17 - Jealous

Tok tok tok

Gedoran keras terdengar di pintu apartemen Jenny.

Klek

Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki muda dengan tubuh atletisnya. Dan hanya menggunakan handuk putih untuk menutupi pinggangnya. Ranbutnya terlihat masih basah.

Jhonathan mengeraskan rahangnya. Memikirkan apa yang sudah dilakukan pemuda itu di apartemen Jenny.

"Ada apa?" tanya laki-laki muda lada Jhonathan.

"Di mana Jenny?" tanyanya geramnya.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya heran. "Jenny masih di kamar."

Deg

"Tolong panggilkan Jenny."

"Sebentar." laki-laki itu masuk ke kamar Jenny.

"Kak."

"Hmm" Jenny hanya berdehem saja dan tetap bergelung di balik selimutnya.

"Laki-laki yang tadi ada di depan."

Kata-kata itu sukses membuat Jenny terbangun dari tidurnya. "Jhonathan?"

"Mana ku tahu." jawab Joe.

"Joe." kata Jenny.

"Aku memang tidak tahu namanya. Temui dia atau sebentar lagi dia akan menerobos masuk."

"Apa maksudmu?"

"Sepertinya dia cemburu denganku."

"Bocah kecil sok tahu" kata Jenny yang langsung turun dari ranjangnya.

Joe mengangkat bahunya acuh. Dia sudah mengantar kakaknya kembali dengan selamat, dan dua hari waktu yang cukup untuknya jalan-jalan jadi dia akan bersiap-siap kembali pulang ke Manhattan.

"Ada apa?" tanya Jenny langsung saat melihat Jhonathanlah yang berdiri di depan pintu apartemennya.

"Apa yang kalian lakukan di dalam?" kata Jhonathan tajam, membuat Jenny mengernyit heran.

"Maksudmu?" tanya Jenny.

"Kalian," kata-kata Jhonathan terpotong karena saat itu juga laki-laki yang di anggapnya masih terlalu bocah itu keluar dari kamar Jenny dengan sebuah ransel di punggungnya.

"Aku pulang dulu Kak. Mom sudah menelpon dari tadi."

"Ya sudah ayo kuantar kau ke bandara" ucap Jenny.

"Tidak perlu Kak. Aku bisa sendiri."

"Kau itu masih kecil. Aku akan mengantarmu" kata Jenny tegas.

"Tunggu dulu. Adik?" tanya Jhonathan penasaran dengan apa yang di dengarnya dari tadi.

"Aku adiknya, perkenalkan namaku Joe" kata Joe memperkenalkan diri.

"Wow, kita memiliki nama yang mirip. Aku Jho.nathan" kata Jhonathan membalas uluran tangan Joe.

Jenny memutar bola matanya malas. Nggak penting batinnya.

"Kebetulan sekali. Kalau begitu kau akan mengantarku Kak?" tanya Joe pada Jenny.

"Tentu saja" ucap Jenny mengambil tasnya yang tergantung di balik pintu.

"Aku akan mengantar kalian. Ayo" Jhonatan langsung menarik lengan Jenny agar segera keluar dari apartemennya. Kemudian Joe menyusul di belakangnya.

Di dalam mobil Jhonathan lebih mendominasi pembicaraan. Ia bertanya banyak hal pada Joe tentang keluarga mereka.

Aneh.

Iya. Itulah yang ada di pikiran Jenny saat ini. Jhonathan yang dingin dan kaku itu bisa menjadi secerewet ini pada orang yang baru di kenalnya.

Jenny hanya mendengarkan saja dan sesekali menyahut jika di perlukan. Apalagi saat Jhonathan ingin tahu keluarganya lebih detil.

"Kak aku naik pesawat dulu" pamit Joe pada Jenny.

"Hubungi aku kalau kamu sudah sampai di bandara dan hubungi aku kalau,"

"Kalau aku sudah berbaring nyaman di kasurku" sambung Joe yang sudah hapal dengan pesan-pesan Kakaknya.

"Good boy" ucap Jenny tersenyum dan memeluk adiknya.

"Sampai jumpa Kak Jhonathan" pamit Joe pada Jhonathan.

"Jaga dirimu" pesan Jhonathan.

"Oh ya, apa aku harus menitipkan Kakakku padamu?" tanya Joe pada Jhonathan dengan nada di buat seserius mungkin.

"Tentu saja bisa" jawab Jhonathan.

"Itu sangat tidak perlu. Dasar bocah, sudah sana nanti kau ketinggalan pesawat" kata Jenny.

"Ok. Oya sampaikan salamku pada Mike. See you" ucap Joe sebelum melangkah meninggalkan Jenny dan Jhonathan.

"See you" teriak Jenny sambil melambaikan tangannya.

Setelah Joe tidak terlihat lagi Jenny berbalik hendak keluar dari bandara, tapi Ia menghentikan langkahnya saat melihat Jhonathan yang masih diam di tempatnya dengan wajah marah.

Jenny menghela napas pelan. "Ada apa lagi ini si manusia bunglon" gumam Jenny yang sudah terbiasa dengan perubahan Jhonathan yang tiba-tiba.

"Kau mau mengantar aku pulang atau tidak? Kalau tidak aku bisa naik taxi" kata Jenny yang mengabaikan perubahan pada diri Jhonathan.

"Aku antar" kata Jhonathan melangkah mendahului Jenny dengan tatapan datarnya. Jenny mengedikkan bahunya dan mengikuti Jhonathan.

Selama dalam perjalanan mereka masih diam. Tidak ada yang berbicara ataupun berniat memulai pembicaraan.

ÌBerbeda dengan saat berangkat tadi yang cukup ramai saat Joe dan Jhonatan mengobrol seperti orang yang sudah sangat dekat.

Mobil Jhonathan memasuki basement apartemen Jenny. "Terima kasih" ucapa Jenny sebelum membuka pintu mobil. Tapi, "Jhon buka pintunya" kata Jenny kesal karena Jhonathan tidak membiarkannya segera keluar dari mobil.

"Bagaimana Joe, Adikmu itu bisa mengenal Mike?" tanya Jhonathan.

"Kenapa tidak kau tanyakan langsung padanya tadi" Jawab Jenny kesal.

"Ada hubungan apa kau dengan Mike?" tanya Jhonathan kali ini dengan nada yang cukup tinggi.

"Itu bukan urusanmu" kata Jenny berteriak lebih keras dari Jhonathan.

Mmmmppphhhhh

Jhonathan langsung menyambar bibir Jenny rakus. Ia melumatnya dengan keras dan kasar. Jenny melongo kaget dengan serangan tiba-tiba dari Jhonathan.

Dirinya memberontak tapi karena posisinya yang berada di dalam mobil membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Lumatan kasar Jhonatan pada bibirnya membuatnya melenguh antara sakit dan nikmat. Badannya melemas akibat ciuman memabukkan dari Jhonathan.

Dan selanjutnya Jenny membalas ciuman Jhonathan tak kalah menuntutnya. Apalagi tangan Jhonathan sudah bergerilya ke dadanya. Memainkan puncak dadanya yang sudah mengeras. Lenguhan demi lenguhan pun keluar dari bibirnya.

Ciuman panas itu berlangsung cukup lama dan membuat mereka kehabisan oksigen. Keduanya melepas tautan lidah mereka dengan tak rela. Napas mereka saling memburu.

Jhonthan menatap Jenny intens. "Dengarkan aku. Jauhi Mike dan jangan berteman dengan pria manapun?" kata Jhonathan memberikan ultimatum pada Jenny.

"Kenapa?" tanya Jenny.

Jhonathan terdiam. Iya kenapa batinnya menanyakan sikap poaesifnya yang berlebihan pada Jenny.

Diam. Jhonathan bahkan tidak mengatakan apa-apa.

"Baiklah bagaimana kalau aku menjauhi Mike dan kau Jauhi Kate" tanya Jenny.

Jhonatan diam lagi. Kemudian berkata. "Tidak."

"Begitupun denganku." kata Jenny tegas.

Jhonathan menatap Jenny tepat di manik mata Jenny yang sebentar lagi akan menenggelamkannya.

"Keluar" perintah Jhonathan.

Jenny membelalakkan matanya tak percaya. Belum sempat ia mengatakan apa-apa Jhonathan sudah mengusirnya lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi.

"Keluar" bentaknya marah.

"Kau brengsek" kata Jenny sebelum keluar dari mobil itu.

Jhonathan menatap kepergian Jenny dari dalam mobilnya.

Kau kalah Jhonathan?

Kau sama saja dengan Ayahmu?

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Aaaaaaakkkhhhhh" teriaknya frustasi.

Kau sama saja Jhonathan. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya kata dirinya yang lain sedang mengejeknya.

***

Jhonathan ......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top