7 - Like A Bitch
Jhonathan tiba di Brown Company. Langkahnya menuju ruangan Brown.
"Good Morning Mr. Brown." Sapa Jhonathan begitu memasuki ruangan, yang disambut dengan senyuman oleh Brown.
"Masih saja memanggil Mr. Brown hah?" Kata Brown sambil terkekeh pelan. Dia bukannya bertanya tapi lebih memberi pernyataan.
Jhonathan tahu, Brown kagum padanya. Meski terkenal dingin dan brengsek tapi dilain sisi ia sangat profesional dan bertanggung jawab pada keluarga dan perusahaannya.
"Apa ada informasi baru?" Jhonathan bertanya.
"Seperti yang kau ketahui, ini tidak hanya karena persaingan bisnis, tapi dendam." Jawab Brown mantap.
"Dendam?"
"Pada perusahaan atau keluarga kita?" Tanya Jhonathan.
"Dua - duanya." Jawab Brown.
"Sial, sudah tahu pelakunya?"
Brown menggelengkan kepala kemudian dia berkata. "Mereka sangat ahli menutup jejak. Petunjuk yang ada belum mengarah pada seseorang atau suatu kelompok."
"Kita harus memikirkan segala kemungkinan yang ada, kita tidak bisa menunggu mereka meninggalkan jejaknya begitu saja, itu sama halnya dengan menungggu kehancuran kita." Kata Jhonathan penuh emosi.
"Apa ada hal lain yang tidak kami ketahui Kak?" Tanya Jhonathan menatap tajam Brown.
Jika Jhonathan sudah memanggilnya dengan panggilan seperti itu, berarti Jhonathan sudah sangat serius.
"Aku tidak tahu." Jawab Brown mengedikkan bahu. "Kalau ada petunjuk baru akan aku hubungi." Lanjut Brown.
"Aku sedang berusaha mencari informasi bersama anak buahku, tingkatkan pengamanan untuk Sarah dan Claudia, mereka pasti akan melakukan berbagai macam cara." Kata Jhonathan tegas. Menunjukkan kekhawatirannya.
"Bagaimana keadaan Jenny?" Tanya Brown.
Jhonathan mendelik, "Dia sudah pulang dari rumah sakit." Jawabnya.
"Kau terlihat tidak suka?" Ucap Brown mengernyitkan dahi.
"Gadis itu keras kepala. Seharusnya dia keluar dari rumah sakit dua atau tiga hari lagi." Kata Jhonathan kesal. Ia tidak sadar ada nada marah dalam suara dan juga ekspresinya membuat Brown semakin heran.
"Kau nampak sangat peduli." Kata Brown.
"Tentu saja tidak. Aku bahkan mencurigainya." Kata Jhonathan.
"Dalam hal apa?" Brown mengernyit.
"Keterlibatannya dalam semua situasi saat ini. Termasuk penyerangan yang terjadi pada Sarah. Dia selalu ada di sana."
Brown menggelengkan kepala. "Kau butuh kopi Jho."
***
Sementara itu, Jenny sedang mengecek kembali hasil rekamannya di hotel waktu itu.
Hanya ini yang dapat dilakukannya sekarang, meski sakit diperutnya sudah hilang, dia harus tetap memulihkan ketahanan tubuhnya.
Pandangan matanya di mulai dari ia memasuki ballrom hotel, disambut beberapa penjaga yang memiliki id card Browns Company.
Sekumpulan wanita yang tengah asik berbincang, dan juga kumpulan para pemimpin perusahaan besar. Beberapa wajah mereka sering di lihatnya di majalah - majalah bisnis.
Deg.
Jantung Jenny berdetak kencang ketika ia melihat laki - laki itu. Melihat bagaimana dia berjalan. Bagaimana ekspresi wajahnya yang dingin berubah hangat ketika menyapa Sarah dan yang lainnya.
Jenny meringis saat wajah hangat itu berubah dingin kembali ketika melihatnya.
Tatapannya tidak seperti dulu, senyumnya tidak sehangat dulu. Jenny merindukan tawanya.
Jenny meraba bibirnya, mengingat bagaimana dia menciumnya waktu itu.
Apakah aku tidak akan pernah memiliki hatinya?
Apa aku tidak punya kesempatan?
Tidak, kau tidak akan pernah memilikinya. Jenny berperang melawan pikirannya.
Tapi...bisakah ia berharap, kalau bukan dulu, sekarang tapi suatu saat nanti.
Aaarrrgghhhh.
"Nath," gumam Jenny.
Menarik napas panjang kemudian menghembuskannya pelan, Jenny melakukannya berulang kali agar sesak di dadanya bisa hilang.
Kali ini Jenny membiarkan air matanya mengalir, meratapi cinta yang tak akan pernah ia dapatkan.
Bagaimana cara melupakannya, kalau ada Sarah di antara mereka?
Ia harus menghindari Sarah. Jenny bahkan mengabaikan panggilannya, menulikan telinganya saat Sarah memencet bel apartemennya.
Maafkan aku Sarah batin Jenny.
***
Keesokan paginya, Jenny mulai ke kampus kembali. Ia berusaha untuk menghindari Sarah selama berada di kelas.
Namun setelah kelas usai, Sarah mendekatinya. Jenny tidak sempat menghindar.
"Jenny, bagaimana keadaanmu? Panggilanku tidak kau jawab? Kau juga tidak ada di apartemenmu?" Sarah memberondongi Jenny dengan banyak pertanyaan.
Jenny menghela napas berat, sepertinya hari-harinya akan selalu bertemu dengan paman dan keponakan ini.
Seperti biasa Jhonathan menunjukkan ekspresi datarnya, tapi sekilas Jenny bisa melihat ada rasa ingin tahu di wajah itu.
"Maaf Sarah, aku sedang dalam masa pemulihan." Kata Jenny.
"Di mana kau selama pemulihan?" tanyanya lagi.
"Di apartemen Mike." Jawab Jenny singkat. Jenny bisa melihat seringai mengejek di wajah pria itu.
"Kau belum menceritakan tentang Mike itu padaku." Kata Sarah.
"Uncle mengatakan, dia yang membawamu keluar dari rumah sakit." Kata Sarah
"Lain kali akan kuceritakan." Jawab Jenny singkat.
"Bagaimana keadaanmu Jenny?" tanya Tom yang baru saja datang.
"Hai Tom, aku sudah baikan." Jawab Jenny ramah membuat Sarah menaikkan alisnya.
"Kau ada acara setelah ini?" Tom bertanya.
"Tidak ada, apa kau mau mengajakku ke suatu tempat?" Tanya Jenny pada Tom. Tom menatap tidak percaya pada Jenny tapi dengan segera dia berkata, "Tentu saja."
"Wait," Kata Sarah.
"Kalian mau kemana?" Tanyanya.
"Kau tidak perlu tahu Sarah." Kata Tom mengedipkan mata pada Sarah.
"Sampai jumpa Sarah, aku akan menghubungimu nanti." Kata Jenny .
Jenny dan Tom berjalan bersama menuju tempat mobil Tom di parkir.
Sementara itu Sarah masih berdiri ditempatnya, masih berpikir apa alasan Jenny pergi bersama Tom.
"Ada apa?" Jhonathan bertanya pada Sarah.
"Aku hanya heran, kenapa Jenny tiba - tiba pergi bersama Tom." Kata Sarah pelan.
"Apa ada hal yang aneh tentang hal itu?" Tanya Jhonathan.
"Tom menyukai Jenny sejak lama tapi, Jenny mengabaikannya. Lantas kenapa sekarang dia terlihat bersemangat?" Kata Sarah.
Apa yang di katakan Sarah membuat Jhonathan mengeraskan rahangnya.
"Like a bitch," Kata Jhonathan tidak sadar.
"Apa yang uncle katakan?" tanya Sarah menatapnya dengan tajam.
"Sekarang aku tahu, pasti gara - gara Uncle Jenny menjauhiku." Kata Sarah marah.
"Apa maksudmu?"
"Uncle selalu sinis padanya, pasti itu yang membuatnya tidak nyaman di dekatku sekarang." Kata Sarah.
"Uncle menyebalkan." Kata Sarah kesal.
"Hei, aku tidak melakukan apapun, jangan menyalahkanku seperti itu." Kata Jhonathan membela diri.
"Jenny," Ucap Sarah terbata, ia kaget melihat Jenny berdiri tidak jauh dari tempatnya sekarang.
"Maaf, aku kembali hanya ingin mengambil tasku yang tertinggal." Kata Jenny dingin. Jenny menghentikan langkah di depan Jhonathan.
"Like a bitch," Jenny mengulangi ucapan Jhonathan tadi.
"Terima kasih sudah menyebutku seperti itu." Kata Jenny dingin.
"Aku tahu kau akan menyukainya." Kata Jhonathan sinis.
Jenny berjalan mendekat ke tempat Jhonathan, dan menutup jarak antara mereka.
Dengan senyum menggoda, Jenny berbisik padanya.
"This bitch will bite you soon." Bisik Jenny dengan suara seksi di telinga Jhonathan.
Dan tubuh Jhonathan menegang seketika.
***
Bang Jho emang minta di tabok ya 😎
Follow IG aku yah Dewie_sofia
Fb : Dewie Sofia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top