. Aku sudah memberitahumu." Balas Alex.
"Kenapa?"
"Aku juga tidak tahu." Jawab Alex. Jenny mendesah.
I hate you Jhonathan batin Jenny.
Sementara itu diruang kerjanya Jhonathan berteriak marah.
"Berengsek." Teriaknya. Ia melempar buku yang ada di depannya ke arah pintu.
"Sial." Berkas - berkas yang ada dimejanya berserakan diatas lantai.
Bagaimana bisa dia tergoda dengan sikap jalang yang dilakukan Jenny.
Seharusnya ia tidak terperangkap oleh gadis pirang itu.
***
Aku juga benci kamu jho 😡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top